Anda di halaman 1dari 25

PROSES AFIKSASI

MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA II

DISUSUN OLEH

DHEA OKTA PERMATA PUTRI

121711133091

ANISAH MULIAWATY

121711133103

PROGRAM STUDI S1 BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang kajian morfem derivasional dan
morfem infleksional. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini dan dapat dijadikan
pembelajaran dalam pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata penyusun
berharap semoga makalah tentang kajian morfem derivasional dan morfem
infleksional ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 26 Februari 2019

Penyusun

i
Daftar isi

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi..................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN .......................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ............................ Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan .............................................. Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN .......................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Pengertian Afiksasi .......................... Error! Bookmark not defined.

2.2 Klasifikasi Bentuk-Bentuk Afiksasi .................................................. 5

2.3 Klasifikasi Afiksasi Berdasarkan Makna .......................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 13

Kesimpulan ............................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ................................ Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sangat penting dalam komunikasi antar manusia baik secara lisan

maupun tertulis. Bahasa Indonesia juga merupakan alat komunikasi yang efektif

dalam pemersatuan bangsa. Kridalaksana, (2001: 21) mengidentifikasikan bahasa

sebagai lambang bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat

untuk bekerjasama, berinterakasi dan mengidentifikasikan diri. Untuk

menyampaikan situasi melalui bahasa diperlukan penguasaan dan pengetahuan,

misalnya penguasaan kosakata, klausa, frasa, kalimat, bunyi dan sebagainya. Dari

sini muncul ide untuk lebih memfokuskan pada satu bahasan masalah dalam

kajian morfologi yaitu tentang afiksasi.

Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa

bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata-kata baru

(Rohmadi dkk., 2009: 41). Afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem

menjadi kata kompleks. Di dalam proses ini leksem dapat berubah bentuknya

menjadi katagori tertentu, sehingga berstatus kata sedikit berubah maknanya.

Dalam proses morfologis Bahasa Indonesia, kita mengenal beberapa macam

afiksasi diantaranya prefiks, sufiks, infiks,dan konfiks. Prefiks ialah imbuhan

yang melekat di depan bentuk dasar (kata dasar). Prefiks juga disebut imbuhan

1
awal atau lazim disebut awalan. Infiks ialah imbuhan yang melekat di tengah

bentuk dasar.

Karena melekatnya menyisip di tengah kata dasar maka disebut imbuhan sisipan

atau lazim disebut sisipan saja. Sufiks ialah imbuhan yang melekat dibelakang

bentuk dasar (kata dasar). Sufiks disebut juga imbuhan akhir atau lazim disebut

akhiran saja. Konfiks ialah imbuhan gabungan antara prefiks dan sufiks. Kedua

afiks tersebut melekat secara bersama-sama pada suatu bentuk dasar pada bagian

depan dan belakangnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah di atas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan afiksasi?

2. Bagaimana proses klasifikasi bentuk-bentuk afiksasi?

3. Bagaimana klasifikasi afiksasi berdasarkan makna?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan , maka tujuan

penyusunan makalah ini sebagai berikut.

1. Memahami dan mengerti pengertian afiksasi.

2. Memahami proses klasifikasi bentuk-bentuk afiksasi.

3. Memahami klasifikasi afiksasi berdasarkan makna.

2
BAB II

PROSES AFIKSASI

2.1 Pengertian Afksasi

Afiks atau imbuhan adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai

untuk menentukan kata. Afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar

disebut prefix atau awalan. Misalnya ber- dalam berjalan. Bila tempatnya

dibelakang kata, morfem ini dinamakan sufiks atau akhiran. Contohnya –an pada

kata pejalan. Dan, bila tempatnya di tengah kata, ia dinamakan infiks atau sisipan.

Misalnya –er- dalam gerigi atau –el- dalam geletar. Gabungan prefix dan sufiks

yang membentuk suatu kesatuan secara serentak dinamakan konfiks. Kata

berdatangan dibentuk dari datang dan konfiks ber-an dan bukan dari

*berdatang dan –an atau ber- dan *datangan. Kata berhalangan dibentuk dari

ber- dan halangan dan bukan ber-an dan haling. Maka dari itu, ber-an di situ

bukanlah konfiks. (Mansur M. 2010:13)

Menururt Gorys Keraf , afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar

yang digunakan secara structural diletakkan pada kata dasar atau bentuk dasar

untuk membentuk kata-kata baru. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan

landasan untuk tahap pembentukan berikutnya. Misalnya kata mencintai dibentuk

dari kata dasar cinta yang sekaligus menjadi bentuk dasar, diberi sufiks -i

menjadi mencintai.

3
Proses afiksasi menrut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses atau hasil

penambahan afiks (prefix, infiks, sufiks, atau konfiks) pada kata dasar. Proses

afiksasi anatara lain sebagai berikut.

1. Prefiksasi

Prefiksasi adalah imbuhan yang secara structural diletakkan pada awal sebuah

kata dasar. Prefix dalam bahasa Indonesia antara lain: ber-, meN-, di-, per-, p-, ke-

, ter-, dan se-. prefix serapan atau baru antara lain: a-, tak-, ante-, purba-, prae-,

pra-, anti-, anu-, serba-, maha-, dan tuna-. Proses prefiksasi adalah penambahan

prefix atau awalan pada kata dasar.

Contoh: ber- + lari = berlari

2. Infiksasi

Infiks adalah ibuhan yang secara structural diletakkan di tengah sebuah kata atau

bentuk dasar, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vocal

berikutnya. Infiks dalam bahasa Indonesia adalah: -er-, -el-, dan –em-. Proses

infiksasi adalah penambahan infiks atau sisipan pada kata dasar atau bentuk dasar.

Contoh: -em- + tali = temali

3. Sufiksasi

Sufiksasi atau akhiran adalah imbuhan yang secara structural diletakkan pada

akhir sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa Indonesia antara

lain: -kan, -i, -an, -nya, dan lain-lain. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks

atau akhiran pada kata dasar atau bentuk dasar.

4
Contoh: makan + an = makanan

4. Konfiksasi

Konfiksasi adalah imbuhan yang terdiri atas dua bagian yang diletakkan pada

awal dan akhir kata dasar atau bentuk dasar. Konfiks dalam bahasa Indonesia

adalah: per-an, ke-an, dan ber-an. Proses konfiksasi adalah penambahan prefix

dan sufiks secara bersamaan.

Contoh: ke-an + adil = keadilan

2.2 Klasifikasi Bentuk-Bentuk Afiksasi

Dalam Bahasa Indonesia terdapat prefix verbal meng-, per-, dan ber-. Di

samping itu, terdapat prefix di-, dan ter- yang pada jenis klausa atau kalimat

tertentu menggantikan meng-. Jumlah sufiks hanya dua, yaitu –kan dan –i.

prefix-prefiks dapat membentuk konfiks jika keterpaduan keduanya mutlak,

serentak melekat; dan pemenggalan salah satu afiks itu tidak akan meninggalkan

bentuk yang masih berwujud kata yang bermakna yang dapat ditelusuri. Mereka

kecurian mobil; Para pengungsi berdatangan, merupakan contoh-contohnya. Jika

kata kecurian ini dipenggal, misalnya, maka maknanya tak lagi dapat ditelusuri

dari ke-curian atau kecuri-an.

Kata berdatangan pada kalimat di atas berbeda kondisinya dengan kata

berhalangan pada kalimat Pak Asmuni berhalangan. Perbedaannya terletak pada

proses penurunan (derivasi), seperti yang dijelaskan berikut:

Berdatangan: ber, datang, a

5
Berhalangan: ber, halangan (halang,an)

Urutan verba perlu dipertimbangkan. Prefix yang secara wajib memang

diperlukan untuk menurunkan verba harus diprioritaskan pada tempat pertama.

Jelasnya, urutan urutan penurunan verba mengikuti kaidah tertentu. Kaidah itu

dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Jika prefix tertentu mutlak diperlukan untuk mengubah kelas kata dari

dasar tertentu menjadi yang tinggi letaknya dalam hierarki penurunan kata.

Contoh:

Darat (nomina) -> mendarat (verba)

Kuning (adjektiva) -> menguning (verba)

Satu (numeralia) -> bersatu (verba)

Jika prefix dan sufiks hadir simultan dengan makna yang tak dapat

dipisahkan, maka prefix dan sufiks, atau konfiks ini menduduki hierarki sama

tinggi. Contohnya:

Jatuh (verba) -> kejatuhan (verba)

Banjir (nomina) -> kebanjiran (verba)

Jika prefix tertentu melekat pada dasar yang sudah bernomina, maka sufiks

itu lebih tinggi letaknya dari pada prefix dalam hierarki penurunan kata.

Contohnya:

Halangan -> berhalangan

6
Urutan -> berurutan (verba

Jika prefix tertentu melekat dengan sufiks tertentu, yang hubungan dasar

dengan sufiks itu menumbuhkan makna sendiri, maka makna sufks dalam hierarki

penurunan kata lebih tinggi daripada prefix. Contohnya:

Darat-> daratkan-> mendaratkan

Bentuk daratkan adalah sudah verba dan bentuk prefix meng- tidak berfungsi

sebagai pembenuk verba.

Jika prefix tertentu bersama sufiks tertentu berada pada dasar, dan

hubungan prefix dan dasar telah mengubah kelas katanya, dan penambahan sufiks

tak lagi mengubah kata, maka dalam hierarki penurunan kata prefix itulah yang

lebih tinggi daripada sufiks. Contoh:

Isi-> berisi-> berisikan

Istri-> peristri-> peristrikan-> memperistrikan

Jika prefix tertentu terdapat bersama sufiks tertentu, dan keduanya

menentukan makna leksikal tanpa menjadi konfiks, maka maknalah yang kita

anggap menentukan hireraki pembentukan. Dasar verba transitif berhentikan,

misalnya, kita anggap diturunkan dari berhenti, dan bukan dari hentikan.

Penggabungan Prefiks dan Sufiks

Tidak sembarang prefix dapat bergabung dengan sembarang sufiks.

6
prefix ke- tidak bisa bergabung dengan –kan atau –I (kecuali dalam kata ketahui)

7
meng;per-, ter-, dan di- tidak dapat bergabung dengan –an

ber- tidak dapat bergabung dengan –i

ke- dapat bergabung hanya dengan –an dan –I dalam dasar ketahui.

Contoh: menidurkan, mendekati; permainkan, perbaiki; berpedomankan,

berjayuhan; terabaikan, teratasi; kecurian; dituliskan, dibatasi.

Urutan Afiks

Di antara afiks terdapat kelaziman urutan tertentu. Urutan pertama

diduduki oleh meng- menyusul kemudian per- dan ber-, sehingga terbentuklah

memper-, dan member-. Contohnya memperdalam, memberangkatkan. Prefix ter-

dan di- merupakan perwujudan lain dari prefix meng- dalam posisi tertentu;

terutama meng- yang merupakan prefix verba transitif. Contoh:

Membeli-> dibeli-> terbeli

Memberangkatkan-> diberangkatan-> terberangkatkan.

Dengan begitu, urutan pengimbuhan (afiksasi) bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut:

URUTAN

PREFIKS SUFIKS

1 2 3

meN- per- -kan

8
di- ber- -i

ter-

ke- -an

2.3 Klasifikasi Afiksasi Berdasarkan Makna

Prefix meng-, per-, ber-, dan ter- mengalami perubahan sesuai dengan

fonem awal bentuk dasar dilekatinya. Proses perubahan fonem sesuai dengan

fonem awal kata ini dinamakan morfofonemis.

Morfofonemik Prefiks meng-

Kaidah morfofenemis 1-5 berikut tak berlaku untuk dasar yang bersuku

satu kata (pada kaidah 6), sedangkan kaidah 7 berlaku untuk sejumlah dasar asing.

Kaidah 8 memberikan pola reduplikasinya.

1. Prefiks meng tetap meng-, bila melekat pada dasar yang bermula dengan

/a/ (mengambil). /i/ (mengisi), /u/ (mengurus), /e/ (mengekor),

/o/(mengolah), /e/ (mengendap), /k/ (mengalikan), /g/ (menggali), /h/

(menghukum), dan /x/ (mengkhawatirkan).

2. Prefix meng- mengubah me- bila bertemu dengan dasar yang bermula

dengan: /I/ (melatih), /m/ (memakan), /n/ (meninabobokan), /n/

(menyanyi), /K/ (menganga), /r/ (merusak), /y/ (meyakinkan), dan /w/

(mewujudkan)

3. Prefix meng- berubah menjadi men-/ jika ditambahkan pada dasar yang

bermula dengan /d/ (mendepak) dan /t/ (menekan). Pada dasar yang

9
bermula dengan ter- sering dilafalkan dengan menidakhulukan /t/-nya.

Misalnya menertawakan-menertawakan, menerjemahkan-menerjemahkan.

Kata yang sering dipakai cenderung luluh, dan jarang dipakai tidak

cenderung luluh.

4. Prefix meng- berubah menjadi mem/ jika bertemu dengan kata yang

berawal: /b/ (memburu), /p/ (memutus), dan /f/ (memfokuskan). Peluhan /p/

tak terjadi jika kata tadi bermula dari per- misalnya mempertinggi,

memperkosa, dan lain-lain.

5. Prefix meng- berubah menjadi meny/ jika bertemu kata yang bermula

dengan: /e/ (mencari), /j/ (menjala), /s/ (menyapu).

6. Prefix meng- berubah menjadi menge-/ jika bertemu dengan kata yang

bersuku satu. (Di samping ini, ada juga bentuk nonbaku yang mengikuti

pola 1-5 di atas). Contohnya mengetik, mengelas, mengebom, dan lain-

lain.

Kata-kata dari bahasa asing yang diprefiksi meng- diperlakukan dengan

berbeda-beda bergantung pada frekuensi dan lamanyakata itu dipakai. Jika

dirasakan relative baru, proses peluluhan tak terjadi. Jika dirasakan sudah tak

asing lagi, ia diperlakukan sama dengan kaidah 1-6 di atas. Contoh: memproduksi,

mengkalsifikasikan, mentransfer, mensukseskan/menyukseskan, dan lain-lain.

Jika verba berdasar tunggal direduplikasi, bentuk ulangnya sama dengan dasar

yang diulang yang sudah mengalami peluluhan atau karena kondisinya tidak

mengalami peluluhan. Contoh:

10
Tulis->menulis->menulis-nulis

Cek->mengecek->mengecek-ngece

Ulangi->mengulangi-mengulang-ulangi

Morfofonemik Prefiks per-

1. Prefix per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang bermula

dengan fonem /r/ atau yang suku pertamanya berakhiran /r/. contoh:

perendah, peruncing, pekerja.

2. Prefix per- berubah menjadi pel- hanya ditambahkan pada dasar ajar.

Jadi, per- + ajari -> pelajari

Morfofonemik prefix ber-

Prefik ber- berubah menjadi be- jika bertemu dengan dasar yang bermula

dengan /r/, misalnya beranting, berundng, atau jika bertemu dengan suku kata

pertama yang berakhir pada /r/, misalnya bekerja, beserta, bepergian, dan lain-

lain.

Morfofonemik prefix ter-

1) Prefiks ter- menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan

fonem /r/, misalnya terebut, terasa, teraba.

11
2) jika prefix ter- bertemu dengan suku pertama kata yang berakhir dengan

/r/, maka ia mungkin muncul mungkin pula hilang. Contoh: terpercaya, tercermin,

tepercik, tepergok.

Morfofonemik prefix di-

Digabungkan dengan dasar manapun, prefix di-, tak berubah.

Contohnya: dipukul, disita, dinyatakan, diukur, dipercaya, dan lain-lain.

Morfofonemik sufiks -kan

Ditambahkan pada dasar manapun, sufiks –kan tak berubah.

Contohnya: tarikkan, letakkan.

Morfofonemik sufiks-i

Sufiks –i juga tidak berubah jika ditambahkan dengan dasar manapun.

Misalnya ajari, ulangi, dan lain-lain. Dasar kata yang berakhirdengan fonem /i/

tak bisa diberi sufiks –i, misalnya mengisi.

Morfofonemik sufiks –an

Sufiks –an ini pun tak berubah, meskipun melekat pada dasar yang

mana saja. Contohnya: bermesraan, bersamaan, berduaan.

11
13
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Afiksasi merupakan salah satu bentuk morfem yang digunakan untuk

imbuhan atau melengkapi kata sehingga kata-kata yang ditambahkan afiksasi

memiliki makna atau arti yang berbeda-beda. Menurut Gorys Keraf, afiks atau

imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara structural diletakkan

pada kata-kata baru.

Dalam bahasa Indonesia afiksasi memiliki 4 macam yaitu prefix, sufiks,

infiks, dan konfiks. Prefix merupakan salah satu bentuk afiksasi yang terdapat di

awal kata. Proses prefiksasi adalah penambahan preiks atau awalan pada kata

dasar. Infiks merupakan imbuhan yang diletakkan di tengah-tengah kata dasar.

Proses infiksasi terjadi yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan

vocal berikutnya Sufiks merupakan imbuhan yang diletakkan pada akhir kata

dasar. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran pada kata dasar.

Dalam bahasa Indonesia afiksasi dapat diturunkan pada klausa atau kalimat

tertentu. Dalam hal ini prefix dan sufiks dapat digabungkan apabila pada kata

BAB III

KESIMPULAN

13
3.1 Kesimpulan

Afiksasi merupakan salah satu bentuk morfem yang digunakan untuk

imbuhan atau melengkapi kata sehingga kata-kata yang ditambahkan afiksasi

memiliki makna atau arti yang berbeda-beda. Menurut Gorys Keraf, afiks atau

imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara structural diletakkan

pada kata-kata baru.

Dalam bahasa Indonesia afiksasi memiliki 4 macam yaitu prefix, sufiks,

infiks, dan konfiks. Prefix merupakan salah satu bentuk afiksasi yang terdapat di

awal kata. Proses prefiksasi adalah penambahan preiks atau awalan pada kata

dasar. Infiks merupakan imbuhan yang diletakkan di tengah-tengah kata dasar.

Proses infiksasi terjadi yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan

vocal berikutnya Sufiks merupakan imbuhan yang diletakkan pada akhir kata

dasar. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran pada kata dasar.

Dalam bahasa Indonesia afiksasi dapat diturunkan pada klausa atau kalimat

tertentu. Dalam hal ini prefix dan sufiks dapat digabungkan apabila pada kata

13
dasar tersebut tidak memiliki makna sebelum ditambahkan imbuhan baik prefix

atau sufiks. Dan tidak sembaran prefix dapat bergabung dengan sufiks.

Dalam proses afiksasi bahasa Indonesia terdapat urutan-urutan prefix, sufiks dan

konfiks dalam penggunaannya. Seperti kata meng- yang digunakan terlebih

dahulu saat pembentukan kata. Kemudian disusul dengan per- dan seterusnya.

Contoh: meng- + per + dalam = memperdalam.

Proses afiksasi bahasa Indonesia dapat berubah bentuk atau bunyi apabila bertemu

dengan huruf-huruf tetentu pada awal kata. Perubahan tersebut mengakibatkan

huruf awal kata dasar atau huruf terakhir imbuhan/prefix menjadi luluh. Contoh:

men- + tertawa + kan = menertawakan. Hal tersebut hanya terjadi pada proses

prefiksasi saja. Sedangkan segala macam sufiks tidak mengalami perubahan

bentuk/peluluhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Soekarno, Yono. 2010. Derivational Syntax (A Minimalist Approach to Affixation

in Bahas Indnesia Prdicates). USA: LAP LAMBERT Academic

Publishing AG & Co. KG

Muslich, Masnur. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: PT

Refika Aditama

Samsuri.1994. Analisis Bahasa (Memahami Bahasa secara Ilmiah). Jakarta:

Erlangga

Kridalaksana, Harimurti.1990. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Jaddung.blogspot.com Pengertian, Macam-Macam, dan Contoh Afiksasi. Diakses

pada 25 februari 2019 pukul 14.54

15
15

Anda mungkin juga menyukai