Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MORFOLOGI (PEMBENTUKKAN KATA)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Nurul Septiani, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 7:

Shafa Febriliani Rahma (2231060143)


Sintia Nabela (2231060265)
Dharma Persada (2231060045)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Morfologi ( Pembentukan Kata)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurul Septiani,M.Kep. selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan bimbingan.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan
makalah kami. Kami juga berharap semoga makalah ini mampu memberikan
pengetahuan tentang pembentukkan kata.

Bandar Lampung, 17 November 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pengertian Morfologi ............................................................................................ 2
B. Morferm dan Kata ................................................................................................ 3
C. Proses Morfologis .................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9
Kesimpulan .................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu alat yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi adalah
bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Tentunya manusia begitu
dekat dengan bahasa, terutama bahasa Indonesia. Sehingga manusia sangat
perlu untuk mempelajari bahasa tersebut secara lebih jauh dan mendalam.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif yang dilakukan antar
manusia. Dengan adanya bahasa, sangat memudahkan manusia untuk
berkomunikasi di kalangan masyarakat. Sejak kecil manusia tentunya sudah
mempelajari bahasa dengan baik dan benar.
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang
berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai
oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Dengan adanya bahasa manusia
menjadi lebih mudah untuk mendapatkan informasi dari berbagai hal, untuk
memudahkan manusia dalam berinteraksi. Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang pesannya berbentuk pesan verbal yakni pesan yang
berbentuk kata. Bahasa juga akan selalu berkembang seiring dengan
berkembangya zaman, baik dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis
maupun wacana secara berkesinambungan satu bidang dengan bidang yang
lainnya.Melalui bahasa manusia dapat menuangkan ide atau gagasan yang
ada di dalam pikiran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu morfologi?
2. Apa itu morferm dan kata?
3. Bagaimana proses morfologis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian morfologi.
2. Untuk mengetahui morferm dan kata.
3. Untuk mengetahui proses morfologis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau
yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata dan fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik.1 Secara etomilogi kata morfologi berasal daru kata morf yan
berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara
harfiahmorfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Di dalam kajian
linguistik, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan
pembentukan kata. Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah
bentuk-bentuk dalam pembentukan kata, maka semua satuan bentuk
sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya
perlu dibicarakan.2
Secara etimologis, istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal
dari kata morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua
buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan logy ‘ilmu’. Istilah morfologi
merujuk kepada ‘Ilmu yang mengenai bentuk-bentuk kata dan proses
pembentukan kata. Artinya setiap bentuk bahasa (linguistic form) yang
berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran untuk dikaji, misalnya,
selain kata desain, terdapat kata mendesain, mendesainkan, terdesain,
banyak desain, desain-desain, desain rumah, pendesainan bersusun,
tampilan desain, hasil desain imaging, rancangan desain; di samping kata
ekstensi terdapat kata diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; di sisi
kata telepon terdapat kata bertelepon, menelepon, meneleponkan,
diteleponkan, telepon genggam, telepon pintar, telepon seluler, telepon-
telepon, telepon-teleponan, bertelepon-teleponan.
Selanjutnya, untuk memastikan kesahihan pengertian dari morfologi
sendiri, berikut adalah beberapa pengertian morfologi menurut pendapat
beberapa ahli.
• Tarigan
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-
beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata.3

1
Ramlan, M 1987:21
2
Chaer, Abdul, 2008:3
3
Tarigan, 1987, hlm. 4 dalam Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 47

2
• O’Grady
“Morphology is the system of categories and rules involved in word
formation and interpretation“, yang berarti bahwa morfologi adalah
sistem kategori dan aturan yang digunakan dalam pembentukan kata
serta interpretasinya.4
• Bloomfield
“By the morphology of a language we mean the constructions in
which bound forms or words, but never phrases. Accordingly, we
may say that morphology includes the constructions of words and
parts of words,…“, Morfologi dalam ilmu bahasa adalah
pembentukan kata yang menghasilkan morfem tetapi bukan frasa.
Kemudian, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup morfologi juga
akan menjamah konstruksi dan bagian-bagian dari kata.5
• Verhaar
Morfologi atau tata bentuk (Inggris morfology; ada pula yang
menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal.6
• Alwasilah
Dalam bahasa linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif,
yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam
bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa
perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk.7
Dari berbagai pendapat ahli mengenai pengertian morfologi di atas
dapat disimpulkan morfologi adalah cabang linguistik yang mengkaji
tentang seluk-beluk bentuk dan pembentukan kata hingga berbagai fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata tersebut untuk mendapatkan makna yang
berbeda.
B. Morferm dan Kata
Ada dua unsur morfologi, yaitu morferm dan kata.
1. Morferm
Morfem adalah satuan terkecil bahasa yang memiliki pengertian
dalam suatu ujaran. Morfem adalah unsur terkecil yang secara individual
mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa.8

4
O’Grady (1997, hlm. 113)
5
Bloomfield (1993, hlm. 207)
6
Verhaar (1984, hlm. 52)
7
Alwasilah (1985, hlm. 101)
8
Hocket (1958, hlm. 123 dalam Tarigan 1987, hlm. 6)

3
Morfem dapat dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi,
meliputi:
1. Morfem bebas dan terikat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, morfem bebas adalah
morfem yang mampu berdiri sendiri sebagai kata atau membentuk sebuah
kata (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Morfem mandi, duduk, dan makan,
masing-masing merupakan kata yang dapat langsung menjadi unsur
kalimat, seperti terlihat pada kalimat:
Adik sudah makan
Dia duduk di teras
Anak itu makan sepotong roti
Ketiga morfem di atas dapat digolongkan sebagai morfem bebas.
Pada dasarnya semua kata dasar atau kata monomorfemis dapat
digolongkan sebagai morfem bebas.
Morfem terikat adalah morfem yang tidak mampu berdiri sendiri
dalam artian harus bergabung atau terikat dengan morfem lain dalam
membentuk sebuah kata (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 52). Contohnya
adalah sebagai berikut:
• Pada kata bersembahyang, morfem terikat {ber-} bergabung
dengan satu morfem bebas {sembahyang};
• Dalam kata ketidakhadiran, morfem terikat {ke-/-an}
bergabung dengan dua morfem bebas, yakni morfem {tidak}
dan {hadir};
• Morfem terikat {ber-} dapat bergabung dengan morfem
terikat {juang} untuk membentuk kata berjuang.

2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi


Morfem utuh adalah morfem yang keseluruhan komponennya
menyatu atau utuh dalam suatu posisi (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53).
Kata minuman terdiri atas dua morfem, yakni morfem bebas {minum} dan
morfem terikat {-an}. Masing-masing morfem tersebut tergolong morfem
utuh.
Morfem terbagi adalah morfem yang posisi komponennya terpisah
(Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 53). Morfem terikat {per-/-an} pada kata
perburuan, misalnya, disela oleh morfem bebas {buru} sehingga

4
komponennya terpisah atau terbagi, yakni sebagian berada di depan bentuk
dasar dan sebagian di belakang bentuk dasar.

3. Morfem dasar, morfem pangkal, dan morfem akar


Morfem dasar adalah bentuk yang menjadi dasar bentukan dalam
proses morfologis (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Bentuk dasar ini dapat
berupa morfem tunggal seperi: gambar, main, dsb. Dalam bahasa Indonesia,
gambar dan main merupakan morfem tunggal yang menjadi bentuk dasar
dari kata bermain dan mainan, serta bergambar dan menggambar,
Morfem dasar juga dapat berupa gabungan morfem seperti:
perbudak. Morfem dasar perbudak (gabungan dari morfem bebas budak dan
morfem terikat per-) menjadi dasar bentukan memperbudak.
Sementara itu, morfem pangkal (stema) adalah istilah yang
digunakan untuk menyebutkan bentuk dasar dalam proses infleksi atau
proses pembubuhan afiks inflektif (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 54). Dalam
bahasa Indonesia, morfem pangkal dapat dilihat pada kata main yang
dibubuhi afiks ber– menjadi bermain.
Morfem pangkal dari kata bermain adalah main yang merupakan
morfem berkategori verba. Ketika dibubuhi afiks ber-, morfem pangkal
menjadi morfem berimbuhan yang tetap berkategori verba. Jadi, morfem
pangkal merupakan bentuk dasar dari bentukan yang lebih tinggi dengan
tetap memepertahankan kategori kata yang dimiliki oleh morfem pangkal.
Selanjutnya, bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya
ditanggalkan, baik afiks infleksional maupun afiks deverensionalnya
disebut dengan morfem akar (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 55). Contohnya,
dalam bahasa Indonesia memperbaiki merupakan morfem berimbuhan yang
memiliki morfem akar. Baik yang mengalami proses afiksasi dengan
penambahan morfem per-i menjadi perbaiki, lalu perbaiki ditambah morfem
terikat mem- menjadi memperbaiki.
2. Kata
Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil (Bloomfield, 1995, hlm.
178). Namun, morfem mungkin merupakan keseluruhan kata atau
merupakan bagian dari suatu kata. Sehingga, dapat dikatakan pula bahwa
kemungkinan besar, sebetulnya morfemlah satuan kata yang paling kecil.
Perbedaan utama dari morfem dan kata adalah kata dapat berdiri
sendiri serta dapat membentuk suatu makna bebas. Sebagai satuan gramatik,
kata terdiri dari satu atau beberapa morfem.

5
Sebuah kata dapat berupa bentuk tunggal atau terdiri atas satu satuan
gramatikal dan dapat pula berupa bentuk kompleks atau terdiri atas
beberapa satuan gramatikal. Dalam artian bentuk kompleks ini dibangun
oleh satuan gramatikal yang lebih kecil.
Dengan melihat jumlah morfem yang membentuknya kata dapat
dibedakan menjadi:
• kata monomorfemis, yaitu yang terdiri atas satu morfem
seperti: meja, burung, pohon, nasi, ibu
• kata polimorfemis yaitu kata yang terdiri atas dua morfem
atau lebih, contohnya: membeli, kue-kue, makanan, jejaring,
duduklah, rumah makan, temanmu, mitra kerja.

C. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2009, hlm. 51).
Selanjutnya, Ramlan (2009, hlm.51-82) juga membagi proses ini menjadi
beberapa klasifikasi, meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Berikut
adalah penjelasannya.
1. Afiksasi
Afiksasi dalah proses pembubuhan afiks (imbuhan) pada sebuah
morfem dasar atau bentuk dasar (Dhanawaty, 2017, hlm. 58). Proses ini
melibatkan unsur-unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna
gramatikal yang dihasilkannya. Contoh afiksasi sesederhana:
ubah + {ber-} > berubah
ajar + {ber-} > belajar
rupa + {ber-} > berupa
Dilihat dari posisi melekatnya bentuk dasar, afiks dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
• Prefiks, adalah afiks yang diimbuhkan di awal bentuk dasar, seperti
me- pada kata menghibur. Prefiks dapat muncul bersama dengan
sufiks atau afiks lain. Misalnya, prefiks ber- bersama sufiks -kan
pada kata berdasarkan
• Infiks, adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar.
Dalam bahasa Indonesia, misalnya infiks -el- pada kata telunjuk
dan -er- pada kata seruling.

6
• Sufiks, adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk
dasar. Umpamanya, dalam bahasa Indonesia, sufiks -an pada kata
bagian dan sufiks -kan pada kata bagaikan.
• Konfiks, adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian
pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua
berposisi pada akhir bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, ada
konfiks per-/-an seperti terdapat pada kata pertemuan, konfiks ke-/-
an seperti pada kata keterangan, dan konfiks ber-/-an seperti pada
kata berciuman.
• Sirkumfiks, adalah gabungan afiks yang bukan konfiks, seperti ber-
/-an pada kata beraturan yang memiliki makna ‘mempunyai
aturan’.

2. Reduplikasi
Ramlan (2009, hlm. 63) mengemukakan bahwa proses reduplikasi
atau pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan tersebut disebut kata ulang (terumasuk kata majemuk),
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Terdapat beberapa jenis reduplikasi, yakni:
• Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar,
tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks, contohnya: sepeda menjadi sepeda-sepeda,
pohon menjadi pohon-pohon.
• Pengulangan sebagian, merupakan pengulangan sebagian dari
bentuk dasarnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan
golongan ini berupa bentuk kompleks, seperti: mengambil menjadi
mengambil-ambil, berjalan menjadi berjalan-jalan.
• Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks,
dalam jenis ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi
dengan proses pembubuhan afiks. Artinya, pengulangan itu terjadi
bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama
pula mendukung suatu fungsi, contohnya: kereta menjadi kereta-
keretaan, pohon menjadi pohon-pohonan.
• Pengulangan dengan perubahan fonem, sebetulnya pengulaman
yang termasuk dalam golongan ini sangatlah Contohnya: bolak-
balik yang dibentuk dari dasar balik yang diulang seluruhnya
dengan perubahan fonem /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.

7
3. Komposisi (Kata Majemuk)
Komposisi atau kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki
makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya
(Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 61). Untuk lebih jelas, perhatikan contoh
berikut.
Komposisi Bukan Komposisi
Mata hati Mata kiri
Matahari Mata adik
Kamar mandi Adik mandi

Kata majemuk dikelompokan menjadi dua jenis, yakni kata


majemuk setara, dan kata majemuk tak setara. Berikut adalah
penjelasannya.
a. Kata majemuk setara
Disebut juga sebagai kata majemuk kompulatif atau kata majemuk
gabungan, yakni kata majemuk yang bagianbagianya sederajat. Kata
majemuk setara terbagi lagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut.
• Bagian-bagianya terdiri dari wakil-wakil keseluruhan yang
dimaksud, misalnya: kaki tangan, tikar bantal, orangnya tua.
• Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang berlawanan, misalnya:
besar kecil, tua muda, tinggi rendah.
• Bagian-bagianya terdiri dari kata-kata yang maknanya hampir
sama, misalnya panjang lebar, susah payah, hancur lebur.

b. Kata majemuk tak setara


Disebut juga kata majemuk determinatif, yaitu kata majemuk yang
tidak mempunyai inti, terdiri dari:
• Kata majemuk dengan susunan DM (Diterangkan Menerangkan),
misalnya: raja muda, orang tua, rumah obat.
• Kata majemuk dengan susunan MD (Menerangkan Diterangkan),
misalnya purbakala, bumiputera, maharaja (kata majemuk seperti
ini juga disebut rangkaian sansekerta)

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Morfem, kata, frasa, klausa, dsb disebut sebagai satuan gramatika atau
gramatika. Tentunya, untuk memahami morfologi yang membahas bentuk dan
pembentukan kata, pemahaman terhadap satuan gramatika menjadi sangat
penting. Fokus utama morfologi adalah morfem dan kata. Proses morfologis
adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk
dasarnya .
Afiksasi dalah proses pembubuhan afiks pada sebuah morfem dasar atau
bentuk dasar . Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang , sedangkan satuan
yang diulang merupakan bentuk dasar. Komposisi atau kata majemuk adalah
sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna
unsur-unsurnya .
Proses morfofonemik juga mengatakan bahwa suatu morfem dapat
berubah bentuk dasarnya sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan
morfem yang lainnya. Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat
pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasarnya. Misalnya, morfem
meng- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem pe- berubah
menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Proses penambahan fonem antara lain
terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk
dasarnya yang terdiri atas satu suku kata.
Pelesapan atau penghilangan fonem terjadi misalnya ketika fonem /ŋ/ pada
meng- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meng- dengan bentuk dasar yang
berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/, seperti pada contoh di bawah ini.
Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- lesap sebagai akibat pertemuan
morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar
yang suku pertamanya berakhir dengan //. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal
morfem hilang akibat pertemuan morfem meng- dan peng- dengan bentuk dasar
yang berawal dengan fonem-fonem itu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (1985). Beberapa Mazdhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung:


Angkasa.

Alwi, H. d. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Bloomfield, L. (1995). Language. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Carolina, G. (2022, 07 11). Asking and Giving Suggestion – Materi Bahasa Inggris Kelas
11. Retrieved from Zenius: https://www.zenius.net/blog/asking-and-giving-
suggestion-advice

Chaer, A. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dhanawaty, N. S. (2017). Pengantar linguistik umum. Denpasar: Pustaka Laras.

Dictionary. (2022). Suggestion. Retrieved from Dictionary.com:


https://www.dictionary.com/browse/suggestion

efin.marifatika. (2020, 04 13). ASKING AND GIVING SUGGESTION (ADVICE) LENGKAP.


Retrieved from Kelas Bahasa Inggris: https://kelasbahasainggris.com/asking-
and-giving-suggestion-advice-lengkap/

Husnunnisa, I. A. (2022, 06 26). Asking and Giving Opinion: Definisi, Cara, dan Contoh
Dialog. Retrieved from English Academy: https://www.english-
academy.id/blog/asking-and-giving-opinion

O’grady, W. (1997). Contemporary Linguistics an Introduction: Third Edition. United


Kingdom.

Ramlan, M. (2009). Morfologi Suatu Tinjauan Deskripsi. Yogyakarta: CV. Karyono.

TALKENGLISH. (2019). How to Make a Suggestion in English. Retrieved from


TALKENGLISH.COM:
https://www.talkenglish.com/speaking/lessondetails.aspx?ALID=4526

Tarigan. (1987). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Verhaar, J. (1984). Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

10
11

Anda mungkin juga menyukai