Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“AFIKSASI DAN PENGGUNAANNYA”

Dosen Pengampu : Dana Aswandi, S.Pd., M.Pd

Kelompok 1

Aurelia Novena Limena 11215562110024

Ariska Dwi Cahyani 11215562110045

Noormina 11215562110026

Siti Aulia Ulfah 11215862110020

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat serta kasih sayang-Nya yang tidak pernah putus sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul Afiksasi dan
Penggunaannya.

Selain untuk memenuhi tugas, kami selaku pemakalah mohon maaf


apabila terdapat kesalahan di dalam menyusun makalah ini, kami
menyadari masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini menjadi lebih baik dan sempurna.

Kesalahan dan kekhilafan hanya berasal dari kita sebagai makhluk,


dan kesempurnaan serta kebenaran hanya berasal dari Allah SWT. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 28 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………... 2

A. Pengertian Afiksasi ………………………………………………………….. 2


B. Jenis-Jenis Afiksasi ………………………………………………………….. 3
C. Penggunaan Afiksasi ……................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………... 8

A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2009:2)
Sementara afiksasi adalah salah satu pokok bahasan yang terdapat
dalam morfologi. Afiksasi atau proses pemberian afiks (imbuhan) sering
dipakai oleh masyarakat tutur bahasa Indonesia untuk berkomunikasi
antarsesama sehingga pengetahuan tentang afiksasi dirasa sangat perlu
diketahui. Hal ini dikarenakan setiap perimbuhan akan menentukan arti dari
makna suatu kata dasar. Setiap pemberian kata afiks jika tidak diketahui arti
sebuah afiks maka dipastikan akan terdapat kekeliruan dalam mengartikan
suatu kata dalam sebuah konteks kalimat. Misalnya, kata “makan” dengan
“dimakan” memiliki arti yang berbeda meskipun makna pada dasarnya tetap
sama.
Afiks (imbuhan) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu
kata merupakan unsur langsung bukan kata dan bukan pokok kata,
melainkan mengubah leksem menjadi sebuah kata kompleks. Dalam kajian
linguistik sangat perlu diperhatikan sebuah perubahan makna oleh proses
afiks tersebut menjadi logis di suatu kontek kalimat. Oleh karena itu, perlu
dipelajari bentuk-bentuk atau jenis-jenis afiksasi beserta penggunaannya
dalam suatu kalimat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diambil beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari afiks dan afiksasi?
2. Apa saja jenis-jenis afiksasi?
3. Bagaimana afiksasi dalam penggunaannya?

1
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini
selain untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia dapat
diambil pula beberapa tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari afiksasi bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari afiksasi bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui penggunaan afiksasi bahasa Indonesia dalam sebuah
kata/kalimat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Afiks dan Afiksasi


Pengertian afiks dan afiksasi menurut beberapa ahli bahasa, sebagai
berikut:
1. Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain
akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana, 1993). Dasar yang
dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik
sederhana maupun kompleks yang dapat diberi afiks apapun (Samsuri,
1988)
2. Afiks adalah bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada kata dasar
(awalan, sisipan, akhiran); imbuhan (Kamus Bahasa Indonesia)
3. Afiksasi adalah pemberian imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) pada kata
dasar (Sugono, 2008)
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
afiksasi adalah proses penggabungan antara morfem-morfem untuk
membentuk sebuah kata yang baru dan menghasilkan makna gramatikal
yang baru, yaitu dengan memberikan penambahan unsur selainnya.
Selain dari itu, afiksasi juga merupakan proses pembubuhan
imbuhan atau afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini
berkaitan dengan beberapa unsur yaitu:

2
1. Dasar atau bentuk dasar dapat berupa akar, yaitu bentuk terkecil yang
dapat disegmentasikan contohnya sikat, beli, makan, dan meja pada
bahasa Indonesia, serta write, sing, dan like pada bahasa Inggris. Bisa
juga terbentuk dalam kata kompleks, seperti terbelakang pada kata
keterangan, bersanjung pada kata bersanjungan. Dapat juga berupa frase,
seperti ikut serta menjadi keikutsertaan.
2. Afiks memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata baru, misalnya pada kata makanan. Kata ini terdiri dari
dua unsur, yaitu makan yang merupakan kata dan –an merupakan satuan
yang terikat. Maka sebelum –an bisa dikatakan sebagai bagian dari afiks,
bahwa –an harus mampu melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru. Berdasarkan dengan sifat kata
yang dibentuk, dibedakan menjadi dua jenis afiks yaitu:
a) Afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam bentuk kata-kata
inflektif. Dalam bahasa Indonesia, dibedakan prefiks me- yang
inflektif menandai bentuk kalimat induktif aktif, sebagai kebalikan
dari prefiks di- yang menandai bentuk kalimat induktif pasif.
b) Afiks me- yang derivatif untuk membentuk kata baru, yaitu identitas
leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, terdapat
pada kata mematung yang berkelas verba dari dasar nomina.
3. Makna gramatikal yang dihasilkannya.
Proses ini biasanya dapat bersifat inflektif dan derivative. Tapi
proses ini tidak berlaku untuk semua bahasa. Ada beberapa bahasa yang
tidak menggunakan atau tidak mengenal proses pemberian afiks ini.
B. Jenis-Jenis Afiksasi
Dalam pedoman bahasa Indonesia, yaitu EBI (Ejaan Bahasa
Indonesia) menyenutkan bahwa imbuhan terdiri dari awalan, sisipan, dan
akhiran (Suparlan 2014). Berikut ketentuannya menurut EBI:
1. Imbuhan tersebut ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya, contoh:
berjalan, lukisan, gemetar, kemauan.

3
2. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung, jika ditambahkan pada
bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Contohnya: mem-PHK-kan, di-update.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contohnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata mendapatkan awalan
dan akhiran sekaligus, unsur gabungan itu ditulis serangkai, misalnya
dilipatgandakan, menggarisbawahi.
Pedoman umum EBI imbuhan akhiran berupa serapan dari unsur
asing, seperti sukuisme, seniman, ilmuwan, manusiawi ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya (Hutata Publisher 2017).
Ketika sudah dipahami imbuhan berdasarkan EBI yang ada saat ini.
Di dalam kajian marfologi bisa dikaji lebih dalam, yaitu kajian afiksasi.
Secara umum, terdapat empat jenis afiksasi, yaitu prefiks (awalan),
infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (awalan-akhiran). Tetapi,
ditinjau dari sumber lain menyebutkan bahwa ada delapan jenis afiksasi.
Berikut pembahasannya secara terperinci (Chaer 2012), (Dola 2011).
1. Prefiks
Prefiks adalah afiks yang terletak pada awal kata dasar atau
bentuk dasar. Proses pembubuhan imbuhan awalan disebut dengan
prefiksasi. Awalan bahasa Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Prefiks Asli Bahasa Indonesia, yang bersumber dari bahasa
Indonesia itu sendiri. Berikut masing-masing contohnya:
1) Di- : diambil, dicuri, dimakan
2) Memper- : memperbanyak, memperindah
3) Ber- : berlari, bersenam, berjalan
4) Per- : perpanjang, perluas
5) Pe- : petinju, pelari
6) Ter- : tertinggi, terkenal
b) Prefiks Serapan, bersumber dari bahasa asing atau bahasa
daerah. Berikut prefiks serapan yang jarang kita ketahui:

4
1) A : amoral dan asusila, mengandung arti ‘tidak’.
2) Multi : multipartai dan multifungsi, artinya ‘banyak’.
3) Anti : antikomunis, antisosial, artinya ‘bertentangan’.
4) Mikro : mikroorganisme, artinnya ‘kecil’.
5) Non : non-fiksi, non-agama, artinya ‘bukan’.
2. Infiks
Jenis imbuhan ini tidak produktif, karena pemakaiannya hanya
terbatas pada kata-kata tertentu saja. Jadi, hampir tidak mengalami
pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata
dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vikal pertama
suku tersebut. Proses imbuhan sisipan disebut dengan infiksasi. Berikut
beberapa contohnya:
1) -el- : telunjuk
2) -er- : seruling
3) -em- :temali, kemilau
3. Sufiks
Proses pemberian imbuhan akhiran pada sebuah bentuk dasar.
Proses ini disebut sufiksasi, berikut contohnya:
-kah : bagaimanakah, siapakah. -man : seniman, budiman.
-kan : ambilkan, juangkan. -wan : relawan, ilmuan.
-an : makanan, santapan. -wati : wisudawati, peragawati.
-i :sayangi, sadari. -wi : manusiawi, duniawi.
-nya : bukunya, ayahnya.
4. Konfiks
Merupakan gabungan dari prefiks dan sufiks yang dilekatkan
sekaligus pada awal dan akhir pada sebuah bentuk dasar. Berikut
beberapa contohnya:
1) Ber-an : berdatangan, berkenalan.
2) Pe-an : pegunungan, keterlambatan.
3) Ter-an : terselesaikan, terkabulkan.
4) Me-kan : melewatkan, melakukan.

5
5. Klofiks
Gabungan prefiks dan sufiks yang ditambahkan pada kata dasar
tidak sekaligus, misalnya:
1) Ber-an : berpakaian
Pakai → pakaian → berpakaian
2) Member-kan : memberlakukan
Laku → berlaku → berlakukan → memberlakukan
6. Simulfiks
Fungsinya adalah membentuk verba atau mem-verba-kan
nomina ataupun kata kelas lain menjadi kata kerja, misalnya:
1) Kopi → ngopi
2) Tulis → nulis
7. Interfiks
Jenis afiks yang muncul di antara dua unsur, dalam bahasa
Indonesia interfiks terdapat dalam kata-kata bentukan baru. berikut
beberapa contohnya:
Indonesia-logi → Indonesianologi
Jawa-logi → Jawanologi
8. Transfiks
Adalah afiks yang terwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada
keseluruhan bentuk akar. Dalam bahasa Indoneisa tidak ditemukan
adanya transfiks, antara lain dalam bahasa Arab.

6
C. Penggunaan Afiksasi
1. Prefiks
Contoh kalimat : “Pantas saja kedua Nyonya itu tak mau”.
Prefiks ke- menunjukkan jumlah bilangan dan ditambahi prefiks
ke- yang memiliki fungsi sebagai pembentuk kata sifat maupun kata
benda itu sendiri.
2. Sufiks
Contoh kalimat : “Pengetahuan yang kau kumpulkan”.
Sufiks -kan terdapat dalam kata kumpulkan yang berasal dari kata
dasar kumpul, kata kumpul sendiri dalam KBBI memiliki arti himpun,
gabung, kemudian kata kumpul mendapat imbuhan sufiks -kan yang
memiliki fungsi sebagai pembentuk kata perintah dan berubah menjadi
kumpulkan yang memiliki arti perintah untuk mengumpulkan.
3. Konfiks
Contoh kalimat : “Permainan pun menjadi lebih meriah”.
Mendapat imbuhan per-an yang memiliki fungsi sebagai
pembentuk jenis-jenis kata benda yang bisa menyatakan makna hasil,
menunjukkan sebuah tempat, menunjukkan makna sebagai petunjuk.
Kemudian setelah mendapat imbuhan per-an kata main menjadi
permainan yang memiliki arti perbuatan yang dilakukan untuk
melakukan kesenangan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Afiksasi adalah proses pemberian imbuhan kepada sebuah bentuk dasar
untuk memberikan suatu makna tertentu. Sedangkan afiks atau imbuhan
adalah sebuah bentuk terikat yang ditambahkan pada sebuah bentuk dasar
baik di awalan, sisipan, maupun akhiran.
Afiksasi secara umum memiliki empat jenis, yaitu awalan, sisipan,
akhiran, dan awalan-akhiran. Sedangkan menurut beberapa sumber, ada
yang menyebutkan afiksasi terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
klofiks, simulfiks, interfiks, dan transfiks.
Serta banyak kata yang memiliki kandungan afiksasi dalam
beberapa kalimat baik pada kehidupan sehari-hari, buku, maupun jurnal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ramlan. 2009. Pengertian Marfologi.


https://serupa.id/morfologi-pengertian-proses-morfologis-morfofonemik/,
diakses pada 23 Oktober 2021 pukul 13.10 WITA
Wiwin, Rasmawati. 2016. Afiksasi.
http://wiwinrasmawati.blogspot.com/2016/tugas-akhir-morfologi-afiksasi/,
diakses pada 23 Oktober 2021 pukul 13.40 WITA
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hutata Publisher, Tim. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Huta Publisher.
Suparlan. 2014. Panduan Lengkap Ejaan Yang Disempurnakan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Pendidikan, Dosen. 2014. Pengertian, Ciri, Jenis, Proses dan Contoh.
https://www.dosenpendidikan.co.id/afiksasi/, diakses pada 24 Oktober 2021
pukul 08.45 WITA
Fauzan, Mohammad Ridha. 2012. Analisis Penggunaan Afiks Bahasa.
http://jurnal.untad.ac.id, diakses pada 24 Oktober 2021 pukul 09.03 WITA

Anda mungkin juga menyukai