Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fatimah Azzahrah Makki

Stambuk : 11020220038
Kelas :A
Kelompok : 4

LAPORAN AUDIENS KELOMPOK 3

PEMBENTUKAN KATA

Untuk memahami suatu bahasa terlebih dahulu kita harus memahami proses pembentukan kata dan
morfem sebagai bagian terkecil dari bahasa itu sendiri dan untuk dapat digunakan dalam kalimat atau
pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus
dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi.

PEMBENTUKAN KATA INI MEMPUNYAI DUA SIFAT, YAITU:

 INFLEKTIF
 DERIVATIF

MORFEM

Dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat "dipotong-potong" menjadi bagian yang lebih kecil
lagi sampai ke bentuk jika dipotong lagi maka tidak akan mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-,
dan besar disebut morfem.

Morfem sendiri terdiri atas dua, yaitu:

 Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri . sendiri, seperti besar, dll.
 Morfem terikat: morfem yang melekat pada bentuk lain, seperti mem-, dan per-.

ANALOGI

Kesamaan pola pembentukan berdasarkan contoh itu disebut analogi.

PROSES MORFOFONEMIK

Proses perubahan bentuk yang disyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang digabungkan dinamakan
proses morfofonemik.

AFIKS, PREFIKS, SUFIKS, INFIKS, & KONFIKS

 Afiks atau imbuhan adalah bentuk morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.
 Prefiks atau awalan adalah afiks yang ditempatkan dibagian muka suatu kata dasar.
 Sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang digunakan dibagian belakang kata.
 Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan ditengah kata dasar.
 Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan.
PEMBENTUKAN KATA

1. DARI DALAM BAHASA INDONESIA dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan
dasar kata yang sudah ada.

Tata Daya Serba


Tata buku Daya tahan Serba putih
Tata Bahasa Daya pukul Serba plastik
2. DARI LUAR BAHASA INDONESIA dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata baru melalui unsur
serapan. Dari luar bahsa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata.

Bank Wisata
Kredit Santai
Valusa Nyeri
Televisi Candak kulak
KATA-KATA PUNGUT

Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Kata-kata pungut itu ada yang dipungut
tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.

1. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.Misalnya: Bank,
opname, dan golf.
2. 2.Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indonesia.Misalnya:
Subject: Subject Apotheek: Apotek
3. Kita menerjemahkan istilah-istilah asing kedalam bahasa Indonesia. Starting point, titik tolak,
meet the press, jumpa pers.
4. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalnya. De facto, Status
quo.

Dalam menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan beberapa ukuran.

a) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya :Nongkrong; Raun. Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik
umum.Contoh :Ganyang anjang sana senang; Lugas kelola Heboh.
b) Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: Tunanetra buta; Tunarungu : tuli.
c) Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh :Konon: puspa; Bayu: lepau.

Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam pegungkapan, lazim
dan sesuai dengan kaidah ejaan :

a. Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Contoh: Masjid raya, rumah besar,
hakin agung
b. Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Contoh: Tiap-tiap kelompok
terdiri atas tiga puluh orang
c. Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Misalnya:
 Bentuk yang salah, dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-baramg seperti meja,
buku bangku, dan lain-lain.
 Bentuk yang benar, dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti
meja, buku, dan bangku.
d. Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan tepat.
 Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran Universitas
Muslim Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d. jam12.00. (salah)
 Seminar tentang kardiologi yang diselenggerakan oleh fakultas kedokteran Universitas
Muslim Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d pukul 12.00.
(benar)
e. Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Contoh: la mencari sesuatu
f. Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Contoh: Ia mendapat tugas dari atasannya,
duduk lebih baik daripada berdiri

KESALAHAN PEMBENTUKAN & PEMILIHAN KATA

1. Penanggalan awalan me- : pada judul berita surat kabar diperbolehkan, namun dalam teks
beritanya awalan me- harus dieksplisit. Contoh :
 Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia. (salah)
 Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak balik colombia. (benar)
2. Penanggalan awalan ber-: awalan ber- harus dieksplisikan secara jelas.Contoh :
 Sampai jumpa lagi (salah)
 Sampai berjumpa lagi (benar)
3. Peluluhan bunyi /c/ : bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-. Contoh:
 Wakidi sedang menyuci mobil (salah)
 Wakidi sedang mencuci mobil (benar)
4. Penyengauan kata dasar : penyengauan kata dasar adalah ragam lisan yang dipakai dalam
ragam tulis (pencampuradukkan kata). Contoh:
 Nyopet, nolak, nyuap (salah).
 Mencopet, menolak, menyuap (benar).
5. Awalan ke- yang keliru : awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Oleh karena
itu, kata ketawa, keseleo, ketabrak, salah (bukan bentuk baku). Bentuk yang benar yaitu
kedua, ketiga, keempat.
6. Bunyib/s/, /k, /p/ yang tidak luluh kata dasar yang bunyi awalannya /s/, /k/, /p: atau /t/ jika
mendapat awalan me- atau pe- harus lebur menjadi bunyi sengau. Namun, penyuluhan
bunyinya tidak berlaku pada kata gugus konsonan. Contoh:
 Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan
(salah)
 Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan
(benar)
7. Pemakaian akhiran -ir: dalam bahasa indonesia baku, padanan akhiran -ir adalah -asi atau -
isasi. Contoh:
 Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
 Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (Benar)
8. Padanan kata yang tidak serasi terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung
dalam sebuah kalimat. Contoh:
 Karena moda di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (Salah)
 Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(Benar)
9. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap pemakaian di, ke, dari,
bagi, dan daripada, sering dipertukarkan. Contoh:
 Meja ini terbuat daripada kayu. (Salah)
 Meja ini terbuat dari kayu. (Benar)
10. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
11. Penggunaan kata yang hemat: penggunaan bahasa yang hemat kata merupakan salah satu
ciri-ciri pemakaian bahasa yang efektif. Kata yang sering digunakan :
 Boros: sejak dari, agar upaya, adalah merupakan.
 Hemat: sejak atau dari, agar atau upaya, adalah atau merupakan.
12. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia:
 Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan-kata yg bersangkutan ; obat-obat,
dokter-dokter
 Bentuk jamak dengan kata bilangan; beberapa obat, semua dokter
 Bentuk jamak dengan kata bantu jamak; para tamu
 Bentuk jamak dengan kata ganti orang; mereka, kita, kamu, dia
13. Kreativitas pembentukan kata

Anda mungkin juga menyukai