Anda di halaman 1dari 4

Analisis Wacana Kritis [1]

Novalia Tanasy
F013191015

TEKS, KONTEKS DAN KOTEKS

A. Pengertian Teks
Bagi Barthes, teks adalah sebuah objek kenikmatan, sebagaimana diproklamasikannya dalam
buku Sade ! Fourier ! Loyola: “The text is an object of pleasure. (Teks adalah objek kenikmatan.)”
(Culler, 1983, dalam Kurniawan, 2001:101). Sebuah kenikmatan dalam pembacaan sebuah teks
adalah kesenangan kala mensyukuri halaman demi halaman objek yang dibaca. Sebuah bentuk
keasyikan yang tercipta yang hanya dirasakan oleh si pembaca sendiri. Kenikmatan pembaca itu
bersifat individual. Kita tak akan bisa merasakan betapa asyiknya seseorang ketika membaca
sampai tidak memperhatikan lagi apa yang ada di sekelilingnya bila kita sendiri tidak mencoba
merasakan itu dengan turut membaca tulisan yang sama. Kenikmatan yang individual itu seakan-
akan membangun sebuah dunia pembaca itu sendiri, yang dia secara bebas mengimajinasikannya
(Kurniawan, 2001:202). Imajinasi itu sendiri adalah suatu daya yang muncul dari dalam diri
manusia, yang antara lain, memiliki ciri personal (Tedjoworo, 2001:59).
Teks juga bisa diartikan “seperangkat tanda yang ditransimiskan dari seorang pengirim
kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu” (Budiman,
1999b:115-116). Pihak penerima yang menerima tanda-tanda tersebut sebagai teks segera
mencoba menafsirkannya berdasarkan kode-kode yang tepat dan telah tersedia. Sebuah teks pada
dasarnya tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks lain. Dalam teori bahasa, apa yang
dinamakan teks tak lebih dari himpunan huruf yang membentuk kata dan kalimat yang dirangkai
dengan sistem tanda yang disepakati oleh masyarakat, sehingga sebuah teks ketika dibaca bisa
mengungkapkan makna yang dikandungnya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, nampaknya dapat dirangkum bahwa teks adalah
sebuah himpunan huruf atau sebuah objek yang memiliki makna sekaligus dapat memberikan
kenimatan kepada setiap pembacanya. Kenikmatan itu sendiri diperoleh oleh masing-masing
individu yang membaca tulisan yang sama.
 Contoh teks dalam wacana bahasa Indonesia
a. Contoh teks lisan
Mata kuliah Sintaksis merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh dalam program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mata kuliah ini, membahas tentang seluk beluk
pembentukan kalimat.
b. Contoh teks lisan
“Bang mie ayam 2 gak pakek saos dan kuahnya dipisah”
Analisis Wacana Kritis [2]

B. Pengertian Koteks
Dalam kamus linguistik (2011:137), koteks adalah kalimat atau unsur-unsur yang
mendahului dan mengikuti sebuah unsur lain dalam sebuah wacana. Kridalaksana (2011:137),
mengartikan bahwa koteks merupakan kalimat atau unsur yang mendahului ataupun mengikuti
sebuah unsur–unsur lain dalam sebuah wacana. Koteks menurut (Cooks, 1994) dalam
http:hasanbusri.blospot.com/2010/01 adalah hubungan antara wacana yang merupakan
lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Dengan begitu makna ujaran ditentukan
oleh teks sebelum dan sesudahnya. Koteks ini dapat berupa ujaran, paragraf, atau wacana.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koteks adalah kalimat atau unsur yang posisinya
mendahului serta mengikuti unsur yang lain dalam sebuah wacana. Maksudnya di sini adalah
koteks memiliki hubungan yang erat dengan sebuah wacana yang di mana sebuah wacana itu
sendiri merupakan lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Koteks dapat berupa
ujaran, pargaraf ataupun wacana.
Contoh penggunaan koteks dalam sebuah wacana
1.) Terimakasih.
2.) Kurangi kecepatan ! kawasan sekolah

C. Pengertian Konteks
Kleden (dalam Sudaryat, 2009:141) mengatakan bahwa konteks merupakan ruang dan waktu
yang spesifik yang dihadapi oleh oleh seseorang atau kelompok orang. Halliday (1994:6)
mengemukakan bahwa konteks adalah teks yang menyertai teks. Artinya konteks itu hadir
menyertai teks. Kemudian, Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek
lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2) pengetahuan yang sama-
sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud
pembicara.
Menurut Brown dan Yule (1983) konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa
digunakan. Halliday dan Hasan (1994) mengatakan hafiah konteks berarti “something
accompanying text”, yaitu sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks, sehingga dapat diartikan
konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu proses komunikasi. Kemudian, menurut
Mulyana (2005:21) konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan
ataupun dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan
arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi
peristiwa tuturan itu.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah ruang dan waktu yang
spesifik yang meliputi lingkungan fisik dan sosial tertentu dalam memahami suatu teks yang ingin
atau akan dipahami. Teks yang dimaksud di sini tidak hanya teks yang dilisankan dan yang ditulis
saja, namun termasuk pula kejadian-kejadian yang nirkata (nonverbal) lainnya atau keseluruhan
lingkungan teks itu sendiri. Selain itu, konteks juga dianggap sebagai penyebab terjadinya suatu
pembicaraan atau interaksi komunikasi.
Analisis Wacana Kritis [3]

Contoh konteks dalam wacana bahasa Indonesia


Dialog 1 :
1.) Pembicara : Ibu
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi :Sedang menunggu anaknya kembali dari rumah pamannya karena
menggambil sesuatu yang dipinjam
Waktu : Pukul 19.00 WIB
Ketika si anak kembali, si ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang.”

Dialog 2 :
2.) Pembicara : Ibu
Pendengar : Bapak
Tempat : Rumah
Situasi : Menunggu anaknya yang belum kembali dari rumah temannya
Waktu : Pukul 19.00 WIB
Ketika si anak datang, si Ibu mengatakan, “ Cepat sekali kamu pulang”.

Kalimat “ Cepat sekali kamu pulang” yang diucapkan si Ibu pada dialog I dan II memiliki
bentuk yang sama, tetapi maknanya berbeda. Kalimat pada dialog I, si Ibu sungguh-sungguh
mengatakan bahwa anaknya sangat cepat kembali dari rumah paman atau dapat dikatakan si Ibu
memuji anaknya yang melaksanakan perintah/kerja dengan cepat. Berbeda dengan dialog II,
kalimat itu memiliki makna sindiran pada anaknya yang terlambat pulang ke rumah. Kata “ Cepat
sekali kamu pulang” pada kalimat dialog II bukan makna sebenarnya yang menyatakan si anak
pulang dengan cepat, malah sebaliknya, yaitu pulangnya lambat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa teks adalah adalah sebuah himpunan huruf atau sebuah objek
yang memiliki makna sekaligus dapat memberikan kenimatan kepada setiap pembacanya.
Kenikmatan itu sendiri diperoleh oleh masing-masing individu yang membaca tulisan yang
sama. Sementara koteks adalah kalimat atau unsur yang posisinya mendahului serta mengikuti
unsur yang lain dalam sebuah wacana. Maksudnya di sini adalah koteks memiliki hubungan yang
erat dengan sebuah wacana yang di mana sebuah wacana itu sendiri merupakan lingkungan
kebahasaan yang melingkupi suatu wacana. Koteks dapat berupa ujaran, pargaraf ataupun wacana.
Sedangkan konteks adalah ruang dan waktu yang spesifik yang meliputi lingkungan fisik dan
sosial tertentu dalam memahami suatu teks yang ingin atau akan dipahami. Teks yang dimaksud
di sini tidak hanya teks yang dilisankan dan yang ditulis saja, namun termasuk pula kejadian-
kejadian yang nirkata (nonverbal) lainnya atau keseluruhan lingkungan teks itu sendiri. Selain itu,
konteks juga dianggap sebagai penyebab terjadinya suatu pembicaraan atau interaksi komunikasi.
Analisis Wacana Kritis [4]

REFERENSI

Brown, Gillian dan Yule, George. (1984). Discaurse Analysis. Cambridge: Cambridge University
Press.
Halliday, M.A.K; Ruqaiya Hasan. (1994). Bahasa Konteks dan Teks; Aspek-aspek Bahasa dalam
pandangan Semiotik Sosial. (Terjemahan Asruddin Barori Tou). Yogyakarta: UGM Press.
(Buku asli tahun terbit 1985).
Kridalaksana, Harimurti. (2011) Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
Mulyana. (2005). Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudaryat, Yayat. (2009). Makna dalam Wacana Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik.
Bandung: CV Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai