MATA KULIAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Oleh:
Sherin Azzahra
NIM:
1930201124
Dosen Pengampu:
Drs. Aquami, M. Pd. I
1
Samsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2004). Hlm. 3
Perkembangan biologis/ fisik merupakan dasar bagi kemajuan
perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh
baik berat maupun tinggi badan serta kekuatannya, memungkinkan anak
untuk lebih aktif dan berkembang keterampilan fisiknya, dan juga
berkembang ekplorasi terhadap lingkungannya.2
2. Perkembangan Kognitif
Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan
otak. Perkembangan Kognitif anak merupakan perkembangan dalam
menggunakan kekuatan berfikirnya, juga merupakan proses dalam
memperoleh pengetahuan, termasuk bahasa, imajinasi, penalaran dan
pola pikir.
Dalam perkembangan kognitif, dunia anak pada usia ini adalah
kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak berkembang sepanjang
waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia menjadi lebih
baik.3
3. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional anak mencakup perasaan yang dimiliki
anak dan cara mengungkapkannya. Rasa takut, percaya, bangga, humor,
percaya diri, bahkan persahabatan, menjadi bagian dari perkembangan
emosional.
Dalam masa ini emosi anak sangat kuat. Masa ini merupakan masa
ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti
bahwa ia mudah terbawa emosi sehingga sulit dibimbing dan
diarahkan.4
4. Perkembangan Sosial
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan
meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya
2
Murni. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun.
Jurnal. Vol.III. No.1. (Aceh: UIN Ar-Raniry, 2017). Hlm. 22
3
Murni. Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6
Tahun. Jurnal. Vol.III. No.1. (Aceh: UIN Ar-Raniry, 2017). Hlm. 26
4
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. Edisi V. (Jakarta: Erlangga, 1996). Hlm. 114
3
dari tahun ketahun. Oleh karena itu Perkembangan sosial sering
dikaitkan dengan kecenderungan anak ketika melakukan aktivitas
secara berkelompok, misalnya bermain bersama teman-teman
sebayanya. Aktivitas seperti ini menjadi salah satu bagian dari
perkembangan sosial anak.
4
Resume Materi Ke-2
A. Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan memiliki kata asal “Tumbuh”. Dalam KBBI sendiri,
tumbuh memiliki arti timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna.
Sehingga secara istilah, pertumbuhan memiliki pengertian perubahan secara
kuantitatif pada fisik manusia karena beberapa faktor (internal dan
eksternal). Misalnya perubahan ukuran dan bentuk tubuh, dari yang pendek
menjadi tinggi, kecil menjadi besar, serta kurus menjadi gemuk.5
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat.
B. Definisi Perkembangan
Berdasarkan KBBI, perkembangan memiliki arti perihal berkembang.
Kemudian arti berkembang sendiri berdasarkan KBBI ialah pertambah,
memekar atau membentang.6
Dalam ilmu psikologi , perkembangan memiliki arti perubahan secara
kualitatif pada ranah jasmani dan rohani manusia yang saling
berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik atau kearah yang
sempurna.7
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
dari proses pematangan.
5
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1990). Hlm. 41
6
Muhhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004). Hlm. 41
7
Ibid. Hlm. 42
5
C. Ciri-ciri Pertumbuhan
Ciri dari pertumbuhan antara lain:
Terjadi pertambahan ukuran, volume, tinggi dan massa
Adanya penambahan jumlah sel
Bersifat irreversible atau tidak dapat kembali
Dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan panjang dan berat
Bersifat terbatas yang dapat berhenti pada waktu tertentu
D. Ciri-ciri Perkembangan
Ciri dari perkembangan antara lain:
Tercapainya proses kedewasaan
Terjadi kematangan fungsional dan lebih sempurna pada organ tertentu
Umunya ditandai dengan kematangan organ reproduksi
Tidak dapat diukur secara kuantitatif
Diukur secara kualitatif
8
Erik Kuswanto, dkk. Perkembangan dan pertumbuhan individu. Makalah. (Malang: UM Malang,
2015). Hlm. 8
6
3. Masa remaja 11-19 tahun
Remaja permulaan : umur 11-13 tahun
Remaja pertengahan : umur 14-16 tahun
Remaja akhir : umur 17-19 tahun
4. Masa Dewasa 20-81 tahun
Dewasa permulaan : umur 20-29 tahun
Dewasa pertengahan : umur 30-49 tahun
Dewasa : umur 50-65 tahun
Dewasa akhir : umur 66-80 tahun
Tua : umur 81 keatas
F. Proses Perkembangan
Pola perkembangan manusia dikaitkan dengan proses biologis, kognitif
dan sosial-emosional.
1. Proses Biologis, menghasilkan perubahan pada seseorang. Gen yang
divariasi oleh orang tua, perkembangan otak, pertambahan tinggi, dan
berat badan, leterampilan motoric, dan perubahan hormone pada masa
puber mencerminkan peran biologis dalam perkembangan.
2. Proses Kognitif, menggambarkan perubahan dalam pikiran, intelegensi,
dan bahasa seseorang. Tugas-tugas seperti mengawasi ayunan bergerak
diatas kotak bayi, menghubungkan kalimat dengan dua kata,
menyelesaikan soal matematika, dan membayangkan bagaimana rasanya
menjadi pilot, semua itu melibatkan aspek kognitif.
3. Proses Sosial-emosional, adalah hal yang melibatkan perubahan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Perubahan emosi dapat
membuat kepribadian seseorang selanjutnya.
G. Aspek-Aspek Perkembangan
Secara umum, para ahli perkembangan sering membagi aspek-aspek
perkembangan menjadi tiga area besar, dengan istilah yang berbeda-beda.
Didalam Santrock (2009) disebutkan bahwa aspek tersebut meliputi aspek
7
biologis, kognitif, dan sosioemosional. Berk (2009) membaginya menjadi
aspek fisik, kognitif, serta emosional dan sosial. Hal ini serupa pula dengan
papalia (2009) yang membagi aspek-aspek perkembangan ke dalam aspek
fisik, kognitif, dan psikososial.
Aspek fisik berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan otak, kapasitas
sensorik, keterampilan motoric, dan kesehatan. Aspek kognitif mempelajari
atensi, memory, pemecahan masalah, proses berpikir, penalaran dan bahasa.
Aspek psikososial meliputi perkembangan emosi,, kepribadian, dan
hubungan sosial.
9
Papalia & Feldman. Human Development. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc). Hlm. 7-
10
8
7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context, berarti
bahwa manusia tidak hanya mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh
konteks sejarah dan budayanya.
10
Wji Hidayati dan Sri Purnami. Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta: Teras, 2008). Hlm. 124-
159
9
4. Tugas-tugas perkembangan pada usia remaja (13-18 tahun)
Belajar menerima keadaan fisik
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya baik pria maupun
wanita
Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab sosial
Pengembangan skala nilai
5. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa dini (18-40 tahun)
Mulai bekerja
Memilih pasangan dan membina rumah tangga
Mangasuh anak
Mengelolah rumah tangga
Menemukan kelompok sosial yang sesuai
Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
6. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa madya (40-60 tahun)
Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
fisiologis
Membantu remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia
Mancapai tanggung jawab sosial dan warga Negara
Mengembangkan waktu senggang untuk orang dewasa
Mencapai dan mempertahankan prestasi pekerjaan
7. Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa lanjut/ tua (60-keatas)
Menyesuaikan diri dengan kekuatan fisik yang mulai menurun
Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya
pendapatan
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel
10
Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
11
Papalia & Feldman. Human Development. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc). Hlm.
22-27
11
Resume Materi ke-3
12
Feist, Jess and Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010) hlm. 10-
34
12
Tak sadar adalah bagian paling dalam dan terpenting dalam
kehidupan jiwa. Dalam hal ini Frued membktikan bahwa ketidaksadaran
adalah kenyataan bukan abstrak. Yang berisikan tentang impuls, insting dan
pengendalian (drivers) yang dibawa sejak lahir dan pengalaman-
pengalaman traumatic yang dialami sejak kecil. Hal-hal tersebut akan
bertahan lama di ketidaksadaran dan sangat berpengaruh pada tingkah laku
namun seseorang itu tetap tidak menyadari.
13
keterampilan seksual dan intelektual. Soal in no direct child will menolong
child to pass the stage phalic yang sangat mematikan.
5) Genital
Tahapan genital terjadi ketika anak berusia 12 tahun hingga mereka
dewasa. Pada tahap ini dorongan-dorongan seks yang terdapat pada tahap
phalic mulai kembali berkembang. Kematangan fisiologis ketika anak
memasuki masa remaja mempengaruhi timbulnya daerah-daerah erogen
pada alat kelamin sebagai sumber kenikmatan.
14
berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang
yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama
hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya
secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga
kesehatan fisik dan/atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan
mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari
kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari
situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.
Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan
adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa
sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk
melindungi individu. Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan
cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan
mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensif
terhadap apa yang dianggap membahayakannya. Penggunaan mekanisme
pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang
bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.
13
Nurcoiri. Perkembangan Kepribadian Menurut pandangan Carl Gustav Jung. Hlm 7
15
F. Tahap-Tahap Perkembangan Carl Jung
Jung mengkategorisasikan tahapan kehidupan manusia menjadi
empat periode umum :
1) Tahap perkembangan di Masa kanak – kanak
Di masa perkembangan anak ini, Jung membagi masa ini kedalam
tiga sub-tahapan. Yaitu tahap anarkis, tahap monarkis dan tahap dualistis.
a) Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang berantakan dan sporadis
b) Tahap monarkis, anak-anak di fase ini dicirikan oleh perkembangan
ego dan oleh permulaan pemikiran logis dan verbal.
c) Fase dualistik , di masa anak-anak ini, dimana saat ego terbagi
menjadi subjektif dan objektif
2) Tahap perkembangan di Masa Muda
Periode dari berada pada masa pubertas sampai paruh baya yang
seringkali disebut masa muda. Anak muda umumnya berjuang untuk
mendapatkan kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka. Remaja
berusaha untuk menemukan belahan jiwanya atau membangun kedekatan
emosional dengan lawan jenis. Mereka memiliki tugas perkembangan untuk
membentuk keluarga. Dalam fase ini ada dorongan untuk menunjukkan
eksistensi, ketenaran, dan popularitas di masyarakat.
Permasalahan utama yang dihadapi orang di masa muda adalah
menaklukkan dorongan-dorongan kesadaran sempit kekanak-kanakan.
Dimana dorongan kekanak-kanakan seringkali menciptakan masalah-
masalah yang mengganggu di fase kehidupan selanjutnya.
3) Tahap perkembangan di usia Paruh Baya
Menurut CG Jung, tahap perkembangan paruh baya berada pada usia
35 sampai 40 tahun. Usia paruh baya dianalogikan seperti ilustrasi matahari
yang melewati titik atas dan mulai bergerak turun menuju sunset. Orang di
usia paruh baya mulai mempertahankan nilai-nilai sosial dan moral dari
mereka pahami dan yakini. Di usia ini mereka menjadi kurang fleksibel,
menjadi sangat kolot, kaku dan fanatik terhadap nilai yang diyakini.
16
4) Tahap perkembangan di Usia Senja
Menurut Jung, usia senja adalah tahap terakhir dari fase
perkembangan manusia. Di fase ini, dianalogikan dimana matahari menjuru
sunset/ tenggelam. Tahapan ini dilukiskan bahwa orang akan mengalami
penyusutan kesadaran dan mereka mengalami rasa takut terhadap kematian.
Dorongan rasa takut kepada kematian diregulasi dengan dorongan aktivitas
spiritualitas, menciptakan heritage/ warisan atau peninggalan yang
diteruskan ke keturunannya. Atau upaya menciptakan eksistensinya.
Sebagian besar pasien Jung adalah orang-orang di fase paruh baya dan
berusia senja. Kebanyakan pasien Jung di fase ini menderita kenangan masa
lalu, bergantung dengan putus asa kepada tujuan dan gaya hidup masa
sebelumnya, dan berjalan mengikuti gerak hidup tanpa tujuan.
17
mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.
Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan
sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.14
14
https://books.google.com/books/about/The_Erik_Erikson_Reader.html?id=GTv_B06aldwC#:~:t
ext=Erik%20Erikson%20Reader-
,Erik%20Homburger%20Erikson,psyche%20within%20society%20and%20culture.
18
terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini,
anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.
2) Tahap Praoperasional (Usia 2 - 7 Tahun)
Tahap praoperasional merupakan tahap kedua dalam teori Piaget.
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum
menggunakan operasi kognitif. Pemikiran anak selama tahap ini adalah
sebelum operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau
mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.
Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang
dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa
menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak secara mental
bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda),
dan terlibat dalam permainan simbolik.
3) Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 Tahun)
Tahap operasional konkret merupakan tahap ketiga dalam teori
Piaget. Periode berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai
dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget
menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan
kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan
pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada
objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas,
volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara
logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
4) Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Tahap operasional formal dimulai sekitar usia 12 tahun dan
berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan
memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret. Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir
19
kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari
tindakan tertentu.15
15
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (n.d.). Retrieved from
http://prezi.com/uepcgwoue5_m/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget. Diakses 4 april 2021.
20
Resume Materi ke-4
16
Sternberg, Robert J. Beyond IQ: Teori Triarki Kecerdasan Manusia . (Cambridge University Press,
1985), hlm. 102
21
budaya. Pada mulanya Howard Gardner menyatakan ada tujuh jenis
kecerdasan.
1) Kecerdasan Bahasa atau linguistik: terdiri dari kemampuan untuk berpikir
dalam kata-kata, dan meggunakan bahasa untuk mengungkapkan dan
mengapresiasi makna yang komplek. Pekerjaan yang sesuai bidang ini:
penulis, penyair, jurnalis, pembicara, penyiar warta berita dll.
2) Kecerdasan Logika matematika: kemampuan untuk menghitung,
mengukur, mempertimbangkan dalil atau rumus, hipotesis dan
menyelesaikan operasi matematik yang kompleks. Ilmuan, ahli matematika,
akuntan, ahli mesin dan programmer computer, semua menunjukkan
kecerdasan matematik yang kuat.
3) Kecerdasan Intrapersonal: merujuk pada kemampuan untuk membangun
anggapan yang tepat pada seseorang dan untuk menggunakan sejenis
pengetahuan dalam merencakan dan mengarahkan hidup seseorang.
Beberapa orang yang menunjukkan kecerdasan ini adalah teolog, psikolog,
filsuf.
4) Kecerdasan interpersonal: kemampuan untuk memahami orang dan
membina hubungan yang efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini
ditunjukkan oleh guru, para pekerja sosial, actor, atau politisi.
5) Kecerdasan Musik atau musikal: kepekaan terhadap
titinada, melodi, irama dan nada. Orang yang menunjukan kecerdasan ini
adalah komposer, dirigen, musisi, krtikus, pengarang musik, bahkan
pendengar musik.
6) Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial: kemampuan untuk mengindera
dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek
dunia tersebut. Kecerdasan ini seperti yang tampak pada keahlian pelaut,
pilot, pemahat, pelukis dan arsitek.
7) Kecerdasan kinestetik: kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan
trampil dan memegang objek dengan cakap. Kecerdasan ini ditunjukkan
oleh para atlet, penari, ahli bedah, masyarakat pengrajin.
22
Kemudian sesuai dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun
1990-an, Howard Gardner memasukkan kecerdasan yang ke delapan yaitu
kecerdasan alamiah (naturalis).
8) Kecerdasan Alam atau Kecerdasan Naturalis: kemampuan untuk mengenali
dan mengklasifikasi aneka spesies, tumbuhan atau flora dan hewan fauna
dalam lingkungan. Ahli biologi, pecinta alam, penjelajah.17
17
http://digilib.uin-
suka.ac.id/8759/1/SITI%20RAHMAH%20TEORIKECERDASAN%20MAJEMUKHOWARD%20GARDNE
R%20DAN%20PENGEMBANGANNYA%20PADA%20METODE%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN
%20AGAMA%20ISLAM%20UNTUK%20ANAK%20USIA%20SEKOLAH%20DASAR.pdf
18
Bronfenbrenner, U., Morris, P. A., The Ecology of Developmental Processes. In W. Damon
(Series Ed.) & R. M. Lerner (Vol. Ed.), dalam Handbook of Child Psychology: Vol. 1: Theoretical
Models of Human Development, New York: Wiley, 1998. Hlm. 32
23
D. Fase Perkembangan menurut Vygotsky
1) Perkembangan Zona Proksimal (ZPD)
Zona Proximal Development (ZPD) adalah kemampuan setiap
individu dapat memecahkan masalah secara mandiri. Meskipun pada masa
ini sangat sulit untuk menerapkan oleh anak-anak, namun ini dapat
mempelajari dengan bimbingan dan bantuan orang tua (orang tua maupun
guru). Yang mana, orang tua atau guru sebagai mediator dalam interasi
sosial anak satu dengan anak yang lainnya.
2) Perancah
Scafflolding adalah memberikan dukungan kepada anak selama
tahap-tahap awal pembelajaran hingga anak mampu dan bertanggung jawab
pada berbagai masalah yang mereka hadapi.
3) Bahasa dan pemikiran
Bahasa merupakan alat pertama dalam komunikasi. Saat anak-anak
komunikasi pun tak hanya dalam interaksi sosial (bertegur sapa, saling
bertukar fikiran) untuk memenuhi kebutuhan, namun juga untuk
memecahkan masalah. Perkembangan bahasa ini sangat penting dalam
perkembangan kognitif.
Menurut Vygotsky, privat speech salah satu cara yang dapat
membantu bahasa anak. Pidato privat komunikasi yang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara internal (berbicara didalam hati dan tidak
bersuara) dan secara eksternal (berbicara langsung dengan adanya
suara). Jika pidato pribadi dikembangan dengan baik dalam perkembangan
bahasanya, maka anak mereka akan menjadi pribadi yang baik dalam
berkomunikasi.19
19
Salkind, N. J. Teori-teori Perkembangan Manusia. (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009) hlm.
22
24
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi
sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau
masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai
berikut:20
1) Masa bayi dan anak-anak
Belajar berjalan
Belajar mekan makanan padat
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati
2) Masa Anak Sekolah
Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism
yang sedang tumbuh
Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya.
Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna
keperluan kehidupan sehari-hari
Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
Belajar membebaskan ketergantungan diri
20
Yusuf LN, Syamsu. Psikologi perkembangan anak dan remaja. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006). hlm. 8
25
Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga.
3) Masa Remaja
Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
social
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-
laki
Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
Persiapan mandiri secara ekonomi
Pemilihan dan latihan jabatan
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4) Masa Dewasa Awal
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5) Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologis
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia.
26
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
dewasa
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
21
Koswara., E., Teori-Teori Kepribadian, cet.2 (Bandung: Eresco, 1991). Hlm. 66
27
jembatan antara behaviorist dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi
perhatian, memori, dan motivasi.
Teori Social Learning Theory ini dikembangkan oleh Albert
Bandura seorang psikolog kelahiran Mundare, Kanada, 4 Desember 1925.
Bandura menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University
of British of Columbia pada tahun 1949 dan meraih gelar Ph.D tahun 1952
di Universitas Iowa. Pada tahun 1953, ia mulai mengajar di Universitas
Stanford.22
Teori belajar sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan
pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang
lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia
dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang
lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
Bandura percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu
lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk
lingkungan, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa
lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang. Bandura, yang
juga mempelajari “kenakalan” remaja, menemukan ini terlalu sederhana,
dan di samping itu dia menyarankan bahwa perilaku lingkungan merupakan
menyebabkan juga. Kemudian, Bandura segera menganggap kepribadian
sebagai interaksi antara tiga komponen yaitu lingkungan, perilaku, dan
proses psikologis seseorang.
Teori belajar sosial kadang-kadang disebut jembatan antara
behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian,
memori, dan motivasi. Teori ini terkait dengan Social Development Theory
and Lave’s Vygotsky dimana ketika belajar juga menekankan pentingnya
pembelajaran sosial.
22
Bandura, A. Social Learning Theory. (New York: General Learning Press, 1977) hlm. 48
28
Resume Materi Ke-5
Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah dibuahi kemudian
melewati tuba falopi menuju rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk yang
23
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 78
29
semula kumpulan sel yang berbentuk bola berubah menjadi bulatan yang
berisi cairan dan disebut blastosista. Blastosista ini mengapung bebas dalam
rahim selama 1-2 hari lalu melekat di dinding rahim. Hanya sekitar 10-20%
dari telur yang dibuahi yang dapat menyelesaikan tugas penting melekatkan
diri pada dinding rahim dan menjadi embrio. Sebelum melekatkan diri,
seiring dengan diferensiasi sel terjadi, beberapa sel di bagian luar blastosista
berkumpul di satu sisi untuk membentuk cakram embrionik, masa sel yang
menebal yang menjadi tempat bagi embrio untuk mulai berkembang. Massa
ini akan melakukan diferensiasi menjadi tiga lapisan. Ektoderma (lapisan
paling atas) akan menjadi lapisan luar kulit, kuku rambut, gigi, panca indera,
dan sistem saraf termasuk otak dan tulang belakang. Endoderma (lapisan
bawah) akan menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah, dan
pernapasan. Mesoderma (lapisan tengah) akan membangun dan
mendiferensiasi menjadi lapisan kulit dalam, otot, tulang, serta sistem
pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain dari blastosista mulai terbentuk
menjadi organ yang akan menghidupi dan melindungi embrio: rongga
amnion, dengan lapisan luarnya, amnion dan karion, plasenta dan tali
pusar.24
b. Tahapan Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ
dan sistem tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio
paling rentan terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem
atau struktur organ yang masih berkembang pada saat terpapar lebih mungkin
untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan tahapan
selanjutnya tidak lebih serius.
24
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 79-80
30
perempuan, fakta yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam
membawa kromosom Y yang lebih kecil, hanya 105 anak laki-laki yang
dilahirkan untuk setiap 100 perempuan. Kerentanan laki-laki berlanjut
setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang meninggal di awal
kehidupan, dan di setiap tahapan kehidupan mereka lebih rentan terhadap
berbagai macam penyakit. Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100
perempuan di AS.25
c. Tahapan Fetal
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai
dengan masa kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar
20 kali lebih besar daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus sistem
tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari tangan dan
kaki tumbuh serta kelopak mata terbuka.
25
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 81
31
getaran dari tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan
merasa. Respons terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada
minggu ke-26 dari masa kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya
pada sekitar minggu ke-32. Janin sepertinya belajar dan mengingat. Dalam
satu eksperimen, bayi berusia 3 hari menghisap putting susu ibunya lebih
sering saat mendengar rekaman cerita yang sering dibacakan keras-keras
oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan dibandingkan dengan
saat mereka mendengar dua cerita lain. Sepertinya bayi mengenali pola
bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan. Kelompok kontrol di mana
para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran bayi mereka,
melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen
serupa menemukan bahwa bayi berusia 2-4 hari memilih musik dan suara
yang mereka dengar sebelum lahir. Mereka juga memilih suara ibu mereka
dibandingkan dengan suara perempuan lain, suara perempuan dibandingkan
laki-laki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka dibandingkan bahasa lain.
Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka
meningkat. Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak
jantungnya akan menurun jika merupakan suara orang yang tidak dikenal.
Dalam penelitian lain, bayi baru lahir menghisap susu ibunya diberikan
pilihan apakah ia akan memilih rekaman suara ibunya atau suara yang telah
“di filter” sehingga terdengar seperti di dalam rahim. Bayi baru lahir
mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter, menunjukkan
bahwa janin telah mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang mereka
dengar sebelum lahir.26
26
Diane E Papalia, Sally Wendkos Olds, dan Ruth Duskin Feldman, 2009. Human
Development (Perkembangan Manusia), Jakarta: Salemba Humanika, hlm 82-83
32
inilah yang kemudian akan menentukan potensialitas genetik seseorang.
Bema, hanya satu dari sema, hanya satu dari benih sel yang sudah dibuahi
itu berisikan sekitar 46 kromosom yang terdiri atas 23 pasang kromosom.
Sel-sel benih dari masing-masing orang tua terdiri atas jumlah pasangan
kromosom yang sama, akan tetapi hanya satu dari setiap pasang yang
bertemu dalam proses pembuahan.
Maka proses reduksi (penyusutan) jumlah kromosom-kromosom
dari sel sperma (sel pria)dan sel telur (sel wanita/ibu) menjadi separuhnya
itu disebut sebagai pemisahan reduktif. Jadi, separuh kromosom-kromosom
bibit manusia itu diterimanya dari ayah, dan separuhnya lagi dari ibu. Dari
proses ini nantinya juga dapat memungkinkan bahwa kromosom yang
diterima seorang bayi hanya diterimanya dari pihak ayah sepenuhnya atau
sebaliknya dari pihak ibu.27
C. Komplikasi Prenatal
1. Kemandulan
Kemandulan terjadi apabila tidak terjadi pembuahan setelah 1 tahun
melakukan hubungan suami istri secara teratur. Kemandulan dapat terjadi
dari ayah maupun ibu. Beberapa penyebab yang terjadi dari faktor ibu adalah
sel telur yang dihasilkan tidak normal, adanya hambatan dalam saluran telur,
memiliki penyakit yang dapat menghambat penanaman sel telur dalam
rahim. Sedangkan faktor ayah adalah bisa jadi sedikit menghasilkan sperma,
kualitas sperma rendah, salurannya terhambat, atau spermanya abnormal.
Menurut Bracken, laki-laki pengguna kokain berdasar penelitian
menghasilkan sperma dengan jumlah dan kualitas yang rendah serta
abnormal.
27
Kartini Kartono, Psikologi anak (Psikologi Perkembangan), 1995, Bandung : Mandar
Maju, hlm 64-65
33
2. Kehamilan beresiko tinggi
Beberapa ibu mengalami kehamilan beresiko ketika mengandung
yang mengharuskan mereka bedrest dan perlu minum banyak obat penguat
rahim. Hal ini dapat disebabkan karena faktor ibu maupun faktor janinnya.
Kehamilan 15 tahun ke bawah atau kehamilan di atas 35, berat ibu kurang
dari 40kg atau obesitas, tinggi badan kurang dari 140cm, riwayat komplikasi
kehamilan sebelumnya, riwayat pendarahan, hamil dengan miom, hipertensi,
kelainan jantung, ketidak cocokkan rhesus ibu dan janin, riwayat operasi
besar, kelainan darah, infeksi vagina dan rahim, TORCH dan penyakit ginjal.
Sedangkan faktor dari janin bisa karena kehamilan kembar, kelainan
pertumbuhan janin ataupun adanya kelainan pada janin.
3. Hamil anggur
Mola Hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan dengan kondisi
rahim yang berisi gelembung-gelembung cairan yang bentuknya seperti
buah anggur. Sel-sel yang seharusnya tumbuh menjadi plasenta atau ari-ari
yang banyak berisi pembuluh darah tidak terbentuk melainkan membentuk
sel-sel muda yang menyerupai gelembung-gelembung seperti anggur dan
berisi cairan. Sedangkan sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi janin
berhenti berkembang. Jenis hamil anggur ada tiga, mola komplit (janin tidak
berkembang sama sekali karena tidak ada makanan), mola parsial (janin
sempat tumbuh tapi tidak sempurna, hanya segumpal daging tanpa tulang
dan organ), dan janin tumbuh namun disertai jaringan mola.
4. TORCH
TORCH, atau Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.
Toksoplasma disebabkan parasit toxoplasma gondi yang hidup di organisme
lain sebagai induk seperti kelinci, kucing, anjing, kambing, atau babi. Parasit
tersebut bisa bertahan selama setahun pada tinja hewan tersebut.
34
mengakibatkan keguguran, sindrom rubella bawaan seperti tuli dan katarak,
mikorsefalus, retadasi mental dan kelainan jantung. Begitu pula bila terjadi
di kehamilan lebih dari 20 minggu.
5. Kehamilan kosong
Kehamilan kosong terjadi apabila sel telur yang telah dibuahi tidak
berkembang sempurna melainkan membentuk plasenta berisi cairan.
Plasenta tetap ada sehingga seolah-olah ada janin padahal kosong. Bisa
disebabkan karena kromosom ibu, TORCH, diabetes melitus, usia suami istri
tua sehingga kualitas sperma dan ovum menurun.
28
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 104-105
35
otak maupun kulit. Pertumbuhannya sangat pelan. Kista bisa berubah
menjadi kanker ganas di usia 45 tahun ke atas.
9. Pra-eklampsia
Pra-eklampsia terjadi dengan gejala tekanan darah tinggi lebih dari
140/90 mmhg, kaki bengkak, bahkan seluruh tubuh, ada kadar protein di
urine akibat gangguan ginjal. Disebabkan oleh hamil bayi kembar,
kehamilan pertama, riwayat hipertensi, hamil di atas usia 35, diet buruk,
gangguan ginjal. Bisa menyebabkan stroke, kejang bahkan kematian. Untuk
kasus ini biasanya persalinan dilakukan dengan Caesar.
29
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 106
36
kehamilan yang dekat, mengandung janin kembar, pola makan buruk, mual
muntah berlebihan, dan menderita tuberkulosis. Anemia bisa berbahaya saat
hamil, saat persalinan dan sesudah persalinan karena kurangnya suplai
oksigen yang membuat ibu lesu, lemah dan tidak berdaya.30
2. Faktor ibu
Ibu menjadi kunci utama yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin. Sehingga kondisi fisik dan psikis ibu harus dijaga agar
janin berkembang dengan sempurna. Selain itu, penyakit dan kondisi ibu
selama kehamilan bisa mengakibatkan infeksi, kelainan dan kerusakan
selama proses kehamilan yang mengakibatkan bayi lahir kurang sempurna.
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi janin, di antaranya, campak
rubella, sifilis, herpes alat kemaluan, dan AIDS. Selain dari penyakit, usia
ibu juga mempengaruhi janin. Ibu yang hamil di usia beresiko yaitu saat
remaja (dibawah 18 tahun) dan saat usia ibu sudah memasuki dewasa tengah
(di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu remaja, kebanyakan mengalami
prematur dan keguguran. Pada ibu yang berusia paruh baya, kehamilan bisa
berakibat keguguran, keterbelakangan mental pada bayi, dan komplikasi
penyakit.
3. Faktor ayah
30
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 107
37
Ayah juga berperan penting dalam perkembangan optimal janin.
Perhatian dan kasih sayang seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi
ibu akan stabil, tenang dan bahagia. Stimulasi ayah pada janin dan sering
mengajak bicara janin dalam kandungan juga dapat menenangkan janin,
membangun ikatan emosional bayi dengan ayah dari suara dan sentuhan
bayi, bisa berdampak pada perkembangan bahasa bayi. Selain itu, usia ayah
yang sudah terlalu tua mengakibatkan anak kekurangan kalsium sehingga
tinggi badannya kurang dan bisa mengakibatkan anak mengalami
keterbelakangan mental seperti down syndrome.
4. Lingkungan
Polusi dan bahan-bahan beracun yang semakin banyak di suatu
lingkungan dapat membahayakan kondisi janin dalam kandungan dan
berakibat keterbelakangan mental pada anak. Terkontaminasi polusi dan
bahan-bahan beracun dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada
anak. Ibu yang sedang mengandung sebaiknya sangat berhati-hati dengan
lingkungan dan apa yang akan di konsumsinya, karena jika ia mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi bahan-bahan beracun dapat mengganggu
perkembangan janin.31
E. Proses Melahirkan
1. Kontraksi otot-otot perut
Tahap pertama dari kelahiran normal adalah adanya kontraksi otot
pada perut dan sangat sakit rasanya. Hal ini juga menyebabkan proses
pembukaan pada vagina sebagai jalan keluarnya bayi.
31
Iriani Indri Hapsari, 2017, Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks, hlm 120
38
wanita yang mengandung anak pertamanya, tahap pertama berlangsung rata-
rata 12 hingga 24 jam. Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang.32
3. Pemotongan plasenta
Tahap ketiga adalah keluarnya bayi dari rahim ibu melalui vagina
yang kemudian disertai dengan plasenta dan tali pusat. Tahap keluar dari
rahim ini biasanya disertai dengan tangisan bayi. Tangisan bayi tersebut
menandakan bahwa bayi mengalami syok, terkejut, dan sebagai penyesuaian
pertama bayi ketika berada di luar rahim ibunya.
4. Masa pemulihan
Pada tahap keempat, tali pusat sudah dipotong oleh bidan atau dokter.
Setelah itu, bidan atau dokter akan berusaha memulihkan rahim agar menjadi
normal kembali. Apabila mendapat dukungan dan perhatian yang berarti dari
keluarganya, maka proses pemulihan ini akan berjalan semakin cepat.
F. Tahap Persalinan
1. Prodomal labor
32
John W Santrock, 2007, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, hlm 210
39
respon natural tubuh untuk bersiap-siap. Fase ini terjadi tidak sebentar,
sekitar beberapa jam, bahkan ada yang mengalami beberapa hari.
Serviks tetap menipis dan membuka, melebar dari 3 hingga 4 cm. Fase
ini tidak terlalu lama, biasanya hanya sekitar dua pertiga tahap dari total
waktu melahirkan. Setelah beberapa jam, kontraksi akan menjadi lebih lama,
kuat, serta lebih teratur (sekitar lima menit terpisah, dan setiap interval
berlangsung sekitar 25 hingga 45 detik, tetapi waktu tersebut bervariasi). Ciri
lainnya adalah keluar keputihan berwarna merah muda selama kelahiran.
Akan merasakan sakit seperti sakit punggung atau mirip nyeri haid.
Pada tahap ini, kontraksi semakin kuat dan terasa sakit, terjadi sekitar
tiga menit terpisah dan berlangsung selama 45 hingga 60 detik. Serviks akan
melebar dengan cepat, kira-kira 1,2 cm setiap jam. Ketika serviks melebar
dari 8 hingga 10 cm, berada masa tahap transisi. Kontraksi akan datang setiap
dua hingga tiga menit sekali. Juga akan merasa mual dan punggung mulai
40
bertambah sakit. Cara mengatasinya: lakukan sesuatu yang aktif selama
kontraksi berlangsung. Saat ini adalah saat-saat akan merasakan momentum
melahirkan. Bisa juga melakukan pola pernapasan dan bergerak ke sekitar
dan istirahat di antara kontraksi.
4. Tahap kedua
Tahap ini disebut juga tahap mendorong, ini akan berlangsung hingga
tiga jam ketika diberi epidural - dua jam tanpa epidural. Serviks akan
melebar sekitar 10 cm. Kontraksi akan lebih lama dari semenit dengan
interval dua hingga tiga menit. Kepala bayi turun ke area vagina, pun akan
merasakan tekanan di area dubur alias rektum. Beberapa perempuan akan
merasakan mual, gemetar, gelisah, dan marah pada masa ini. Cara
mengatasi: jangan mengejan kecuali ketika sudah mendapat aba-aba.
Mengejan yang tidak sesuai dapat menyebabkan serviks bengkak. Ketika
saat tiba, bisa mengejan dengan mengambil napas dalam-dalam, dorong
seperti sedang sembelit. Dokter juga akan melakukan episiotomi, yaitu
potongan pendek pada daerah di antara vagina dan rektum, untuk
mempermudah proses melahirkan.
5. Tahap ketiga
41
pembukaan vagina. Tahap melahirkan akan memakan waktu sekitar 15
hingga 30 menit. Jika mengalami episiotomi, saat ini akan dijahit lagi.
6. Penyembuhan
G. Jenis Persalinan
1. Persalinan Normal
42
b. Persalinan dengan bantuan alat
Bila masih tetap ingin melahirkan secara normal tapi bayi masih
belum menunjukkan tanda-tanda akan segera lahir, dokter biasanya akan
memberikan induksi, vakum, atau forsep. Hal ini juga dapat dilakukan
ketika ibu sudah kehabisan tenaga untuk mengejan (ngeden). Bantuan alat
tersebut digunakan untuk meningkatkan kontraksi dan mendorong bayi
lahir melalui vagina. Persalinan dengan bantuan alat biasanya lebih
kepada persentasi belakang kepala.
2. Persalinan Caesar
43
saja ada kemungkinan risiko komplikasi yang dapat terjadi. Jadi, ada baiknya
konsultasikan dulu ke dokter sebelum memutuskan melahirkan normal
setelah caesar.
4. Home birth
5. Water birth
44
air hangat. Menurut American Pregnancy Association, air hangat dapat
membantu menenangkan dan mengurangi rasa sakit. Dengan demikian,
dapat melahirkan dengan lebih nyaman dan minim rasa sakit. Tak hanya
bermanfaat bagi ibunya saja, manfaat water birth juga dapat dirasakan oleh
bayi. Pada saat bayi dilahirkan, si kecil akan langsung bersentuhan dengan
air hangat di bak. Bayi akan merasa lebih tenang karena seolah-olah masih
dikelilingi oleh cairan ketuban dalam kandungan. Hal ini bisa membantu
mencegah stres pada bayi baru lahir.
6. Hypno birth
45
umum. Pada saat proses kelahiran, kemungkinan terjadi pergerakan usus
yang tak terkendali. Jadi dokter menganjurkan untuk para ibu yang ingin
melahirkan untuk buang air besar terlebih dulu. Sebab ada penelitian yang
menunjukkan bahwa buang air besar selama persalinan memiliki mafaat
kesehatan jangka panjang.
Mual dan muntah juga bisa terjadi selama persalinan, terutama saat
akan mendorong bayi keluar. "Ketika wanita mendapat epidural, mereka bisa
mengalami penurunan tekanan darah yang menyebabkan muntah.
3. Prologed Labor
Proses persalinan terdiri dari fase dini, fase aktif, dan fase transisi.
Namun kadang fase-fase ini tidak terjadi secara cepat seperti yang
seharusnya. Ada wanita yang mengalami fase persalinan lebih dari 20 jam,
padahal idealnya proses kelahiran berlangsung selama 8-24 jam. Jadi, jika
serviks cukup lambat meregang dan menipis, cobalah untuk bersabar dan
rileks. Tidur, berjalan-jalan, atau mandi air hangat merupakan salah satu cara
agar serviks lebih siap untuk proses kelahiran.
4. Persalinan Dini
5. Robeknya Vagina
Robeknya Perineum atau daerah antara vagina dan anus yang saat
persalinan merupakan hal yang normal jika lubang vagina tak cukup
46
mengeluarkan bayi. "Sekitar 90 persen wanita mengalami robekan vagina
selama persalinan, namun kadang robekan tersebut tak cukup untuk
mengeluarkan bayi. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin harus
melakukan episiotomi yang merupakan sayatan bedah untuk memperbesar
lubang vagina sebab dalam beberapa kasus bahu bayi terjebak di belakang
tulang panggul ibunya, sehingga sulit untuk keluar.
6. Robeknya rektum
7. Retensi plasenta
47
Resume Materi Ke-6
Perkembangan Bayi
48
Tangan (3-4 bulan), setelah mampu mengontrol gerakan kepalanya,
bayi akan mulai berusaha untuk mengoordinasikan dan menggunakan
tangannya dengan baik. Jika membaringkannya dengan mainan yang
bergantung di atas kepalanya, maka tangannya berusaha menggapai mainan
tersebut. Jika jaraknya tidak terlalu jauh, sesekali ia dapat menggapainya.
Pada masa ini, harus mengawasinya lebih ketat lagi karena ia mulai
memasukkan apa saja yang ia pegang. Beri ia mainan tumpul yang tidak
mengandung zat berbahaya.
Badan (7-11 bulan), sambil belajar duduk, bayi mulai belajar
mengoordinasikan gerakan tangan dan lutut mulai usia tujuh bulan.
Sebagian besar bayi mulai merangkak. Inilah cara pertama bayi untuk
bergerak efektif tanpa bantuan orang lain. Setelah berhasil
mengoordinasikan tangan dan lututnya dengan gerakan maju, ia mulai
mencoba gerakan mundur. Gerakan-gerakan itu sebenarnya juga melatih
otot-otot kakinya agar siap berjalan pada tahap selanjutnya.
Kaki (12-14 bulan), inilah puncak perkembangan otot tubuh bayi.
Pada usia 12 bulan, otot-otot kakinya mulai kuat sehingga ia bisa
melangkah. Awalnya, ia membutuhkan bantuan tembok atau tangan. Jangan
lepaskan pengawasan darinya karena ia akan sering terjatuh. Ada baiknya,
saat belajar berjalan, untuk melepaskan sepatunya agar ia dapat merasakan
tekstur lantai. Hal ini akan membantu keseimbangannya sehingga ia bisa
belajar berjalan lebih baik.
49
Menurut teori dari Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan
anak dari Swiss, perkembangan sensorik dan motorik ini sendiri memiliki
enam tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Refleks Sederhana
Tahap refleks sederhana biasanya sudah mulai terjadi sejak bayi
lahir hingga berusia satu bulan. Pada tahap ini, ia akan banyak melakukan
gerakan yang bersifat refleks, spontan, dan tidak disengaja. Contohnya, ia
akan langsung menjulurkan lidah ketika bibir atau dagunya disentuh seperti
ingin menyusu. Gerakan ini didasarkan pada rangsangan dari luar yang
ditanggapi secara spontan. Selain itu, refleks tersebut juga merupakan bukti
bahwa anak sedang mulai mencoba untuk mengenali aktivitas di sekitarnya.
2. Respon Berulang
Pada tahap ini, umumnya anak sudah mulai mampu mengulang
kebiasaan-kebiasaan sederhana, seperti memasukkan jari ke dalam mulut.
Fase ini disebut juga dengan reaksi sirkuler primer. Menurut teorinya ini,
respon berulang yang dilakukan oleh anak ini, biasanya sudah mulai
dilakukan oleh anak usia 1-4 bulan sebagai cara untuk memenuhi
kebutuhannya, misalnya ketika sedang merasa lapar atau gelisah, maka ia
akan memasukkan jari ke dalam mulut untuk mengatasinya.
Tak hanya itu, otot mata anak juga sudah mulai terbiasa bergerak
mengikuti benda ia lihat. Begitu pun ketika mendengar suara, ia akan mulai
menggerakkan kepala ke arah sumber suara tersebut. Berbagai refleks atau
respon yang muncul ini, sudah terekam pada memori anak sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
3. Reaksi Sirkuler Sekunder
Pada tahap ini, biasanya anak sudah mulai bisa menggerakkan
beberapa mainan yang ditunjukkan padanya. Respon ini merupakan sebuah
tanda bahwa ia sudah memasuki tahap perkembangan reaksi sirkuler
sekunder, yang mulai berlangsung ketika anak memasuki usia 4-8 bulan.
50
Fase reaksi sirkuler sekunder ini merupakan respon berulang yang
melibatkan benda-benda di sekitar anak, misalnya, ketika anak
menggerakkan tangan berulang kali karena benda yang sedang digenggam
olehnya dapat mengeluarkan bunyi ketika digoyangkan.
6. Logika Berpikir
51
saat sedang bermain dengannya, ia akan cenderung mencari benda tersebut
di tempat terakhir ia melihatnya.
52
b. Bayi Usia 3 Hingga 6 Bulan
Mulai dari usia 6 bulan hingga 9 bulan, para peneliti telah menemukan
bahwa tahap perkembangan kognitif bayi meliputi:
53
2) Mulai memahami bahwa Moms atau perawatnya tidak akan “menghilang”
ketika meninggalkan ruangan atau suatu tempat.
3) Meniru tindakan yang diamatinya, seperti berbicara di ponsel dan menyikat
gigi.
Bayi telah menangis bahkan sejak lahir. Ketika baru lahir, tangisan
bayi menandakan bahwa paru-parunya terisi oleh udara. Ternyata, tangisan
merupakan salah satu respon dari bayi terhadap lingkungan luarnya. Ada
berbagai macam pula jenis tangisan bayi, yaitu:
a. Menangis biasa
Biasanya suara tangisan bayi terdengar sangat keras dan ada kalanya
bayi menahan napas. Untuk itu, jangan dibiarkan jika mengalami tangisan
yang satu ini.
54
2. Tahapan kedua: Ocehan
Bayi biasanya mulai mengoceh pada usia sekitar 1-2 bulan. Tahap
perkembangan bahasa bayi yang satu ini memperlihatkan bahwa suara dari
ocehannya terbentuk dari suara udara yang diolah di tenggorokan. Perlu
diketahui apabila bayi biasanya mengoceh ketika merasa senang saat berada
di sisi pengasuhnya. Menariknya, di masa ini bayi sudah mulai belajar
bahasa melalui mengenali kata-kata yang ia dengar dari orang sekitarnya
Perkembangan bahasa bayi ini juga akan muncul dalam waktu yang
sama dengan bayi lainnya yang menggunakan suara dalam berceloteh, yaitu
pada usia pertengahan satu tahun. Upaya bayi untuk bicara terdengar masih
asal dan belum masuk akal, tapi ia akan tetap mengulanginya berkali-kali.
Hal ini karena ia sedang bereksperimen menggunakan lidah, langit-langit
mulut, serta pita suaranya.
55
Memasuki usia 7 bulan, ucapan bayi mulai terdengar masuk akal. Pasalnya,
ia sedang berusaha mencoba nada dan pola bicara seperti apa yang
diucapkan orang-orang terdekatnya, walaupun masih belum tepat. Selain itu,
ada kemungkinan bayi pun mulai mengerti namanya sendiri dan merespon
panggilan orang lain. Kemampuan bicaranya juga akan semakin baik karena
tidak hanya sekadar bicara saja. Melainkan berusaha mengaitkan suatu
makna dengan dirinya secara bertahap.
56
Resume Materi Ke- 7
57
C. Perkembangangan Motorik Anak Prasekolah
Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada
ciri yang jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah.
Perbedaannya terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang
badan dan keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia,
perbandingan antar bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia
prasekolah lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola.
Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia prasekolah, umumnya ialah
jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi susu akan tanggal pada
akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak akan tumbuh
sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus
berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah
mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah.
Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.
Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi
otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik.
Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus,
seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
sebagainya.
Terorganisasi dalam pola-pola. Perkembangan lain yang terjadi pada
anak usia prasekolah. umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai
20 buah. Gigi susu akan tanggal pada akhir masa usia prasekolah. Gigi yang
permanen tidak akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem
tulang akan terus berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak
mereka telah mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia
prasekolah. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena
adanya koordinasi otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari,
melempar dan naik. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang
58
menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat
kertas, meronce, dan lain sebagainya.
59
membaca) menunjukkan kemampuan anak untuk memahami dan
berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan kepada anak tersebut.
Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukkan ciptaan bahasa
yang dikomunikasikan kepada orang lain.
3. Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak
akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat
merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan
mereka. Anak usia prasekolah biasanya telah mampu
mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang
dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa
dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya, melakukan
dialog dan menyanyi.
60
Resume Materi Ke-8
61
Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai
mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh
cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih
berat danlebih kuat daripada anak laki‐ laki. Anak laki‐ laki memulai
lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas
enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi
pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi
umumnya dimulai pada usia 12‐ 13 tahun. Anak laki‐ laki memasuki masa
pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐ 16 tahun.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
initerjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu
bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau
sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas
awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam
tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan
serta perkembangan ciri‐ ciri seks primer dan sekunder.
Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap
orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu
bervariasi. Rata‐ rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5
hingga 2 tahun lebih cepat darianak laki‐ laki. Kecepatan perubahan itu juga
bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai
kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun.
Dengan adanya perbedaan‐ perbedaan ini ada anak yang telah matang
sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.
Perkembangan Motorik
62
sudah mulai kuat, sehingga berbagai aktivitas fisik seperti menendang,
melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan secara lebih
akurat dan cepat. Di samping itu, anak juga semakin mampu menjaga
keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga
berkembang pesat. Mereka juga mulai memperlihatkan gerakan-gerakan
yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan
karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik
tertentu. Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka
anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini
dilakukan dalam bentuk permainan yang kadang-kadang bersifat informal,
permainan yang diatur sendiri oleh anak, seperti permainan umpet-umpetan,
dimana anak menggunakan keterampilan motornya, disamping itu, anak-
anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat
formal, seperti olahraga senam, berenang, atau permainan hoki.
63
4. Operasional Formal (12‐ 15 tahun). kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.
64
4. Kerja Keras vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun). Pada tahap ini anak
mulai mampu berkerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan baik. Jika pada tahap ini anak tidak berhasil, maka
kedepannya anak akan menjadi pribadi yang rendah diri (minder)
dan tidak mampu menjadi pemimpin.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada tahap
ini individu melakukan pencarian atas jati dirinya (identitasnya).
Jika ia gagal pada tahp ini, mak ia akan merasa tidak utuh.
6. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu
mulai keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal pada
tahap ini, maka ia akan merasa kosong dan terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini individu
memiliki keinginan untuk menciptakan dan mendidik generasi
selanjutnnya. Jika ia tidakberhasil dalam tahap ini, maka ia akan
merasa bosan dan tidak berkembang.
8. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini
individu akan menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan dan ia
capai dalam hidupnya. Jika ia berhasil pada tahp ini, maka ia akan
mencapai integritas (penerimaan akan kekurarangan diri, sejarah
kehidupan, dan memiliki kebijakan), sebaliknya jika ia gagal, maka
ia akan merasa menyesal atas apa yg telah terjadi dalam hidupnya.
Perkembangan Emosional
65
ketakutan, dan hal negatif lainnya, tetapi manusia juga harus mencari
kebahagian dan kesejahteraan. Maslow menyatakan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik, tidak jahat (We are basically good, no evil). Menurut
Maslow ada 4 hal yang harus ditekankan mengenai hal ini.
66
Resume Materi Ke-9
A. Hambatan Fisik-Motorik
Hambatan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan
atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian
rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus jika mengalami
gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak. Hambatan fisik-
motorik atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang
artinya kurang atau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh.
Sehingga tunadaksa merupakan sebutan untuk mereka yang mengalami
kerusakan atau cacat pada anggota tubuhnya.Dalam banyak literatur
(sumber) cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan
tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health
Impairments“(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan)33.
Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila
ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan
sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsifungsi mental,
luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah
kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita). Pada dasarnya
kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian
besar, yaitu kelainan pada system:
a. Serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka
(musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik
sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi
disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan
33
Saputra Gilang Wisnu,2017,Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Kecerdasan, Jurnal,
Universitas Islam Negeri Jakarta.Hlm 30.
67
karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system
saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy,
epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya. Anak dengan cerebral
palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-gerakan
untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta hambatan
dalam memperikan jarak dan arah.
b. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot disebabkan
oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau
pada awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak
spina bifida adalah kelumpuhan dan kurangnya control gerak. Pada anak
hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak, derajat keturunan
akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa
sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu
akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan
kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
lingkungan.
B. Hambatan Kognitif
Hambatan Kognitif dapat mempengaruhi fungsi intelektual
menggangu kesadaran dan menyebabkan kesulitan dalam belajar. Selain
itu,anak juga mengalami kesulitan berkomunikasi dalam bermain dengan
orang lain. Keterlambatan kognitif dapat terjadi pada anak yang mengalami
cidera otak karena infeksi seperti meningitis yang dapat menyebabkan
pembengkakan di otak yang dikenal sebagai ensefalitis, disamping itu down
syndrome juga dapat meningkatkan resiko terjadinya keterlambatan
kognitif.
68
Di sini, daya pikir anak akan berbeda yang mungkin saja bersifat
keturunan, seperti bakat dan minat. Hal tersebut juga berkaitan dengan
edukasi, latar belakang, budaya, dan lingkungan anak.
Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak
Terlepas dari hambatan tersebut, bukan berarti para orang tua tidak
bisa memaksimalkan perkembangan kognitif si buah hati. Perkembangan
kognitif bisa diperbaiki dengan menerapkan disiplin sejak usia dini dan akan
terbawa hingga dewasa. Berkaitan dengan hal tersebut, Realfoodfam juga
bisa membantu merancang aktivitas belajar yang efektif. Beberapa contoh
untuk mengembangkan skill psikomotorik dan kognitif anak usia dini.
a) Bermain petak umpet akan mengajarkan cara mengenal lokasi dan
menunjang perkembangan motorik
b) Bermain lego akan membantu anak mengembangkan pemikiran kreatif dan
imajinatif, begitu pula dengan arsitektur dan bidang bangunan.
c) Melukis dapat melatih kemampuan kognitif, anak juga belajar warna,
kreativitas, dan imajinasi.
d) Bermain congklak melatih perkembangan kognitif anak dalam bidang
strategi dan penggunaan otak sebelah kiri.
C. Hambatan Berbahasa
Kemampuan berbahasa memang betul merupakan suatu indikator
perkembangan anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa
dukungan dari lingkungannya. Periode kritis bagi perkembangan
kemampuan berbicara dan bahasa adalah periode antara 9 -24 bulan awal
kehidupan. Periode 2-4 tahun pertama menunjukkan peningkatan yang
cepat dalam jumlah dan kompleksitas perkembangan berbicara, kekayaan
perbendaharaan kata, dan kontrol neuromotorik.
Penyebab kelainan berbahasa bermacam -macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain
sebagainya. Masing- masing faktor penyebab tersebut mengakibatkan efek
69
pada perkembangan bicara yang berbeda- beda. Terdapat banyak klasifikasi
kelainan bahasa pada anak yang dapat menjadikan pedoman. Penegakkan
diagnosa gangguan bicara dan bahasa pada anak tidak mudah dan
memerlukan pemeriksaan yang komprehensif bahkan sampai dengan
pengamatan di lapangan pada saat anak bermain, serta tidak jarang
memerlukan bantuan psikolog / neuropsikiater anak.
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada
anak, akan membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau
memperkecil kelainan pada masa sekolah. Prognosis atau kemungkinan
kesembuhan gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebab dan
penanganannya sejak dini. Oleh karena itu alangkah bijak apabila orang tua
dapat mengkonsultasikan gangguan bicara dan bahasa anaknya kepada
dokter atau dokter spesialis anak, apakah hal tersebut masih dalam tahap
yang normal atau sudah mengalami keterlambatan karena penyebab
tertentu34.
34
Martina,2014,Hambatan Berbahasa Anak Berkebutuhan Khusus,Jurnal Vol.10,No.1.Hlm 15.
70
dalam diri manusia, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manusia
tersebut.
Proses membimbing individu/manusia kedalam dunia sosial disebut
sosialisasi. Atau suatu proses di mana seseorang dituntut untuk bertingkah
laku sesuai dengan norma-norma atau adat istiadat yang berlaku di
lingkungan sosialnya. Dalam proses sosialisasinya manusia belajar tingkah
laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga ketrampilan-
ketrampilan sosial seperti bahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan
sebagainya. Sosialisasi bisa berlangsung secara tatap muka, tapi bisa juga
dilakukan dalam jarak tertentu melalui sarana media, atau surat menyurat,
bisa berlangsung secara formal ataupun informal, baik sengaja maupun
tidak sengaja. Sosialisasi dapat dilakukan demi kepentingan orang yang
disosialisasikan ataupun orang yang melakukan sosialisasi, sehingga kedua
kepentingan tersebut bisa sepadan ataupun bertentangan35.
E. Hambatan Emosional
Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain
depresi atau kecemasan, remaja dengan gangguan emosi bisa mengalami
sifat mudah marah, frustasi atau marah secara berlebihan. Selain gejala
psikologis, gangguan emosi juga dapat menimbulkan gejala fisik, seperti
sakit perut, sakit kepala, atau mual. Gangguan emosional bisa sangat
memengaruhi kinerja di sekolahnya. Jika tidak segera ditangani, remaja
yang mengalami gangguan emosi dapat mengalami gejala lebih buruk,
seperti mengisolasi diri hingga punya pikiran bunuh diri36.
35
Ekawati Yenny & Wandansari Yustina Yettie,Perkembangan Interaksi Sosial Anak Autis Di
Sekolah,Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala ,Surabaya.Hlm40.
36
Mahabbati Aini,2006,Identifikasi Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku,Jurnal
Pendidikan Khusus Vol.2,No.2,Yogyakarta,Hlm25.
71
F. Berbagai Gangguan Yang Menghambat Perkembangan
1. Autisme
Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah kelainan otak yang
berdampak pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak. Gejala
autisme biasanya muncul di awal masa kanak-kanak. Para penderita GSA
tidak mampu mengembangkan hubungan emosional dengan orang lain di
sekitar mereka. Tak hanya itu, anak penderita autisme juga memiliki
kemampuan yang lemah untuk mengekspresikan diri sendiri dalam
percakapan. Anak-anak penderita gangguan spektrum autisme pun
memiliki kemampuan komunikasi nonverbal yang lemah, seperti gestur,
bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata. Karenanya, mereka
kesulitan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan mereka dengan orang
lain. Maka dari itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin
pertemanan, karena mereka tidak mampu memahami perasaan dan
kebutuhan orang lain. Perilaku para penderita autisme juga sedikit lebih
unik dari anak-anak pada umumnya. Mereka cenderung melakukan gerakan
berulang seperti berputar-putar, mengayunkan tubuh, atau membenturkan
kepala.
Selain itu, kelima indra pengidap autisme biasanya lebih sensitif.
Mereka mungkin tidak kuat melihat cahaya silau, suara yang terlalu bising,
sentuhan yang kasar, bau yang menyengat, atau rasa makanan yang terlalu
tajam. Penyebab terjadinya hal tersebut hingga kini belum dapat ditentukan
dengan pasti, namun keturunan autisme dalam keluarga, masalah otak, jenis
kelamin anak, atau usia orangtua ketika anak lahir dapat memicu munculnya
autisme.
2. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu
gangguan pada anak yang sifatnya kronis dan paling sering terjadi. Memiliki
ADHD berarti otak tidak bekerja sebagaimana mestinya. Gangguan ini
biasanya muncul selama masa kanak-kanak dan bertahan hingga masa
dewasa. Pada beberapa anak, gejala bisa tampak di usia 3-4tahun. Anak-
72
anak penderita ADHD akan menunjukkan tanda-tanda seperti terlalu
banyak bicara, sulit untuk mengatur aktivitas, sulit untuk tetap fokus, lupa
untuk melakukan hal-hal tertentu, tidak sabar menunggu gilirannya, sering
melamun, sering kehilangan barang, berlarian di saat yang tidak tepat, lebih
suka menyendiri, sulit diberi tahu atau mengikuti arahan dari orang lain,
sulit untuk bermain dengan tenang.Penyebab ADHD sendiri pun
bermacam-macam, mulai dari cedera otak, keturunan, berat lahir yang
ringan, penggunaan alkohol dan kebiasaan merokok selama kehamilan,
kelahiran prematur, dan paparan terhadap polusi atau zat-zat berbahaya saat
hamil dapat memicu ADHD pada anak.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan menyebabkan anak memiliki rasa takut yang
yang berlebihan pada hal-hal yang tidak lazim. Anak juga mungkin selalu
merasa cemas dan tertekan pada situasi normal. Anak-anak penderita
gangguan kecemasan bisa mengalami ketakutan yang begitu dahsyat, yang
tiba-tiba muncul tanpa peringatan.
Contoh gangguan pada anak adalah gangguan obsesif-kompulsif di
mana orang terus mengalami pemikiran dan perilaku yang seolah terobsesi
dan mereka tidak dapat berhenti.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar, atau penyakit mania-depresi, adalah kelainan
otak yang menyebabkan perubahan mood dan pergeseran yang tidak lazim
pada tingkat energi dan aktivitas. Ada empat jenis gangguan bipolar,
termasuk gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan sikloptik
(siklotimia), dan gangguan bipolar lainnya yang terkait baik secara spesifik
maupun tidak. Anak-anak yang mengalami episode mania bisa merasa
sangat “melayang,” memiliki banyak energi, dan mereka bisa menjadi lebih
aktif daripada biasanya. Anak-anak yang mengalami episode depresi bisa
merasa sangat “terpuruk,” tidak atau hanya memiliki sedikit energi, dan
mereka bisa menjadi tidak aktif. Anak-anak yang memiliki kombinasi dari
kedua sifat ini mengalami kedua gejala, baik episode mania dan episode
73
depresi. Penyebab terjadinya gangguan bipolar pada anak adalah struktur
otak yang kurang sempurna, kelainan genetik, dan riwayat kesehatan
keluarga.
5. Central auditory processing disorder (CAPD)
Central auditory processing disorder (CAPD), disebut juga
gangguan proses auditori (CAPD), adalah masalah pendengaran yang
timbul saat otak tidak berfungsi sebagaimana mestinya. CAPD dapat
mengenai orang di segala usia, tetapi biasanya dimulai pada masa kanak-
kanak. Anak-anak penderita CAPD akan mengalami kesulitan merespon
terhadap suara, menikmati musik, memahami percakapan, mengingat
petunjuk yang diberikan, berkonsentrasi, dan membaca serta mengeja.
CAPD bisa terjadi setelah masalah pendengaran yang berkepanjangan, atau
kerusakan pada otak seperti cedera kepala, tumor otak, atau stroke. CAPD
juga bisa diturunkan dalam keluarga.
74
Resume Materi Ke-10
A. Pengaruh Keluarga
Pengaruh Keluarga atau orangtua berfungsi untuk memastikan
bahwa anaknya sehat dan aman, memberikan sarana dan prasana untuk
mengembangkan kemampuan sebagai bekal di kehidupan sosial, serta
sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini mungkin.
Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan,
dan arahan kepada anaknya.
Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk
membangun kepercayaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu
juga dapat membantu perkembangan sosial, emosional, dan kognitif pada
anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua dan anak
yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia;
menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan
meningkatkan rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Selain itu anak akan lebih terhindar dari hal-hal
negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.
Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran
keluarga utamanya orangtua sangat penting dalam membentuk lingkungan
keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan pengertian. Mengapa
peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan
pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan
karakter dan proses tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-
anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi penentu
kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa membuat keputusan
sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat. Proses
75
ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat
tinggal anak dibesarkan37.
B. Pengaruh Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di
sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai
kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu
disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi
perkembangan anak. Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan
dipersiapkan secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai
sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi
perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut
merupakan salah satu sisi keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa
lain pada umumnya. Karenanya lazimnya pengalaman interaksi pendidikan
dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada
pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan
kata lain, interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan
anak, sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses
perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam
perkembangan aspek intelektual dan kognisi anak, namun sebenarnya
sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek
perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan emosi38.
37
Framanta Galih Mairefa,2020,Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kepribadian
Anak,Jurnal Vol.2.Hlm 20.
38
Rusyid Rajiah &Ridha Andi,Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Perilaku
Siswa,Jurnal Tarbawi,Vol.1,Nol.1,Makasar.Hlm 18.
76
C. Pengaruh Budaya
Pengaruh budaya pada anak pada umumnya berlangsung secara
bertahap dan saling berhubungan. Perkembangan itu dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan sosial ekonominya dan pada saat ini perkembangan
dunia banyak memberikan sumbangan terbaik dan terburuk untuk anak.
Terutama ketika kemajuan teknologi semakin banyak memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi dan pengetahuan, ini dapat menjadi
hal yang berbahaya bagi remaja, bila dalam memilih informasi dan
pengetahuan tidak mendapatkan bimbingan dari orang dewasa di sekitarnya.
Hal tersebut tentunya membutuhkan peran orangtua secara aktif dalam
mengawasi mereka. Banyak cara yang dapat dlakukan orang tua dalam
memfasilitasi perkembangan anak-anak mereka. Termasuk diantaranya
bagaimana mengajari anak-anak untuk berbicara, menghitung, menggambar
atau berperilaku, berinteraksi dan menghargai orang lain. Tenyata bagian
yang menjadi sangat besar dari bagaimana mereka berkembang dapat
ditentukan oleh budaya yang mereka kembangkan.
Perkembangan anak adalah proses yang dinamis dan interaktif.
Setiap anak adalah unik dalam berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka,
dan apa yang mereka berikan dan terima dari orang lain dan lingkungan juga
membentuk bagaimana mereka berpikir dan berperilaku. Anak-anak yang
tumbuh di berbagai budaya menerima masukan spesifik dari lingkungan
mereka. Karena itu, ada banyak perbedaan budaya dalam keyakinan dan
perilaku anak-anak tersebut.
77
aspek kehidupan manusia. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa
terlepas dari teknologi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin
canggih. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi.
Penggunaan teknologi oleh masyarakat menjadikan dunia teknologi
semakin lama semakin canggih. Komunikasi yang dulunya memerlukan
waktu yang lama dalam penyampaiannya, kini dengan teknologi segalanya
menjadi sangat cepat dan seakan tanpa jarak.
Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat ini, pepatah yang
menyatakan bahwa “Dunia tak selebar daun kelor” sepantasnya berubah
menjadi “Dunia seakan selebar daun kelor”. Hal ini disebabkan karena
semakin cepatnya akses informasi dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa
mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di daerah lain atau bahkan di
negara lain, misalnya Amerika Serikat walaupun kita berada di Indonesia.
Salah satunya dalam bidang teknologi komunikasi seperti adanya
smartphone dan internet, membuat manusia semakin meningkatkan cara
komunikasinya. Berbagai macam media untuk berkomunikasi pun hadir
untuk memudahkan manusia berinteraksi. Seiring dengan perkembangan
zaman, teknologi internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, hal
inilah yang melahirkan media sosial. Media sosial merupakan media online,
yaitu media yang hanya ada dengan menggunakan internet dimana para
penggunanya bisa menuangkan ide, mengekspresikan diri, dan
menggunakan sesuai dengan kebutuhannya. Kehadiran media sosial
memberikan kemudahan bagi manusia untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi39.
39
Fajrin Rakhil,Pengaruh Teknologi Multimedia Bagi Perkembangan Anak Perspektif
Psikologi,Jurnal STAI Darussalam Krempyang Nganjuk..
78
Resume Materi Ke-11
79
untuk melakukan sesuatu sesuai kehendaknya, tidak terlalu memperhatikan
kebutuhan sekolah anak, selalu mengawasi anak saat belajar, jarang
memberi uang saku pada anak saat bersekolah, kalaupun diberi sering
disertai nasehat-nasehat bernada mengancam, jarang meluangkan waktu
untuk berdiskusi dengan anak, tidak melatih anak diberi tanggungjawab dan
bila anak melakukan kesalahan dimarahi atau dipukuli tanpa diberi
kesempatan untuk membela diri.
Ketiga, pola asuh permisif yang dilakukan oleh orangtua ditandai
dengan membiasakan anak membagi waktu belajar dan bermain sendirian,
selalu membiarkan anak memutar TV pada saat/waktu belajar, tidak
menanyakan atau menegur bila anak tidak belajar, tidak memperhatikan
kebutuhan sekolah anak, tidak pernah menemani saat anak belajar, tidak
menasehati anak saat memberikan uang saku, tidak pernah meluangkan
waktu untuk berdiskusi dengan anak, tidak melatih anak untuk
bertanggungjawab, dan membiarkan anak sekalipun ia melakukan
kesalahan.
80
optimalnya, anak-anak memerlukan lingkungan fisik yang baik, toleran
dan positif, mendukung perubahan positif dan perbaikan diri,
kesempatan untuk melakukan eksperimen dan menjelajah di
lingkungannya, rutinitas yang konsisten, dan lain sebagainya.
3. Melindungi Anak
Pastikan bahwa lingkungan aman untuk melindungi anak-anak,
memperingatkan mereka dengan mengajarkan mana yang aman untuk
dilakukan dan mana yang tidak sebelum mereka menjelajah
lingkungannya sendiri. Ajari anak perbedaan mengenai baik dan salah,
dan juga konsekuensinya apabila membuat kesalahan pada diri sendiri
atau orang lain. Tujuannya adalah untuk melindungi anak-anak dari
bahaya dan membuat mereka tetap aman.
4. Mendidik Anak
Untuk membesarkan anak dengan layak, tugas orang tua tidak hanya
untuk memberi makan, perlindungan dan tempat tinggal namun juga
melibatkan pendidikan dan pengajaran pada anak. Pendidikan ini akan
berguna untuk mengasah pengetahuan mereka dan karakter mereka serta
mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia.
5. Memperkenalkan Anak Pada Lingkungan
Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak selanjutnya bisa
dilakukan dengan cara memperkenalkan dunia luar kepada anak.
Berikan anak berbagai kesempatan untuk merasakan bagaimana
menjadi bagian dari komunitas sehingga anak akan mendapatkan
kemampuan dan pengetahuan untuk tumbuh menjadi orang dewasa
yang mudah beradaptasi.
6. Menjadi Contoh Bagi Anak
Khususnya menjadi contoh dalam jenis kelamin yang sama dengan
anak. Orang tua dapat menunjukkan kepada anak bagaimana cara untuk
berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, bagaimana menjadi
seorang pria atau wanita sejati.
7. Memperhatikan Kemampuan Sosial Emosional Anak
81
Beberapa faktor positif antara lain seperti pujian, dorongan, cara bicara
dan respons yang tenang, perhatian dan kasih sayang , serta banyak lagi.
Semua itu akan membantu membangun emosi yang sehat dan
menjauhkan elemen negatif. Awasi perkembangan emosional anak dan
jauhkan peristiwa traumatis yang dapat mempengaruhi dimensi
emosional anak secara negatif. Bantu anak untuk mengembangkan
persepsi diri yang positif, rasa keamanan yang kuat dan merasa dicintai
sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara emosional.
82
Menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan
dan juga perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat.
Dapat memperbaiki dirinya sendiri, sebab dia mampu
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan juga berusaha mengubahnya.
2. Konsep Diri Negatif
Tanda-tanda seorang individu yang memiliki konsep diri negatif ialah:
Peka terhadap kritik.
Sangat responsif terhadap pujian.
Cenderung bersikap hiperkritis.
Cenderung merasa dirinya tidak disukai oleh orang lain.
Cenderung bersikap selalu pesimis terhadap kompetisi.
83
6. Belajar berkomunikasi, dengan cara berbicara mengenai perasaan
secara efektif yaitu belajar menjadi pendengar dan penanya yang baik,
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan seseorang
dengan reaksi atau penilaian sendiri tentang sesuatu, serta mengirimkan
pesan yang sopan.
7. Belajar membuka diri, dengan cara menghargai keterbukaan dan
membina kepercayaan dalam suatu hubungan serta mengetahui situasi
yang aman untuk membicarakan tentang perasaan diri sendiri.
8. Belajar mengembangkan pemahaman, dengan cara mengidentifikasi
pola-pola kehidupan emosional dan reaksi-reaksinya serta mengenali
pola-pola serupa pada orang lain.
9. Belajar menerima diri sendiri, dengan cara merasa bangga dan
memandang diri sendiri dengan positif, mengenali kekuatan dan
kelemahan diri sendiri.
10. Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi, dengan cara belajar
rela memikul tanggung jawab, mengenali akibat-akibat dari keputusan
dan tindakan pribadi serta menindak lanjuti komitmen yang telah dibuat
dan disepakati.
11. Belajar mengembang-kan ketegasan, dengan cara mengungkapkan
keprihatinan dan perasaan sendiri.
12. Mempelajari dinamika kelompok, dengan cara mau bekerja sama,
memahami kapan dan bagaimana memimpin, serta memahami kapan
harus mengikuti.
13. Belajar menyelesaikan konflik, dengan cara memahami bagaimana
melakukan konfrontasi secara jujur dengan orang lain, orang tua atau
guru serta memahami cara menyelesaikan suatu konflik.
84
orang lain. Aspek-aspek emosi yang menjadi pertanda cerdas tidaknya
emosi adalah kemarahan, kecemasan dan ketakutan, kebahagiaan,
keusahan, muak, cemburu dan iri hati. Duka cita, cinta dan rasa malu.
85
kepribadian si anak pada usia selanjutnya. Dampak negatif tersebut di
antaranya :
1. Anak akan lenih senang berada di luar rumah dan merasa tidak betah
dirumah karena kesepian
2. Anak lebih sering melawan orangtuanya untuk melampiaskan kekesalan
hatinya
3. Anak sering berkelahi dengan teman
4. Melakukan perbuatan seksual
5. Menyalahgunakan narkotika
86
Resume Materi Ke-12
Perkembangan Hubungan Interpersonal Peserta Didik
87
B. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Teman sebaya (peer) mempunyai fungsi yang hampir sama dengan
orang tua. Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami
kekhawatiran. Tidak jarang terjadi seorang anak yang tadinya penakut
berubah menjadi pemberani berkat teman sebaya.
Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak
menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker
dan Wright, mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10%
dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4
tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya
meningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 meluangkan
lebih dari 40% waktunya untuk berintraksi dengan teman sebaya.
Dusek (1991) ada dua fungsi sekolah bagi remaja, yaitu pertama,
memberi kesempatan bagi remaja untuk tumbuh secara sosial dan
emosional. Kedua, membekali mereka dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orang yang mandiri secara
ekonomi dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Sekolah
88
mempengaruhi perkembangan anak, terutama perkembangan identitas,
melalui dua kurikulum, yaitu kurikulum formal dan kurikulum informal.
89
Resume Materi Ke-13
Problem Stres Sekolah Dalam Perkembangan Peserta Didik Dan
Upaya Mengatasinya
90
termasuk oleh siswa. Ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadinya
stress. (Kiselica, dkk, 1994 dalam Desmita, 2010, 292) Stress
biasanya muncul atau terlihat padasituasi serta keadaan yang
kompleks, dimana menurut suatu individu anak, dan muncul situasi-
situasi yang tidak jelas. Jika dilihat dari dari konteks akademik,
stress muncul ketika terlalu banyak tuntutan oleh pendidik yang
tidak dapat dipahami dan dimengerti anak. Karena anak cenderung
lebih suka melakukan apa yang diinginkannya tanpa memikirkan
orang lain. Misalnya karena tuntutan beban tugas yang tinggi,
kesukaran pada tugas tinggi, fasilitas sekolah yang kurang
memandai untuk anak dapatmengoptimalkan bakatnya, atau bahkan
otiritas guru, pihak sekolah maupun teman-temannya. Juga dapat
pula karena keadaan sekolah maupun lingkungannya, seperti panas,
bising, bau, dan lain-lain. Namun perlu dipahami bahwa stress
sekolah tidak sepenuhnya bermakna negative, melainakan juga
bermakna positif bagi remaja, dalam artian dapat sebagai tantangan
untuk mengatasinya. Stress yang bermakna positif ini tidak
membahayakan, malah sebaliknya diperlukan untuk meningkatkan
kualitas diri dan perstasi belajar.
Dari urain diatas dipahami bahwa kondisi stress yang
dialami siswa akibat berbagai tuntutan sekolah, tidak sepenuhnya
berdampak positif. Dampak negative atau positf dari fenomena
sekolah ini, tergantung pada derajat stress yang mereka alami.
Apabila stress sekolah yang dialami remaja berada pada taraf yang
tinggi atau sangat serius, maka kemungkinan akan membawa
dampak negative bagi perkembangannya. Sebaliknya, apabila stress
sekolah yang dialami siswa berada pada taraf moderat, maka dapat
berdampak positif. Tinggi,moderat atau rendahnya derajat stress
yang dialami oleh remaja akibat berbagai tuntutan sekolah, sangat
bergantung pada nilai kognitif mereka, yaitu proses mental yang
91
berlangsung terus menerus untuk menginterpretasikan bebagai
situasi dalam interaksinya dengan individu. Siswa yang menilai
tuntutan sekolah selagi hal yang sangat menekan, akan
menunjukkan adanya derajat stress yang tinggi. Siswa yang menilai
tuntutan sekolah itu sebagai kondisi yang tidak membahayakan,
akan menunjukkan derat stress yang rendah. Tetapi, apabila siswa
menilai tuntutan sekolah sebagai tantangan untuk dapat
meningkatkan kualitas dirinya, akan menunjukkan derajat stress
yang moderat. Agar siswa dapat menyikapi stress sekolah yang
positf, menurut Anderson dan Haslam (1994), sekolah dituntut
untuk dapat merancang dan melaksanakan program-program
intervensi dan pelatihan stress pada siswa. (Desmita, 2010;300)
92
dapat melakukan interaksi dengan baik di fase perkembangan.
Menciptakan iklim sekolah bukan berarti mengurangi kegiatan
yang positif di sekolah atau hanya mengubah suasana sekolah
yang ramah akan anak, tetapi menciptkan iklim sekolah
merupakan cara-cara belajar menjadi suasana yang lebih rileks
namun produktif dan bebas tekanan. artinya anak akan menjadi
individu yang mampu menciptkan iklim sekolah yang kondusif
dengan garis-garis pembelajaran yang sudah dirumuskan oleh
guru dan sekolah.
Misalnya apabila anak diberikan tugas setelah mereka
pulang dari sekolah anak sudah mulai tidak diberikan tugas
dirumah, melainkan menyelesaikan pekerjaan mereka di sekolah.
kemudian apabila anak di perintahkan untuk belajar di kelas dan
menyelesaikan tugas-tugas mereka di kelas, anak sudah
difasilitasi alternatif lain seperti fasilitas di luar ruangan, misalnya
perpustakaan pohon yang ada di lingkungan sekolah beserta wifi
dan media lain yang menunjang anak untuk menyelesaikan tugas-
tugas mereka yang lebih nyaman dan membuat anak bebas
tekanan. Kemudian guru-guru yang piket diberikan tugas untuk
mendampingi anak-anak yang mengerjakan tugas diluar selain
guru yang sedang mengajar, layaknya seorang Pramugari di
pesawat yang membantu, menjawab dan mendamapingi
penumpang di pesawat.
2. Membangun Kerjasama antara Murid, Guru dan Orang Tua
Kerjasama antara murid, guru dan orang tua, merupakan
bentuk dukungan sosial yang harus diberikan kepada anak yang
mengalami stress sekolah. Johnson dan Johnson menyatakan
bahwa dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang penting
yang dekat (Significant Others) bagi individu yang membutuhkan
bantuan. Orang-orang yang penting dan dekat diantaranya adalah
keberadaan orang lain seperti orangtua, sahabat, kerabat, teman
93
dan lainnya membuat individu merasa lebih mudah dalam
menyelesaikan masalah dihadapinya. Taylor menyatakan
dukungan sosial bisa bersumber dari pasangan atau partner,
anggota keluarga, kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman
sekelompok, komunitas religi dan teman kerja saat ditempat
kerja.
Goldberger&Breznitz berpendapat bahwa sumber dukungan
sosial adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak, kerabat,
pasangan hidup, sahabat rekan sekerja, atau juga dari tetangga.
Oleh karena itu sangat penting membangun kerjasama antara
siswa dengan guru, siswa dengan orang tua, orangtua dengan guru
dan seterusnya untuk menghindari hal-hal yang memungkinkan
terjadinya stress pada anak. Kerjasama dimaksudkan untuk
memberikan dukungan, mendengarkan keluhan, membagikan
pengalaman, dan mengajarkan anak untuk hidup damai dengan
lingkungan, sehingga setiap permasalahan yang terjadi dapat
ditemukan solusinya.
3. Membentuk Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Unit pelayanana bimbingan konseling merupakan unit yang
penting dalam menangani permasalahan peserta didik.
permaslahan stress yang dialami oleh siswa merupakan bagian
dari tugas penting yang harus diselesaikan oleh praktisi
bimbingan konseling yaitu konselor. Konselor sebagai tenaga ahli
dibidang konseling merupakan aktor yang berperan sebagai
mediator untuk memberikan pelayanan dan penyelesaian masalah
khususnya masalah stress sekolah. Unit pelayanan bimbingan dan
konseling memiliki peran dan fungsi yang sistemik yaitu saling
berkaitan satu sama lain antara komponen sekolah, siswa, dan
orang tua serta guru. Unit pelayanan bimbingan konseling terdiri
dari Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, Wali kelas
sebagai orangtua di kelas masing-masing yang dapat
94
berkomunikasi secara keseluruhan, guru sebagai penilai
perkembangan dan permasalahan peserta didik, dan orangtua
sebagai cctv atau perekam semua kegiatan anak di luar sekolah,
dapat berkontribusi memberikan data yang akurat kepada
konselor untuk bahan analisis pengambil tindakan dan penentuan
layanan konseling yang tepat. oleh karena unit pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah yang dapat dikembangkan
dan difungsikan secara optimal.
95