Anda di halaman 1dari 5

Nama : Awalia

Nim : 2021143302
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

KESIMPULAN DAN PERTANYAAN DAN JAWABAN


KELOMPOK 4 ( BAHASA INDONESIA )

Sesi 1
1.Pertanyaan: Rani Aprilia

Apa itu kontraksi, metatesis, epentesis dan berikan masing-masing contohnya!

Dijawab: Fatya Gayatri Ashri

1. Kontraksi Adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara
penghilangan huruf yang melambangkan fon didalam kata tersebut. Dalam tata bahasa
tradisional, kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata baru yang disingkat
tersebut.Contohnya :

2. Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua
bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang mengalami metatesis
ini tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya: Kerikil menjadi kelikir

3. Epentesis Dalam proses Epentesis sebuah fonem tertentu, Biasanya yang homorgan dengan
lingkungannya, Disisipkan ke dalam sebuah kata dalam Bahasa Indonesia ada sampi
disamping sapi; ada kampak disamping kapak, dan pada jumblah disamping jumlah. Kita
lihat pada kasus sampi dan sapi atau kampak dan kapak ada bunyi [m] yang disisipkan di
tengah kata dan pada kasus jumblah dan jumlah ada bunyi [b] yang disisipkan di tengah
kata.
2.Pertanyaan: Sari Irma Wari
Jelaskan perbedaan pont dan fonem dan berikan contohnya!
Dijawab: Julia Almasari
1. Fon adalah bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi konsonan. Simbol atau
lambang bunyi bahasa adalah huruf. Contohnya: Guru dan Buku
2. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil di dalam kata yang berfungsi  membedakan
bentuk dan makna. Fonem ditulis di antara tanda /…/.
Contoh: pada pasangan kata bahasa Jawa pala dan bala. Kedua kata itu mempunyai makna
yang berbeda karena adanya perbedaan bunyi pada awal kata, yaitu bunyi [p] dan [b]. Kata
pertama berarti ‘buah pala’, sedangkan kata kedua berarti ‘teman’. Kedua bunyi itu
merupakan fonem yang berbeda dan masin-masing ditulis sebagai /p/ dan /b/.

3.Pertanyaan: Putri widya

Mengapa setiap Fonem memiliki Alofon?

Dijawab: Alimin

Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu bahasa fonem itu
ditulis di antara dua garis miring: /.../.
/p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:

pola — /pola/ : bola — /bola/ parang — /paraŋ/ : barang — /baraŋ/ peras — /pɘras/ : beras —
/bɘras/

Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya
dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua
macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/,
misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada
pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu
mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua
variasi.

Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara
dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas
kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/
mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].

Sesi 2

4.Pertanyaan: Putri Maharani

Apa perbedaan Fonetik dan Fonemik berikan contohnya!


Dijawab: Ade Andella Putri

1. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau
bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Contohnya:
1. Salma mendapat salam dari Retno
2. Jarak antara kota A dan B tidak jauh
2. Fonemik adalah kajian atau analisa bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai
pembeda makna. Contohnya:
1.P-a-p-i, sebutan ayah
2.K-e-r-b-a-u bintang untuk membajak sawah

5.Pertanyaan: Suginah

Jelaskan perbedaan Fonem vokal,konsonan, dan Diftong !

Dijawab: Meiza Triasti

1. Fonem Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa
rintangan. Dalam bahasa, Khususnya bahasa indonesia, terdapat huruf vokal. Huruf vokal
merupakan huruf-huruf yang dapat berdiri tunggal dan menghasilkan bunyi sendiri
2. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakan udara keluar dari rintangan.
Dalam hal ini,yang dimaksud dengan rintangan adalah terhambatnya udara keluar oleh
adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator.
3. Diftong adalah dua vokal yang diucapkan sekaligus. Gabungan vokal disebut diftong
apabila menghasilkan satu bunyi saja. Misalnya, au pada kata kerbau; ia pada kata santai.
Sementara itu gabungan vokal au pada kerbau bukan diftong karena menghasilkan dua
bunyi.

6. Pertanyaan: Aldino Dimas Dwi Putra

Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang
mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang, Maksud dari mengubah identitas fonem
menjadi fonem lain itu apa saja?

Dijawab: Julia Almasari

1. Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua hal bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama
atau hampir sama.

Contoh:
Kata bahasa Inggris top diucapkan [tOp’] dengan [t] apiko-dental. Tetapi, setelah
mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut diucapkan [ṣ ṭ Op’] dengan [ṭ] juga
lamino-palatal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa [ṭ] pada [stOp’] disesuaikan atau
diasimilasikan artikulasinya dengan [ṣ] yan mendahuluinya sehingga sama-sama lamino-
palatal.
2. Disimilasi
Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalaha perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau
mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.
Contoh:
Kata bahasa Indonesia belajar [bǝlajar] berasal dari penggabungan prefiks ber [bǝr] dan
bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi berajar [bǝrajar].
Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan atau di didisimilasikan
menjadi [l], sehingga menjadi [bǝlajar]. Karena perubahan tersebut sudah menembus batas
fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/,
maka disebut disimilasi fonemis.
3. Netralisasi
Netralisasi adalah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan. Untuk
menjelaskan kasus ini bias dicermati ilustrasi berikut. Dengan cara pasangan minimal [baraη]
‘barang’ – [parang] ‘paraη’ bias disimpulkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada fonem /b/
dan /p/.

4. Arkifonem
Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ dalam peristlahan linguistik
disebut arkifonem. Dalam hal ini biasanya dilambangkan dengan huruf besar /D/. Mengapa
dipilih /D/ dan bukannya /T/? karena bentuk “aslinya” yang tampak dalam
bentuk harder adalah /d/, bukannya /t/. Dalam bahasa Indonesia ada kata jawab yang
diucapkan /jawap/ atau juga /jawab/; tetapi bila diberi akhiran–an bentuknya
menjadi jawaban. Jadi, disini ada arkifonem /B/, yang realisasinya bisa menjadi /b/ atau /p/.

5. Kontraksi
Adalah pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara penghilangan
huruf yang melambangkan fon didalam kata tersebut. Dalam tata bahasa tradisional,
kontraksi dapat mengakibatkan pembentukan kata baru yang disingkat tersebut.
Contonya:

6. Metatesis
Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua
bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata yang mengalami metatesis ini
tidak banyak. Hanya beberapa kata saja. Misalnya: Kerikil menjadi kelikir
7. Epentesis
Dalam proses Epentesis sebuah fonem tertentu, Biasanya yang homorgan dengan
lingkungannya, Disisipkan ke dalam sebuah kata dalam Bahasa Indonesia ada sampi
disamping sapi; ada kampak disamping kapak, dan pada jumblah disamping jumlah. Kita
lihat pada kasus sampi dan sapi atau kampak dan kapak ada bunyi [m] yang disisipkan di
tengah kata dan pada kasus jumblah dan jumlah ada bunyi [b] yang disisipkan di tengah kata.

Anda mungkin juga menyukai