Anda di halaman 1dari 9

Definisi morfologi, fonetik,

fonemik, fonem, morfologi,


sintaksis, semantik
Posted on November 11, 2013 by Neatia Techno (NERIMS) — Leave a comment

A. FONOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi
adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa
fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam –macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia
lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh
telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data
yang masuk sebagai suara
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai
pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang
dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
B. FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki
fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung
arti. Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka
pembedaan makna tersebut. Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam
sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk
bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda,
misalkan dalam kata “cagar” dan “cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu.
Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem
yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap
sama saja. Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena
fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut
berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua
fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l]
dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah
mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut.
Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan
membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
MORFOLOGI
Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis.
Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya (Samsuri,
1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.
1) Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari hubungan
struktural dan hubungan posisi.
a) Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu morfem
bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang
bersifat substraktif(pengurangan). Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa
yang pada umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit.
Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang
bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem asalnya.
Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh
morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya
dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan
dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama
dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua
merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan morfem-
morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh
/iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh /
ε/ pada kata man dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam bahasa ini,
terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan.
Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !

Betina Jantan Arti


/mov εs/ /mov ε/ buruk
/fos/ /fo/ palsu
/bon/ /bo/ baik
/sod/ /so/ panas
/ptit/ /pti/ kecil

Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi
dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
b) Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam yakni ;
morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan jelas bila
diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga
morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan
bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau diuraikan maka akan menjadi /
t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti
/k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/ dan /hujan/,
sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia
merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/
atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu
( discontinous morpheme ).
2) Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem
bebas danmorem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa , atau
morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya : bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat
yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-
an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu
imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-
bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan
istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar
afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur yang
masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan
pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem unik.
SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang
berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), danketerangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeraliaberkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis. Eksistensi struktur sintaksis
terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah
dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama
antara bahasa yang satu dengan yang lain.
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda
kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan
sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu
kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna,
mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan
dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori
nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal
tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di
dalam peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata
kategori preposisi dan konjungsi
FRASE
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek –
predikat atau predikat – objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat.
KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan
yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan
KALIMAT
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang
akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final.
SEMANTIK
Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda)
adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode,
atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran tentang makna.
Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks
dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas
pada konteks tertentu.

https://nerims.wordpress.com/2013/11/11/definisi-morfologi-fonetik-fonemik-fonem-morfologi-
sintaksis-semantik/ UNDUH 12 JANUARI 2016

FONOLOGI, FONOLOGI FONEMIK DAN FONOLOGI FONETIK

FONOLOGI
Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa
(Keraf, 1984: 30).

2) Fonologi ialah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa


menurut
fungsinya (Kridalaksana, 1995: 57).

3) Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan


membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari
kata fon yaitu bunyi
dan logi yaitu ilmu (Chaer, 1994: 102).

Fonologi adalah bidang linguistik atau ilmu bahasa yang menyelidiki,


mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia beserta fungsinya , yang secara
etimologi kata fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya fonologi dibedakan
menjadi fonetik dan fonemik.

1. Fonologi Fonetik
Secara umum fonologi fonetik ialah cabang studi fonologi yang menyelidiki,
mempelajari, dan menganalisis penghasilan, penyampaian, dan penerimaan
bunyi-bunyi ujaran/bahasa yang dipakai dalam tutur tanpa memperhatikan
fungsinya sebagai pembeda makna/arti, yang melibatkan analisis ilmu fisika,
anatomi, dan psikologi.

Untuk bedanya, kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang
terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu
juga bunyi [p] pada kata bahasa inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak
sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata diatas itulah
sebagai salah satu contoh objek, atau sasaran ato fonetik. Dalam kajiannya,
fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi ini serta
menjelaskan sebab-sebabnya.

Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu dibedakan adanya 3 jenis
fonetik, yatu fonetik altikulator, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

 Fonetik altikulator, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,


mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

 Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisiss atau


fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya,
intensitasnya, dan timbrenya.

 Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa


itu oleh telinga kita.

Dari ketiga jenis fonologi fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia
linguistik adalah fonetik artikulator, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia,
sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik
auditoris lebih berkenaan dengan bidang kedokteran yaitu neurologi.

Kridalaksana (1995: 57) mengemukakan adanya fonetik-fonetik sebagai berikut :


 Fonetik Instrumental adalah bagian dari fonetik yang merekam, menganalisis, dan
mengukuur unsur-unsur bunyi dengan mesin atau alat-alat elektronis seperti
spektograf, osiloskop, dan lain-lain.

 Fonetik Parametris adalah pendekatan dalam fonetik yang memandang wicara


sebagai sistem fisiologis tunggal dengan variabel-variabel artikulasi dalam
saluran suara yang terus-menerus bergerak dan saling bekerja sama dalam
dimensi waktu untuk menghasilkan kontinuum bunyi yang disegmentasikan oleh
pendengar menurut kaidah bahasa yang berlaku

 Fonetik Terapan yaitu bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan
teknik pengucapan bunyi dengan tepat; misalnya, untuk melatih orang yang
gagap, untuk melatih pemain drama, dan sebagainya.

Ramelan (1985: 82) mengemukakan adanya fonetik sebagai berikut:

 Fonetik Umum, yaitu fonetik yang membahas bunyi bahasa yang dapat dihasilkan
manusia secara umum.

 Fonetik Khusus, yaitu fonetik yang memfokuskan perhatiannya pada bunyi


bahasa tertentu, misalnya fonetik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
Indonesia disebut fonetik bahasa Indonesia.

2. Fonologi Fonemik

Fonologi Fonenim adalah sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari


bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda
makna. Sudah disebutkan dimuka bahwa objek penelitian fonetik
adalah fon, yaitu bunyi bahasa pada umumnya tanpa memperhatikan apakah
bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak.
Sebaliknya objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang
dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya,
kita meneliti bunyi-bunyi [a] yang berbeda pada kata-kata lancar, labadan lain :
atau meneliti perbedaan bunyi [I] seperti yang terdapat pada kata-kata
ini,intan dan pahit : maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna makna atau tidak. Jika bunyi itu
membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak
membedakan makna adalah bukan fonem.
Contoh:

Perbedaan bunyi p dan b yang terdapat misalnya pada


kata paru dan baru adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik sebab
perbedaan bunyi p dan b itu menyebabkan berbedanya makna antara paru dan
juga baru itu.

http://juliianto.blogspot.co.id/2013/03/fonologi-fonologi-fonemik-dan-fonologi.html UNDUH 12
JANUARI 2016

Pengertian Fonem
02/22/2012 LEAVE A COMMENT

4 Votes

1. Pengertian Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf adalah lambang
bunyi atau lambang fonem. Yang membedakan arti kata jahat dan jahit adalah /i/ yang dilambangkan
dengan huruf I dan bunyi /a/ yang dilambangkan dengan bunyi huruf a, bunyi /i/ dan bunyi /a/ disebut
fonem /i/ dan fonem /a/.

Mungkin kita bertanya-tanya, apakah sama antara fonem dengan huruf? Tentu saja tidak, fonem
adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi, fonem sama dengan bunyi,
sedangkan huruf adalah lambang. Jumlah huruf hanya 26. Setelah kita melafalkan ke 26 huruf itu,
berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf (fonem). Akan tetapi, jumlah fonem dalam bahasa Indonesia
ternyata lebih dari 26 karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu lafal bunyi.

Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem segmental
saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena itu, dalam bahasa
Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental. Itulah sebabnya dalam kajian berikut ini hanya
dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi fonem vocal, fonem konsonan, dan
fonem semi konsonan.
Fonem Vokal
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu bahasa.
Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal
merupakan fonem-fonem.
2. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer merupakan
sebuah fonem.
3. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan sebuah
fonem.
4. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip merupakan
sebuah fonem sendiri-sendiri.
5. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem.
Di antara kelima dalil diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang kuat, yaitu dalil (a), (b),
dan (c). Dalil (d) dan (e) merupakan dalil yang lemah. Ada sejumlah pengertian yang harus dipahami
didalam dalil-dalil atau didalam prinsip-prinsip diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan
, yaitu:
1) Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip
Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara fonetis ataukah tidak.
Bunyi-bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :
a) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].
b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya, bunyi [b] dan [d].
c) bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].
d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan. Misalnya, bunyi [m] dan [n].
2) Pasanan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah dan urutan
bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah pasangan minimal hanya
dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali [gali] – kali [kali] adalah pasangan minimal dan dari
pasangan minimal ini diperoleh dua fonem, yaitu /g/ dan /k/.
3) Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau yang mempunyai
distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini, perlu dilihat tempat kedua bunyi
tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan dengan melihat jenis bunyi yang mengapitnya atau
dapat juga ditentukan dengan melihat jenis suku tempatnya berada. Selanjutnya, yang perlu
diperhatikan ialah bahwa kedua bunyi tidak pernah saling tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang
satu selalu diapit oleh bunyi desis, maka bunyi yang satunya lagi selalu diapit oleh bunyi yang bukan
desis. Apabila dua bunyi telah dapat dibuktikan tempatnya seperti ini, maka berarti kedua bunyi itu
berada dalam distri busi komplementer atau keduanya berdistribusi komplementer. Demikian pula,
kalau ada dua bunyi yang satu selalu ditemulan pada suku terbuka yang satunya lagi selalu
ditemukan pada suku tertutup, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi yang
komplementer.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi

https://fikriyogi.wordpress.com/2012/02/22/pengertian-fonem/ UNDUH 12 JANUARI 2016

Anda mungkin juga menyukai