DOSEN PENGAMPU:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah Nya akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah
ini membahas tentang KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI
BUNYI SEGMENTAL BAHASA INDONESIA. Kami menyadari bahwa tanpa
bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan
baik. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini.
kami menyadari sepenuh nya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khusus nya dan
pembaca pada umum nya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..ii
I PENDAHULUAN……………………………………………………1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….1
II PEMBAHASAN…………………………………………………….2
2.1 Definisi Bunyi Segmental………………………………………...2
2.2 Klasifikasi Bunyi Segmental………………………………….......3
2.3 Bentuk – Bentuk Deskripsi Bunyi Segmental…………………….9
III PENUTUP…………………………………………………………12
3.1 Kesimpulan………………………………………………………12
3.2 Saran…………………………………………………………......12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….......13
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bunyi Segmental
Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap
dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam (Muslich Masnur,
2008)
3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai,
/au/ dalam /kau/
ng: yang
ny: nyonya
spr: sprai
Contoh bunyi vokoid menurut Daniel Jones terdapat padada bunyi vocal:
2. Mekanisme Udara
Yang dimaksud mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang
menggrakkan pita suara sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya
bunyi-bunyi bahasa bisa dihasilkan dari tiga kemungkinan mekanisme
udara.
3. Arah Udara
a. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju
keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk
kedalam paru-paru.
4. Pita Suara
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi
dapat di klompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup shingga
getarannya tidak signifikan.
b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara melakukan gerakan membuka dan menutup secara cepat
sehingga bergetar secara signifikan.
a. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
melalui rongga mulut, dengan menutupkan velik pada dinding faring.
b. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
melalui rongga hidung , dengan menutup rongga mulut dan membuka
velik lebar-lebar.
c. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar
dari rongga mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
6. Mekanisme Artikulasi
Yang dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja
atau bergerak ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini,
bunyi dikelompokan sebagai berikut:
Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan (n) pada (nama)
Misalnya: (h).
i. Bunyi glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau
clah (glotis) pada pita suara.
7. Cara Gangguaan
Dilihat dari cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi
diucapkan, bunyi dapat diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup rapat sehingga udara terhenti seketika, lalu dilepaskan
kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut implosif(stop
implosif), tahap kedua (pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p) pada (atap’) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku)
disebut bunyi eksplosif.
Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
c. Bunyi afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup rapat, tetapi kemudian dilepaskan secara berangsur.
Misalnya, (c), dan (j)
d. Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara dihambat sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keluar.
Misalnya, (f), (v), (s), (z), (Š), (x).
e. Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara
ditutup dan dibuka berulang-ulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus
udara ditutup sedemikian rupa sehingga udara masih bias keluar melalui
salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada (lima).
Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
a. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
meniggi, mendekati langit-langit keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada
(hantu).
b. Bunyi agak tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi
lidah meninggi, sehingga agak mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e)
pada lele, (o) pada (soto).
c. Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di
tengah. Misalnya, ( )
d. Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
agak merendah, sehingga agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya,
(ε)pada kata (p ε p ε?), (ε) pada kata (ε l ε?), (О) pada (jOrO?), (O) pada
(pOkO?).
e. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah
merendah, sehingga jauh dari langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata),
(a) pada (armada), (α) pada (allαh), (α) pada (rαhmat).
Dilihat dari maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan
lidah dinaikkan. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
b. Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata.,
tidak ada bagian lidah yang diinakkan. Misalnya, ( )
a. Bunyi bulat, yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir
berbentuk bulat. Misalnya, (u), (U), (o), (O), (α).
b. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir
merata atau tidak bulat. Misalnya, (i), (ī),(e), (ε), (a).
1. Bunyi Vokoid
2. Bunyi kontoid
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
http:/fonologi.blogspot.com/2012/06/klasifikasi-bunyi-segmental-dan.html?m=1
diakses pada tanggal 12 maret 2019