Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI


SEGMENTAL BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:

LILI AGUSTINA, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 4:

Jayanti Septia Sari 3061811017

Nor Aida 3061811008

Muhamaad Rusadi 3061811023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah Nya akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah
ini membahas tentang KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI
BUNYI SEGMENTAL BAHASA INDONESIA. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan
baik. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini.
kami menyadari sepenuh nya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khusus nya dan
pembaca pada umum nya.

Banjarmasin, 12 Maret 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..ii
I PENDAHULUAN……………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….1
II PEMBAHASAN…………………………………………………….2
2.1 Definisi Bunyi Segmental………………………………………...2
2.2 Klasifikasi Bunyi Segmental………………………………….......3
2.3 Bentuk – Bentuk Deskripsi Bunyi Segmental…………………….9
III PENUTUP…………………………………………………………12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………12
3.2 Saran…………………………………………………………......12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….......13

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara


satu sama lain. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komunikasi.Kebutuhan
berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan perkembangan
zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut
menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang
paling penting. Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua
belah pihak memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama. Wujud
bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi
bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan
atau dipisah-pisahkan (bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat
disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga
disebut bunyi segmental.

Oleh karna itu, dianggap penting untuk mengkaji mengenai bunyi-


bunyi segmental tersebut. Guna memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Definisi Bunyi Segmental?
b. Bagaimana Klasifikasi Bunyi Segmental?
c. Bagaimana Bentuk – Bentuk Deskripsi Bunyi Segmental?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk Mengetahui Definisi Bunyi Segmental
b. Untuk Mengetahui Klasifikasi Bunyi Segmental
c. Untuk Mengetahui Bentuk – Bentuk Deskripsi Bunyi Segmental

II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bunyi Segmental

Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap
dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam (Muslich Masnur,
2008)

1. Konsonan= bunyi yang terhambat oleh alat ucap

2. Vokal = bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap

3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai,
/au/ dalam /kau/

4. Kluster= dua konsonan yang dibaca satu bunyi.

Contoh Kluster/Konsonan Rangkap

ng: yang

ny: nyonya

kh: khusus, khas, khitmad,

pr: produksi, prakarya, proses

kr: kredit, kreatif, kritis, krisis

sy: syarat, syah, syukur

str: struktur, strata, strategi

spr: sprai

tr : tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.

2.2 Klasifikasi Bunyi Segmental


Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam keriteria,
yaitu Ada tidaknya gangguan , Mekanisme udara, Arah udara, Pita suara,
Lubang lewatan udara, Mekanisme artikulasi, Cara gangguan, Maju
mundurnya lidah, Tinggi rendahnya lidah, Bentuk bibir.

1. Ada Tidaknya Gangguan

Yang dimaksud “ gangguan ” adalah penyempitan atau penutupan yang


dilakukan oleh alat-alat ucap atas arus udara dalam pembentukan bunyi.
Dilihat dari ada tidaknya gangguan ketika bunyi diucapakan, bunyi di
klompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Bunyi vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan


penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.

Contoh bunyi vokoid menurut Daniel Jones terdapat padada bunyi vocal:

• Vocal (i) * vocal (a)

• Vocal (u) * vocal (o)

• Vocal (e) * vocal (α)

b. Bunyi kotoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan


penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi.

Contoh terdapat pada bunyi vocal (m), (n), dll

2. Mekanisme Udara

Yang dimaksud mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang
menggrakkan pita suara sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya
bunyi-bunyi bahasa bisa dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme
udara.

a. Mekanisme udara pulmonis, yaitu udra yang dari paru-paru menuju


keluar.

Contohnya terdapat pada hamper semua bunyi bahasa di dunia.


b. Mekanisme udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari
laring atau faring.

c. Mekanisme udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.

3. Arah Udara

Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi di klompokan


menjadi dua, yaitu:

a. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju
keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung.

b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk
kedalam paru-paru.

4. Pita Suara

Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi
dapat di klompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup shingga
getarannya tidak signifikan.

Contoh : bunyi (k), (p), (t), (s).

b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat
sehingga bergetar secara signifikan.

Contoh : bunyi (g), (b), (d), (z).


5. Lubang Lewatan Udara

Dilihat dari lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi diklompokkan


menjadi tiga, yaitu:

a. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
melalui rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.

Contoh: bunyi (k)

b. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
melalui rongga hidung , dengan menutup rongga mulut dan membuka
velik lebar-lebar.

Contoh: bunyi (m)

c. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
dari rongga mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.

Misalnya terdapat pada bunyi “bindheng”(istilahjawa)

6. Mekanisme Artikulasi

Yang dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja
atau bergerak ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini,
bunyi dikelompokan sebagai berikut:

a. Bunyi bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir


(labium) bawah dan bibir (labium ) atas.

Misalnya: bunyi (p), (b), (m), dan (w)

b. Bunyi labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir


(labium) bawah dengan gigi (dentum)atas.

Misalnya : bunyi (f), dan (v)

c. Bunyi apiko dental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah


(apeks) dan gigi(dentum) atas.
Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi), dan (n) pada (minta)

d. Bunyi apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan


ujung lidah (apeks) dan gusi (alveolum) atas.

Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan (n) pada (nama)

e. Bunyi lamino-palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan


tengah lidah (lamina) dan langit-langit keras (palatum).

Misalnya : (c), (j), (ñ), (Š)

f. Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal


lidah (dorsum) dan langit-langit lunak (velum).

Misalnya : (K), (g), (x), (η)

g. Bunyi dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan


pangkal lidah (dorsum) dan anak tekak (uvula).

Misalnya: (q), dan (R).

h. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok


(laring).

Misalnya: (h).

i. Bunyi glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau
clah (glotis) pada pita suara.

Misalnya: (?) hamzah

7. Cara Gangguaan

Dilihat dari cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi
diucapkan, bunyi dapat diklompokkan sebagai berikut.

a. Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan
kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut implosif(stop
implosif), tahap kedua (pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).

Misalnya: (p) pada (atap’) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku)
disebut bunyi eksplosif.

Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).

b. Bunyi kontinum(alir), kebalikan dari bunyi stop, yaitu bunyi yang


dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus
udara tetap mengalir.berarti, selain bunyi-bunyi stop merupakan bunyi
kontinum, seperti, bunyi afrikatif, frikatif, tril dan lateral.

c. Bunyi afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur.
Misalnya, (c), dan (j)

d. Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar.
Misalnya, (f), (v), (s), (z), (Š), (x).

e. Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara
ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)

f. Bunyi lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bias keluar melalui
salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).

g. Bunyi nasal (hidung),yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus


udara yang lewat rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan
lewat rongga hidung. Mialnya, (m), (n), (ñ), (η).
8. Tinggi-Rendahnya Lidah

Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
meniggi, mendekati langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada
(hantu).

b. Bunyi agak tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi
lidah meninggi, sehingga agak mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e)
pada lele, (o) pada (soto).

c. Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di
tengah. Misalnya, ( )

d. Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
agak merendah, sehingga agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya,
(ε)pada kata (p ε p ε?), (ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada
(pOkO?).

e. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
merendah, sehingga jauh dari langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata),
(a) pada (armada), (α) pada (allαh), (α) pada (rαhmat).

9. Maju Mundurnya Lidah

Dilihat dari maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan
lidah dinaikkan. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).

b. Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata.,
tidak ada bagian lidah yang diinakkan. Misalnya, ( )

c. Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian


belakang lidah dinaikkan. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
10. Bentuk Bibir

Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat


dikelompokkan menjadi dua, yiatu:

a. Bunyi bulat, yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir
berbentuk bulat. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).

b. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir
merata atau tidak bulat. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).

2.3 Bentuk – Bentuk Deskripsi Bunyi Segmental

Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan


oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan
dalam berbagai distribusi dan lingkungan. Tetapi, paling tidak jumlah dan
variasi bunyi tersebut biasa di deskripsikan sebagai berikut.

1. Bunyi Vokoid

Bunyi Ciri-ciri Contoh kata

(i) Tinggi, depan, tak bulat (bila) ’bila’

(ī) Agak tinggi, tak bulat (ad ī?) ‘adik’

(e) Tengah, depan, tak bulat (ide) ‘ide’

(ε) Agak rendah, depan, tak bulat (n ε n ε?) ‘nene?’

(a) Rendah, depan, tak bulat (cari) ‘cari’

(u) Tinggi, belakang, tak bulat (buku) ‘buku’

(U) Agak tinggi, belakang, bulat (batU?) ‘batuk’

(o) Tengah, belakang, bulat (toko) ‘toko’


(O) Agak rendah, belakang, bulat (tOkOh) ‘tokoh’

(α) Rendah, belakang, bulat (allαh) ‘allah’

( ) Tengah, pusat, tak bulat ( mas) ‘emas’

2. Bunyi kontoid

Bunyi Ciri-ciri Contoh kata

(p) Mati, oral, bilabial, plosif (paku) ‘paku’

(b) Hidup, oral, bilabial, plosif (baru) baru‘

(t) Mati, oral, apiko-dental, plosif (tidUr) ‘tidur’

(d) Hidup, oral, apiko-dental, plosif (dari) ‘dari’

(k) Mati, oral, velar, plosive (kaku) ‘kaku’

(g) Hidup, oral, velar, plosif (gali) ‘gali’

(?) Mati, oral, glottal, plosif (jara?) ‘jara?’

(c) Mati, oral, lamino-palatal, aprikatif (ciri) ‘ciri’

(j) Hidup, oral, lamino-palatal, aprikatif (jara?) ‘jara?’

(f) Mati, oral, labio-dental, prikatif (final) ‘final’

(s) Mati, oral, apiko-alveolar, frikatif (satu) ‘satu’

(z) Hidup, oral, apiko-alveolar, frikatif (zaman) ‘zaman’

(Š) Mati, lamino-valatal, frikatif (Šarat) ‘syarat’

(x) Mati, oral, frikatif (xas) ‘khas’

( ) Hidup, oral, velar, frikatif (tabli ) ‘tabligh’

(h) Mati, oral, laringal, frikatif (tahan) ‘tahan’


(l) Hidup, oral, apiko-alveolar, tril (lama) ‘lama’

(m) Hidup, nasal, bilabial (makan) ‘makan’

(n) Hidup, nasal, apiko-dental (minta) ‘minta’

(n) Hidup, nasal, apiko-alpeolar (tanam) ‘tanam’

(ñ) Hidup, nasal, lamino-palatal (ñala) ‘nyala’

(η) Hidup, nasal, velar (ηilu) ‘ngilu’

(w) Mati, oral, bilabial (waktu) ‘waktu’

(y) Mati, oral, lamino-palatal (yatim) ‘yatim’

III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan


bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat
penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi.
Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan
makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.

Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara


tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Berbeda dengan nada,
tekanandalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud
dalam tatarankalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan
makna dalam tatarankata (leksis). Tidak jauh berbeda dengan tekanan,
durasi atau panjang-pendek ucapan dalam bahasa Indonesia tidak
fungsional dalam tataran kalimat.Untuk jeda biasanya dilambangkan
dengan tanda titik (.). Sedangkan Intonasimerupakan kerja sama antara
nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu
tutur, dari awal hingga ke perhentianterakhir yang berarti unsur-unsur ini
memiliki keterkaitan satu sama lain.

3.2 Saran

Adapun yang dapat penulis sarankan agar kita bisa memahami


lebih jauh bagaimana peran dan kiprah bunyi-bunyi supraegmental adalah
dengan cara kita harus bisa membedakan unsur-unsur suprasegmental
tersebut dalam tuturan bahasa Indonesia dimana unsur-unsur tersebut
memiliki keterkaitan satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

http:/fonologi.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-bunyi-segmental-dan.html?m=1
diakses pada tanggal 12 maret 2019

Anda mungkin juga menyukai