DISUSUN OLEH
121711133091
ANISAH MULIAWATY
121711133103
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang kajian morfem derivasional dan
morfem infleksional. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
Daftar isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa sangat penting dalam komunikasi antar manusia baik secara lisan
maupun tertulis. Bahasa Indonesia juga merupakan alat komunikasi yang efektif
sebagai lambang bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat
misalnya penguasaan kosakata, klausa, frasa, kalimat, bunyi dan sebagainya. Dari
sini muncul ide untuk lebih memfokuskan pada satu bahasan masalah dalam
Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa
(Rohmadi dkk., 2009: 41). Afiksasi merupakan proses yang mengubah leksem
menjadi kata kompleks. Di dalam proses ini leksem dapat berubah bentuknya
yang melekat di depan bentuk dasar (kata dasar). Prefiks juga disebut imbuhan
1
awal atau lazim disebut awalan. Infiks ialah imbuhan yang melekat di tengah
bentuk dasar.
Karena melekatnya menyisip di tengah kata dasar maka disebut imbuhan sisipan
atau lazim disebut sisipan saja. Sufiks ialah imbuhan yang melekat dibelakang
bentuk dasar (kata dasar). Sufiks disebut juga imbuhan akhir atau lazim disebut
akhiran saja. Konfiks ialah imbuhan gabungan antara prefiks dan sufiks. Kedua
afiks tersebut melekat secara bersama-sama pada suatu bentuk dasar pada bagian
2
BAB II
PROSES AFIKSASI
Afiks atau imbuhan adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menentukan kata. Afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar
disebut prefix atau awalan. Misalnya ber- dalam berjalan. Bila tempatnya
dibelakang kata, morfem ini dinamakan sufiks atau akhiran. Contohnya –an pada
kata pejalan. Dan, bila tempatnya di tengah kata, ia dinamakan infiks atau sisipan.
Misalnya –er- dalam gerigi atau –el- dalam geletar. Gabungan prefix dan sufiks
berdatangan dibentuk dari datang dan konfiks ber-an dan bukan dari
*berdatang dan –an atau ber- dan *datangan. Kata berhalangan dibentuk dari
ber- dan halangan dan bukan ber-an dan haling. Maka dari itu, ber-an di situ
Menururt Gorys Keraf , afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar
yang digunakan secara structural diletakkan pada kata dasar atau bentuk dasar
untuk membentuk kata-kata baru. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan
dari kata dasar cinta yang sekaligus menjadi bentuk dasar, diberi sufiks -i
menjadi mencintai.
3
Proses afiksasi menrut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses atau hasil
penambahan afiks (prefix, infiks, sufiks, atau konfiks) pada kata dasar. Proses
1. Prefiksasi
Prefiksasi adalah imbuhan yang secara structural diletakkan pada awal sebuah
kata dasar. Prefix dalam bahasa Indonesia antara lain: ber-, meN-, di-, per-, p-, ke-
, ter-, dan se-. prefix serapan atau baru antara lain: a-, tak-, ante-, purba-, prae-,
pra-, anti-, anu-, serba-, maha-, dan tuna-. Proses prefiksasi adalah penambahan
2. Infiksasi
Infiks adalah ibuhan yang secara structural diletakkan di tengah sebuah kata atau
bentuk dasar, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vocal
berikutnya. Infiks dalam bahasa Indonesia adalah: -er-, -el-, dan –em-. Proses
infiksasi adalah penambahan infiks atau sisipan pada kata dasar atau bentuk dasar.
3. Sufiksasi
Sufiksasi atau akhiran adalah imbuhan yang secara structural diletakkan pada
akhir sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa Indonesia antara
lain: -kan, -i, -an, -nya, dan lain-lain. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks
4
Contoh: makan + an = makanan
4. Konfiksasi
Konfiksasi adalah imbuhan yang terdiri atas dua bagian yang diletakkan pada
awal dan akhir kata dasar atau bentuk dasar. Konfiks dalam bahasa Indonesia
adalah: per-an, ke-an, dan ber-an. Proses konfiksasi adalah penambahan prefix
Dalam Bahasa Indonesia terdapat prefix verbal meng-, per-, dan ber-. Di
samping itu, terdapat prefix di-, dan ter- yang pada jenis klausa atau kalimat
tertentu menggantikan meng-. Jumlah sufiks hanya dua, yaitu –kan dan –i.
serentak melekat; dan pemenggalan salah satu afiks itu tidak akan meninggalkan
bentuk yang masih berwujud kata yang bermakna yang dapat ditelusuri. Mereka
kata kecurian ini dipenggal, misalnya, maka maknanya tak lagi dapat ditelusuri
5
Berhalangan: ber, halangan (halang,an)
Jelasnya, urutan urutan penurunan verba mengikuti kaidah tertentu. Kaidah itu
Jika prefix tertentu mutlak diperlukan untuk mengubah kelas kata dari
dasar tertentu menjadi yang tinggi letaknya dalam hierarki penurunan kata.
Contoh:
Jika prefix dan sufiks hadir simultan dengan makna yang tak dapat
dipisahkan, maka prefix dan sufiks, atau konfiks ini menduduki hierarki sama
tinggi. Contohnya:
Jika prefix tertentu melekat pada dasar yang sudah bernomina, maka sufiks
itu lebih tinggi letaknya dari pada prefix dalam hierarki penurunan kata.
Contohnya:
6
Urutan -> berurutan (verba
Jika prefix tertentu melekat dengan sufiks tertentu, yang hubungan dasar
dengan sufiks itu menumbuhkan makna sendiri, maka makna sufks dalam hierarki
Bentuk daratkan adalah sudah verba dan bentuk prefix meng- tidak berfungsi
Jika prefix tertentu bersama sufiks tertentu berada pada dasar, dan
hubungan prefix dan dasar telah mengubah kelas katanya, dan penambahan sufiks
tak lagi mengubah kata, maka dalam hierarki penurunan kata prefix itulah yang
menentukan makna leksikal tanpa menjadi konfiks, maka maknalah yang kita
misalnya, kita anggap diturunkan dari berhenti, dan bukan dari hentikan.
6
prefix ke- tidak bisa bergabung dengan –kan atau –I (kecuali dalam kata ketahui)
7
meng;per-, ter-, dan di- tidak dapat bergabung dengan –an
ke- dapat bergabung hanya dengan –an dan –I dalam dasar ketahui.
Urutan Afiks
diduduki oleh meng- menyusul kemudian per- dan ber-, sehingga terbentuklah
dan di- merupakan perwujudan lain dari prefix meng- dalam posisi tertentu;
berikut:
URUTAN
PREFIKS SUFIKS
1 2 3
8
di- ber- -i
ter-
ke- -an
Prefix meng-, per-, ber-, dan ter- mengalami perubahan sesuai dengan
fonem awal bentuk dasar dilekatinya. Proses perubahan fonem sesuai dengan
Kaidah morfofenemis 1-5 berikut tak berlaku untuk dasar yang bersuku
satu kata (pada kaidah 6), sedangkan kaidah 7 berlaku untuk sejumlah dasar asing.
1. Prefiks meng tetap meng-, bila melekat pada dasar yang bermula dengan
2. Prefix meng- mengubah me- bila bertemu dengan dasar yang bermula
(mewujudkan)
3. Prefix meng- berubah menjadi men-/ jika ditambahkan pada dasar yang
bermula dengan /d/ (mendepak) dan /t/ (menekan). Pada dasar yang
9
bermula dengan ter- sering dilafalkan dengan menidakhulukan /t/-nya.
Kata yang sering dipakai cenderung luluh, dan jarang dipakai tidak
cenderung luluh.
4. Prefix meng- berubah menjadi mem/ jika bertemu dengan kata yang
berawal: /b/ (memburu), /p/ (memutus), dan /f/ (memfokuskan). Peluhan /p/
tak terjadi jika kata tadi bermula dari per- misalnya mempertinggi,
5. Prefix meng- berubah menjadi meny/ jika bertemu kata yang bermula
6. Prefix meng- berubah menjadi menge-/ jika bertemu dengan kata yang
bersuku satu. (Di samping ini, ada juga bentuk nonbaku yang mengikuti
lain.
dirasakan relative baru, proses peluluhan tak terjadi. Jika dirasakan sudah tak
asing lagi, ia diperlakukan sama dengan kaidah 1-6 di atas. Contoh: memproduksi,
Jika verba berdasar tunggal direduplikasi, bentuk ulangnya sama dengan dasar
yang diulang yang sudah mengalami peluluhan atau karena kondisinya tidak
10
Tulis->menulis->menulis-nulis
Cek->mengecek->mengecek-ngece
Ulangi->mengulangi-mengulang-ulangi
1. Prefix per- berubah menjadi pe- jika bertemu dengan dasar yang bermula
dengan fonem /r/ atau yang suku pertamanya berakhiran /r/. contoh:
2. Prefix per- berubah menjadi pel- hanya ditambahkan pada dasar ajar.
Prefik ber- berubah menjadi be- jika bertemu dengan dasar yang bermula
dengan /r/, misalnya beranting, berundng, atau jika bertemu dengan suku kata
pertama yang berakhir pada /r/, misalnya bekerja, beserta, bepergian, dan lain-
lain.
1) Prefiks ter- menjadi te- jika bertemu dengan dasar yang berawal dengan
11
2) jika prefix ter- bertemu dengan suku pertama kata yang berakhir dengan
/r/, maka ia mungkin muncul mungkin pula hilang. Contoh: terpercaya, tercermin,
tepercik, tepergok.
Morfofonemik sufiks-i
Misalnya ajari, ulangi, dan lain-lain. Dasar kata yang berakhirdengan fonem /i/
Sufiks –an ini pun tak berubah, meskipun melekat pada dasar yang
11
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
memiliki makna atau arti yang berbeda-beda. Menurut Gorys Keraf, afiks atau
infiks, dan konfiks. Prefix merupakan salah satu bentuk afiksasi yang terdapat di
awal kata. Proses prefiksasi adalah penambahan preiks atau awalan pada kata
Proses infiksasi terjadi yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan
vocal berikutnya Sufiks merupakan imbuhan yang diletakkan pada akhir kata
dasar. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran pada kata dasar.
Dalam bahasa Indonesia afiksasi dapat diturunkan pada klausa atau kalimat
tertentu. Dalam hal ini prefix dan sufiks dapat digabungkan apabila pada kata
BAB III
KESIMPULAN
13
3.1 Kesimpulan
memiliki makna atau arti yang berbeda-beda. Menurut Gorys Keraf, afiks atau
infiks, dan konfiks. Prefix merupakan salah satu bentuk afiksasi yang terdapat di
awal kata. Proses prefiksasi adalah penambahan preiks atau awalan pada kata
Proses infiksasi terjadi yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dengan
vocal berikutnya Sufiks merupakan imbuhan yang diletakkan pada akhir kata
dasar. Proses sufiksasi adalah penambahan sufiks atau akhiran pada kata dasar.
Dalam bahasa Indonesia afiksasi dapat diturunkan pada klausa atau kalimat
tertentu. Dalam hal ini prefix dan sufiks dapat digabungkan apabila pada kata
13
dasar tersebut tidak memiliki makna sebelum ditambahkan imbuhan baik prefix
atau sufiks. Dan tidak sembaran prefix dapat bergabung dengan sufiks.
Dalam proses afiksasi bahasa Indonesia terdapat urutan-urutan prefix, sufiks dan
dahulu saat pembentukan kata. Kemudian disusul dengan per- dan seterusnya.
Proses afiksasi bahasa Indonesia dapat berubah bentuk atau bunyi apabila bertemu
huruf awal kata dasar atau huruf terakhir imbuhan/prefix menjadi luluh. Contoh:
men- + tertawa + kan = menertawakan. Hal tersebut hanya terjadi pada proses
bentuk/peluluhan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Refika Aditama
Erlangga
15
15