Anda di halaman 1dari 95

RESUME MATERI KE 1 - 13

MATA KULIAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

Oleh:
Sherin Azzahra

NIM:
1930201124

Dosen Pengampu:
Drs. Aquami, M. Pd. I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
Resume Materi Ke-1

Psikologi Perkembangan Anak dan Ruang Lingkunya

A. Pengertian Psikologi Perkembangan Berdasarkan Pendapat Beberapa


Ahli
1. Menurut J.P. Chaplin, 1979
Psikologi Perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang
mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun
setelah kelahiran berikut kematangan perilaku.
2. Menurut Ross Vasta, dkk, 1992
Psikologi Perkembangan merupakan cabang psikologi yang
mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses
perkembangan individu mulai dari masa konsepsi sampai mati.1

Menurut Pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Psikologi


Perkembangan adalah psikologi yang mempelajari proses perkembangan
individu, sebelum dan setelah kelahiran, berikut kematangan perilaku.
Selain itu Psikologi Perkembangan mempelajari perubahan perilaku dan
kemampuan-kemampuan yang muncul sepanjang terjadinya
perkembangan, baik dilihat dari psikalitas fungsionalnya maupun
kepribadiannya.

B. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan


1. Perkembangan Biologis
Perkembangan Biologis/ fisik merujuk pada perubahan yang terjadi
pada tubuh anak. Biasanya perubahan ini muncul secara stabil dan
terprediksi. Perkembangan biologis pada anak juga termasuk
kemampuan motorik kasar dan halus.

1
Samsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2004). Hlm. 3
Perkembangan biologis/ fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh
baik berat maupun tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak
untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembang ekplorasi terhadap lingkungannya.2
2. Perkembangan Kognitif
Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan
otak. Perkembangan Kognitif anak merupakan perkembangan dalam
menggunakan kekuatan berfikirnya, juga merupakan proses dalam
memperoleh pengetahuan, termasuk bahasa, imajinasi, penalaran dan
pola pikir.
Dalam perkembangan kognitif, dunia anak pada usia ini adalah
kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang
waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih
baik.3
3. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional anak mencakup perasaan yang dimiliki
anak dan cara mengungkapkannya. Rasa takut, percaya, bangga, humor,
percaya diri, bahkan persahabatan, menjadi bagian dari perkembangan
emosional.
Dalam masa ini emosi anak sangat kuat. Masa ini merupakan masa
ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti
bahwa ia mudah terbawa emosi sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan.4
4. Perkembangan Sosial
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan
meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya

2
Murni. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun.
Jurnal. Vol.III. No.1. (Aceh: UIN Ar-Raniry, 2017). Hlm. 22
3
Murni. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6
Tahun. Jurnal. Vol.III. No.1. (Aceh: UIN Ar-Raniry, 2017). Hlm. 26
4
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. Edisi V. (Jakarta: Erlangga, 1996). Hlm. 114

3
dari tahun ketahun. Oleh karena itu Perkembangan sosial sering
dikaitkan dengan kecenderungan anak ketika melakukan aktivitas
secara berkelompok, misalnya bermain bersama teman-teman
sebayanya. Aktivitas seperti ini menjadi salah satu bagian dari
perkembangan sosial anak.

C. Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan


Tujuan mempelajari psikologi perkembangan meliputi:
1. Memperoleh pengetahuan tentang perkembangan mental dan
psikomotorik anak-anak, tahap awal, tahap remaja, dan dewasa.
2. Memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak-anak.
3. Membantu memahami perubahan tingkah laku anak-anak supaya dapat
merancang aktivitas yang menarik dan tantangan untuk anak-anak.
4. Memperoleh pengetahuan untuk memprediksi perubahan prilaku pada
tahap-tahap tertentu untuk mencegah tingkah laku yang tidak
diinginkan.

Sementara itu, Elizabeth B. Hurlock menyebutkan tujuan mempelajari


psikologi perkembangan, yaitu:

1. Membantu menemukan prubahan-perubahan apakah yang terjadi pada


usia yang umum dank has dalam penampilan, perilaku, minat, dan
tujuan dari masing-masing periode perkembangan.
2. Membantu menemukan kapan perubahan-perubahan itu tejadi.
3. Membantu menemukan sebab-sebabnya.
4. Membantu menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi
perilaku.
5. Membantu menemukan dapat atau tidaknya perubahan-perubahan itu
diramalkan.
6. Membantu menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau
universal.

4
Resume Materi Ke-2

Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

A. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan memiliki kata asal “Tumbuh”. Dalam KBBI sendiri,
tumbuh memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna.
Sehingga secara istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara
kuantitatif pada fisik manusia karena beberapa faktor (internal dan
eksternal). Misalnya perubahan ukuran dan bentuk tubuh, dari yang pendek
menjadi tinggi, kecil menjadi besar, serta kurus menjadi gemuk.5
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat.

B. Definisi Perkembangan
Berdasarkan KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang.
Kemudian arti berkembang sendiri berdasarkan KBBI ialah pertambah,
memekar atau membentang.6
Dalam ilmu psikologi , perkembangan memiliki arti perubahan secara
kualitatif pada ranah jasmani dan rohani manusia yang saling
berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik atau kearah yang
sempurna.7
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
dari proses pematangan.

5
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1990). Hlm. 41
6
Muhhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004). Hlm. 41
7
Ibid. Hlm. 42

5
C. Ciri-ciri Pertumbuhan
Ciri dari pertumbuhan antara lain:
 Terjadi pertambahan ukuran, volume, tinggi dan massa
 Adanya penambahan jumlah sel
 Bersifat irreversible atau tidak dapat kembali
 Dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan panjang dan berat
 Bersifat terbatas yang dapat berhenti pada waktu tertentu

D. Ciri-ciri Perkembangan
Ciri dari perkembangan antara lain:
 Tercapainya proses kedewasaan
 Terjadi kematangan fungsional dan lebih sempurna pada organ tertentu
 Umunya ditandai dengan kematangan organ reproduksi
 Tidak dapat diukur secara kuantitatif
 Diukur secara kualitatif

E. Tahap-tahap Perkembangan Manusia


Thomburg membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi 4
tahap yaitu sebagai berikut:8
1. Masa bayi 0-2 tahun
 Periode dalam kandungan : mulai dari terjadinya konsepsi sampai
lahir
 Periode baru lahir : lahir sampai 4-6 minggu
 Periode bayi : 4-6 minggu sampai 2 tahun
2. Masa kanak-kanak 2-11 tahun
 Periode kanak-kanak permulaan : umur 2-5 tahun
 Periode kanak-kanak pertengahan : umur 6-8 tahun
 Periode kanak-kanak akhir : umur 9-11 tahun

8
Erik Kuswanto, dkk. Perkembangan dan pertumbuhan individu. Makalah. (Malang: UM Malang,
2015). Hlm. 8

6
3. Masa remaja 11-19 tahun
 Remaja permulaan : umur 11-13 tahun
 Remaja pertengahan : umur 14-16 tahun
 Remaja akhir : umur 17-19 tahun
4. Masa Dewasa 20-81 tahun
 Dewasa permulaan : umur 20-29 tahun
 Dewasa pertengahan : umur 30-49 tahun
 Dewasa : umur 50-65 tahun
 Dewasa akhir : umur 66-80 tahun
 Tua : umur 81 keatas

F. Proses Perkembangan
Pola perkembangan manusia dikaitkan dengan proses biologis, kognitif
dan sosial-emosional.
1. Proses Biologis, menghasilkan perubahan pada seseorang. Gen yang
divariasi oleh orang tua, perkembangan otak, pertambahan tinggi, dan
berat badan, leterampilan motoric, dan perubahan hormone pada masa
puber mencerminkan peran biologis dalam perkembangan.
2. Proses Kognitif, menggambarkan perubahan dalam pikiran, intelegensi,
dan bahasa seseorang. Tugas-tugas seperti mengawasi ayunan bergerak
diatas kotak bayi, menghubungkan kalimat dengan dua kata,
menyelesaikan soal matematika, dan membayangkan bagaimana rasanya
menjadi pilot, semua itu melibatkan aspek kognitif.
3. Proses Sosial-emosional, adalah hal yang melibatkan perubahan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Perubahan emosi dapat
membuat kepribadian seseorang selanjutnya.

G. Aspek-Aspek Perkembangan
Secara umum, para ahli perkembangan sering membagi aspek-aspek
perkembangan menjadi tiga area besar, dengan istilah yang berbeda-beda.
Didalam Santrock (2009) disebutkan bahwa aspek tersebut meliputi aspek

7
biologis, kognitif, dan sosioemosional. Berk (2009) membaginya menjadi
aspek fisik, kognitif, serta emosional dan sosial. Hal ini serupa pula dengan
papalia (2009) yang membagi aspek-aspek perkembangan ke dalam aspek
fisik, kognitif, dan psikososial.
Aspek fisik berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas
sensorik, keterampilan motoric, dan kesehatan. Aspek kognitif mempelajari
atensi, memory, pemecahan masalah, proses berpikir, penalaran dan bahasa.
Aspek psikososial meliputi perkembangan emosi,, kepribadian, dan
hubungan sosial.

H. Prinsip-prinsip dalam Perkembangan


Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk, 2009) mengidentifikasikan tujuh
prinsip-prinsip perkembangan dalam rentang kehidupan manusia, yaitu:9
1. Development is Lifelong, berarti bahwa perkembangan adalah proses
perubahan sepanjang hidup.
2. Development is Multidimensional, berarti bahwa perkembangan
berlangsung dalam banyak dimensi (dimensi biologis, psikologis dan
dimensi sosial).
3. Development is Multidirectional, berarti bahwa perkembangan
berlangsung lebih dari satu arah.
4. Relative Influences of Biology and Culture Shif Over The Life Span,
berarti bahwa popses perkembangan dipengaruhi oleh faktor biologis dan
budaya.
5. Development Involves Changing Resource Allocations, berarti bahwa
perkembangan dapat membuat sesorang mampu mengalokasikan
sumber-sumber yang ada, seperti waktu, energy, talenta, uang, dan
dukungan sosial dalam cara yang beragam.
6. Development Shows Plasticity, berarti bahwa perkembangan
kemampuan dapat ditingkatkan melalui latihan.

9
Papalia & Feldman. Human Development. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc). Hlm. 7-
10

8
7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context, berarti
bahwa manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh
konteks sejarah dan budayanya.

I. Tugas-tugas perkembangan dan resikonya


Ada beberapa tugas perkembangan dari masa bayi hingga masa tua,
tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:10
1. Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi (0-2 tahun)
 Belajar makan makanan padat
 Belajar berjalan
 Belajar berbicara
 Belajar buang air kecil dan buang air besar
2. Tugas-tugas perkembangan pada usia kanak-kanak awal (2-6 tahun)
 Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
 Belajar menstabilkan jasmaniah fisiologis
 Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial
dan alam
 Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara
dan orang lain
 Belajar mengembangkan kata hati
3. Tugas-tugas perkembangan pada usia kanak-kanak akhir (6-12 tahun)
 Belajar keterampilan fisik untuk permainan umum
 Belajar membangun sikap sehat terhadap diri sendiri
 Mulai memerankan peran sosial sesuai jenis kelamin
 Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung
 Belajar berinteraksi dengan teman sebaya
 Belajar mengembangkan hati nurani dan moral

10
Wji Hidayati dan Sri Purnami. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta: Teras, 2008). Hlm. 124-
159

9
4. Tugas-tugas perkembangan pada usia remaja (13-18 tahun)
 Belajar menerima keadaan fisik
 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
 Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
 Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial
 Pengembangan skala nilai
5. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa dini (18-40 tahun)
 Mulai bekerja
 Memilih pasangan dan membina rumah tangga
 Mangasuh anak
 Mengelolah rumah tangga
 Menemukan kelompok sosial yang sesuai
 Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
6. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa madya (40-60 tahun)
 Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
fisiologis
 Membantu remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia
 Mancapai tanggung jawab sosial dan warga Negara
 Mengembangkan waktu senggang untuk orang dewasa
 Mencapai dan mempertahankan prestasi pekerjaan
7. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa lanjut/ tua (60-keatas)
 Menyesuaikan diri dengan kekuatan fisik yang mulai menurun
 Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya
pendapatan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

10
 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang,
yaitu sebagai berikut:11
1. Herediter, Lingkungan, dan Kematangan.
2. Konteks Perkembangan : Keluarga, Status sosial-ekonomi dan
lingkungan tempat tinggal, budaya dan ras/ kelompok etnik serta konteks
historis/ pengalaman.
3. Pengaruh Normatif dan Non-Normatif.
4. Pengaruh Waktu : Periode Sensitif dan Kritis.

11
Papalia & Feldman. Human Development. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc). Hlm.
22-27

11
Resume Materi ke-3

Teori Perkembangan Sigmund Freud, Teori Perkembangan Carl Jung, Teori


Perkembangan Erik H.Erikson, Teori Perkembangan Jean Piaget, Teori
Perkembangan Kecerdasan Majemuk

A. Teori Perkembangan Freud


Teori perkembangan Sigmund Freud, dalam kehidupan jiwa
memiliki tiga tingkatan kesadaran yaitu sadar, prasadar dan tak sadar. Peta
kesadaran ini digunakan untuk menjelaskan disetiap kegiatan mental seperti
berfikir dan berfantasi. Tahun 1920-an, teori ini masih tetap mencangkup
tiga unsur kesadaran. Pada tahun 1923, Freud mengenalkan tiga model
structural lainnya yaitu id, ego dan superego.12
1) Sadar (Conscious)
Menurut Freud, hanya ada beberapa kegiatan mental kecil saja yang
bisa bertahan di tingkat sadar, selebihnya akan langsung terbawa kearah pra
sadar dan bahkan tak sadar sesaat setelah seseorang kehilangan fokus atau
bisa dikatakan memindahkan perhatiannya ke yang lain seperti contoh :
presepsi, fikiran, perasaan dan bahkan ingatan.
2) Prasadar (Preconscious)
Prasadar adalah jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi dari
prasadar adalah dari sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh
perhatian akan ditekan dan dipindah ke prasadar menjadi isi prasadar dari
sadar. Dan untuk materi tak sadar yang di rasa berbahaya untuk tak sadar
akan dipindah ulang di masa prasadar dan akan tumbuh kesadaran dalam
materi itu dengan bentuk lamunan, salah ucap dan mimpi, hal itu juga akan
menjadi isi prasadar dari tak sadar.
3) Tak Sadar (Unconscious)

12
Feist, Jess and Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 10-
34

12
Tak sadar adalah bagian paling dalam dan terpenting dalam
kehidupan jiwa. Dalam hal ini Frued membktikan bahwa ketidaksadaran
adalah kenyataan bukan abstrak. Yang berisikan tentang impuls, insting dan
pengendalian (drivers) yang dibawa sejak lahir dan pengalaman-
pengalaman traumatic yang dialami sejak kecil. Hal-hal tersebut akan
bertahan lama di ketidaksadaran dan sangat berpengaruh pada tingkah laku
namun seseorang itu tetap tidak menyadari.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Freud


Tahap-tahap perkembangan psikoseksual Sigmund freud
Pembagian tahap psikoseksual pada masa kanak-kanak hingga remaja
adalah sebagai berikut:
1) Tahap oral
Tahapan oral ini terjadi pada usia 0-1 tahun. Ketika anak lahir hal
pertama yang berkembang terletak pada daerah mulut anak. anak mulai
mengerti kenikmatan yang seperti mengunyah, menggigit, dan menghisap.
2) Tahap anal
Tahap anal terjadi pada usia 1-3 tahun. Rangsangan kedua yang
mereka dapat kali ini berasal dari lubang anus yang berkaitan erat dengan
buang air besar. Bagi mereka hal ini menajdi kenikmatan terbesar yang
mereka rasakan.
3) Tahap phalic
Tahap ini terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Pada usia ini anak mulai
memahami kenikmatan baru yang terletak pada alat kelamin mereka. Ketika
anak mulai menemukan manipulasi diri dapat memberikan kenikmatan,
anak mulai menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan anatomi antara
laki-laki dan perempuan.
4) Latensi
Tahapan yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun. Pada tahap ini yang
terjadi pada anak yaitu kontrol terhadap seks dan mengembangkan

13
keterampilan seksual dan intelektual. Soal in no direct child will menolong
child to pass the stage phalic yang sangat mematikan.
5) Genital
Tahapan genital terjadi ketika anak berusia 12 tahun hingga mereka
dewasa. Pada tahap ini dorongan-dorongan seks yang terdapat pada tahap
phalic mulai kembali berkembang. Kematangan fisiologis ketika anak
memasuki masa remaja mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen
pada alat kelamin sebagai sumber kenikmatan.

C. Struktur Kepribadian Freud


Struktur kepribadian Id, Ego, dan Superego menurut teori Sigmund
Freud. Freud jiwa kepribadian manusia terdiri atas 3 elemen yang bekerja
untuk menciptakan perilaku manusia. Berikut 3 elemen kepribadian itu Id,
Ego, dan Superego.
ID: komponen yang hadir sejak lahir, aspek personalisasi sadar dan
termasuk dari perilaku naruliah dan primitive. Id juga pengungsi oleh
prinsip kesenangan untuk kepuasan segera dari semua keinginan dan
kebutuhan.
Ego: Komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
berteman dengan realitas. Ego terkembang dari id dan memastikan bahwa
pernyataan dari id dinyatakan dalam cara yang dapat diterima didunia
nyata. Ego juga bekerja berdasarkan prinsip relitas yang berusaha untuk
memenuhi keinginan id dengan cara yang realistis dan sosial yang sesuai.
Superego: Untuk mengembangkan kepribadian, superego adalah
aspek kepribadian yang memiliki semua standar internalisasi moral. Dan
cita - cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat. Superego
memberikan layanan untuk membuat.

D. Mekanisme Pertahan Ego Freud


Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang
dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk

14
berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang
yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama
hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya
secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga
kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan
mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari
kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari
situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan
adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa
sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk
melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan
cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan
mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif
terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme
pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang
bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

E. Teori Perkembangan Carl Jung


Teori Jung memiliki kekhasan yang berbeda dengan gagasan freud.
CG Jung menekankan pemahaman bahwa paruh kedua hidup
manusia,adalah pada usia 35 atau 40 tahun, Diusia tersebut seseorang
memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian untuk
mencapai individuasi. Selain menjelaskan tentang dinamika kepribadian,
Jung juga menjelaskan tentang perkembangan kepribadian pada teori
psikologi analitik.13

13
Nurcoiri. Perkembangan Kepribadian Menurut pandangan Carl Gustav Jung. Hlm 7

15
F. Tahap-Tahap Perkembangan Carl Jung
Jung mengkategorisasikan tahapan kehidupan manusia menjadi
empat periode umum :
1) Tahap perkembangan di Masa kanak – kanak
Di masa perkembangan anak ini, Jung membagi masa ini kedalam
tiga sub-tahapan. Yaitu tahap anarkis, tahap monarkis dan tahap dualistis.
a) Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang berantakan dan sporadis
b) Tahap monarkis, anak-anak di fase ini dicirikan oleh perkembangan
ego dan oleh permulaan pemikiran logis dan verbal.
c) Fase dualistik , di masa anak-anak ini, dimana saat ego terbagi
menjadi subjektif dan objektif
2) Tahap perkembangan di Masa Muda
Periode dari berada pada masa pubertas sampai paruh baya yang
seringkali disebut masa muda. Anak muda umumnya berjuang untuk
mendapatkan kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka. Remaja
berusaha untuk menemukan belahan jiwanya atau membangun kedekatan
emosional dengan lawan jenis. Mereka memiliki tugas perkembangan untuk
membentuk keluarga. Dalam fase ini ada dorongan untuk menunjukkan
eksistensi, ketenaran, dan popularitas di masyarakat.
Permasalahan utama yang dihadapi orang di masa muda adalah
menaklukkan dorongan-dorongan kesadaran sempit kekanak-kanakan.
Dimana dorongan kekanak-kanakan seringkali menciptakan masalah-
masalah yang mengganggu di fase kehidupan selanjutnya.
3) Tahap perkembangan di usia Paruh Baya
Menurut CG Jung, tahap perkembangan paruh baya berada pada usia
35 sampai 40 tahun. Usia paruh baya dianalogikan seperti ilustrasi matahari
yang melewati titik atas dan mulai bergerak turun menuju sunset. Orang di
usia paruh baya mulai mempertahankan nilai-nilai sosial dan moral dari
mereka pahami dan yakini. Di usia ini mereka menjadi kurang fleksibel,
menjadi sangat kolot, kaku dan fanatik terhadap nilai yang diyakini.

16
4) Tahap perkembangan di Usia Senja
Menurut Jung, usia senja adalah tahap terakhir dari fase
perkembangan manusia. Di fase ini, dianalogikan dimana matahari menjuru
sunset/ tenggelam. Tahapan ini dilukiskan bahwa orang akan mengalami
penyusutan kesadaran dan mereka mengalami rasa takut terhadap kematian.
Dorongan rasa takut kepada kematian diregulasi dengan dorongan aktivitas
spiritualitas, menciptakan heritage/ warisan atau peninggalan yang
diteruskan ke keturunannya. Atau upaya menciptakan eksistensinya.
Sebagian besar pasien Jung adalah orang-orang di fase paruh baya dan
berusia senja. Kebanyakan pasien Jung di fase ini menderita kenangan masa
lalu, bergantung dengan putus asa kepada tujuan dan gaya hidup masa
sebelumnya, dan berjalan mengikuti gerak hidup tanpa tujuan.

G. Teori Perkembangan Psikososial Erikson


Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia
dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan
psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi.
Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan
psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego
adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi
sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah
alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erikson
merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam
psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia

17
mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.
Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan
sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.14

H. Teori Tahapan Kognitif Piaget


Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget
menunjukkan bahwa kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak.
Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya tentang memperoleh
pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun mental.
Perlu diketahui, Jean Piaget adalah seorang psikolog yang berasal
dari Swiss yang mempelajari anak-anak di awal abad ke-20. Teorinya
membahas perkembangan intelektual atau kognitif, yang diterbitkan pada
tahun 1936, yang masih digunakan hingga saat ini di beberapa cabang
pendidikan dan psikologi.

I. Tahap-Tahap Perkembangan Piaget


1) Tahap Sensorimotor (Usia 18 - 24 bulan)
Tahap sensorimotor merupakan yang pertama dari empat tahap
dalam teoritertutup perkembangan kognitif Piaget. Teori ini meluas sejak
lahir hingga sekitar 2 tahun, dan merupakan periode pertumbuhan kognitif
yang cepat. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang
dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar)
dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).
Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah
pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami
dari tindakannya sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah
selimut, anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak

14
https://books.google.com/books/about/The_Erik_Erikson_Reader.html?id=GTv_B06aldwC#:~:t
ext=Erik%20Erikson%20Reader-
,Erik%20Homburger%20Erikson,psyche%20within%20society%20and%20culture.

18
terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini,
anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.
2) Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)
Tahap praoperasional merupakan tahap kedua dalam teori Piaget.
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum
menggunakan operasi kognitif. Pemikiran anak selama tahap ini adalah
sebelum operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau
mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.
Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang
dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa
menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak secara mental
bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda),
dan terlibat dalam permainan simbolik.
3) Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)
Tahap operasional konkret merupakan tahap ketiga dalam teori
Piaget. Periode berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai
dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan
kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan
pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada
objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas,
volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara
logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
4) Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Tahap operasional formal dimulai sekitar usia 12 tahun dan
berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan
memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret. Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir

19
kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari
tindakan tertentu.15

15
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (n.d.). Retrieved from
http://prezi.com/uepcgwoue5_m/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget. Diakses 4 april 2021.

20
Resume Materi ke-4

Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence), Teori Perkembangan


Bronfenbrenner, Teori Perkembangan Lev Vygotsky, Teori Perkembangan
Havighurst, Teori Perkembangan B.f.Skiner, Teori Perkembangan Albert
Bandura

A. Teori Triarki Sternberg


Teori kecerdasan triarki mengusulkan bahwa ada tiga jenis
kecerdasan yang berbeda: praktis, berbeda, dan analitis. Ini dirumuskan
oleh Robert J. Sternberg, seorang psikolog terkenal yang penelitiannya
sering berfokus pada kecerdasan dan kreativitas manusia.
Teori triarki terdiri dari tiga sub teori, yang masing-masing
berhubungan dengan jenis kecerdasan tertentu: sub teori kontekstual, yang
berhubungan dengan kecerdasan praktis, atau kemampuan untuk berhasil
berfungsi di lingkungan seseorang; sub teori pengalaman, yang sesuai
dengan kecerdasan kreatif, atau kemampuan untuk menghadapi situasi atau
masalah baru; dan sub teori komponensial, yang sesuai dengan kecerdasan
analitis, atau kemampuan untuk memecahkan masalah.16

B. Teori Kecerdasan menurut Gardner


Teori tentang Kecerdasan Majemuk ini bergema sangat kuat di
kalangan pendidik karena menawarkan model untuk bertindak sesuai
dengan keyakinan bahwa semua anak memiliki kelebihan. Garner dalam
bukunya yang berjudul Frames of Mind: Teori Multiple Intelegences tahun
1983 mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan
suatu masalah suatu menciptakan suatu (produk) yang bernilai dalam suatu

16
Sternberg, Robert J. Beyond IQ: Teori Triarki Kecerdasan Manusia . (Cambridge University Press,
1985), hlm. 102

21
budaya. Pada mulanya Howard Gardner menyatakan ada tujuh jenis
kecerdasan.
1) Kecerdasan Bahasa atau linguistik: terdiri dari kemampuan untuk berpikir
dalam kata-kata, dan meggunakan bahasa untuk mengungkapkan dan
mengapresiasi makna yang komplek. Pekerjaan yang sesuai bidang ini:
penulis, penyair, jurnalis, pembicara, penyiar warta berita dll.
2) Kecerdasan Logika matematika: kemampuan untuk menghitung,
mengukur, mempertimbangkan dalil atau rumus, hipotesis dan
menyelesaikan operasi matematik yang kompleks. Ilmuan, ahli matematika,
akuntan, ahli mesin dan programmer computer, semua menunjukkan
kecerdasan matematik yang kuat.
3) Kecerdasan Intrapersonal: merujuk pada kemampuan untuk membangun
anggapan yang tepat pada seseorang dan untuk menggunakan sejenis
pengetahuan dalam merencakan dan mengarahkan hidup seseorang.
Beberapa orang yang menunjukkan kecerdasan ini adalah teolog, psikolog,
filsuf.
4) Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan
membina hubungan yang efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini
ditunjukkan oleh guru, para pekerja sosial, actor, atau politisi.
5) Kecerdasan Musik atau musikal: kepekaan terhadap
titinada, melodi, irama dan nada. Orang yang menunjukan kecerdasan ini
adalah komposer, dirigen, musisi, krtikus, pengarang musik, bahkan
pendengar musik.
6) Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial: kemampuan untuk mengindera
dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek
dunia tersebut. Kecerdasan ini seperti yang tampak pada keahlian pelaut,
pilot, pemahat, pelukis dan arsitek.
7) Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan
trampil dan memegang objek dengan cakap. Kecerdasan ini ditunjukkan
oleh para atlet, penari, ahli bedah, masyarakat pengrajin.

22
Kemudian sesuai dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun
1990-an, Howard Gardner memasukkan kecerdasan yang ke delapan yaitu
kecerdasan alamiah (naturalis).
8) Kecerdasan Alam atau Kecerdasan Naturalis: kemampuan untuk mengenali
dan mengklasifikasi aneka spesies, tumbuhan atau flora dan hewan fauna
dalam lingkungan. Ahli biologi, pecinta alam, penjelajah.17

C. Teori Bioekologi (Bioecological Theory) menurut Bronfenbrenner


Seorang ahli psikologi dari Amerika bernama Urie
Bronfenbrenner (1917-2005) merumuskan teori ekologi dalam psikologi
perkembangan untuk menjelaskan bagaimana kualitas yang diwarisi oleh
seorang anak dan lingkungan tempatnya berinteraksi dapat mempengaruhi
bagaimana tumbuh kembang anak. Melalui teori ekologinya tersebut,
Bronfenbrenner menekankan pentingnya untuk mempelajari seorang anak
dalam konteks lingkungan yang beragam yang juga dikenal dengan istilah
sistem ekologi dalam usaha untuk memahami proses perkembangannya.
Seorang anak biasanya akan berada dalam ekosistem yang berbeda
secara simultan, dari lingkungan yang paling akrab di rumah menuju
lingkungan luar ke sekolah dan ke lingkungan yang paling luas yaitu budaya
dan masyarakat. Setiap sistem ini tidak dapat dihindari untuk berinteraksi
dan saling mempengaruhi setiap aspek kehidupan seorang anak. Teori ini
akan membantu kita untuk memahami mengapa kita dapat berperilaku
berbeda di lingkungan yang berbeda, misalnya perilaku kita ketika di rumah
akan berbeda dengan perilaku yang kita tunjukkan ketika berada di
lingkungan luar.18

17
http://digilib.uin-
suka.ac.id/8759/1/SITI%20RAHMAH%20TEORIKECERDASAN%20MAJEMUKHOWARD%20GARDNE
R%20DAN%20PENGEMBANGANNYA%20PADA%20METODE%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN
%20AGAMA%20ISLAM%20UNTUK%20ANAK%20USIA%20SEKOLAH%20DASAR.pdf
18
Bronfenbrenner, U., Morris, P. A., The Ecology of Developmental Processes. In W. Damon
(Series Ed.) & R. M. Lerner (Vol. Ed.), dalam Handbook of Child Psychology: Vol. 1: Theoretical
Models of Human Development, New York: Wiley, 1998. Hlm. 32

23
D. Fase Perkembangan menurut Vygotsky
1) Perkembangan Zona Proksimal (ZPD)
Zona Proximal Development (ZPD) adalah kemampuan setiap
individu dapat memecahkan masalah secara mandiri. Meskipun pada masa
ini sangat sulit untuk menerapkan oleh anak-anak, namun ini dapat
mempelajari dengan bimbingan dan bantuan orang tua (orang tua maupun
guru). Yang mana, orang tua atau guru sebagai mediator dalam interasi
sosial anak satu dengan anak yang lainnya.
2) Perancah
Scafflolding adalah memberikan dukungan kepada anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran hingga anak mampu dan bertanggung jawab
pada berbagai masalah yang mereka hadapi.
3) Bahasa dan pemikiran
Bahasa merupakan alat pertama dalam komunikasi. Saat anak-anak
komunikasi pun tak hanya dalam interaksi sosial (bertegur sapa, saling
bertukar fikiran) untuk memenuhi kebutuhan, namun juga untuk
memecahkan masalah. Perkembangan bahasa ini sangat penting dalam
perkembangan kognitif.
Menurut Vygotsky, privat speech salah satu cara yang dapat
membantu bahasa anak. Pidato privat komunikasi yang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara internal (berbicara didalam hati dan tidak
bersuara) dan secara eksternal (berbicara langsung dengan adanya
suara). Jika pidato pribadi dikembangan dengan baik dalam perkembangan
bahasanya, maka anak mereka akan menjadi pribadi yang baik dalam
berkomunikasi.19

E. Tugas Perkembangan menurut Havighurst


Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu;

19
Salkind, N. J. Teori-teori Perkembangan Manusia. (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009) hlm.
22

24
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi
sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai
berikut:20
1) Masa bayi dan anak-anak
 Belajar berjalan
 Belajar mekan makanan padat
 Belajar berbicara
 Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
 Mencapai stabilitas fisiologik
 Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
 Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
 Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati
2) Masa Anak Sekolah
 Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
 Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism
yang sedang tumbuh
 Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya.
 Belajar peranan jenis kelamin
 Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung
 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna
keperluan kehidupan sehari-hari
 Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
 Belajar membebaskan ketergantungan diri

20
Yusuf LN, Syamsu. Psikologi perkembangan anak dan remaja. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006). hlm. 8

25
 Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga.
3) Masa Remaja
 Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
 Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
 Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
social
 Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
 Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-
laki
 Perkembangan skala nilai
 Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
 Persiapan mandiri secara ekonomi
 Pemilihan dan latihan jabatan
 Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4) Masa Dewasa Awal
 Mulai bekerja
 Memilih pasangan hidup
 Belajar hidup dengan suami/istri
 Mulai membentuk keluarga
 Mengasuh anak
 Mengelola/mengemudikan rumah tangga
 Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
 Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5) Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
 Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologis
 Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
 Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia.

26
 Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
dewasa
 Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

F. Tujuan Tugas Perkembangan menurut Havighurst


RJ. Havighurst mengistilahkan tugas-tugas perkembangan dengan
developmental task yaitu suatu tugas yang timbul pada suatu periode atau
masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Apabila berhasil dituntaskan
akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
perkembangan berikutnya.

G. Teori Perilaku B.f Skinner


Teori Operant Conditioning adalah teori yang dikembangkan oleh
BF Skinner. Teori ini mengungkapkan bahwa tingkah laku hanya
sekedarrespon terhadap stimulus, tetapi suaatu tindakan yang disengaja atau
operant.
Laku adalah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi
tertentu. Tingkah laku yang dimaksud terletak di antara dua pengaruh yaitu
pengaruh yang mendahuluinya (anteseden) dan pengaruh yang
mengikutinya (gelombang). Tingkah laku dapat diubah dengan cara
mengubah keadaan, perubahan, atau kedua-duanya. Menurut Skinner, itu
sangat menentukan apakah seseorang akan menentukan suatu keputusan,
laku pada saat lain di waktu yang akan datang.21

H. Teori Belajar Sosial Albert Bandura


Teori Belajar Sosial menurut Bandura adalah orang belajar dari yang
lain, melalui observasi, peniruan, dan pemodelan. Teori ini sering disebut

21
Koswara., E., Teori-Teori Kepribadian, cet.2 (Bandung: Eresco, 1991). Hlm. 66

27
jembatan antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi
perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert
Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925.
Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University
of British of Columbia pada tahun 1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952
di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas
Stanford.22
Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan
pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang
lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia
dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang
lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
Bandura percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu
lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk
lingkungan, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa
lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang. Bandura, yang
juga mempelajari “kenakalan” remaja, menemukan ini terlalu sederhana,
dan di samping itu dia menyarankan bahwa perilaku lingkungan merupakan
menyebabkan juga. Kemudian, Bandura segera menganggap kepribadian
sebagai interaksi antara tiga komponen yaitu lingkungan, perilaku, dan
proses psikologis seseorang.
Teori belajar sosial kadang-kadang disebut jembatan antara
behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian,
memori, dan motivasi. Teori ini terkait dengan Social Development Theory
and Lave’s Vygotsky dimana ketika belajar juga menekankan pentingnya
pembelajaran sosial.

22
Bandura, A. Social Learning Theory. (New York: General Learning Press, 1977) hlm. 48

28
Resume Materi Ke-5

Perkembangan Prenatal dan Proses Kelahiran Bayi

A. Tahap Perkembangan Prenatal


Perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahap, yaitu geminal,
embrionik dan fetal. Selama tahapan prenatal ini, zigot yang awalnya hanya
satu sel kemudian tumbuh menjadi embrio yang kemudian menjadi janin.
Sebelum dan sesudah lahir perkembangan terus berlangsung mengikuti dua
prinsip. Pertama, prinsip sefalokaudal, bahwa perkembangan berlangsung
dari kepala ke bagian bawah tubuh. Kepala embrio, otak, dan mata terbentuk
paling awal dan berukuran besar serta tidak proporsional sampai bagian-
bagian tubuh lain terbentuk. Kedua, prinsip proximodistal, perkembangan
berlangsung dari bagian-bagian tubuh yang dekat dengan bagian tengah
tubuh menuju keluar. Kepala dan dada embrio terbentuk sebelum
terbentuknya tungkai dan lengan serta kaki terbentuk sebelum terbentuknya
jari tangan dan kaki.23
a. Tahapan Germinal
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot
membelah diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada
dinding rahim menjadi tanda awal masa kehamilan. Dalam waktu 36 jam
setelah pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan duplikasi sel
cepat (mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16
dan kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus
berlangsung sampai satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta atau
lebih sel khusus yang membentuk tubuh manusia.

Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah dibuahi kemudian
melewati tuba falopi menuju rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk yang

23
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 78

29
semula kumpulan sel yang berbentuk bola berubah menjadi bulatan yang
berisi cairan dan disebut blastosista. Blastosista ini mengapung bebas dalam
rahim selama 1-2 hari lalu melekat di dinding rahim. Hanya sekitar 10-20%
dari telur yang dibuahi yang dapat menyelesaikan tugas penting melekatkan
diri pada dinding rahim dan menjadi embrio. Sebelum melekatkan diri,
seiring dengan diferensiasi sel terjadi, beberapa sel di bagian luar blastosista
berkumpul di satu sisi untuk membentuk cakram embrionik, masa sel yang
menebal yang menjadi tempat bagi embrio untuk mulai berkembang. Massa
ini akan melakukan diferensiasi menjadi tiga lapisan. Ektoderma (lapisan
paling atas) akan menjadi lapisan luar kulit, kuku rambut, gigi, panca indera,
dan sistem saraf termasuk otak dan tulang belakang. Endoderma (lapisan
bawah) akan menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah, dan
pernapasan. Mesoderma (lapisan tengah) akan membangun dan
mendiferensiasi menjadi lapisan kulit dalam, otot, tulang, serta sistem
pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain dari blastosista mulai terbentuk
menjadi organ yang akan menghidupi dan melindungi embrio: rongga
amnion, dengan lapisan luarnya, amnion dan karion, plasenta dan tali
pusar.24

b. Tahapan Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ
dan sistem tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio
paling rentan terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem
atau struktur organ yang masih berkembang pada saat terpapar lebih mungkin
untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan tahapan
selanjutnya tidak lebih serius.

Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk mengalami


keguguran secara spontan atau dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada
janin perempuan. Walaupun sekitar 125 laki-laki di konsepsi untuk 100

24
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 79-80

30
perempuan, fakta yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam
membawa kromosom Y yang lebih kecil, hanya 105 anak laki-laki yang
dilahirkan untuk setiap 100 perempuan. Kerentanan laki-laki berlanjut
setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang meninggal di awal
kehidupan, dan di setiap tahapan kehidupan mereka lebih rentan terhadap
berbagai macam penyakit. Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100
perempuan di AS.25

c. Tahapan Fetal
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai
dengan masa kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar
20 kali lebih besar daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus sistem
tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari tangan dan
kaki tumbuh serta kelopak mata terbuka.

Tingkat aktivitas dan pergerakan janin menunjukkan perbedaan


individual yang ditandai dengan kecepatan jantung mereka yang berubah-
ubah. Janin laki-laki, terlepas dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan
cenderung lebih semangat saat bergerak selama masa kehamilan. Dengan
demikian, kecenderungan bayi laki-laki untuk lebih aktif dibandingkan bayi
perempuan mungkin merupakan bagian dari pembawaan sejak lahir.

Berawal dari sekitar minggu ke-12 masa kehamilan, janin menelan


dan menghirup cairan ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban
mengandung zat-zat yang melewati plasenta dari aliran darah ibu dan
memasuki aliran darah bayi. Mengonsumsi zat ini dapat merangsang indera
pengecapan dan penciuman yang sedang berkembang dan berkontribusi
terhadap perkembangan organ yang dibutuhkan untuk bernapas dan
mencerna. Sel perasa yang matang muncul sekitar 14 minggu usia masa
kehamilan. Janin melakukan respons terhadap suara dan detak jantung serta

25
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 81

31
getaran dari tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan
merasa. Respons terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada
minggu ke-26 dari masa kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya
pada sekitar minggu ke-32. Janin sepertinya belajar dan mengingat. Dalam
satu eksperimen, bayi berusia 3 hari menghisap putting susu ibunya lebih
sering saat mendengar rekaman cerita yang sering dibacakan keras-keras
oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan dibandingkan dengan
saat mereka mendengar dua cerita lain. Sepertinya bayi mengenali pola
bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan. Kelompok kontrol di mana
para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran bayi mereka,
melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen
serupa menemukan bahwa bayi berusia 2-4 hari memilih musik dan suara
yang mereka dengar sebelum lahir. Mereka juga memilih suara ibu mereka
dibandingkan dengan suara perempuan lain, suara perempuan dibandingkan
laki-laki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka dibandingkan bahasa lain.
Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka
meningkat. Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak
jantungnya akan menurun jika merupakan suara orang yang tidak dikenal.
Dalam penelitian lain, bayi baru lahir menghisap susu ibunya diberikan
pilihan apakah ia akan memilih rekaman suara ibunya atau suara yang telah
“di filter” sehingga terdengar seperti di dalam rahim. Bayi baru lahir
mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter, menunjukkan
bahwa janin telah mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang mereka
dengar sebelum lahir.26

B. Faktor Herediter atau Genetik


Perkembagan anak sebelum dilahirkan (Pranatal) ini merupakan
awal sel-sel kehidupan anak dimulai yang disebut dengan kromosom-
kromosom yang terdiri dari beribu-ribu subtasi atau gen-gen. Sifat-sifat gen

26
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 82-83

32
inilah yang kemudian akan menentukan potensialitas genetik seseorang.
Bema, hanya satu dari sema, hanya satu dari benih sel yang sudah dibuahi
itu berisikan sekitar 46 kromosom yang terdiri atas 23 pasang kromosom.
Sel-sel benih dari masing-masing orang tua terdiri atas jumlah pasangan
kromosom yang sama, akan tetapi hanya satu dari setiap pasang yang
bertemu dalam proses pembuahan.
Maka proses reduksi (penyusutan) jumlah kromosom-kromosom
dari sel sperma (sel pria)dan sel telur (sel wanita/ibu) menjadi separuhnya
itu disebut sebagai pemisahan reduktif. Jadi, separuh kromosom-kromosom
bibit manusia itu diterimanya dari ayah, dan separuhnya lagi dari ibu. Dari
proses ini nantinya juga dapat memungkinkan bahwa kromosom yang
diterima seorang bayi hanya diterimanya dari pihak ayah sepenuhnya atau
sebaliknya dari pihak ibu.27

C. Komplikasi Prenatal

1. Kemandulan
Kemandulan terjadi apabila tidak terjadi pembuahan setelah 1 tahun
melakukan hubungan suami istri secara teratur. Kemandulan dapat terjadi
dari ayah maupun ibu. Beberapa penyebab yang terjadi dari faktor ibu adalah
sel telur yang dihasilkan tidak normal, adanya hambatan dalam saluran telur,
memiliki penyakit yang dapat menghambat penanaman sel telur dalam
rahim. Sedangkan faktor ayah adalah bisa jadi sedikit menghasilkan sperma,
kualitas sperma rendah, salurannya terhambat, atau spermanya abnormal.
Menurut Bracken, laki-laki pengguna kokain berdasar penelitian
menghasilkan sperma dengan jumlah dan kualitas yang rendah serta
abnormal.

27
Kartini Kartono, Psikologi anak (Psikologi Perkembangan), 1995, Bandung : Mandar
Maju, hlm 64-65

33
2. Kehamilan beresiko tinggi
Beberapa ibu mengalami kehamilan beresiko ketika mengandung
yang mengharuskan mereka bedrest dan perlu minum banyak obat penguat
rahim. Hal ini dapat disebabkan karena faktor ibu maupun faktor janinnya.
Kehamilan 15 tahun ke bawah atau kehamilan di atas 35, berat ibu kurang
dari 40kg atau obesitas, tinggi badan kurang dari 140cm, riwayat komplikasi
kehamilan sebelumnya, riwayat pendarahan, hamil dengan miom, hipertensi,
kelainan jantung, ketidak cocokkan rhesus ibu dan janin, riwayat operasi
besar, kelainan darah, infeksi vagina dan rahim, TORCH dan penyakit ginjal.
Sedangkan faktor dari janin bisa karena kehamilan kembar, kelainan
pertumbuhan janin ataupun adanya kelainan pada janin.

3. Hamil anggur
Mola Hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan dengan kondisi
rahim yang berisi gelembung-gelembung cairan yang bentuknya seperti
buah anggur. Sel-sel yang seharusnya tumbuh menjadi plasenta atau ari-ari
yang banyak berisi pembuluh darah tidak terbentuk melainkan membentuk
sel-sel muda yang menyerupai gelembung-gelembung seperti anggur dan
berisi cairan. Sedangkan sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi janin
berhenti berkembang. Jenis hamil anggur ada tiga, mola komplit (janin tidak
berkembang sama sekali karena tidak ada makanan), mola parsial (janin
sempat tumbuh tapi tidak sempurna, hanya segumpal daging tanpa tulang
dan organ), dan janin tumbuh namun disertai jaringan mola.

4. TORCH
TORCH, atau Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Toksoplasma disebabkan parasit toxoplasma gondi yang hidup di organisme
lain sebagai induk seperti kelinci, kucing, anjing, kambing, atau babi. Parasit
tersebut bisa bertahan selama setahun pada tinja hewan tersebut.

Rubella atau campak Jerman disebabkan virus rubella dan bisa


menular melalui urine dan udara. Bila terjadi di trisemester pertama bisa

34
mengakibatkan keguguran, sindrom rubella bawaan seperti tuli dan katarak,
mikorsefalus, retadasi mental dan kelainan jantung. Begitu pula bila terjadi
di kehamilan lebih dari 20 minggu.

CMV disebabkan oleh virus cytomegalo yang merupakan golongan


virus keluarga herpes, sering disebut sebagai virus paradox. Penularan CMV
bisa melalui kontak langsung sumber infeksi bukan melalui makanan,
minuman, atau hewan. Janin bisa beresiko tertular melalui darah atau
plasenta dan dapat menyebabkan cacat bawaan seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, pengapuran otak, pembesaran hati dan tuli.

Herpes simpleks disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 di sekitar


mulut yang umumnya terjadi pada anak-anak atau herpes simpleks tipe 2 di
sekitar vagina yang umum terjadi pada orang dewasa terkait dengan aktivitas
seksualnya. Bila janin terinfeksi bisa menyebabkan kematian karena virus
sampai ke sirkulasi darah menuju plasenta. Kelainan yang terjadi bisa radang
selaput otak, radang di mata dan hati.28

5. Kehamilan kosong
Kehamilan kosong terjadi apabila sel telur yang telah dibuahi tidak
berkembang sempurna melainkan membentuk plasenta berisi cairan.
Plasenta tetap ada sehingga seolah-olah ada janin padahal kosong. Bisa
disebabkan karena kromosom ibu, TORCH, diabetes melitus, usia suami istri
tua sehingga kualitas sperma dan ovum menurun.

6. Miom dan kista


Miom adalah sel otot dinding rahim yang berubah menjadi tumor.
Perkembangannya ada yang perlahan dan ada yang cepat, tidak berbahaya
dan jarang berubah menjadi kanker. Sedang kista adalah kantong berisi
cairan. Biasanya terdapat pada ovarium atau indung telur selain di paru-paru,

28
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 104-105

35
otak maupun kulit. Pertumbuhannya sangat pelan. Kista bisa berubah
menjadi kanker ganas di usia 45 tahun ke atas.

7. Hamil di luar kandungan


Hamil ektopik atau hamil di luar kandungan adalah kondisi di mana
janin tidak berkembang di dalam rahim melainkan di luar rahim seperti di
saluran telur. Pada kondisi ini janin tidak berkembang dan akan
menimbulkan pendarahan yang berbahaya bagi janin maupun ibu.
Penyebabnya bisa karena ibu pernah mengalami radang panggul, pernah
operasi di saluran telur yang membuat salurannya sempit dan menghambat
perjalanan zigot dan terdapat tumor yang menekan dinding saluran telur.29
8. Mual dan muntah berlebihan
Saat kehamilan terjadi terkadang beberapa ibu mengalami gejala
hyperemesis gravidarum seperti morning sickness atau muntah di pagi hari.
Namun muntahnya ini tidak biasa melainkan berlebihan dan terus menerus
sepanjang hari yang bisa menyebabkan berat badan ibu turun dan mengalami
dehidrasi. Biasanya, dapat menyebabkan kondisinya lemas. Beberapa
penyebabnya bisa karena peningkatan hormon HCG pada kehamilan
kembar, stress atau kehamilan anggur.

9. Pra-eklampsia
Pra-eklampsia terjadi dengan gejala tekanan darah tinggi lebih dari
140/90 mmhg, kaki bengkak, bahkan seluruh tubuh, ada kadar protein di
urine akibat gangguan ginjal. Disebabkan oleh hamil bayi kembar,
kehamilan pertama, riwayat hipertensi, hamil di atas usia 35, diet buruk,
gangguan ginjal. Bisa menyebabkan stroke, kejang bahkan kematian. Untuk
kasus ini biasanya persalinan dilakukan dengan Caesar.

10. Anemia zat besi


Anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilihat tanda-tandanya
seperti letih, lesu, dan lemah. Anemia bisa disebabkan karena jarak

29
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 106

36
kehamilan yang dekat, mengandung janin kembar, pola makan buruk, mual
muntah berlebihan, dan menderita tuberkulosis. Anemia bisa berbahaya saat
hamil, saat persalinan dan sesudah persalinan karena kurangnya suplai
oksigen yang membuat ibu lesu, lemah dan tidak berdaya.30

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Prenatal


1. Teratogen
Unsur-unsur yang menyebabkan adanya kelainan pada kelahiran
akibat dari proses kehamilan yang tidak optimal. Bila teratogen beraksi pada
awal kehamilan saat proses pembuahan dan organogenesis, bisa jadi
berdampak negatif pada janin yang mengakibatkan kelainan anatomis.
Namun, apabila teratogen beraksi pada saat organogenesis sudah lengkap
dan matang di usia kehamilan tua, kemungkinan tidak menyebabkan
kelainan anatomis.

2. Faktor ibu
Ibu menjadi kunci utama yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin. Sehingga kondisi fisik dan psikis ibu harus dijaga agar
janin berkembang dengan sempurna. Selain itu, penyakit dan kondisi ibu
selama kehamilan bisa mengakibatkan infeksi, kelainan dan kerusakan
selama proses kehamilan yang mengakibatkan bayi lahir kurang sempurna.
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi janin, di antaranya, campak
rubella, sifilis, herpes alat kemaluan, dan AIDS. Selain dari penyakit, usia
ibu juga mempengaruhi janin. Ibu yang hamil di usia beresiko yaitu saat
remaja (dibawah 18 tahun) dan saat usia ibu sudah memasuki dewasa tengah
(di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu remaja, kebanyakan mengalami
prematur dan keguguran. Pada ibu yang berusia paruh baya, kehamilan bisa
berakibat keguguran, keterbelakangan mental pada bayi, dan komplikasi
penyakit.

3. Faktor ayah

30
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 107

37
Ayah juga berperan penting dalam perkembangan optimal janin.
Perhatian dan kasih sayang seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi
ibu akan stabil, tenang dan bahagia. Stimulasi ayah pada janin dan sering
mengajak bicara janin dalam kandungan juga dapat menenangkan janin,
membangun ikatan emosional bayi dengan ayah dari suara dan sentuhan
bayi, bisa berdampak pada perkembangan bahasa bayi. Selain itu, usia ayah
yang sudah terlalu tua mengakibatkan anak kekurangan kalsium sehingga
tinggi badannya kurang dan bisa mengakibatkan anak mengalami
keterbelakangan mental seperti down syndrome.

4. Lingkungan
Polusi dan bahan-bahan beracun yang semakin banyak di suatu
lingkungan dapat membahayakan kondisi janin dalam kandungan dan
berakibat keterbelakangan mental pada anak. Terkontaminasi polusi dan
bahan-bahan beracun dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada
anak. Ibu yang sedang mengandung sebaiknya sangat berhati-hati dengan
lingkungan dan apa yang akan di konsumsinya, karena jika ia mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi bahan-bahan beracun dapat mengganggu
perkembangan janin.31

E. Proses Melahirkan
1. Kontraksi otot-otot perut
Tahap pertama dari kelahiran normal adalah adanya kontraksi otot
pada perut dan sangat sakit rasanya. Hal ini juga menyebabkan proses
pembukaan pada vagina sebagai jalan keluarnya bayi.

Kontraksi rahim berjarak 15 hingga 20 menit di awal dan berlangsung


hingga satu menit. Saat tahap pertama berproses, kontraksi semakin dekat
jaraknya, muncul setiap dua hingga lima menit. Intensitasnya meningkat
pula. Di akhir tahap pertama, kontraksi membuka serviks sekitar 4 inci. Bagi

31
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 120

38
wanita yang mengandung anak pertamanya, tahap pertama berlangsung rata-
rata 12 hingga 24 jam. Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang.32

2. Kontraksi otot disertai dengan gerakan kepala bayi ke saluran vagina


Tahap kedua adalah kontraksi otot yang diikuti dengan gerakan kepala
bayi menuju saluran vagina. Dokter atau bidan yang menangani proses
persalinan akan memeriksa dan menyatakan adanya proses pembukaan pada
vagina. Ini adalah sebagai tanda bahwa proses kelahiran semakin dekat.

3. Pemotongan plasenta
Tahap ketiga adalah keluarnya bayi dari rahim ibu melalui vagina
yang kemudian disertai dengan plasenta dan tali pusat. Tahap keluar dari
rahim ini biasanya disertai dengan tangisan bayi. Tangisan bayi tersebut
menandakan bahwa bayi mengalami syok, terkejut, dan sebagai penyesuaian
pertama bayi ketika berada di luar rahim ibunya.

4. Masa pemulihan
Pada tahap keempat, tali pusat sudah dipotong oleh bidan atau dokter.
Setelah itu, bidan atau dokter akan berusaha memulihkan rahim agar menjadi
normal kembali. Apabila mendapat dukungan dan perhatian yang berarti dari
keluarganya, maka proses pemulihan ini akan berjalan semakin cepat.

F. Tahap Persalinan

1. Prodomal labor

Serviks mulai melunak, renggang, bergerak maju dan perlahan mulai


membuka. Bayi menempati panggul. Pada tahap melahirkan ini, akan
merasakan sensasi pegal atau adanya tekanan di perut bagian bawah atau
punggung. Kontraksi yang terjadi pada tahap ini biasanya muncul dan hilang
secara tidak teratur, kadang tekanannya kuat, kadang lembut. Ini merupakan

32
John W Santrock, 2007, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, hlm 210

39
respon natural tubuh untuk bersiap-siap. Fase ini terjadi tidak sebentar,
sekitar beberapa jam, bahkan ada yang mengalami beberapa hari.

2. Tahap awal kelahiran (latent phase)

Serviks tetap menipis dan membuka, melebar dari 3 hingga 4 cm. Fase
ini tidak terlalu lama, biasanya hanya sekitar dua pertiga tahap dari total
waktu melahirkan. Setelah beberapa jam, kontraksi akan menjadi lebih lama,
kuat, serta lebih teratur (sekitar lima menit terpisah, dan setiap interval
berlangsung sekitar 25 hingga 45 detik, tetapi waktu tersebut bervariasi). Ciri
lainnya adalah keluar keputihan berwarna merah muda selama kelahiran.
Akan merasakan sakit seperti sakit punggung atau mirip nyeri haid.

Yang perlu diperhatikan adalah pecahnya membran ketuban, hal ini


dapat terjadi secara spontan pada tahap pertama proses melahirkan atau di
tahap selanjutnya. Ketika ini terjadi, Anda akan merasakan basah. Ada juga
yang tidak mengalami pecahnya air ketuban hingga dokter yang
melakukannya. Ada baiknya menelepon dokter ketika mulai kontraksi, tetapi
mungkin masih bisa menghabiskan waktu dengan membuat diri senyaman
mungkin, seperti mendengarkan musik atau berendam air hangat. Juga bisa
makan makanan yang mudah dicerna dan mendapatkan cairan minuman
yang cukup. Harus pergi ke dokter ketika kontraksi mulai terjadi setiap lima
menit, atau ketika air ketuban pecah. Ketika kontraksi mulai kuat, harus
mencoba merelaksasi diri dengan strategi pernapasan. Juga bisa meminta
kerabat terdekat dan suami untuk tetap membuat tenang dan percaya diri.

3. Tahap satu: fase aktif

Pada tahap ini, kontraksi semakin kuat dan terasa sakit, terjadi sekitar
tiga menit terpisah dan berlangsung selama 45 hingga 60 detik. Serviks akan
melebar dengan cepat, kira-kira 1,2 cm setiap jam. Ketika serviks melebar
dari 8 hingga 10 cm, berada masa tahap transisi. Kontraksi akan datang setiap
dua hingga tiga menit sekali. Juga akan merasa mual dan punggung mulai

40
bertambah sakit. Cara mengatasinya: lakukan sesuatu yang aktif selama
kontraksi berlangsung. Saat ini adalah saat-saat akan merasakan momentum
melahirkan. Bisa juga melakukan pola pernapasan dan bergerak ke sekitar
dan istirahat di antara kontraksi.

Ketika di rumah sakit, akan diperiksa suhu, tekanan darah, denyut


nadi. Juga akan ditawarkan berbagai pilihan untuk mengatasi rasa nyeri
seperti epidural atau anestesi. Jika bisa rileks, bisa mandi dengan shower air
hangat, hal ini dapat membantu mengurangi nyeri bagian punggung bawah.
Dan juga bisa meminta pasangan melakukan pijatan, mendengarkan musik,
atau berjalan-jalan.

4. Tahap kedua

Tahap ini disebut juga tahap mendorong, ini akan berlangsung hingga
tiga jam ketika diberi epidural - dua jam tanpa epidural. Serviks akan
melebar sekitar 10 cm. Kontraksi akan lebih lama dari semenit dengan
interval dua hingga tiga menit. Kepala bayi turun ke area vagina, pun akan
merasakan tekanan di area dubur alias rektum. Beberapa perempuan akan
merasakan mual, gemetar, gelisah, dan marah pada masa ini. Cara
mengatasi: jangan mengejan kecuali ketika sudah mendapat aba-aba.
Mengejan yang tidak sesuai dapat menyebabkan serviks bengkak. Ketika
saat tiba, bisa mengejan dengan mengambil napas dalam-dalam, dorong
seperti sedang sembelit. Dokter juga akan melakukan episiotomi, yaitu
potongan pendek pada daerah di antara vagina dan rektum, untuk
mempermudah proses melahirkan.

5. Tahap ketiga

Ini adalah saat-saat yang ditunggu, yaitu tahap melahirkan. Kebutuhan


untuk mendorong semakin kuat ketika kepala bayi sudah turun ke bawah.
Juga akan mengalami perasaan panas, menyengat, dan peregangan pada saat

41
pembukaan vagina. Tahap melahirkan akan memakan waktu sekitar 15
hingga 30 menit. Jika mengalami episiotomi, saat ini akan dijahit lagi.

6. Penyembuhan

Ada perasaan gembira, lega, kagum, dan sukacita ketika bertemu


dengan bayi. Rasa sakit ketika melahirkan pun terasa terbayar dengan
melihat wajah bayi. Kompres air dingin bisa diberikan pada perineum untuk
membuat nyaman dan mengurangi pembengkakan. Banyak perempuan yang
mengalami kram rahim setelah melahirkan

G. Jenis Persalinan

1. Persalinan Normal

Persalinan normal merupakan metode melahirkan yang paling diidam-


idamkan oleh para ibu hamil. Bahkan, ada pula yang menyebutkan bahwa
melahirkan secara normal akan membuat merasa menjadi seorang wanita
seutuhnya. Persalinan normal adalah proses melahirkan bayi dalam
kandungan melalui lubang vagina. Bila melahirkan untuk pertama kalinya,
proses ini biasanya berlangsung selama 12-24 jam sejak awal pembukaan.
Namun jika sudah pernah melahirkan, prosesnya bisa terjadi lebih cepat
sekitar 6-8 jam saja. Persalinan normal terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Persalinan alami atau spontan

Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina yang


berlangsung tanpa bantuan alat maupun obat tertentu, baik itu induksi,
vakum, atau metode lainnya. Dengan kata lain, persalinan spontan benar-
benar hanya mengandalkan tenaga dan usaha ibu untuk mendorong
bayinya keluar. Jenis persalinan ini dapat dilakukan dengan persentasi
belakang kepala (kepala janin lahir terlebih dahulu) atau persentasi
bokong (sungsang).

42
b. Persalinan dengan bantuan alat

Bila masih tetap ingin melahirkan secara normal tapi bayi masih
belum menunjukkan tanda-tanda akan segera lahir, dokter biasanya akan
memberikan induksi, vakum, atau forsep. Hal ini juga dapat dilakukan
ketika ibu sudah kehabisan tenaga untuk mengejan (ngeden). Bantuan alat
tersebut digunakan untuk meningkatkan kontraksi dan mendorong bayi
lahir melalui vagina. Persalinan dengan bantuan alat biasanya lebih
kepada persentasi belakang kepala.

2. Persalinan Caesar

Meskipun kebanyakan wanita ingin bisa melahirkan normal, tapi ada


beberapa pertimbangan medis yang membuat hal tersebut tidak bisa
dilaksanakan. Misalnya karena mengalami plasenta previa, partus lama,
posisi janin sungsang, dan sebagainya. Dokter biasanya akan langsung
menyarankan persalinan caesar. Operasi caesar adalah jenis persalinan
dengan memberikan sayatan pada perut dan rahim ibu untuk mengeluarkan
bayi. Sebelum persalinan caesar dilakukan, dokter akan menyuntikkan bius
epidural di bagian tulang belakang. Dengan begitu, tidak akan merasakan
sakit pada saat proses persalinan berlangsung.

3. Persalinan normal setelah caesar (VBAC)

Banyak orang bilang bahwa sekali operasi caesar, akan seterusnya


melahirkan anak secara caesar. Sebab katanya, hal ini dilakukan supaya bayi
dapat lahir lewat satu jalur yang sama. Padahal sebetulnya, melahirkan
normal setelah caesar bukanlah hal yang tidak mungkin. Jenis persalinan ini
disebut dengan vaginal birth after caesarean (VBAC). Setiap wanita
berkesempatan untuk melahirkan normal setelah caesar. Bahkan menurut
situs WebMD, sekitar 75 persen wanita berhasil melahirkan normal setelah
caesar sebelumnya. Namun memang, hal ini tetap tergantung dari kondisi
masing-masing ibu. Meskipun peluang keberhasilannya cukup besar, tetap

43
saja ada kemungkinan risiko komplikasi yang dapat terjadi. Jadi, ada baiknya
konsultasikan dulu ke dokter sebelum memutuskan melahirkan normal
setelah caesar.

4. Home birth

Suasana rumah sakit bisa tampak menyeramkan bagi sebagian orang.


Hal ini juga dapat dirasakan oleh ibu hamil, sehingga beberapa di antaranya
memilih untuk melahirkan di rumah (home birth). Home birth menjadi salah
satu metode persalinan yang sampai saat ini masih banyak dilakukan,
khususnya bagi ibu hamil di daerah pelosok yang jauh dari pelayanan
kesehatan. Namun, ibu hamil perkotaan juga banyak melakukannya dengan
alasan lebih nyaman berada di rumah. Proses melahirkan di rumah bisa saja
berjalan aman dan lancar, asalkan ibu hamil tidak mengalami komplikasi
tertentu. Namun sayangnya, metode persalinan ini tidak dianjurkan karena
dianggap lebih berisiko daripada melahirkan di rumah sakit atau klinik
bersalin. Melahirkan di rumah memang terasa lebih nyaman, menenangkan,
dan bahkan lebih hemat. Akan tetapi, perlu diingat bahwa fasilitas di rumah
tentu tidak selengkap di rumah sakit. Bila nantinya terjadi komplikasi atau
hambatan persalinan, dokter tentu akan sulit menangani karena peralatan
medisnya minim. Oleh karena itu, sebaiknya pertimbangkan lagi manfaat
dan risiko melahirkan di rumah. Supaya lebih aman, sebaiknya melahirkan
di rumah sakit saja. Hal ini juga sesuai kebijakan Kementerian Kesehatan
bahwa semua persalinan harus dilakukan di rumah sakit, minimal di fasilitas
kesehatan tingkat pertama, yaitu Puskesmas.

5. Water birth

Sebetulnya, metode persalinan water birth sama saja seperti


melahirkan normal. Hanya saja ada sedikit modifikasi yang dilakukan, yaitu
proses persalinannya dilakukan di dalam air. Selama proses water
birth berlangsung, ibu hamil akan berendam di dalam bak atau kolam berisi

44
air hangat. Menurut American Pregnancy Association, air hangat dapat
membantu menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Dengan demikian,
dapat melahirkan dengan lebih nyaman dan minim rasa sakit. Tak hanya
bermanfaat bagi ibunya saja, manfaat water birth juga dapat dirasakan oleh
bayi. Pada saat bayi dilahirkan, si kecil akan langsung bersentuhan dengan
air hangat di bak. Bayi akan merasa lebih tenang karena seolah-olah masih
dikelilingi oleh cairan ketuban dalam kandungan. Hal ini bisa membantu
mencegah stres pada bayi baru lahir.

6. Hypno birth

Hypno birthing belakangan ini menjadi tren di kalangan ibu hamil,


khususnya bagi mereka yang takut melahirkan. Sebab katanya, hypno
birthing akan membuat bisa melahirkan dengan nyaman, tenang, dan minim
rasa sakit. Hypno birth adalah proses persalinan yang menggunakan metode
hipnosis dan teknik relaksasi. Kedua hal tersebut dapat membantu para calon
ibu dalam mengatasi ketakutan, kecemasan, ketegangan, hingga rasa sakit
saat melahirkan. Sederhananya, hypno birth akan membuat para ibu mampu
mengendalikan dirinya sendiri. Akan belajar teknik relaksasi, cara
berkomunikasi dengan janin dalam kandungan, latihan pernapasan, dan
afirmasi pada diri sendiri bahwa bisa melahirkan dengan tenang dan damai.
Sukses atau tidaknya proses hypno birthing tergantung dari sugesti masing-
masing. Semakin baik sugesti dalam menciptakan suasana melahirkan yang
menyenangkan, maka proses persalinan juga akan berjalan dengan lancar.

H. Peristiwa terkait Persalinan


1. Gerakan Usus

Ternyata perasaan ingin buang air besar ketika persalinan merupakan


hal yang wajar, sebab saat akan melahirkan ada otot-otot yang digunakan
saat buang air besar juga juga digunakan untuk proses melahirkan.
"Keinginan untuk buang air besar saat proses persalinan merupakan hal yang

45
umum. Pada saat proses kelahiran, kemungkinan terjadi pergerakan usus
yang tak terkendali. Jadi dokter menganjurkan untuk para ibu yang ingin
melahirkan untuk buang air besar terlebih dulu. Sebab ada penelitian yang
menunjukkan bahwa buang air besar selama persalinan memiliki mafaat
kesehatan jangka panjang.

2. Mual dan muntah

Mual dan muntah juga bisa terjadi selama persalinan, terutama saat
akan mendorong bayi keluar. "Ketika wanita mendapat epidural, mereka bisa
mengalami penurunan tekanan darah yang menyebabkan muntah.

3. Prologed Labor

Proses persalinan terdiri dari fase dini, fase aktif, dan fase transisi.
Namun kadang fase-fase ini tidak terjadi secara cepat seperti yang
seharusnya. Ada wanita yang mengalami fase persalinan lebih dari 20 jam,
padahal idealnya proses kelahiran berlangsung selama 8-24 jam. Jadi, jika
serviks cukup lambat meregang dan menipis, cobalah untuk bersabar dan
rileks. Tidur, berjalan-jalan, atau mandi air hangat merupakan salah satu cara
agar serviks lebih siap untuk proses kelahiran.

4. Persalinan Dini

Persalinan dini merupakan proses kelahiran kurang dari tiga jam


setelah kontraksi datang. Banyak ibu baru yang mengira persalinan dini
sebagai hal yang positif, tapi ternyat cukup berisiko. Salah satu
permasalahan yang akan dihadapi oleh ibu adalah adanya risiko robeknya
serviks dan vagina, pendarahan dari rahim atau vagina, hingga risiko infeksi
pada bayi karena persalinan yang tak steril.

5. Robeknya Vagina

Robeknya Perineum atau daerah antara vagina dan anus yang saat
persalinan merupakan hal yang normal jika lubang vagina tak cukup

46
mengeluarkan bayi. "Sekitar 90 persen wanita mengalami robekan vagina
selama persalinan, namun kadang robekan tersebut tak cukup untuk
mengeluarkan bayi. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin harus
melakukan episiotomi yang merupakan sayatan bedah untuk memperbesar
lubang vagina sebab dalam beberapa kasus bahu bayi terjebak di belakang
tulang panggul ibunya, sehingga sulit untuk keluar.

6. Robeknya rektum

Robeknya rektrum terjadi saat pembukaan keempat yakni ketika sudah


siap mendorong bayi keluar. Namun kondisi ini akan sangat menyakitkan
bagi para ibu, oleh sebab itu untuk mengurangi robekan yang berlebihan,
bisa mengompres perineum dengan air hangat selama persalinan dan juga
melakukan pijatan. "Pijatan perineum umumnya dilakukan untuk membantu
mencegah robeknya saat persalinan normal. Sering memijat pangkat vagina
dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air bisa melembutkan jaringan
sehingga lebih kenyal dan meningkatkan fleksibilitasnya.

7. Retensi plasenta

Setelah melahirkan, mungkin berpikir prosesnya sudah selesai tapi


ternyata belum. Biasanya setelah melahirkan ibu akan mengalami kontraksi,
karena tubuh perlu mengeluarkan plasenta dari rahim. Kontraksi ini juga
diperlukan untuk mengurangi jumlah pendarahan pasca melahirkan.
"Keluarnya plasenta sering terjadi dengan sendirinya dalam 30 menit pasca
melahirkan. Karena plasenta biasanya terpisah dari dinding rahim dan
didorong keluar dengan kontraksi. Proses ini dinamakan retensi plasenta.
Biasanya saat proses menyusui, plasenta juga bisa keluar dengan sendirinya.
Tapi dalam beberapa kasus, masih ada plasenta yang menempel pada
dinding otot rahim. Hal itu mungkin bisa menyebabkan demam, nyeri,
hingga pendaharahan. Jika sudah begini, dokter menyarankan untuk
melakukan pembedahan karena bila dibiarkan bisa mengancam nyawa.

47
Resume Materi Ke-6

Perkembangan Bayi

A. Perkembangan Bayi Neonatal


Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat
lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr,
tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari
pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat
badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa
neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul.
Diantaranya refleks motorik yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang
pada usia 3-5 bulan: refleks menghisap (sucking refleks), refleks menoleh
(rooting refleks), refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck
refleks), refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang
pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan
seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Pada masa
neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai
berkembang.

B. Perkembangan Fisik Bayi


Perkembangan fisik bayi mengikut satu pola yaitu berawal dari
kepala sampai ke kaki. Perkembangan fisik bayi berlangsung dari atas ke
bawah. Bayi mulai memiliki kontrol yang baik pada kepala dan leher
sebelum lengan dan tangan, badan, serta paha dan kaki.
Kepala (6-8 minggu), awalnya semua otot tubuh bayi masih lemah,
termasuk kepala yang hanya bisa menghadap ke atas. Namun, setelah 1
bulan, ia sudah mulai bisa menegakkan kepalanya untuk waktu yang
singkat. Hal ini didukung oleh perkembangan otot lehernya yang sudah agak
kuat.

48
Tangan (3-4 bulan), setelah mampu mengontrol gerakan kepalanya,
bayi akan mulai berusaha untuk mengoordinasikan dan menggunakan
tangannya dengan baik. Jika membaringkannya dengan mainan yang
bergantung di atas kepalanya, maka tangannya berusaha menggapai mainan
tersebut. Jika jaraknya tidak terlalu jauh, sesekali ia dapat menggapainya.
Pada masa ini, harus mengawasinya lebih ketat lagi karena ia mulai
memasukkan apa saja yang ia pegang. Beri ia mainan tumpul yang tidak
mengandung zat berbahaya.
Badan (7-11 bulan), sambil belajar duduk, bayi mulai belajar
mengoordinasikan gerakan tangan dan lutut mulai usia tujuh bulan.
Sebagian besar bayi mulai merangkak. Inilah cara pertama bayi untuk
bergerak efektif tanpa bantuan orang lain. Setelah berhasil
mengoordinasikan tangan dan lututnya dengan gerakan maju, ia mulai
mencoba gerakan mundur. Gerakan-gerakan itu sebenarnya juga melatih
otot-otot kakinya agar siap berjalan pada tahap selanjutnya.
Kaki (12-14 bulan), inilah puncak perkembangan otot tubuh bayi.
Pada usia 12 bulan, otot-otot kakinya mulai kuat sehingga ia bisa
melangkah. Awalnya, ia membutuhkan bantuan tembok atau tangan. Jangan
lepaskan pengawasan darinya karena ia akan sering terjatuh. Ada baiknya,
saat belajar berjalan, untuk melepaskan sepatunya agar ia dapat merasakan
tekstur lantai. Hal ini akan membantu keseimbangannya sehingga ia bisa
belajar berjalan lebih baik.

C. Perkembangan Sensorik dan Motorik Bayi


Tahap perkembangan sensorik dan motorik, atau yang biasa disebut
juga dengan sensorimotor, sudah berlangsung sejak bayi lahir hingga
menginjak usia dua tahun. Perkembangan ini biasanya ditandai dengan
kemampuan anak untuk mulai menggerakkan anggota-anggota tubuhnya,
mulai dari menggenggam hingga berjalan.

49
Menurut teori dari Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan
anak dari Swiss, perkembangan sensorik dan motorik ini sendiri memiliki
enam tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Refleks Sederhana
Tahap refleks sederhana biasanya sudah mulai terjadi sejak bayi
lahir hingga berusia satu bulan. Pada tahap ini, ia akan banyak melakukan
gerakan yang bersifat refleks, spontan, dan tidak disengaja. Contohnya, ia
akan langsung menjulurkan lidah ketika bibir atau dagunya disentuh seperti
ingin menyusu. Gerakan ini didasarkan pada rangsangan dari luar yang
ditanggapi secara spontan. Selain itu, refleks tersebut juga merupakan bukti
bahwa anak sedang mulai mencoba untuk mengenali aktivitas di sekitarnya.
2. Respon Berulang
Pada tahap ini, umumnya anak sudah mulai mampu mengulang
kebiasaan-kebiasaan sederhana, seperti memasukkan jari ke dalam mulut.
Fase ini disebut juga dengan reaksi sirkuler primer. Menurut teorinya ini,
respon berulang yang dilakukan oleh anak ini, biasanya sudah mulai
dilakukan oleh anak usia 1-4 bulan sebagai cara untuk memenuhi
kebutuhannya, misalnya ketika sedang merasa lapar atau gelisah, maka ia
akan memasukkan jari ke dalam mulut untuk mengatasinya.
Tak hanya itu, otot mata anak juga sudah mulai terbiasa bergerak
mengikuti benda ia lihat. Begitu pun ketika mendengar suara, ia akan mulai
menggerakkan kepala ke arah sumber suara tersebut. Berbagai refleks atau
respon yang muncul ini, sudah terekam pada memori anak sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
3. Reaksi Sirkuler Sekunder
Pada tahap ini, biasanya anak sudah mulai bisa menggerakkan
beberapa mainan yang ditunjukkan padanya. Respon ini merupakan sebuah
tanda bahwa ia sudah memasuki tahap perkembangan reaksi sirkuler
sekunder, yang mulai berlangsung ketika anak memasuki usia 4-8 bulan.

50
Fase reaksi sirkuler sekunder ini merupakan respon berulang yang
melibatkan benda-benda di sekitar anak, misalnya, ketika anak
menggerakkan tangan berulang kali karena benda yang sedang digenggam
olehnya dapat mengeluarkan bunyi ketika digoyangkan.

4. Koordinasi Reaksi Sirkuler

Anak pada umumnya mulai mengalami perkembangan yang cukup


siginifikan pada tahap ini, yaitu koordinasi antara gerakan dan perintah otak
yang berlangsung selama usia 8-12 bulan. Di tahap ini, ia juga mulai bisa
mengulang kembali gerakan-gerakan yang telah dipelajari dan diingat
sebelumnya dengan cara yang lebih terkoordinasi. Contohnya, saat sedang
menggenggam mainan, anak akan mencoba untuk memukulkan benda
tersebut pada objek lain yang berada pada jangkauannya

5. Reaksi Sirkuler Tersier

Reaksi sirkuler tersier, mengacu pada kesenangan dan keingintahuan


atas hal-hal baru. Tahap perkembangan ini biasanya sudah mulai
berlangsung pada usia 12-18 bulan. Di fase ini, anak akan semakin tertarik
dengan berbagai objek dan apa saja yang bisa ia lakukan terhadap benda
tersebut, misalnya seperti menekan-nekan maianan yang bisa ditekan,
menyusun balok dan lain sebagainya.

6. Logika Berpikir

Inilah tahap perkembangan sensorimotor terakhir, yang berlangsung


di usia 18-24 bulan. Pada tahap ini, fungsi mental anak akan mulai bertransisi
dari sensorimotor menjadi kemampuan kognitif. Fase ini merupakan tahap
paling krusial dalam proses perkembangan sensorimotor karena ia kini sudah
mulai mengembangkan kemampuan berimajinasi, logika berpikir, dan cara
menyelesaikan masalah. Itu sebabnya, ketika Ibu menyembunyikan mainan

51
saat sedang bermain dengannya, ia akan cenderung mencari benda tersebut
di tempat terakhir ia melihatnya.

D. Perkembangan Kognitif Bayi

Tahap perkembangan kognitif bayi merupakan tahap yang paling


penting dalam tumbuh-kembang bayi. Keterampilan kognitif sendiri
meliputi kemampuan untuk memproses informasi, alasan, mengingat, dan
berhubungan dengan orang lain. Ini diperoleh melalui paparan stimulasi dan
pengalaman-pengalaman baru yang dapat merangsang otak. Keterampilan
kognitif membantu perkembangan sensorik dan memperkuat interaksi
antara bayi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

Namun, perkembangan kognitif bayi tidak mudah diamati selama


tahun-tahun awal usia bayi, tetapi mungkin terlihat melalui perilakunya.
Meskipun demikian, berikut merupakan tanda-tanda perkembangan
kognitif pada bayi sesuai usianya yang dapat diperhatikan dari anak.

a. Bayi Baru Lahir Hingga Usia 3 Bulan

Tahap perkembangan kognitif bayi usia 0-3 bulan berpusat pada


mengekspklorasi indera dasar dan belajar lebih banyak tentang tubuh serta
lingkungannya. Sehingga selama periode ini sebagian besar bayi akan mulai:

1) Memperhatikan benda bergerak, termasuk wajah ibu dan pengasuhnya.


2) Bisa membedakan rasa manis, asin, pahit, dan asam.
3) Mampu mendeteksi perbedaan volume dan nada.
4) Menanggapi lingkungannya dengan ekspresi wajah.
5) Menunjukkan perilaku antisipatif, seperti mencari dan mengisap puting
payudara atau botol susu.

52
b. Bayi Usia 3 Hingga 6 Bulan

Selama usia ini, tahap perkembangan kognitif bayi mulai mengarah


pada interaksi dengan lingkungannya. Meskipun seorang bayi belum bisa
berbicara untuk menggambarkan konsep seperti lunak, kecil, atau besar,
mereka sudah mulai memahami konsep-konsep tersebut menggunakan
indera mereka. Selain itu, perkembangan kognitif bayi pada usia 3-6 bulan
juga meliputi:

1) Mampu memahami sebab dan akibat (mengguncang mainan untuk


menghasilkan suara, dan sebagainya).
2) Memasukkan benda ke dalam mulutnya untuk mengeksplorasi lebih
lanjut.
3) Mulai meraih benda-benda yang ada di dekatnya.

c. Bayi Usia 6 Hingga 9 Bulan

Mulai dari usia 6 bulan hingga 9 bulan, para peneliti telah menemukan
bahwa tahap perkembangan kognitif bayi meliputi:

1) Mampu memahami perbedaan antara benda hidup dan benda mati.


2) Memberitahu perbedaan antara gambar yang menunjukkan jumlah objek
yang berbeda.
3) Memanfaatkan ukuran relatif suatu objek untuk menentukan seberapa
jauh jaraknya.
4) Menatap lebih lama pada benda-benda yang menggantung di udara atau
objek yang membuatnya merasa penasaran.

d. Bayi Usia 9 Hingga 12 Bulan

Tahap perkembangan kognitif bayi usia 9 – 12 bulan menurut Sara


Connolly, MD, FAAP, antara lain:

1) Mampu menemukan atau mencari objek yang tersembunyi.

53
2) Mulai memahami bahwa Moms atau perawatnya tidak akan “menghilang”
ketika meninggalkan ruangan atau suatu tempat.
3) Meniru tindakan yang diamatinya, seperti berbicara di ponsel dan menyikat
gigi.

E. Perkembangan Bahasa Bayi

1. Tahapan pertama: Tangisan

Bayi telah menangis bahkan sejak lahir. Ketika baru lahir, tangisan
bayi menandakan bahwa paru-parunya terisi oleh udara. Ternyata, tangisan
merupakan salah satu respon dari bayi terhadap lingkungan luarnya. Ada
berbagai macam pula jenis tangisan bayi, yaitu:

a. Menangis biasa

Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa tangisan merupakan cara


bayi untuk memberitahukan pengasuhnya bahwa ia lapar. Ciri tangisan ini
adalah ada pola yang biasanya terdiri dari suara tangis itu sendiri, jeda
beberapa saat, dan bunyi siulan pendek. Tangisan biasa juga biasanya
terdengar lebih nyaring daripada tangisan lainnya.

b. Menangis karena marah

Saat bayi menangis karena marah, suara tangisan akan terdengar


seperti saat ada udara yang dipaksa masuk ke tenggorokan.

c. Menangis karena sakit

Biasanya suara tangisan bayi terdengar sangat keras dan ada kalanya
bayi menahan napas. Untuk itu, jangan dibiarkan jika mengalami tangisan
yang satu ini.

54
2. Tahapan kedua: Ocehan

Bayi biasanya mulai mengoceh pada usia sekitar 1-2 bulan. Tahap
perkembangan bahasa bayi yang satu ini memperlihatkan bahwa suara dari
ocehannya terbentuk dari suara udara yang diolah di tenggorokan. Perlu
diketahui apabila bayi biasanya mengoceh ketika merasa senang saat berada
di sisi pengasuhnya. Menariknya, di masa ini bayi sudah mulai belajar
bahasa melalui mengenali kata-kata yang ia dengar dari orang sekitarnya

3. Tahapan ketiga: Celotehan (babbling)

Celoteh merupakan hasil penyempurnaan dari ocehan. Celoteh sendiri


adalah hasil penggabungan huruf mati dan huruf hidup, seperti “da”, “ma”,
“uh”, dan “na”. Bayi bisa mulai berceloteh ketika berada pada usia
pertengahan satu tahun. Seperti di perkembangan usia 4 bulan ke atas bayi
mulai bicara dengan meniru apa yang didengarnya. Di usia ini juga, si kecil
belajar untuk mengucapkan kata-kata dengan vokal yang sama, seperti
“bababa”, atau “yayaya”. Pada bayi tunarungu yang dilahirkan dari keluarga
tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat, bayi akan cenderung
melakukan celotehan dengan tangan dan jarinya.

Perkembangan bahasa bayi ini juga akan muncul dalam waktu yang
sama dengan bayi lainnya yang menggunakan suara dalam berceloteh, yaitu
pada usia pertengahan satu tahun. Upaya bayi untuk bicara terdengar masih
asal dan belum masuk akal, tapi ia akan tetap mengulanginya berkali-kali.
Hal ini karena ia sedang bereksperimen menggunakan lidah, langit-langit
mulut, serta pita suaranya.

4. Tahapan keempat: Munculnya kata pertama

Sebelum bisa berbicara lancar, bayi sebenarnya telah memahami kata-


kata yang belum bisa mereka ucapkan. Seperti halnya ketika bayi sudah
mampu mengetahui namanya sendiri pada perkembangan bayi usia 5 bulan.

55
Memasuki usia 7 bulan, ucapan bayi mulai terdengar masuk akal. Pasalnya,
ia sedang berusaha mencoba nada dan pola bicara seperti apa yang
diucapkan orang-orang terdekatnya, walaupun masih belum tepat. Selain itu,
ada kemungkinan bayi pun mulai mengerti namanya sendiri dan merespon
panggilan orang lain. Kemampuan bicaranya juga akan semakin baik karena
tidak hanya sekadar bicara saja. Melainkan berusaha mengaitkan suatu
makna dengan dirinya secara bertahap.

F. Perkembangan Sosial Emosi Bayi

Selain perkembangan fisik, bahasa, serta kecerdasan, perkembangan


sosial emosional balita juga menjadi salah satu pondasi penting agar dia
kelak tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Secara umum, perkembangan
sosial emosional balita berkaitan dengan kemampuan anak untuk:

1. Memahami, mengatur, serta mengekspresikan emosi dan perasaan pribadi.


2. Memahami perasaan dan kebutuhan orang lain.
3. Berinteraksi dengan orang lain secara baik dan dengan rasa menghargai.
4. Membangun hubungan yang positif dan bermanfaat dengan orang lain

56
Resume Materi Ke- 7

Perkembangan Anaka UsiaPrasekolah

A. Memahami usia Anak Prasekolah


Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih
terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada
aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs
rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)
dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa
bersalah. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase
phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua
orangtuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang
dewasa disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses
perubahan dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami
kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan
proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan
perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah
(Hidayat, 2008).

B. Perkembangangan Fisik Anak Prasekolah


Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa
perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga
perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak
dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti
berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.

57
C. Perkembangangan Motorik Anak Prasekolah
Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada
ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah.
Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang
badan dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia,
perbandingan antar bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia
prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola.
Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia prasekolah, umumnya ialah
jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada
akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh
sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus
berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah
mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah.
Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi
otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik.
Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus,
seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
sebagainya.
Terorganisasi dalam pola-pola. Perkembangan lain yang terjadi pada
anak usia prasekolah. umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai
20 buah. Gigi susu akan tanggal pada akhir masa usia prasekolah. Gigi yang
permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem
tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak
mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia
prasekolah. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena
adanya koordinasi otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari,
melempar dan naik. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang

58
menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat
kertas, meronce, dan lain sebagainya.

D. Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah


Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir.
Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati,
jadi kognitif merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan
orang memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan
perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk
mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai
masalah dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.
Piaget (Patmonodewo, 2008) menjelaskan perkembangan kognitif terdiri
dari empat tahapan perkembangan yaitu tahapan sensorimotor, tahapan
praoperasional, tahapan kongkret Operasional dan tahapan formal
operasional.

E. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah


Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat
diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang
memiliki aturan sendiri yang berkembang menjadi komunikasi melalui
ujaran yang tepat dan jelas. Dalam membicarakan perkembangan bahasa
terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan (Patmonodewo, 2008), yaitu:
1. Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa
biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan
bersifat semantik, sedangkan kemampuan bicara terdiri dari
ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun bahasa dan
kemampuan berbicara sangat dekat hubungannya tapi keduanya
berbeda.
2. Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat
pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ekspresif
(producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan

59
membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan
berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut.
Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa
yang dikomunikasikan kepada orang lain.
3. Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak
akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat
merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan
mereka. Anak usia prasekolah biasanya telah mampu
mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang
dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa
dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan
dialog dan menyanyi.

F. Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Prasekolah


Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil
dan tidak terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu permainan
mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. Sering terjadi
perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak usia prasekolah
juga sudah menyadari peran jenis kelamin dan sextyping. Anak usia
prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara bebas dan terbuka.
Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak usia prasekolah pada
umumnya sering kali merebut perhatian guru.

60
Resume Materi Ke-8

Perkembangan Anak Usia Sekolah

A. Memahami Anak Usia Sekolah


Untuk memahami anak usia sekolah kita perlu memperhatikan
karakteristik dari siswa tersebut. Nah adapun juga. Ada beberapa
karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahuipara guru, agar
lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar.
Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai
dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik
mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu
diperhatikan kebutuhan peserta didik. Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dasar Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami
perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang
berkisar antara 6 – 12 tahun.

B. Memahami Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Sekolah


Perkembangan Fisik
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot
dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐ laki maupun perempuan tinggi dan
berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja
yaitu 12 ‐ 13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada
laki‐ laki, Sumantri dkk (2005). Usia masuk kelas satu SD atau MI berada
dalam periode peralihan darI pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke
suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil
perubahannya selama tahun tahun di SD. Usia 9 tahun tinggi dan berat
badan anak laki‐ laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9
tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek danlebih langsing dari
anak laki‐ laki.

61
Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai
mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh
cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih
berat danlebih kuat daripada anak laki‐ laki. Anak laki‐ laki memulai
lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas
enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi
pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi
umumnya dimulai pada usia 12‐ 13 tahun. Anak laki‐ laki memasuki masa
pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐ 16 tahun.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
initerjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau
sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas
awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan
serta perkembangan ciri‐ ciri seks primer dan sekunder.
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap
orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu
bervariasi. Rata‐ rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5
hingga 2 tahun lebih cepat darianak laki‐ laki. Kecepatan perubahan itu juga
bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai
kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun.
Dengan adanya perbedaan‐ perbedaan ini ada anak yang telah matang
sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.

Perkembangan Motorik

Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus, lebih


sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan bertambahnya
berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak terlihat sudah mampu
mengontrol dan mengoordinasikan gerakan anggota tubuhnya seperti
menggerakkan tangan dan kaki dengan baik. Otot-otot tangan dan kakinya

62
sudah mulai kuat, sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang,
melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan secara lebih
akurat dan cepat. Di samping itu, anak juga semakin mampu menjaga
keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga
berkembang pesat. Mereka juga mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan
karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik
tertentu. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka
anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini
dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal,
permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan,
dimana anak menggunakan keterampilan motornya, disamping itu, anak-
anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat
formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki.

C. Perkembangan Kognitif anak sekolah


Hal tersebut mencakup perubahan – perubahan dalam
perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut
Piaget melalui empat stadium:
1. Sensorimotorik (0‐ 2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan medorong mengeksplorasi dunianya.
2. Praoperasional (2‐ 7 tahun), anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata‐ kata. Tahap
pemikirannya yang lebih simbolis tetapi tidak melibatkan pemikiran
operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang
logis.
3. Operational Kongkrit (7‐ 11), penggunaan logika yang memadai.
Tahap ini telahmemahami operasi logis dengan bantuan benda
konkrit.

63
4. Operasional Formal (12‐ 15 tahun). kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.

D. Perkembangan Sosial dan Emosi pada anak Sekolah


Perkembangan Sosial
Erik Erikson lahir Frankfurt, Jerman pada tahun 1902. Ia adalah
seorang penganut aliran Psikoanalisis dari Sigmund Freud yang kemudian
menjadi neofreudian (psikoanalisa yang didasarkan pada hubungan sosial).
Teorinya ini disebut dengan Teori Psikosoaial. Ia berpendapat bahwa setiap
individu berjuang melakukan pencarian identitas diridalam tiap tahap
kehidupannya. Hal ini dikarenakan identitas merupakan pengertian dan
penerimaan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat (Miller, 1983).
Menurut Erikson, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam
perkembangan psikososial seorang individu. Peranan ini dimulai dari pola
asuh orangtua hingga aturan atau budaya masyarakat (Miller, 1983). Berikut
ini merupakan tahapan perkembangan psikososial seorang individu
(Desiningrum, 2012: 34-35).
1. Kepercayaan vs Ketidakpecyaan (usia 0-1 tahun). Pada tahap ini
harus belajar menumbuhkan kepercayaan pada oranglain, contohnya
anak kepada ibunya. Jika anak tidak berhasil dalam tahap ini, maka
ia akan jadi anak yang mudah takut dan rewel.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu-Ragu (usia 1-3 tahun). Pada tahap ini
anak mulai belajar kemandirian (otonomi), seperti makan atau
minum sendiri. Jika anak tidak berhasil pada tahap ini karena selalu
ditegur dengan kasar ketika proses belajar, maka anak akan menjadi
pribadi yang pemalu dan selalu ragu-ragu dalam melakukan sesuatu.
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3-6 tahun). Pada tahp ini anak mulai
memiliki gagasan (inisiatif) berupa ide-ide sederhana. Jika anak
mengalami kegagalan pada tahap ini, maka ia akan terus merasa
bersalah dan tidakmampu menampilkan dirinya sendiri.

64
4. Kerja Keras vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun). Pada tahap ini anak
mulai mampu berkerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan baik. Jika pada tahap ini anak tidak berhasil, maka
kedepannya anak akan menjadi pribadi yang rendah diri (minder)
dan tidak mampu menjadi pemimpin.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada tahap
ini individu melakukan pencarian atas jati dirinya (identitasnya).
Jika ia gagal pada tahp ini, mak ia akan merasa tidak utuh.
6. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu
mulai keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal pada
tahap ini, maka ia akan merasa kosong dan terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini individu
memiliki keinginan untuk menciptakan dan mendidik generasi
selanjutnnya. Jika ia tidakberhasil dalam tahap ini, maka ia akan
merasa bosan dan tidak berkembang.
8. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini
individu akan menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan dan ia
capai dalam hidupnya. Jika ia berhasil pada tahp ini, maka ia akan
mencapai integritas (penerimaan akan kekurarangan diri, sejarah
kehidupan, dan memiliki kebijakan), sebaliknya jika ia gagal, maka
ia akan merasa menyesal atas apa yg telah terjadi dalam hidupnya.

Perkembangan Emosional

Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun 1908 dan meninggal


di Rusia pada tahun 1970. Awalnya Maslow mempelajari teori
behaviorisme dan melakukan banyak percobaan dalam bidang tersebut.
Namun, setelah Pearl Harbour diserang oleh Jepang, ia beralih ke bidang
psikologi (Hall, 1985 dalam Hildayani, dkk, 2009: 2. 16). Ia merasa bahwa
psikologi hanya memandang manusia dari segi 2, sehingga ia melihat
psikologi dari sisi yang lain, yaitu lebih ke sisi positifnya. Maslow
berpendapat bahwa manusia tidak hanya harus melawan kesedihan,

65
ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus mencari
kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik, tidak jahat (We are basically good, no evil). Menurut
Maslow ada 4 hal yang harus ditekankan mengenai hal ini.

1. Menusia memiliki struktur psikologis yang beranalagi sperti struktur


fisik, yaitu kebutuhan (needs), kapasitas (capacities), dan
kecenderungan (tendencies) yang didasari oleh keadaan genetis.
2. Perkembangan yang sehat diharapkan selalu melibatkan aktualisasi
dari karakteristik.
3. Keadaan patologis setiap manusia berasal dari penyangkalan (denial),
frustasi (frustration), atau memutar (twisting) keadaan manusia.

66
Resume Materi Ke-9

Hambatan Dalam Perkembangan Anak

A. Hambatan Fisik-Motorik
Hambatan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan
atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian
rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus jika mengalami
gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak. Hambatan fisik-
motorik atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang
artinya kurang atau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh.
Sehingga tunadaksa merupakan sebutan untuk mereka yang mengalami
kerusakan atau cacat pada anggota tubuhnya.Dalam banyak literatur
(sumber) cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan
tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health
Impairments“(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan)33.
Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila
ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan
sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsifungsi mental,
luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah
kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita). Pada dasarnya
kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian
besar, yaitu kelainan pada system:
a. Serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka
(musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik
sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi
disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan

33
Saputra Gilang Wisnu,2017,Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan, Jurnal,
Universitas Islam Negeri Jakarta.Hlm 30.

67
karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system
saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy,
epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya. Anak dengan cerebral
palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-gerakan
untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta hambatan
dalam memperikan jarak dan arah.
b. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot disebabkan
oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau
pada awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak
spina bifida adalah kelumpuhan dan kurangnya control gerak. Pada anak
hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak, derajat keturunan
akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa
sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu
akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan
kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
lingkungan.

B. Hambatan Kognitif
Hambatan Kognitif dapat mempengaruhi fungsi intelektual
menggangu kesadaran dan menyebabkan kesulitan dalam belajar. Selain
itu,anak juga mengalami kesulitan berkomunikasi dalam bermain dengan
orang lain. Keterlambatan kognitif dapat terjadi pada anak yang mengalami
cidera otak karena infeksi seperti meningitis yang dapat menyebabkan
pembengkakan di otak yang dikenal sebagai ensefalitis, disamping itu down
syndrome juga dapat meningkatkan resiko terjadinya keterlambatan
kognitif.

68
Di sini, daya pikir anak akan berbeda yang mungkin saja bersifat
keturunan, seperti bakat dan minat. Hal tersebut juga berkaitan dengan
edukasi, latar belakang, budaya, dan lingkungan anak.
 Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak
Terlepas dari hambatan tersebut, bukan berarti para orang tua tidak
bisa memaksimalkan perkembangan kognitif si buah hati. Perkembangan
kognitif bisa diperbaiki dengan menerapkan disiplin sejak usia dini dan akan
terbawa hingga dewasa. Berkaitan dengan hal tersebut, Realfoodfam juga
bisa membantu merancang aktivitas belajar yang efektif. Beberapa contoh
untuk mengembangkan skill psikomotorik dan kognitif anak usia dini.
a) Bermain petak umpet akan mengajarkan cara mengenal lokasi dan
menunjang perkembangan motorik
b) Bermain lego akan membantu anak mengembangkan pemikiran kreatif dan
imajinatif, begitu pula dengan arsitektur dan bidang bangunan.
c) Melukis dapat melatih kemampuan kognitif, anak juga belajar warna,
kreativitas, dan imajinasi.
d) Bermain congklak melatih perkembangan kognitif anak dalam bidang
strategi dan penggunaan otak sebelah kiri.

C. Hambatan Berbahasa
Kemampuan berbahasa memang betul merupakan suatu indikator
perkembangan anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa
dukungan dari lingkungannya. Periode kritis bagi perkembangan
kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode antara 9 -24 bulan awal
kehidupan. Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang
cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan
perbendaharaan kata, dan kontrol neuromotorik.
Penyebab kelainan berbahasa bermacam -macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain
sebagainya. Masing- masing faktor penyebab tersebut mengakibatkan efek

69
pada perkembangan bicara yang berbeda- beda. Terdapat banyak klasifikasi
kelainan bahasa pada anak yang dapat menjadikan pedoman. Penegakkan
diagnosa gangguan bicara dan bahasa pada anak tidak mudah dan
memerlukan pemeriksaan yang komprehensif bahkan sampai dengan
pengamatan di lapangan pada saat anak bermain, serta tidak jarang
memerlukan bantuan psikolog / neuropsikiater anak.
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada
anak, akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau
memperkecil kelainan pada masa sekolah. Prognosis atau kemungkinan
kesembuhan gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebab dan
penanganannya sejak dini. Oleh karena itu alangkah bijak apabila orang tua
dapat mengkonsultasikan gangguan bicara dan bahasa anaknya kepada
dokter atau dokter spesialis anak, apakah hal tersebut masih dalam tahap
yang normal atau sudah mengalami keterlambatan karena penyebab
tertentu34.

D. Hambatan Interaksi Sosial


Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk sosial disamping
sebagai makhluk individual. Sebagai makhluk individual manusia
mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan
dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai
dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia
mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial
pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan
hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Dalam interaksi sosial ada
kemungkinan manusia dapat menyesuaikan dengan orang lain, atau
sebaliknya. Penyesuaian di sini mempunyai arti yang luas, yaitu bahwa
manusia dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau
sebaliknya manusia dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

34
Martina,2014,Hambatan Berbahasa Anak Berkebutuhan Khusus,Jurnal Vol.10,No.1.Hlm 15.

70
dalam diri manusia, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manusia
tersebut.
Proses membimbing individu/manusia kedalam dunia sosial disebut
sosialisasi. Atau suatu proses di mana seseorang dituntut untuk bertingkah
laku sesuai dengan norma-norma atau adat istiadat yang berlaku di
lingkungan sosialnya. Dalam proses sosialisasinya manusia belajar tingkah
laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga ketrampilan-
ketrampilan sosial seperti bahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan
sebagainya. Sosialisasi bisa berlangsung secara tatap muka, tapi bisa juga
dilakukan dalam jarak tertentu melalui sarana media, atau surat menyurat,
bisa berlangsung secara formal ataupun informal, baik sengaja maupun
tidak sengaja. Sosialisasi dapat dilakukan demi kepentingan orang yang
disosialisasikan ataupun orang yang melakukan sosialisasi, sehingga kedua
kepentingan tersebut bisa sepadan ataupun bertentangan35.

E. Hambatan Emosional
Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain
depresi atau kecemasan, remaja dengan gangguan emosi bisa mengalami
sifat mudah marah, frustasi atau marah secara berlebihan. Selain gejala
psikologis, gangguan emosi juga dapat menimbulkan gejala fisik, seperti
sakit perut, sakit kepala, atau mual. Gangguan emosional bisa sangat
memengaruhi kinerja di sekolahnya. Jika tidak segera ditangani, remaja
yang mengalami gangguan emosi dapat mengalami gejala lebih buruk,
seperti mengisolasi diri hingga punya pikiran bunuh diri36.

35
Ekawati Yenny & Wandansari Yustina Yettie,Perkembangan Interaksi Sosial Anak Autis Di
Sekolah,Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala ,Surabaya.Hlm40.
36
Mahabbati Aini,2006,Identifikasi Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku,Jurnal
Pendidikan Khusus Vol.2,No.2,Yogyakarta,Hlm25.

71
F. Berbagai Gangguan Yang Menghambat Perkembangan
1. Autisme
Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah kelainan otak yang
berdampak pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak. Gejala
autisme biasanya muncul di awal masa kanak-kanak. Para penderita GSA
tidak mampu mengembangkan hubungan emosional dengan orang lain di
sekitar mereka. Tak hanya itu, anak penderita autisme juga memiliki
kemampuan yang lemah untuk mengekspresikan diri sendiri dalam
percakapan. Anak-anak penderita gangguan spektrum autisme pun
memiliki kemampuan komunikasi nonverbal yang lemah, seperti gestur,
bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata. Karenanya, mereka
kesulitan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan mereka dengan orang
lain. Maka dari itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin
pertemanan, karena mereka tidak mampu memahami perasaan dan
kebutuhan orang lain. Perilaku para penderita autisme juga sedikit lebih
unik dari anak-anak pada umumnya. Mereka cenderung melakukan gerakan
berulang seperti berputar-putar, mengayunkan tubuh, atau membenturkan
kepala.
Selain itu, kelima indra pengidap autisme biasanya lebih sensitif.
Mereka mungkin tidak kuat melihat cahaya silau, suara yang terlalu bising,
sentuhan yang kasar, bau yang menyengat, atau rasa makanan yang terlalu
tajam. Penyebab terjadinya hal tersebut hingga kini belum dapat ditentukan
dengan pasti, namun keturunan autisme dalam keluarga, masalah otak, jenis
kelamin anak, atau usia orangtua ketika anak lahir dapat memicu munculnya
autisme.
2. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu
gangguan pada anak yang sifatnya kronis dan paling sering terjadi. Memiliki
ADHD berarti otak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gangguan ini
biasanya muncul selama masa kanak-kanak dan bertahan hingga masa
dewasa. Pada beberapa anak, gejala bisa tampak di usia 3-4tahun. Anak-

72
anak penderita ADHD akan menunjukkan tanda-tanda seperti terlalu
banyak bicara, sulit untuk mengatur aktivitas, sulit untuk tetap fokus, lupa
untuk melakukan hal-hal tertentu, tidak sabar menunggu gilirannya, sering
melamun, sering kehilangan barang, berlarian di saat yang tidak tepat, lebih
suka menyendiri, sulit diberi tahu atau mengikuti arahan dari orang lain,
sulit untuk bermain dengan tenang.Penyebab ADHD sendiri pun
bermacam-macam, mulai dari cedera otak, keturunan, berat lahir yang
ringan, penggunaan alkohol dan kebiasaan merokok selama kehamilan,
kelahiran prematur, dan paparan terhadap polusi atau zat-zat berbahaya saat
hamil dapat memicu ADHD pada anak.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan menyebabkan anak memiliki rasa takut yang
yang berlebihan pada hal-hal yang tidak lazim. Anak juga mungkin selalu
merasa cemas dan tertekan pada situasi normal. Anak-anak penderita
gangguan kecemasan bisa mengalami ketakutan yang begitu dahsyat, yang
tiba-tiba muncul tanpa peringatan.
Contoh gangguan pada anak adalah gangguan obsesif-kompulsif di
mana orang terus mengalami pemikiran dan perilaku yang seolah terobsesi
dan mereka tidak dapat berhenti.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar, atau penyakit mania-depresi, adalah kelainan
otak yang menyebabkan perubahan mood dan pergeseran yang tidak lazim
pada tingkat energi dan aktivitas. Ada empat jenis gangguan bipolar,
termasuk gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan sikloptik
(siklotimia), dan gangguan bipolar lainnya yang terkait baik secara spesifik
maupun tidak. Anak-anak yang mengalami episode mania bisa merasa
sangat “melayang,” memiliki banyak energi, dan mereka bisa menjadi lebih
aktif daripada biasanya. Anak-anak yang mengalami episode depresi bisa
merasa sangat “terpuruk,” tidak atau hanya memiliki sedikit energi, dan
mereka bisa menjadi tidak aktif. Anak-anak yang memiliki kombinasi dari
kedua sifat ini mengalami kedua gejala, baik episode mania dan episode

73
depresi. Penyebab terjadinya gangguan bipolar pada anak adalah struktur
otak yang kurang sempurna, kelainan genetik, dan riwayat kesehatan
keluarga.
5. Central auditory processing disorder (CAPD)
Central auditory processing disorder (CAPD), disebut juga
gangguan proses auditori (CAPD), adalah masalah pendengaran yang
timbul saat otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya. CAPD dapat
mengenai orang di segala usia, tetapi biasanya dimulai pada masa kanak-
kanak. Anak-anak penderita CAPD akan mengalami kesulitan merespon
terhadap suara, menikmati musik, memahami percakapan, mengingat
petunjuk yang diberikan, berkonsentrasi, dan membaca serta mengeja.
CAPD bisa terjadi setelah masalah pendengaran yang berkepanjangan, atau
kerusakan pada otak seperti cedera kepala, tumor otak, atau stroke. CAPD
juga bisa diturunkan dalam keluarga.

74
Resume Materi Ke-10

Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak

A. Pengaruh Keluarga
Pengaruh Keluarga atau orangtua berfungsi untuk memastikan
bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk
mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta
sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin.
Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan,
dan arahan kepada anaknya.
Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk
membangun kepercayaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu
juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif pada
anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak
yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia;
menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan
meningkatkan rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Selain itu anak akan lebih terhindar dari hal-hal
negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.
Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran
keluarga utamanya orangtua sangat penting dalam membentuk lingkungan
keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan pengertian. Mengapa
peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan
pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan
karakter dan proses tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-
anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi penentu
kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa membuat keputusan
sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat. Proses

75
ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat
tinggal anak dibesarkan37.

B. Pengaruh Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di
sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai
kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu
disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi
perkembangan anak. Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan
dipersiapkan secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai
sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi
perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut
merupakan salah satu sisi keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa
lain pada umumnya. Karenanya lazimnya pengalaman interaksi pendidikan
dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada
pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan
kata lain, interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan
anak, sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses
perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam
perkembangan aspek intelektual dan kognisi anak, namun sebenarnya
sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek
perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan emosi38.

37
Framanta Galih Mairefa,2020,Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kepribadian
Anak,Jurnal Vol.2.Hlm 20.
38
Rusyid Rajiah &Ridha Andi,Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Perilaku
Siswa,Jurnal Tarbawi,Vol.1,Nol.1,Makasar.Hlm 18.

76
C. Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya pada anak pada umumnya berlangsung secara
bertahap dan saling berhubungan. Perkembangan itu dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan sosial ekonominya dan pada saat ini perkembangan
dunia banyak memberikan sumbangan terbaik dan terburuk untuk anak.
Terutama ketika kemajuan teknologi semakin banyak memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi dan pengetahuan, ini dapat menjadi
hal yang berbahaya bagi remaja, bila dalam memilih informasi dan
pengetahuan tidak mendapatkan bimbingan dari orang dewasa di sekitarnya.
Hal tersebut tentunya membutuhkan peran orangtua secara aktif dalam
mengawasi mereka. Banyak cara yang dapat dlakukan orang tua dalam
memfasilitasi perkembangan anak-anak mereka. Termasuk diantaranya
bagaimana mengajari anak-anak untuk berbicara, menghitung, menggambar
atau berperilaku, berinteraksi dan menghargai orang lain. Tenyata bagian
yang menjadi sangat besar dari bagaimana mereka berkembang dapat
ditentukan oleh budaya yang mereka kembangkan.
Perkembangan anak adalah proses yang dinamis dan interaktif.
Setiap anak adalah unik dalam berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka,
dan apa yang mereka berikan dan terima dari orang lain dan lingkungan juga
membentuk bagaimana mereka berpikir dan berperilaku. Anak-anak yang
tumbuh di berbagai budaya menerima masukan spesifik dari lingkungan
mereka. Karena itu, ada banyak perbedaan budaya dalam keyakinan dan
perilaku anak-anak tersebut.

D. Pengaruh Teknologi dan Media


Pengaruh teknologi dan budaya pada kehidupan manusia yang
bermula dari kesederhanaan kini menjadi kehidupan yang bisa
dikategorikan sangat modern. Di jaman yang semakin canggihnya teknologi
informasi dan komunikasi yang berkembang saat sekarang, segala sesuatu
dapat diselesaikan dengan cara-cara yang praktis. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua

77
aspek kehidupan manusia. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa
terlepas dari teknologi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin
canggih. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi.
Penggunaan teknologi oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi
semakin lama semakin canggih. Komunikasi yang dulunya memerlukan
waktu yang lama dalam penyampaiannya, kini dengan teknologi segalanya
menjadi sangat cepat dan seakan tanpa jarak.
Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat ini, pepatah yang
menyatakan bahwa “Dunia tak selebar daun kelor” sepantasnya berubah
menjadi “Dunia seakan selebar daun kelor”. Hal ini disebabkan karena
semakin cepatnya akses informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa
mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di daerah lain atau bahkan di
negara lain, misalnya Amerika Serikat walaupun kita berada di Indonesia.
Salah satunya dalam bidang teknologi komunikasi seperti adanya
smartphone dan internet, membuat manusia semakin meningkatkan cara
komunikasinya. Berbagai macam media untuk berkomunikasi pun hadir
untuk memudahkan manusia berinteraksi. Seiring dengan perkembangan
zaman, teknologi internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, hal
inilah yang melahirkan media sosial. Media sosial merupakan media online,
yaitu media yang hanya ada dengan menggunakan internet dimana para
penggunanya bisa menuangkan ide, mengekspresikan diri, dan
menggunakan sesuai dengan kebutuhannya. Kehadiran media sosial
memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi39.

39
Fajrin Rakhil,Pengaruh Teknologi Multimedia Bagi Perkembangan Anak Perspektif
Psikologi,Jurnal STAI Darussalam Krempyang Nganjuk..

78
Resume Materi Ke-11

Parenting dan Pola Asuh Dalam Keluarga

A. Pola Asuh Dalam Keluarga


Keluarga merupakan wadah pendidikan yang sangat besar pola
asuhnya dalam perkembangan kemandirian anak, oleh karena itu
pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga
merupakan tempat pertama kali anak belajar menyatakan diri sebagai
mahkluk sosial dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Orang tua yaitu
ayah dan ibu merupakan orang yang bertanggung jawab pada seluruh
keluarga. Orang tua juga menentukan kemana keluarga akan dibawa dan
apa yang harus diberikan sebelum anak-anak dapat bertanggung jawab pada
dirinya sendiri, ia masih tergantung dan sangat memerlukan bekal pada
orang tuanya sehingga orang tua harus mampu memberi bekal kepada
anaknya tersebut.
Pertama, Pola asuh demokratis orangtua terhadap anaknya ditandai
dengan : ikut terlibatnya orangtua dalam membagi waktu belajar dan
bermain anak tanpa harus memaksa pada anak, tidak terlalu membiarkan
anak memutar TV pada saat waktu belajar, menegur dan menanyakan
sebab-sebabnya bila anak tidak belajar, tidak memaksa anak untuk belajar
sesuai kehendaknya, selalu memperhatikan kebutuhan sekolah anak,
menemani anak saat belajar walaupun tidak terlalu sering, memberi uang
saku pada anak secukupnya saja, selalu memperhatikan sarana prasarana
belajar anak, sering meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak,
melatih anak untuk bertanggungjawab dan saat anak melakukan kesalahan,
hukuman yang diberikan bersifat mendidik.
Kedua, pola asuh otoriter yang dilakukan oleh orangtua ditandai
dengan ketatnya orangtua dalam membagi waktu belajar dan bermain anak,
tidak membolehkan anak menonton televisi pada saat anak menginginkan,
memarahi anak dan mencaci maki bila anak tidak belajar, memaksa anak

79
untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, tidak terlalu memperhatikan
kebutuhan sekolah anak, selalu mengawasi anak saat belajar, jarang
memberi uang saku pada anak saat bersekolah, kalaupun diberi sering
disertai nasehat-nasehat bernada mengancam, jarang meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan anak, tidak melatih anak diberi tanggungjawab dan
bila anak melakukan kesalahan dimarahi atau dipukuli tanpa diberi
kesempatan untuk membela diri.
Ketiga, pola asuh permisif yang dilakukan oleh orangtua ditandai
dengan membiasakan anak membagi waktu belajar dan bermain sendirian,
selalu membiarkan anak memutar TV pada saat/waktu belajar, tidak
menanyakan atau menegur bila anak tidak belajar, tidak memperhatikan
kebutuhan sekolah anak, tidak pernah menemani saat anak belajar, tidak
menasehati anak saat memberikan uang saku, tidak pernah meluangkan
waktu untuk berdiskusi dengan anak, tidak melatih anak untuk
bertanggungjawab, dan membiarkan anak sekalipun ia melakukan
kesalahan.

B. Peran Kedua Orang Tua Dalam Membentuk Kepribadian


1. Memenuhi Kebutuhan Anak
Peranan yang utama dari orang tua dalam membentuk kepribadian anak
antara lain adalah sebagai pihak yang memenuhi kebutuhan anak. Orang
tua perlu menyediakan kebutuhan fisik anak seperti makanan yang
layak, udara yang bersih, menjaga kesehatan anak, juga kebutuhan
lainnya seperti pakaian, sekolah, tempat tinggal dan ketenangan mental
anak. Anak yang tercukupi segala kebutuhannya dengan baik dan
dengan cara yang tepat akan mudah terbentuk menjadi anak yang
berkepribadian positif.
2. Menyediakan Lingkungan yang Aman
Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak juga bisa
dilakukan dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan
mendukung bagi anak untuk tumbuh sehat. Untuk perkembangan

80
optimalnya, anak-anak memerlukan lingkungan fisik yang baik, toleran
dan positif, mendukung perubahan positif dan perbaikan diri,
kesempatan untuk melakukan eksperimen dan menjelajah di
lingkungannya, rutinitas yang konsisten, dan lain sebagainya.
3. Melindungi Anak
Pastikan bahwa lingkungan aman untuk melindungi anak-anak,
memperingatkan mereka dengan mengajarkan mana yang aman untuk
dilakukan dan mana yang tidak sebelum mereka menjelajah
lingkungannya sendiri. Ajari anak perbedaan mengenai baik dan salah,
dan juga konsekuensinya apabila membuat kesalahan pada diri sendiri
atau orang lain. Tujuannya adalah untuk melindungi anak-anak dari
bahaya dan membuat mereka tetap aman.
4. Mendidik Anak
Untuk membesarkan anak dengan layak, tugas orang tua tidak hanya
untuk memberi makan, perlindungan dan tempat tinggal namun juga
melibatkan pendidikan dan pengajaran pada anak. Pendidikan ini akan
berguna untuk mengasah pengetahuan mereka dan karakter mereka serta
mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia.
5. Memperkenalkan Anak Pada Lingkungan
Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak selanjutnya bisa
dilakukan dengan cara memperkenalkan dunia luar kepada anak.
Berikan anak berbagai kesempatan untuk merasakan bagaimana
menjadi bagian dari komunitas sehingga anak akan mendapatkan
kemampuan dan pengetahuan untuk tumbuh menjadi orang dewasa
yang mudah beradaptasi.
6. Menjadi Contoh Bagi Anak
Khususnya menjadi contoh dalam jenis kelamin yang sama dengan
anak. Orang tua dapat menunjukkan kepada anak bagaimana cara untuk
berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, bagaimana menjadi
seorang pria atau wanita sejati.
7. Memperhatikan Kemampuan Sosial Emosional Anak

81
Beberapa faktor positif antara lain seperti pujian, dorongan, cara bicara
dan respons yang tenang, perhatian dan kasih sayang , serta banyak lagi.
Semua itu akan membantu membangun emosi yang sehat dan
menjauhkan elemen negatif. Awasi perkembangan emosional anak dan
jauhkan peristiwa traumatis yang dapat mempengaruhi dimensi
emosional anak secara negatif. Bantu anak untuk mengembangkan
persepsi diri yang positif, rasa keamanan yang kuat dan merasa dicintai
sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara emosional.

C. Peran Orang Tua Dalam Membentuk Konsep Diri


Keluarga merupakan unit pertama dalam memberikan stempel dan
fondasi primer dalam pembentukan konsep diri seorang anak. Pola asuh
orang tua memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak, tentunya dalam
pembentukan diri anak. Gaya pengasuhan orang tua seperti memberikan
kasih sayang, bersikap terbuka, menghargai prestasi anak, kedisiplinan,
memberikan hukuman jika melakukan kesalahan, menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak, memberikan teladan, menanmkan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan
peran orang tua dalam membentuk konsep diri seorang anak yang tentunya
positif. Namun sebaliknya, jika gaya pengasuhan orang tua tidak tepat,
maka akan membentuk konsep diri anak yang negatif.

D. Jenis Konsep Diri


Adapun untuk jenis-jenis konsep diri yang diantaranya sebagai berikut:
1. Konsep Diri Positif
Tanda-tanda seorang individu yang memiliki konsep diri positif ialah:
 Yakin akan kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah.
 Merasa setara dengan orang lain.
 Menerima pujian tanpa rasa malu.

82
 Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan
dan juga perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat.
 Dapat memperbaiki dirinya sendiri, sebab dia mampu
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan juga berusaha mengubahnya.
2. Konsep Diri Negatif
Tanda-tanda seorang individu yang memiliki konsep diri negatif ialah:
 Peka terhadap kritik.
 Sangat responsif terhadap pujian.
 Cenderung bersikap hiperkritis.
 Cenderung merasa dirinya tidak disukai oleh orang lain.
 Cenderung bersikap selalu pesimis terhadap kompetisi.

E. Peran Kedua Orang Tua Dalam Membentuk Kecerdasan Emosional


1. Dengan cara mengamati diri sendiri dan mengenali perasaan sendiri,
menghimpun kosakata untuk mengungkapkan perasaan, serta
memahami hubungan antara pikiran, perasaan dan respons emosional.
2. Belajar mengambil keputusan pribadi, dengan cara mencermati
tindakan-tindakan dan akibat-akibatnya, memahami apa yang
menguasai suatu keputusan, pikiran atau perasaan, serta menerapkan
pemahaman ini kemasalah-masalah yang cukup berat.
3. Belajar mengelola perasaan, dengan cara memantau pembicaraan
sendiri untuk menangkap pesan-pesan negatif yang terkandung di
dalamnya, menyadari apa yang ada di balik perasaan.
4. Belajar menangani sters, dengan cara mempelajari pentingnya olah
raga, perenungan yang terarah dan metode relaksasi.
5. Belajar berempati, dengan cara memahami perasaan dan masalah orang
lain, berfikir dengan sudut pandang orang lain serta menghargai
perbedaan perasaan orang lain mengenai sesuatu.

83
6. Belajar berkomunikasi, dengan cara berbicara mengenai perasaan
secara efektif yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik,
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang
dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan
pesan yang sopan.
7. Belajar membuka diri, dengan cara menghargai keterbukaan dan
membina kepercayaan dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi
yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
8. Belajar mengembangkan pemahaman, dengan cara mengidentifikasi
pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta mengenali
pola-pola serupa pada orang lain.
9. Belajar menerima diri sendiri, dengan cara merasa bangga dan
memandang diri sendiri dengan positif, mengenali kekuatan dan
kelemahan diri sendiri.
10. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, dengan cara belajar
rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan
dan tindakan pribadi serta menindak lanjuti komitmen yang telah dibuat
dan disepakati.
11. Belajar mengembang-kan ketegasan, dengan cara mengungkapkan
keprihatinan dan perasaan sendiri.
12. Mempelajari dinamika kelompok, dengan cara mau bekerja sama,
memahami kapan dan bagaimana memimpin, serta memahami kapan
harus mengikuti.
13. Belajar menyelesaikan konflik, dengan cara memahami bagaimana
melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua atau
guru serta memahami cara menyelesaikan suatu konflik.

F. Domain Kecerdasan Emosional


Daniel Goleman (2001:20) membedakan kecerdasan emosional
kedalam lima domain yaitu kecerdasan emosional, mengelola emosi,
memotivasi diri, memahami perasaan orang lain dan menjaga relasi dengan

84
orang lain. Aspek-aspek emosi yang menjadi pertanda cerdas tidaknya
emosi adalah kemarahan, kecemasan dan ketakutan, kebahagiaan,
keusahan, muak, cemburu dan iri hati. Duka cita, cinta dan rasa malu.

G. Tumbuh Kembang Anak Single Parent – Dual Career Family


Pertumbuhan dan perkembangan anak single parent menjadi terganggu
karna:
1. Anak tidak menerima keadaan dalam keluarga
2. Rasa kehilangan sosok ayah sebagai sumber penuntun
3. Adanya rasa takut mengenal bapak tiri yang jahat apabila orang tuannya
menikah lagi.
4. Kurang kasih sayang karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya untuk
mencukupi kebutuhan keluarga.
Dual career family adalah bagaimana dampaknya terhadap kondisi
psikologi anak. Tentunya, perkembangan anak akan terhambat, apalagi
perkembangan anak ini diikut campuri oleh selain orang tua seperti
nene/kakek atau orang lain. Pola pengasuhan yang disepakati pasangan dual
career adalah dengan menerapkan aturan kepada anak agar tetap disiplin dan
bertanggungjawab sejak dini serta membuat rincian tabel mengenai tuntutan
orangtua baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Kemudian
diikuti dengan pembagian tugas pengasuhan yang dilakukan sehari adalah
dengan menggunakan tenaga alternatif pihak ketiga seperti ibu pengasuh
yang berasal dari sanak saudara dan tetangga yang memang telah dipercayai
untuk menjaga anak.
Pembentukan kepribadian anak dimulai ketika anak berusia 0-5 tahun, anak
akan belajar dari orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Anak yang berada
di lingkungan orang-orang yang sering melakukan tindakan kekerasan, anak
itu juga akan tumbuh menjadi pribadi yang keras. Kadang-kadang karena
kurangnya perhatian dari orangtua yang selalu di sibukkan dengan
pekerjaan maka akan mengakibatkan dampak negatif bagi pertumbuhan

85
kepribadian si anak pada usia selanjutnya. Dampak negatif tersebut di
antaranya :
1. Anak akan lenih senang berada di luar rumah dan merasa tidak betah
dirumah karena kesepian
2. Anak lebih sering melawan orangtuanya untuk melampiaskan kekesalan
hatinya
3. Anak sering berkelahi dengan teman
4. Melakukan perbuatan seksual
5. Menyalahgunakan narkotika

86
Resume Materi Ke-12
Perkembangan Hubungan Interpersonal Peserta Didik

A. Hubungan Dengan Keluarga


Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memiliki
peranan penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikososial anak
dalam konteks sosial yang lebih luas.
Hubungan orang tua dan anak akan berkembang dengan baik apaila
kedua belah pihak saling memupuk keterbukaan. Berbicara dan
mendengarkan merupakan hal yang sangat penting. Perkembangan yang
dialami anak sama sekali bukan alasan untuk menghentikan kebiasaan-
kebiasaan di masa kecilnya. Hal ini justru akan membantu orang tua dalam
menjaga terbukanya jalur komunikasi.
Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang,
maka pada usia sekolah, anak secara berangsur-angsur lebih banyak
mempelajari mengenai sikap-sikap dan motivasi orang tuanya, serta
memahami aturan-aturan keluarga, sehingga mereka menjadi lebih mampu
untuk mengendalikan tingkah lakunya.perubahan in mempunyai dampak
yang besar terhadap kualitas hubungan antara anak-anak usia sekolah dan
orang tua mereka. Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya
terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu
dibandingkan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka.
Dengan demikian, meskipuyn terjadinya pengurangan pengawasan
dari orang tua terhadap anakny selama usia sekolahd asar, bukan berarti
orang tua sama sekali melepaskan mereka. Sebaliknya, orang tua masih
terus memonitor usaha-usaha yang dilakukan anak dalam memelihara diri
mereka, sekalipun secara tidak langsung.
Perubahan-perubahan ini berperan dalam pembentukan streotip
pengasuhan dari orang tua sepanjang usia sekolah dasar. Stereotip
pengasuhan ini juga tidak mempertimbangkan hubungan emosional yang
mendasari aktivitas-aktivitas tersebut.

87
B. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Teman sebaya (peer) mempunyai fungsi yang hampir sama dengan
orang tua. Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami
kekhawatiran. Tidak jarang terjadi seorang anak yang tadinya penakut
berubah menjadi pemberani berkat teman sebaya.
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak
menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker
dan Wright, mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10%
dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4
tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya
meningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan
lebih dari 40% waktunya untuk berintraksi dengan teman sebaya.

C. Hubungan Dengan Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk


guna mendidik dan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu,
terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup
(life skill) yang dibutuhkan di kemudian hari.

Santrock (1988), berbagai peristiwa hudup yang dialami oleh remaja


selama berada di sekolah sangat mungkin memengaruhi perkembangannya,
seperti perkembangan identitasnya, keyakinan terhadap kompetensi diri
sendiri, gambaran idup dan kesempatan berkarir, hubungan-hubungan
sosial, batasan mengenai hal-hal yang benar dan salah, serta pemahaman
mengenai bagaimana sistem sosial yang ada di luar lingkup keluarga
berfungsi.

Dusek (1991) ada dua fungsi sekolah bagi remaja, yaitu pertama,
memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara sosial dan
emosional. Kedua, membekali mereka dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara
ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Sekolah

88
mempengaruhi perkembangan anak, terutama perkembangan identitas,
melalui dua kurikulum, yaitu kurikulum formal dan kurikulum informal.

Jadi, di samping keluarga dan teman sebaya, sekolah juga


memainkan peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Interaksi
dengan guru dan teman sebaya di sekolah, memberikan suatu peluang yang
besar bagi remaja untuk mengembangkan kemamuan kognitif dan
keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta
mengembangkan konsep diri yang lebih positif. Keberhasilan atau
kegagalan remaja di sekolah, banyak mendapat dukungan dan penguatan
yang positif dari para guru, maka mereka akan merasa berhasil dan senang
berada di sekolah.

89
Resume Materi Ke-13
Problem Stres Sekolah Dalam Perkembangan Peserta Didik Dan
Upaya Mengatasinya

A. Fenomena Stres Sekolah Dalam Perkembangan Peserta Didik


Sekolah mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan
dan perkembangan peserta didik. Sekolah dipandang dapat
memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan
kualitas kehidupan mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang
sama, sekolah ternyata juga menjadi sumber masalah, yang pada
gilirannya memicu terjadi stress dikalangan peserta didik. Hal ini
seharusnya dapat dimengerti, sebab anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah. Di sekolah anak merupakan anggota dari suatu
masyarakat kecil dimana terdapat tugas-tugas yang harus
diselesaikan, orang-orang yang perlu dikenal dan mengenal diri
mereka, serta peraturan yang menjelaskan dan membatasi perilaku,
perasaan dan sikap mereka. Peristiwa-peristiwa hidup yang dialami
anak sebagai anggota masyarakat kecil yang bernama sekolah ini
tidak jarang menimbulkan perasaan stress dalam diri mereka.Setres
sekolah adalah kondisi setres atau perasaan tidak nyaman yang
dialami oleh siswa akibat adanya tuntutan sekolah yang dinilai
menekan, sehingga memicu terjadinya ketegangan fisik, psikologis,
dan perubahan tingkah laku, serta dapat mempengaruhi prestasi
belajar mereka. Stress siswa bersumber dari berbagai tuntutan
sekolah. Sekolah merupakan sebuah system social (social system)
dengan struktur organisasi yang kompleks.
Bahkan, Arends (1998) secara tegas mengatakanbahwa
sekolah dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan organisasi-
organisasi lain yang ada dalam masyarakat. Sebagai sebuah
organissi yang kompleks, sekolah memiliki sejumlah norma, nilai,
peraturan, dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh para anggotanya,

90
termasuk oleh siswa. Ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya
stress. (Kiselica, dkk, 1994 dalam Desmita, 2010, 292) Stress
biasanya muncul atau terlihat padasituasi serta keadaan yang
kompleks, dimana menurut suatu individu anak, dan muncul situasi-
situasi yang tidak jelas. Jika dilihat dari dari konteks akademik,
stress muncul ketika terlalu banyak tuntutan oleh pendidik yang
tidak dapat dipahami dan dimengerti anak. Karena anak cenderung
lebih suka melakukan apa yang diinginkannya tanpa memikirkan
orang lain. Misalnya karena tuntutan beban tugas yang tinggi,
kesukaran pada tugas tinggi, fasilitas sekolah yang kurang
memandai untuk anak dapatmengoptimalkan bakatnya, atau bahkan
otiritas guru, pihak sekolah maupun teman-temannya. Juga dapat
pula karena keadaan sekolah maupun lingkungannya, seperti panas,
bising, bau, dan lain-lain. Namun perlu dipahami bahwa stress
sekolah tidak sepenuhnya bermakna negative, melainakan juga
bermakna positif bagi remaja, dalam artian dapat sebagai tantangan
untuk mengatasinya. Stress yang bermakna positif ini tidak
membahayakan, malah sebaliknya diperlukan untuk meningkatkan
kualitas diri dan perstasi belajar.
Dari urain diatas dipahami bahwa kondisi stress yang
dialami siswa akibat berbagai tuntutan sekolah, tidak sepenuhnya
berdampak positif. Dampak negative atau positf dari fenomena
sekolah ini, tergantung pada derajat stress yang mereka alami.
Apabila stress sekolah yang dialami remaja berada pada taraf yang
tinggi atau sangat serius, maka kemungkinan akan membawa
dampak negative bagi perkembangannya. Sebaliknya, apabila stress
sekolah yang dialami siswa berada pada taraf moderat, maka dapat
berdampak positif. Tinggi,moderat atau rendahnya derajat stress
yang dialami oleh remaja akibat berbagai tuntutan sekolah, sangat
bergantung pada nilai kognitif mereka, yaitu proses mental yang

91
berlangsung terus menerus untuk menginterpretasikan bebagai
situasi dalam interaksinya dengan individu. Siswa yang menilai
tuntutan sekolah selagi hal yang sangat menekan, akan
menunjukkan adanya derajat stress yang tinggi. Siswa yang menilai
tuntutan sekolah itu sebagai kondisi yang tidak membahayakan,
akan menunjukkan derat stress yang rendah. Tetapi, apabila siswa
menilai tuntutan sekolah sebagai tantangan untuk dapat
meningkatkan kualitas dirinya, akan menunjukkan derajat stress
yang moderat. Agar siswa dapat menyikapi stress sekolah yang
positf, menurut Anderson dan Haslam (1994), sekolah dituntut
untuk dapat merancang dan melaksanakan program-program
intervensi dan pelatihan stress pada siswa. (Desmita, 2010;300)

B. Upaya Mengatasi Problem Stres Sekolah Yang Dialami Peserta


Didik
Stres sekolah yang terjadi pada pesertadidik dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja, pada situasi ini tidak bisamenyalahkan
salah satu pihak atau memperdebatkan siapa yang salahkarena stress
merupakan situasi yang holistik, menyeluruh dan berkorelasi dengan
semua lingkungan yang ada di lingkungan anak.
1. Menciptakan Iklim sekolah yang kondusif
Menciptakan iklim sekolah (School climate) yang bak
adalah situasi atau suasana yang muncul dan hubungan antara
kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan
siswa, dan antar siswa itu sendiri. hal tersebut dapat
mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (Beliefs), nilai
(value), motivasi (motivation), dan prestasi siswa yang terlihat di
sekolah. karena salah satu penyebab sterss di sekolah adalah
tuntutan interpersonal maka pihak sekolah disarankan agar
mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat, menyenangkan
dan memberikan kenyamanan tersendiri di sekolah sehingga

92
dapat melakukan interaksi dengan baik di fase perkembangan.
Menciptakan iklim sekolah bukan berarti mengurangi kegiatan
yang positif di sekolah atau hanya mengubah suasana sekolah
yang ramah akan anak, tetapi menciptkan iklim sekolah
merupakan cara-cara belajar menjadi suasana yang lebih rileks
namun produktif dan bebas tekanan. artinya anak akan menjadi
individu yang mampu menciptkan iklim sekolah yang kondusif
dengan garis-garis pembelajaran yang sudah dirumuskan oleh
guru dan sekolah.
Misalnya apabila anak diberikan tugas setelah mereka
pulang dari sekolah anak sudah mulai tidak diberikan tugas
dirumah, melainkan menyelesaikan pekerjaan mereka di sekolah.
kemudian apabila anak di perintahkan untuk belajar di kelas dan
menyelesaikan tugas-tugas mereka di kelas, anak sudah
difasilitasi alternatif lain seperti fasilitas di luar ruangan, misalnya
perpustakaan pohon yang ada di lingkungan sekolah beserta wifi
dan media lain yang menunjang anak untuk menyelesaikan tugas-
tugas mereka yang lebih nyaman dan membuat anak bebas
tekanan. Kemudian guru-guru yang piket diberikan tugas untuk
mendampingi anak-anak yang mengerjakan tugas diluar selain
guru yang sedang mengajar, layaknya seorang Pramugari di
pesawat yang membantu, menjawab dan mendamapingi
penumpang di pesawat.
2. Membangun Kerjasama antara Murid, Guru dan Orang Tua
Kerjasama antara murid, guru dan orang tua, merupakan
bentuk dukungan sosial yang harus diberikan kepada anak yang
mengalami stress sekolah. Johnson dan Johnson menyatakan
bahwa dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang penting
yang dekat (Significant Others) bagi individu yang membutuhkan
bantuan. Orang-orang yang penting dan dekat diantaranya adalah
keberadaan orang lain seperti orangtua, sahabat, kerabat, teman

93
dan lainnya membuat individu merasa lebih mudah dalam
menyelesaikan masalah dihadapinya. Taylor menyatakan
dukungan sosial bisa bersumber dari pasangan atau partner,
anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman
sekelompok, komunitas religi dan teman kerja saat ditempat
kerja.
Goldberger&Breznitz berpendapat bahwa sumber dukungan
sosial adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat,
pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, atau juga dari tetangga.
Oleh karena itu sangat penting membangun kerjasama antara
siswa dengan guru, siswa dengan orang tua, orangtua dengan guru
dan seterusnya untuk menghindari hal-hal yang memungkinkan
terjadinya stress pada anak. Kerjasama dimaksudkan untuk
memberikan dukungan, mendengarkan keluhan, membagikan
pengalaman, dan mengajarkan anak untuk hidup damai dengan
lingkungan, sehingga setiap permasalahan yang terjadi dapat
ditemukan solusinya.
3. Membentuk Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Unit pelayanana bimbingan konseling merupakan unit yang
penting dalam menangani permasalahan peserta didik.
permaslahan stress yang dialami oleh siswa merupakan bagian
dari tugas penting yang harus diselesaikan oleh praktisi
bimbingan konseling yaitu konselor. Konselor sebagai tenaga ahli
dibidang konseling merupakan aktor yang berperan sebagai
mediator untuk memberikan pelayanan dan penyelesaian masalah
khususnya masalah stress sekolah. Unit pelayanan bimbingan dan
konseling memiliki peran dan fungsi yang sistemik yaitu saling
berkaitan satu sama lain antara komponen sekolah, siswa, dan
orang tua serta guru. Unit pelayanan bimbingan konseling terdiri
dari Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, Wali kelas
sebagai orangtua di kelas masing-masing yang dapat

94
berkomunikasi secara keseluruhan, guru sebagai penilai
perkembangan dan permasalahan peserta didik, dan orangtua
sebagai cctv atau perekam semua kegiatan anak di luar sekolah,
dapat berkontribusi memberikan data yang akurat kepada
konselor untuk bahan analisis pengambil tindakan dan penentuan
layanan konseling yang tepat. oleh karena unit pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah yang dapat dikembangkan
dan difungsikan secara optimal.

95

Anda mungkin juga menyukai