Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAN BIDANG FONEMIK

Kesalahan berbahasa yang terjadi karena kesalahan lafal tidak menimbulkan perbedaan
makna, seperti contoh: benar bener, akan aken, hasrat hasyrat, masyur mashur, faedah
paedah, paraf faraf, vital fital, zebra sebra, ijazah izazah, asasi azazi, isap hisap, hati
ati, dan sebagainya. Kesalahan berbahasa seperti itu termasuk kesalahan berbahasa bersifat
fonetik. Fonetik adalah salah satu cabang bahasa yang mempelajari hal-ikhwal pengucapan
bunyi-bunyi suatu bahasa tanpa mempersoalkan fungsi bunyi tersebut dalam pembedaan makna
kata yang dihasilkannya.
Perhatikan perbedaan lafal e yang menghasilkan makna yang berbeda.
/perang/ - /pErang/
/teras/ - /tEras/
/seret/ - /sEret/
Perhatikan perbedaan makna kedua kata tersebut menurut pemakinya dalam kalimat
berikut.
1. a. Rambut anak itu perang. - /perang/
b. Pasukan itu maju ke medan perang. - /pErang/
2. a. Mereka sedang bermain-main di teras rumahnya. - /teras/
b. Teras jati lebih keras daripada teras meranti. - /tEras/
3. a. Balok kayu itu diseret seekor gajah. - /seret/
b. Keuangan kami sudah mulai seret. - /sEret/
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan lafal e atas /e/ dan /E/
menyebabkan perbedaan makna kata. Bunyi bahasa yang berfungsi untuk membedakan makna,
dalam bidang ilmu bahasa disebut fonem.
Dalam kata lain, kesalahan seperti itu merupakan bentuk kesalahan berbahasa dalam bidang
fonemik. Kesalahan berbahasa yang bersifat fonemis, terdapat juga dalam kesalahan lafal atau
pengucapan fonem-fonem lainnya, seperti contoh,
1. a. antar hantar
b. tahu /tau/ - tahu /tah/
c. tuah tuah
2. a. haus aus
b. bahu-membahu bau-membau
c. buluh bulu
Dalam kenyataannya, kata-kata diatas sering salah pengucapannya sehingga mengganggu
kelancaran komunikasi berbahas; misalnya :
1. a. Setiap pagi ia menghantarkan adinya ke sekolah.
b. Saya tidak /tahu/ tentang peristiwa itu.
c. Ayahnya sebagai tuah desa.
2. a. bila anda aus, silahkan minum !
b. dalam keadaan seperti ini kita harus /baumEmba/.
c. Kuambil bulu sebatang; kupotong sama panjang.
Kesalahan fonemis lainnya sering terjadi pada gejala penambahan bunyi sentak k atau //
pada kata-kata yang sebenarnya tidak perlu diberi bunyi tersebut. Hal ini terjadi karena pengaruh
ucapan bahasa Sunda. Contoh :
Batu diucapkan /batu /
Kata diucapkan /kata /
Masa diucapkan /masa /
Adu diucapkan /adu /
Rusa diucapkan /rusa /
dan sebagainya.
Penanggalan bunyi s dalam gabungan bunyi dengan k yaitu /ks/ dapat menimbulka
kesalahan berbahasa yang bersifat fonemis. Sebagai contoh pada kata kotek denagn kata koteks
pada kalimat berikut. ayam betina berkotek, tetapi tidak berkoteks. Karena itu penanggalan
atau penambahan bunyi s pada pelafalan /ks/ harus dapat perhatian dalam pemakaian bahasa
Indonesia.
Dalam bahasa Indonesia, selain terdapat kata sarat, sair, dan sak terdapat juga kata syarat,
syair, dan syak, yang tentunya memunyai perbedaan makna.
Bunyi /z/ yang tertukar pengucapannya dengan /s/ atau /j/ dapat menimbulkan kesalahan
fonemis. Kata azal, asal, dan ajal yang diserap dari bahasa arap yang mempunyai makna yang
berbeda. Kesalahan fonemis ketiga pengucapan kata tersebut misalnya terjadi pada pemakaian
kalimat berikut.
1. Secara ajali, manusia diciptakan oleh Tuhan.
2. Secara asali, Tuhan itu ada.
3. Sebelum azal, berpantang mati.
Dari cntoh-contoh yang tela dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kesalahan lafal daam
bahasa Indonesia ada yang bersifat fonetis dan ada pula yang bersifat fonemis, yang dapat
dipelajari dalam suatu bidang ilmu bahasa yang disebut fonologi. Karena kesalahan fonemis
timbul akibat kesalahan fonetis, maka dalam pengertian yang lebih luas kesalahan fonemis sama
dengan kesalahan fonologis. Bisa diliat pada skema berikut.


Fonologi Kesalahan Fonologis
Fonetik Fonemik
Kesalahan Fonetis Kesalahan Fonemis
Bukan Kesalahan Fonemis

Anda mungkin juga menyukai