Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani. Morphologie terdiri dari dua kata yaitu, morphe yang berarti bentuk dan logos yang
berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu,
kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain
itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.
Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada
tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi
adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahanperubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
2.
Morfem
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat
dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga
merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
2.1
Klasifikasi Morfem
2.1.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat
a. Morfem bebas adalah morfem yang bersifat bebas dan tidak terikat dengan morfem lain.
Contoh : saya, pulang, makan, rumah, bagus, dsb.
b. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus digabung
dengan morfem lain.
Contoh : ber-, kan, me-, juang, henti, gaul, dsb.
Morfem Suprasegmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal,
b.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem.
Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti tidak dan dalam bahasa Indonesia morfem
{se-} berarti satu, sama.
2.1.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
a.
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. kata-kata yang
mengalami afiksasi. Contoh:
mengaji
childhood
berbaju
houses
b.
Morfem replasif merupakan morfem yang bersifat penggantian.
Contoh: Dalam Bahasa Inggris terdapat morfem penggantian yang menandai jamak. Contoh:
{fut} {fi:t}.
c.
Morfem substraktif adalah morfem yang alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan
terhadap unsur (fonem) yang terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
2.1.7 Morfem Beralomorf Zero
Morfem beralomorf zero adalah salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
suprasegmental, melainkan berupa "kekosongan". Morfem beralomorf zero merupakan morfem
penanda jamak dalam bahasa Inggris dan tidak berlaku pada bahasa Indonesia. Morfem
beralomorf zero dilambangkan berupa .
Contoh :
Kata benda
Bentuk Tunggal
Bentuk Jamak
book
Books
Beralomorf zero
sheep
Sheep
Kata Kerja
Kala Kini
Kala Lampau
call
called
Beralomorf zero
hit
hit
2.2
Morf dan Alomorf
2.2.1 Morf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.
Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional mengguaakan kriteria makna dan kriteria fungsi.
Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa.
Kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia,
Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara
melekatkan afiks(imbuhan) pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata
berimbuhan.
Contoh :
ber- pada berkembang,
-el- pada telunjuk,
-an pada lemparan
per-an pada perjanjian
4.1.2
Macam-macam Afiks
a. Ditinjau dari Letaknya
Prefiks atau awalan ialah afiks atau imbuhan yang dilekatkan pada awal bentuk dasar.
Contoh: ber- dalam kata berjalan, berdiri, bekerja.
Infiks atau sisipan yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan di tengah-tengah bentuk
dasar.
Contoh : -er- dalam kata serabut, seruling, gerigi
Sufiks atau akhiran yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan sesudah bentuk dasar.
Contoh : -an dalam kata bacaan, makanan, tulisan
Konfiks atau imbuhan gabungan yaitu afik atau imbuhan yang mengapit bentuk dasar
dengan cara melekat secara bersama-sama yang membentuk satu fungsi dari satu arti.
Contoh : -wi dalam kata duniawi, ragawi, manusiawi
b. Ditinjau dari Asalnya
Afiks Asli
Afiks asli adalah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia
itu sendiri. Contoh:
ke-an +
adil
=
keadilan
ter- +
jatuh
=
terjatuh
Afiks Asing
Afiks asing adalah afiks yang berasal atau hasil adopsi dari bahasa asing yang kini telah menjadi
bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima
menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan
bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia. Contoh:
pra- +
sejarah
=
prasejarah
-ik
+
patriot
=
patriotik
c. Ditinjau dari Produktifitasnya
Afiks Improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang tidak distributif, yang tidak memiliki kemampuan untuk
melekatkan diri pada bentuk lain yang lebih banyak, terbatas pada satuan-satuan tertentu.
Contoh : Afiks da, hanya melekat secara terbatas pada bentuk-bentuk yang menyatakan makna
kekeluargaan, seperti kata ayahanda, ibunda, pamanda, adinda, kakanda.
Afiks Produktif
Afiks produktif merupakan kebalikan afiks improduktif ialah afiks yang distributive yang besar
kesanggupannya melekatkan diri pada morfem-morfem lain lebih banyak.
Contoh : Afiks men- mampu menghasilkan kata-kata baru begitu produktif, seperti terlihat pada
kata-kata melebar, melangkah, menjadi, membengkak, membisu, dsb.
4.2 Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
a. Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok :
Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh: melihat-
lihat.
kombinasi kata
sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi
disebut kependekan.
4.5.2
Klasifikasi bentuk-bentuk abreviasi (kependekan)
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, terdapat dua
klasifikasi bentuk pemendekan, yaitu:
Singkatan
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan terdiri dari:
a)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat.
b)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta
nama dokumen resmi.
c)
Singkatan kata yang berupa gabungan huruf.
d)
Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua
e)
Lambang kimia
Akronim
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: SIM, LIPI.
b) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya: Bulog, Iwapi.
c) Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, rudal.
5.
Morfofonemik