MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas Fonlogi Bahasa Indonesia yang ampu oleh
Latifah,M.pd
Disusun oleh :
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada kami. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
kepada kami dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang fonologi. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun makalah ini
tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatanpada studi
banding atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi.
Makalah ini memuat tentang Fonem dan Alofon. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen Fonologi yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara
kami menyusun makalah ini. Tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah ikut berpartisipasi.
Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Akhirnya kami menyadari dalam penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami meminta
kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki banyak kekurangan. Kami mohon kritrik dan saranya
Penyusun
1
BAB I PENDAHULUAN
Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa dengan
memperhatikan apakah bunyi tesebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Objek
kajian fonemik adalah fonem. Lalu, persoalan kita apa bedanya fon dan fonem, sebab keduanya sama-
sama bunyi bahasa. Bunyi-bunyi bahasa baik yang disebut vocal maupun konsonan jumlahnya
sangat banyak. Bunyi-bunyi tersebut, meskipun merupakan representasi dalam pertuturan, ternyata
yang satu dengan yang lain dapat bergabung dalam satu kesatuan yang statusnya lebih tinggi yaitu
sebuah fonem, sehingga dapat membedakan makna kata. Jadi, fonem merupakan abstraksi dari satu
atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.3 TUJUAN
2
BAB II FONEM DAN ALOFON
2.1 Fonem
Ada banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya fonem adalah satu
kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Mungkin kita bertanya-tanya apakah
sama antara fonem dan dengan huruf? Tentu saja tidak, fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf
adalah lambing dari bunyi. Jadi, fonem sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambing. Jumlah
huruf hanya 26. Setelah kita melafalkan ke 26 huruf itu, berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf
(fonem). Akan tetapi, jumlah fonem dalam bahasa Indonesia ternyata lebih dari 26 karena beberapa
huruf mempunyai lebih dari satu lafal bunyi. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau
bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan berbagai pakar. Namun, intinya adalah
kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang
disebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya
sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [a] fonem atau bukan, maka kita cari,
misalnya, pasangan kata jahat dan jahit.
Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan
kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. Karena
bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata, bukan maujud yang dapat diindera.
Dalam kata rokok, misalnya, terdapat empat fon, tetapi empat fon itu sebenarnya merupakan realisasi
tiga fonem, yakni /r/, /o/, dan /k/. Dalam kata itu pula terdapat bunyi ( ) yang sebenarnya merupakan
realisasi fonem /o/. Hanya karena lingkungan berdistribusinya, fonem /o/ itu direalisasikan menjadi (
).
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem. Namun, intinya adalah satu
kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi
adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar.
Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus
mencari yang disebutpasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya
mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita inginmengetahui bunyi [p] fonem atau bukan,
maka kita cari, misalnya pasangan kata pakudan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing
terdiri dari empat bunyi. Katapaku terdiri dari bunyi [p], [a], [k], dan [u]; sedangkan kata baku terdiri
dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. jadi, pada pasangan paku danbaku terdapat tiga buah bunyi yang sama,
yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada
kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia
adalah sebuah fonem. Mengapa? Karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [b], maka maknanya akan
berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pada pasangan katapaku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan
sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya diganti oleh bunyi [p] atau
bunyi [I] menjadilaku, maknanya juga akan berbeda.
3
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal
yang salah satu angotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang
itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah
fonem atu bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah
bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu
ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah
sebuah fonem [h].
Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang terbentuk
Bahasa Indonesia secara umum menggunakan system Grafem Latin. Grafem Latin memiliki
26 Alpabeta lepas. Jumlah Alpabeta latin yang dianut bahasa Indonesia dan fonem yang dimiliki
bahasa Indonesia tidak sama. Bahasa Indonesai menganut system Grafem Latin dengan 26 Alpabeta,
tetapi dari hasil penelitian ditumukan 32 buah fonem sebagai unit terkecil bunyi yang berfungsi
membedakan arti.
• 23 buah fonem konsonan : /p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/, /w/, /s/, /s/, /t/,
/f/, /h/, /x/, dan /?/.
Selanjutnya, fonem-fonem ini akan membentuk satuan, yaitu saku kata. Suku kata dapat
diidentifikasi dengan jalan mengidentifikasi vokalnya karena fonem vokal merupakan puncak
sonoritas (kenyaringan).
1. KVKKK Korps
4
6. KKVK Spon, p`da kata spontan
10. V I, a, o, u, e
a. Fonem Vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut:
Status fonem-fonem vokal itu dapat dibuktikan dengan pasangan minimal berikut ini:
b. Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/ dan
diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
5
c. Fonem Konsonan
Klasifikasi konsonan berdasarkan cara pengucapan atau cara artikulasi seperti uraian berikut.
f. Konsonan Getar
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus
udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat
artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi
jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].
g. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpeng- hambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang
atau renggang lebar. Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai
berikut.
1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan
artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ].
2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [
y].
Cara mengucapkan atau melafalkan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat dituliskan
dengan lambang fonetis.
Contoh
Huruf Pelafalan Contoh Kata Lambang Fonetis
a A Air [a i r]
au Aw kalau [k a l aw]
ai Ay intai [i n t a y]
b B bukan [b u k a n]
c C cara [c a r a ]
d D damai [d a m ai]
e E enak [e n a ?]
e Ε nenek [n ε n ε?]
e E gedung [g e d u h]
f F formal [f o r m a l]
g G gundul [g u n d u l]
h H harap [h a r a p]
i I indah [i n d a h]
i I kering [k e r I ŋ]
j J Jumlah [j u m l a h]
k K Kasih [k a s i h]
k ? Rakyat [r a? y a t]
l L lama [l a m a]
m M mandi [m a n d i]
n N nanas [n a n a s]
ny Ñ nyanyi [ñ a ñ i ]
ng Ŋ barang [b a r a ŋ]
o O obat [o b a t]
o O tolong [t c l c h]
oi Oy amboi [a m b o y]
p P pilih [p i l i h]
r R rantai [r a n t ai]
s S suara [s u a r a]
sy Š syukur [š u k u r]
t T taruh [t a r u h]
u U ulir [u l I r]
u U taruh [t a r U h]
v V visa [v i s a]
w W wanita [w a n i t a]
kh X ikhwal [i x w a l]
y Y karya [k a r y a]
z Z ijazah [i j a z a h]
2.3 Alofon
Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon
adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi
menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat babas. Yang disebut bersifat
komplementer adalah distri busi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan
meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna.Yang dimaksud
bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan
lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari fonem
maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari
alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa adalah
alofon
1. Variasi fonem terjadi karena posisi atau letak suatu fonwm dalam satu kata atau suku kata yang
merupakan lingkungannya.
2. Variasi fonem disebut juga variasi alofonis, aitu alofon atau r alisasi fonem dalam suatu
lingkungan.
3. Variasi bebas adalah variasi fonem, yang tidak mengubah makna pada suau lingkungan tertentu.
a. Alofon vocal
• Alofon fonem /a/, yaitu
[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.
[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/
• Alofon fonem /i/, yaitu
[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/
[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/
[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/
[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/
• Alofon fonem /u/, yaitu
[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.
[aku]à/aku/, [buka]à/buka/
[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.
[ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/
[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a], [buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/
• Alofon fonem /ε/, yaitu
[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang
mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/
[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/
[¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/
[¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/
• Alofon fonem /o/, yaitu
[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/
[É] jika terdapat pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/
b. Alofon konsonan
• Fonem /c/
[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/
• Fonem /f/
[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.
[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/
• Fonem /g/
[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.
[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/
[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.
[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/
• Fonem /h/
[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.
[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/
[H] jika berada di tengah kata
[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/
• Fonem /j/
[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/
• Fonem /k/
[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.
[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/
[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.
[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/
[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.
[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/
• Fonem /l/
[l] berada di awal dan akhir suku kata.
[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/
• Fonem /m/
[m] berada di awal dan akhir suku kata
[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/
• Fonem /n/
[n] berada di awal dan akhir suku kata.
[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/
[ň] berada di awal suku kata
[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/
• Fonem /Ƞ/
[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.
[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/
• Fonem /p/
[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara
[piker]à/piker/, [hapal]à/h
• Fonem /p/
[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.
[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/
[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/
[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.
[babi]à/babi/, [babu]à/babu/
[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti
lagi vokal.
[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/
apal/
• Fonem /r/
[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R].
[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/
• Fonem /š/
[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata
[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/
• Fonem /t/
[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.
[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/
[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.
[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/
[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.
[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/
[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada
akhir kata.
[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/
• Fonem /w/
[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata.
[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/
• Fonem /x/
[x] berada di awal dan akhir suku kata.
[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/
• Fonem /y/
[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada akhir suku kata.
[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/
• Fonem /z/
[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi bunyi bahsa, proses
terbentuk nya dan perubahan nya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat didevinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yg bersifat fungsional, artinya
satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam
kata, misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem
yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Alofon adalah pembeda realisasi pelapazan fonem karena posisi yang berbeda dalam kata.
Misalkan fonem /b/ dalam bahasa Indonesia dilapazkan pada posisi awal besar("besar"), dan
tengah("kabel"), berbeda dengan fonem ini pada posisi akhir("Jawab ").
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu
menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat di lakukan salah satunya
dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk
kedepannya. Amin