Anda di halaman 1dari 15

1

sBAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak tertulis. Sehingga
penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan perbendaharaan kata yang kaya dan
lengkap. Begitu juga dengan bahasa Indonesia yang merupakan milik Indonesia merupakan
alat komunikasi yang efektif dan efesien dalam pemersatu bangsa ini.
Tata bahasa harus berlangsung sesuai dengan kelaziman penggunaannya sehingga
dapat diterima oleh semua penggunanya yaitu tatabahasa yang baku. Tata bahasa yang baku
merupakan bahasa yang menjadi kelancaran dalam penggunaannya dan tidak bersifat
mengekang bagi bahasa yang bersangkutan. Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang
menyusun sebuah kata.
Oleh karena itu ilmu morfologi bahasa yang mempelajari tentang struktur dan bentuk
kata sangat penting dipelajari oleh bangsa ini baik dari jenjang bawah sampai jenjang atas.
Morfem adalah satuan terkecil dari pembentukan suatu kata. Karena kurangnya pengertian
tentang morfem, terhadap siswa maupun mahasiswa, yang belum mengetahui tentang ilmu
yang membahas/menelaah tentang satuan terkecil suatu bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Morfem,Morf dan Alomorf?
2. Apa saja yang termasuk jenis jenis morfem?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari morfem,morf dan alomorf
2. Untuk mengetahui jenis jenis morfem



2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Morfem,Morf dan Alomorf
1. Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip
dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka
unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling
kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan
gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal. Morfem adalah unsur bentuk yang dengan semena mena berhubungan dengan
realisasi substansial pada tingkat fonologis bahasa (John Lyons,1995)
Ramlan,1983 mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil,
satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya.
Menurut Odien R. ( 2004 : 145) morfologi adalah cabang atau tataran ilmu bahasa yang
bersama-sama dengan sintaksis termasuk kedalam gramatika atau tata bahasa.
Menurut Crystal (1997) mendefinisikan morfologi sebagai the branch of grammar
studies the structure of words. (morfologi merupakan cabang gramatika / tata bahasa yang
mengkaji struktur kata.)

3

Menurut Kridalaksana (1993) yang mendefinisikan morfologi sebagai
(i ) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi kombinasinya
(ii) bagian dari truktur bahasa yang mencakup kata dan bagian bagian kata yakni
morfem.
Menurut Verhaar (2004 : 97) morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Contoh :
mem-perbesar per-besar
mem-perkecil per-kecil
mem-perdalam per-dalam
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan sar masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri,
seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti
mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata
yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem
bebas, besar.

2. Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah
nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai);
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal
[br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-. Contoh lainnya,morfem pluralis sebagi (s)
secara teratur direalisasikan oleh alomorf alomorf /-s/, /-z/, /-iz/. Atau biasa dikatakan
bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan
makna yang sama dinamakan alomorf.

4

Menurut Odien R. (2004 : 147) morf adalah anggota darisuatu morfem yang belum
ditentukan distribusinya atau wujud konkret / wujud fonemis dari suatu morfem.
Menurut Odien R. (2004 : 147) alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan
posisi/ distribusinya.
Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah
morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah.
Contohnya, morfem meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Secara fonologis,
bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk dasar yang fonem awalnya
konsonan /l/ dan /r/;
contohnya :
melamar
melangkah
melayang
melihat
melirik
melambai
melempar
meratap
merampas
merakit
merekrut
merasa
5

bentuk mem- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan
/b/ dan juga /p/;
contohnya :
membuat
membeli
membakar
membanting
memberi
membentang
membiru
membantah
membisu
memburu
membaca
bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/ dan juga
/t/;
contohnya ;
mendidih
mendaki
mendapat
mendamba
6

mendarat
mendasar
mendorong
bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /s/;
contohnya :
menyapu
menyikat
menyaring
menyita
menyiram
menyetrika
menyusun
menyemen
menyemak
bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya, antara lain
konsonan /g/ dan /k/;
contohnya:
menggali
mengganti
menggarap
menggancu
7

menggantung
menggigit
menggiling
menggulung
menggunting
bentuk menge- berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku,
contohnya:
mengecat
mengebor
mengebom
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama tersebut disebut alomorf.









8

2.2 Jenis jenis Morfem
Jenis jenis morfem ditentukan oleh dua macam criteria, yaitu :
1. Kriteria Hubungan
2. Kriteria Distribusi
1. Kriteria Hubungan
Memiliki hubungan strukktur morfem morfem dapat dibagi atas tiga yaitu :
a) Bersifat tambahan (aditif)
b) Bersifat penggantian (replasif)
c) Bersifat pengurangan (substraktif)
a) Morfem morfem bersifat tambahan (aditif)
Morfem ini sebenarnya morfem biasa, yang pada umumnya terdapat, seperti urutan
urutan /rumah/, /ayah/, /besar/. Unsur unsur morfem morfem ini tidak lain ialah
penambahan yang satu dengan yang lain.
b) Morfem morfem bersifat penggantian (replasif)
Morfem morfem yang bersifat penggantian terdapat,umpamanya, pada bahasa
Inggris untuk menyatakan jamak,umpamanya, banyak alomorf alomorf yang terdiri atas
bentuk ini.
c) Morfem morfem yang bersifat pengurangan (substraktif)
Morfem morfem ini terdapat, umpamanya, pada bahasa Perancis. Dalam bahasa ini
ada sederetan bentuk bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk bentuk yang bersifat
betina, dan sederetan bentuk bentuk ajektif yang sama yang dikenakan pada bentuk
bentuk yang bersifat jantan secara ketatabahasaan.
Betina Jantan Arti
/movz/ /mov/ buruk
9

/fos/ /fo/ palsu
/b n/ /bo/ baik
/sod/ /so/ panas
/pit/ /pti/ kecil
Bentuk yang bersifat jantan itu terdiri atas bentuk yang bersifat betina dikurangi
konsonan akhir. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan
morfem jantan. Dapat pula membalikkan hal di atas tiu, yaitu menganggap bahwa
penambahan konsonan akhir itu merupakan morfem betina. Akan tetapi morfem morfem ini
akan mempunyai alomorf yang bermacam macam, dan yang paling penting.
Jika diketahui bentuk jantannya, katakana /fraw/ dingin, kita tidak dapat memastikan
dengan tegas dan segera bentuk betinanya, yaitu /frawd/. Tetapi jika bentuk betinanya yang
kita ketahui, bentuk jantannya akan segera bisa dinyatakan dengan menghilangkan konsonan
akhirnya saja, umpamanya, bentuk /gras/gemuk, bentuk jantannya ialah /gra/.
Menilik hubungan posisi terdapat juga konsonan akhirnya saja, umpamanya, bentuk
/gras/ gemuk, bentuk jantannya ialah /gra/
Menilik hubungan posisi terdapat tiga jenis morfem;
a) Bersifat urutan
b) Bersifat sisipan
c) Bersifat simultan
Ketiga jenis morfem ini mudah diketahui apabila diterangkan dengan memakai morfem
morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Ambillah urutan urutan morfem morfem /mm/ + baca + kan. Ketiga morfem itu
berurutan posisinya, yaitu yang satu terdapat sesudah yang lain. Hal ini dapat
dipertanggungjawabkan, karena terdapat juga bentuk /baca/, bentuk /membaca/,bentuk
/bacaan/dan bentuk /membacakan/.
10

Jenis yang kedua adalah morfem morfem sisipan, seperti /in/ di dalam bahasa Jawa.
Dari morfem /tuku/ membeli kata /tinuku/, terbeli/dibeli. Bisa diuraikan bahwa akhir itu
terdiri atas /t.uku/ dan sisipan /in/ yang terdapat sebuah konsonan pertama /tuku/ itu.
Jenis morfem simultan (morfem tak langsung) terdapat pada bentuk bentuk seperti:
/kehujanan/ /hujan/
/kelamaan/ /lama/
/kecepatan/ /cepat/
/kekurangan/ /kurang/
/kehabisan/ /habis/
/kepenuhan/ /penuh/
/kesanggupan/ /sanggup/
/kelemahan/ /lemah/
/kecantikan/ /cantik/
/keburukan/ /buruk/
/keindahan/ /indah/
/kesempurnaan/ /sempurna/
/kegagalan/ /gagal/
/keberhasilan/ /berhasil/
/kemauan/ /mau/
/kerusakan/ /rusak/

11

2. Kriteria Distribusi
Jenis jenis morfem yang ditentukan oleh distribusinya ada dua :
a) Morfem morfem bebas
b) Morfem morfem terikat
a) Morfem bebas
Morfem bebas adalah morfem morfem yang dapat diucapkan tersendiri atau
dapat berdiri sendiri (Samsuri,1982). Menurut Abdul Chaer,1994 bahwa morfem
bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan.
Misalnya,
rumah datang
sekolah tampan
hujan indah
makan buruk
duduk bagus
minum cantik
senang tangis
sedih tawa
main rajin
lupa suka
bijak ingat, dll
12

Kita dapat menggunakan morfem itu tanpa harus terlebih dahulu menggabungkannya
dengan morfem lain.
b) Morfem terikat
Morfem terikat adalah morfem tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat
muncul dalam pertuturan (Abdul Chaer,1994). Menurut Samsuri (1982) bahwa morfem
terikat adalah morfem yang tak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri.
Contohnya : ter-, per-. i, -an, ke-, ber-, me, dll. Disamping itu juga bentuk bentuk
seperti -juang, -tawa, -gurau yang diucapkan tidak pernah tersendiri, melainkan selalu
dengan salah satu imbuhan atau lebih.
Tetapi sebagi morfem terikat,yang berbeda dengan imbuhan bisa mengadakan
bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat lain. Ketiga morfem di atas itu diberikan
nama masing masing :
akar
afik
danpokok.
Disamping itu, ada bentuk bentuk biasanya sangat pendek yang mempunyai fungsi
memberikan fasilitas, artinya memberikan kemungkinan bagi afiksasi selanjutnya.
Umpamanya dalam bahasa Sanskrit bentuk /wad/ menulis, tidak dapat dibubuhi
afiks apabila tidak didahului dengan pembubuhan bentuk /a/ dengan begitu terjadi dasar
sekunder /wada/, yang kemudian dapat memperoleh akhiran akhiran seperti /wadati/,
/wadama/.
Bentuk /a/ seperti di atas itu disebut pembentukan dasar. Di dalam bahasa Latin ada
juga pembentukan dasar itu.
Misalnya: bentuk /therm/ dia tidak dapat diberi akhiran sebelum diberikan bentuk /o/,
sehingga berbentuk /thermo/ merupakan bentuk dasar sekunder, dan oleh sebab itu dapat
memperoleh akhiran umpamanya akhiran /s/.
13

Disamping pembagian di atas, imbuhan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
Imbuhan terbuka
Imbuhan tertutup
Imbuhan terbuka ialah bentuk yang masih bisa menerima awalan lain.
Contohnya ;
awalan /per/ dan akar /besar/ menjadi /perbesar/
awalan /di/ menjadi /diperbesar/
awalan /per/ dan /kecil/ menjadi /perkecil/
awalan /di/ menjadi /diperkecil/
awalan /per/ dan /dalam/ menjadi /perdalam/
awalan /di/ menjadi /diperdalam/
awalan /per/, /timbang/ dan /-an/menjadi /pertimbangan/
awalan /di/ menjadi /dipertimbangkan/
awalan /per/, /hitung/ dan /-an/ menjadi /perhitungan/
awalan /di/ menjadi /diperhitungkan/
Imbuhan tertutup ialah bentuk yang tidak bisa lagi mendapat tambahan awalan
Contoh ;
/diperbesar/
/diperkecil/
/dipertimbangkan/
14

BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna
leksikal maupun makna gramatikal.
Contoh :
mem-perbesar per-besar
mem-perkecil per-kecil
Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah
nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai);
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya (misal
[br], [b], [bl] adalah alomorf dari morfem ber-.
Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan dan ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem.
Jenis jenis morfem ditentukan oleh dua macam criteria, yaitu :
1. Kriteria Hubungan
2. Kriteria Distribusi




15

2.2 Kritik dan Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang tulisan di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentu dapat di pertanggungjawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan

Anda mungkin juga menyukai