MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Bahasa Daerah SD
Yang diampu oleh Ibu Desy Dwi Riana, M.Pd
Oleh
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Tembung-Tembung Bahasa
Jawa (Morfologi) ”. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk
memahami secara mendalam dan semoga dapat berguna untuk pelajar pada
umumnya.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang
akan datang lebih baik lagi.
Dengan selesainya penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. HM. Zainuddin. M.Pd., selaku rektor Universitas Nahdlatul
Ulama.
2. Bapak Puji Wianto, M.Pd selaku wakil rektor Universitas Nahdlatul Ulama.
3. Ibu Desy Dwi Riana, M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
Semoga dengan terbitnya makalah ini, bisa menambah pengetahuan dan
wawasan kita dalam mencari ilmu.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Ramlan (1987 :21) menjelaskan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa
yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk kata, dan kemungkinan adanya
perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk
kata. Menurut Verhaar (dalam Nurhayati, 2001:1) morfologi adalah cabang
5inguistic yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal.
1. Afiksasi
Afiksasi adalah pemberian imbuhan dalam sebuah kata. Berikut ini
merupakan macam-macam afiksasi dalam Bahasa Jawa.
a. Prefiks (ater-ater)
Ater-ater adalah afiks yang ditambahkan di awal kata. Contoh:
a + tulis = anulis
ka + gawa = kagawa
dak + suwek = daksuwek
ko + pangan = kopangan
di + sapu = disapu
b. Infiks (seselan)
Seselan adalah afiks yang bergabung dengan kata dasar di posisi
tengah. Contoh:
Sigar + in : S + in + igar = Sinigar
Teka + um : T + um + eka = Tumeka
Sebar + um : S + um + ebar = Sumebar
c. Sufiks (panambang)
Panambang adalah afiks yang ditambahkan di akhir kata. Contoh:
Buku + mu = Bukumu
Pangan + an = Panganan
Jupuk + na = Jupukna
2. Reduplikasi
Reduplikasi (tembung rangkep) disebut juga sebagai proses
perulangan, yaitu perulangan bentuk kata dasar. Baik perulangan penuh
maupun sebagian, bisa dengan perubahan bunyi maupun tanpa perubahan
bunyi (Mulyana,2007 : 42).
Bentuk-bentuk pengulangan itu dalam pemakaian sehari-hari
seringkali masih bergabung dengan afiks lain yang menyertainya.
Beberapa jenis afiks yang dapat bergabung atau berkombinasi dalam
proses reduplikasi menurut Mulyana (2007 : 43), antara lain adalah :
a. Prefiks (ater-ater) + bentuk ulang
Contoh:
1) Di + suwek = disuwek-suwek “dirobek-robek”
2) Di + mundhi = dipundhi-pundhi “ dijunjung”
b. Infiks (seselan) + bentuk ulang
Contoh:
1) Um + suci = sumuci-suci
c. Sufiks (panambang) + bentuk ulang
Contoh:
1) Aras + en = aras-arasen
1. Tembung Wod
Tembung Wod adalah tembung yang memiliki satu suku kata
(mung sakwanda).
2. Tembung Lingga
Tembung Lingga adalah kalimat tembung yang belum berubah dari
asalnya (kata dasar).
3. Tembung Andhahan
Tembung Andhahan adalah tembung yang sudah berubah dari
asalnya, karena diberi ater-ater (awalan), seselan (sisipan), dan panambang
(akhiran).
4. Tembung Kriya
Tembung Kriya adalah tembung yang menyatakan sikap atau
tingkah laku (solah bawa). Di dalam susunan kalimat, Tembung Kriya
menempati posisi predikat (wasesa). Tembung Kriya dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Kriya Lingga, yaitu Tembung Kriya yang ketika menjadi predikat
(wasesa) tidak perlu dirubah atau diberi imbuhan.
b. Kriya Owah, adalah Tembung Kriya yang ketika menjadi predikat
(wasesa) harus dirubah terlebih dahulu. Tembung ini terbagi menjadi
beberapa macam yaitu: tembung tanduk dan tembung tanggap.
5. Tembung Saroja
Tembung Saroja adalah tembung yang terbentuk dari gabungan
dua tembung yang artinya hampir sama dan bisa menghasilkan makna
yang lebih tegas.
6. Tembung Entar
Tembung Entar adalah dua tembung atau lebih yang digabung
menjadi satu dan menghasilkan arti yang berbeda dari asalnya. Tembung
Entar disebut juga dengan kata kiasan.
7. Tembung Camboran
Tembung Camboran adalah gabungan dari dua tembung atau lebih
atau bisa disebut dengan kata majemuk. Tembung Camboran dibagi
menjadi dua yaitu Tembung camboran wutuh dan tembung camboran
tugel.
1. Tembung Wod
Contoh: Wit,gas, rak, bom, bar, lem, wes, duk, nom, dll
2. Tembung Lingga
Contoh: Kursi, buku, turu, dolan, guru, segara, dll.
3. Tembung Andhahan
a. Diberi awalan (ater-ater)
Contoh: Anulis, Kagawa, Daksuwek, Kopangan, Disapu, Nandur,
Nyapu, Ngombe, Mundhut, Sawengi, Pamudha, Pitutur,
Tarkadhang,dll
b. Diberi sisipan (seselan)
Contoh: Sinigar, Tinugel, Tumeka, Tumindak, Sumebar, dll
c. Diberi panambang (akhiran)
Contoh: Bukumu, Segane, Panganan, Tukoni, Jupukna, Tulisake,
Lakune,dll.
4. Tembung Kriya
a. Kriya Lingga
Contoh: Turu, Tuku, Gawe, dll.
b. Kriya Owah
1) Tembung Tanduk (kata kerja aktif)
Contoh: Nyilihake, Nyirami, Makani, Nggambarake, Nulisi,dll.
2) Tembung Tanggap (kata kerja pasif)
Contoh: Dibalekake, Digoleki, Kosilihi,dll.
5. Tembung Saroja
Contoh: Ayem tentrem (tentrem tenan), Ajur mumur, Arum wangi,
Campur bawur, Guyub rukun, dll.
6. Tembung Entar
Contoh: Abang kupinge (nesu banget), Dowo tangane (seneng nyolong),
enteng tangane (seneng ngewangi), Moto dhuwitan (serakah),dll.
7. Tembung Camboran
a. Tembung camboran wutuh
Contoh: Meja kursi, Naga sari, Bapa Biyung, Bakul Kacang, Pager
wesi, dll.
b. Tembung camboran tugel
Contoh: Bangjo (abang ijo), Bulik (ibu cilik), paklik (bapak cilik),
Pakpuh (bapak sepuh), Kosik (mengko disik),dll.
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN
Mistiyah,dkk. 2016. Tantri Basa Kelas 5. Jakarta Timur: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.