Hubungan antara Bahasa dan Masyarakat menurut Ronald Wardhaugh (1992: 10) 1. Struktur sosial dapat mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku bahasa (contoh: ragam umur (age-grading, kekuasaan) 2. Struktur atau perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan menentukan struktur sosial (hipotesis Whorf, ragam bahasa Bernstein, teori bahasa seksis) 3. Bahasa dan masyarakat saling mempengaruhi (dialek) 4. Struktur bahasa dan struktur sosial tidak berhubungan sama sekali (bahasa adalah a-sosial, Chomsky) Bilingualisme atau Kedwibahasaan Abdul Chaer Pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari. Weinrich The practice of alternately using two language kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Bilingualisme/Dwibahasa (Tsunaiyah al-Lughah) Bilingualisme : penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama adalah bahasa ibu atau bahasa pertamanya (disingkat B1) dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Orang yang bisa menggunakan kedua bahasa orang yang bilingual (dwibahasawan). Kemampuan menggunakan dua bahasa bilingualitas (dwibahasaan). Bilingualisme dan Bilingualitas Hubungan logika antara bilingualisme dan bilingualitas: tidak semua yang memiliki bilingulitas akan mempraktikkan bilingualisme dalam kehidupan sehari-harinya seseorang tidak akan dapat mempraktikkan bilingualisme tanpa memiliki bilingualitas. (tergantung situasi kebahasaan di lingkungannya) Singkatnya, bilingualisme berimplikasi pada bilingualitas
Kedwibahasaan Mempengaruhi Perkembangan kebahasaan Masyarakat Indonesia Bangsa Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibu mereka (bahasa daerah) dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Menurut Aslinda Penggunaan bahasa daerah disebut juga sebagai penggunaan bahasa pertama, sementara penggunaan bahasa Indonesia disebut juga sebagai penggunaan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang seperti itu disebut sebagai diglosia
Apa itu Diglosia ?
Suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi- variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Diglosia (Lughah al-Mudzawijah) Diglosia : situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa- bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau non-formal. Contohnya di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan Historis Diglosia Istilah diglosia ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani , 'dwibahasa') oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marais menggunakannya pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab. istilah diglosia menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah digunakan oleh C.A. Ferguson, seorang sarjana dari Stanford University pada tahun 1958 dalam sebuah symposium tentang Urbanisasi dan Bahasa-bahasa Standar yang diselenggarakan oleh American Antropological Association di Washington DC. Ferguson mengunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing punya peranan tertentu. Ferguson membahas diglosia ini dengan mengemukakan sembilan topic, yaitu fungsi, prestise, warisan sastra, pemerolehan, standarisasi, stabilitas, gramatika, leksikon, dan fonologi. Perbedaan Dialek Tinggi dan Rendah dalam Diglosia Dialek T Dialek R Sudut Pandang lebih bergengsi, lebih superior, lebih terpandang dan merupakan bahasa yang logis Inferior. Pemerolehan mempelajarinya dalam pendidikan formal diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan teman- teman Standarisasi Dilakukan standarisasi kodifikasi formal. Kamus, tata bahasa, petunjuk lafal, dan buku-buku kaidah untuk penggunaan yang benar ditulis untuk ragam T Tidak dilakukan standarisasi Hubungan Bilingualisme dengan Diglosia hampir setiap orang mengetahui ragam atau bahasa T dan ragam atau bahasa R. kedua ragam atau bahasa itu akan digunakan menurut fungsinya masing-masing, yang tidak dapat dipertukarkan Bilingualisme dan diglosia terdapat sejumlah individu yang bilingual namun mereka tidak membatasi penggunaan bahasa untuk satu situasi dan bahasa yang lain untuk situasi yang lain pula Bilingaulisme tanpa diglosia Terdapat 2 Kelompok (1)Kelompok pertama yang biasanya lebih kecil, merupakan kelompok ruling group yang hanya biara dalam bahasa T. sedangkan kelompom kedua yang biasanya lebih besar, tidak memiliki kekuasaan dalam masyarakat, hanya berbicara bahasa R. situasi diglosia tanpa bilingualisme banyak kita jumpai di Eropa sebelum perang dunia pertama. Diglosia tanpa bilingualisme ada satu bahasa dan tanpa variasi serta dapat digunakan untuk segala tujuan. Keadaan in hanya mungkin ada dalam masyarakat primitive atau terpencil, yang dewasa ini tentunya sukar ditemukan. Masyarakat yang tidak diglosia dan bilingual ini akan mencair apabila telah bersentuhan dengan masyarakat lain. Tidak bilingualisme dan tidak diglosia Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikandengan tempatnya (diglosia) Bahasa Resmi Digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Bahasa Tidak Resmi. Digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat- surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal. Ragam Bahasa Ragam bahasa Indonesia . ( Halim 1986 : 5) a. Ragam Lisan b. Ragam Tulis Dari ragam lisan dan ragam tulis dibedakan, a. Ragam Baku b. Ragam tidak Baku Bahasa Baku Moeliono Bahasa baku adalah bahasa standar ialah bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan diterima masyarakat sebagai acuan atau model. Harimurti Kridalaksana Bahasa Baku atau Standar ialah ragam bahasa dialek yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang undangan, surat menyurat resmi, dan berbicara di depan umum.
Penyebab Ketidakbakuan Kalimat 1. Pelesapan Imbuhan 2. Pemborosan Penggunaan Makna 3. Ketidaktepatan Pemilihan Kata 4. Penggunaan Konjungsi Ganda 5. Kerancuan Bentuk 6. Kesalahan Ejaan 7. Pelesapan Salah Satu Fungsi Kalimat 8. Kesalahan Struktur Kalimat Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu: Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal Keseragaman. Di sini istilah baku dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
Bahasa Tidak Baku Menurut Suharianto Bahasa tidak Baku (nonstandar) adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkem-bang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakain bahasa tidak resmi. Contoh Penggunaan Kalimat Tidak Baku A Enkau harus hati hati jika bertemu dengan dia Sopir andong Ngadiman tabrakan. Saya ingin tanya pak! Sukiman curi sebelas mobil B. 1. Tahun lalu ia bertanding di Jakarta di mana ia kalah angka. 2. Tujuan daripada pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan. 3. Kepada para penumpang kereta api Fajar Utama Yogyakarta - Jakarta diminta segera naik. 4. Dari hasil penyelidikan laboratorium kriminal menunjukkan bahwa pelaku tindak kejahatan itu wanita C 1. Ia sedang membikin rak buku 2. Setiap hari ia cuma makan sayur sayuran. 3. Permintaan para pelanggan belum ada yang dipenuhi karena persediaannya sudah habis. 4. Buku itu diberi ke saya. D. 1. Karena nilainya kurang dari batas minimal, maka ia tak dapat diterima menjadia siswa. 2. Setelah segala keperluan Sultan Agung selesai maka kembalilah beliau ke Mataram. E 1. Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan. F. 1. Surat Anda sudah saya baca 2. Limbah industri itu membahayakan bagi masyarakat. 3. Dalam masyarakat Jawa pun mengenal tradisi semacam itu.