Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Sastra Sebagai Basis Pembelajaran Bahasa MI

Nama: Sherin Azzahra


NIM: 1930201124
PGMI O4
Abstrak
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari
dan hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Apresiasi
sastra akan berjalan lancar jika berbahas seorang anak sudak baik. Dimana kita
dapat mengeksplore seluruh potensi yang ada dalam diri kita terutama hal yang
ada dalam apresiasi sastra yaitu sperti puisi, prosa dan drama. Apresiasi sastra
akan muncul jika pembelajaran berjalan menyenangkan adanya stimulusdan
respon memberikan dampak yang positif, pada perkembangan apresiasi. Oleh
karena itulah peran guru dalam hal ini sangat diperlukan agar dapat merangsang
anak untuk dapat berapresiasi sastra dengan baik.
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, guru dituntut
memiliki kreativitas yang andal karena mata pelajaran tersebut sangat
penting dan besar manfaatnya, serta sampai saat ini masih menjadi mata
pelajaran untuk ujian nasional. Dengan kreativitas yang andal, diharapkan
guru dapat menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang tepat
sehingga apa yang menjadi bahan pembelajaran akan mudah dipahami dan
bermakna bagi siswanya, termasuk pembelajaran apresiasi sastra.1
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah memiliki
beberapa tujuan, salah satunya adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa, menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BNSP, 2006:
261). Lebih khusus lagi, pembelajaran apresiasi sastra bertujuan agar
siswa mampu mengapresiasi dan mengekspresi sastra melalui kegiatan
mendengarkan, menonton, membaca, dan melisankan hasil. sastra, baik
berupa dongeng, puisi, drama pendek, maupun pengalaman dalam bentuk
cerita dan puisi (Depdiknas, 2003).

B. Merancang Pembelajaran Bahasa Berbasis Prosa


1. Kriteria Pemilihan Bahan Pengajaran Apresiasi Prosa Indonesia
Setiap guru tentunya mengharapkan agar proses belajara mengajar
dapat berlangsung menarik, dan disamping tercpainya efektivitas dapat
1
Yusi Rosdiana Dkk. 2007. Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta : Unuversitas Terbuka.
Hlm.44
tercipnya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan. 
Apabila hal tersebut telah dicapai, maka diasumsikan bahwa tujuan
pengajaranpun akan tercapai sesuai dengan waktu dan target
sebagaimana yang telah ditentukan didalam program pengajaran
apresiasi bahasa dan sastra Indonesia.2
Agar guru dapat mencapai pengajaran yang menarik dan efektif
adalah guru hendaknya dapat menyediakan bahan yang baik, tentunya
guru perlu mengetahui mana bahan yang baik dan mana bahan yang
tidak baik. Dalam hal ini terdapat dua macam kriteria yang dapat
dijadikan patokan dalam pemilihan bahan pengajaran apresiaasi prosa
Indonesia, yaitu :
a. Kriteria tingkat keterbacaan
b. Kriteria tingkat kesesuaian
Tingkat keterbacaan adalah mudah tidakanya suatu bahan bacaan
(prosa) untuk dicerna, dihayati, dipahami, dan dinikmati oleh siswa.
Untuk dapat memenuhi kriteria tingkat keterbacaan ini, prosa yang
akan dijadikan materi pengajaran apresiasi hendaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Kejelasan bahasa 
Dalam hal ini prosa (cerita rekaan) yang akan dijadikan materi
pengajaran di Sekolah Dasar adalah prosa yang menggunakan
bahasa yang sederhana. Kalimat-kalimatnya tidak pajang-panjang
dan tidak rumit, sehingga memudahkan siswa menangkap isinya.
Kata-kata yang dipergunakan adalah kata-kata yang bermakna
lugas.  Dengan memperhatikan bahasa prosa yang akan diajarkan,
maka satu tahap dalam tingkat keterbacaan sudah tercapai, yaitu
kejelasan bahasa. Dengan kejelasan bahasa, maka unsur-unsur
prosa akan mudah ditemukan anak-anak.
b. Kejelasan Tema
Tema prosa untuk materi pengajaran apresiasi di Sekolah Dasar
hendaknya terbuka, artinya tema itu bisa langsunng ditemukan
anak-anak. Disamping itu, tema tersebut tidak disajikan secara
terselubung.
c. Kesederhanaan Plot
Cerita rekaan yang akan disajikan dalam pengajaran Apresiasi  si
Sekolah Dasar hendaknya merupakan cerita yang berplot maju.
Berplot maju, maksudnya rangkaian cerita berjalan kronologis dari
awal hingga akhir. Hendaknya tidak dipilih plot yang mempunyai
sorot balik (flash back) yang rumit, dikarenakan adanya
kemungkinan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti jalan
cerita secara utuh.
d. Kejelasan Perwatakan

2
Shin, Fatimah. Pembelajaran Melalui Prosa, Puisi dan Drama. http://www academia.edu.
Perwatakan dalam cerita rekaan yang akan dijadikan materi
pengajaran hendaknya dipilih dari cerita-cerita yang disajikan
secara sederhana. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat
dengan mudah menangkap sosok tokoh-tokoh cerita tersebut.
Demikian pula pesan-pesan yang terdpat dalam cerita tersebut
dengan mudah dapat ditangkap oleh para siswa.
e. Kesederhanaan Latar 
Cerita rekaan yang akan diajarkan hendaknya memepertimbangkan
latar. Latar dalam cerita  tidak berbeda jauh deng lingkungan
tempat tinggal mereka. Dengan demikian mereka merasa akrab
dengan suasana dalam cerita tersebut. Hal ini membantu
mempermudah pemahaman terhadap cerita, disebabkan mereka
telah  merasa kenal dengan latar seperti itu, tidak berarti persis
sama.
f. Kejelasan Pusat Pengisahan
Pililah cerita rekaan yang pusat pengisahannya kosisten. Artinya
tidak banyak berganti fokus. Persoalannya, jika terlalau banyak
berganti fokus, hal ini akan menyulitkan anak-anak mengikuti jalan
cerita.

2. Teknik-teknik Mengajarkan Apresiasi Prosa


Mengajarkan apresiasi prosa memerlukan teknik-teknik tertentu,
agar tercapai pengajaran secara efektif dan memuaskan. Teknik-teknik
yang diperlukan itu antara lain sebagai berikut :
a. Mendengrkan cerita
Teknik ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Mendengarkan cerita dari kaset
Pengajaran dilakukan dengan menggunakan alat bantu tape
recorder.disini yang bercerita bisa guru, orng lain, atu anakanak
yang sudah dilatih. Jika digunakan kaset yang dijual ditoko-
toko, guru harus memilih terlebih dahulu cerita yang sesuai
dengan kepentingan pengajaran.
2) Mendengarkan cerita yang dibacakan guru
Mendengarkan cerita yang dibacakan guru sangat
menyenangkan bagi anak-anak. Guru yang menggunakan
teknik ini hendaknya mempunyai kemampuan dalam membaca.
Pada waktu membaca guru dapat memperlihatkan gambar-
gambar yang ada didalam buku, atau yang dipersiapkan sendiri.
b. Murid membaca cerita
Murid membaca dpat dijadikan teknik mengajar apresiasi prosa.
Membaca dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pertama,
guru menyiapkan bacaan untuk anak. Cerita yang dibaca oleh
setiap murid adalah sama. Dengan demikian seluruh kelas dapat
bersama-sama menikmati cerita tersebut. Selain itu, cara kedua,
dapat juga menyediakan beberapa cerita yang dapat dipilih anak-
anak. Setipa anak bebas untk memilih bacaannya sesuasidengan
kesenangannya. 
c. Mengikhtisiarkan cerita
Setelah anakanak mendengarkan cerita dari kegiatan membaca
cerita, dapat dilanjutkan dengan membuat ikhtisar atau ringkasan
cerita tersebut. Mengikhtisiarkan cerita dapat membantu daya
apresiasi anak, karena untuk membuat ikhtisar, anak anak harus
terlebih dahulu memahami cerita tersebut. Dengan membuat
ikhtisar, merka dilatiih untuk mengerti garis besar cerita. Selain itu
dengan teknik ini anak-anak diperkenalkan dengan pengalaman
berekspresi (menangkap kembali pengalamannya).
d. Murid bertukar pengalaman
Murid bertukar pengalaman (seperti juga mengikhtisarkan)
merupakan teknik lanjutan. Dikatakan demikian karena teknik ini
tidak dapat dilakukan sebelum anak-anak membaca atau
mendengarkan cerita. Bertukar pengalaman ini merupakan
pendalaman penikmatan yang telah mereka peroleh dari membaca
atau mendengarkan cerita. Selain murid-murid mengemukakan
pengalamannya, ia pun dapat mendengarkan pengalaman murid-
murid lainya. Dengan demikian terjadilah pertukaran pengalaman
diantara mereka.
e. Murid meganalisis cerita 
Teknik menganalisis cerita, juga merupakan teknik lanjutan,
karena teknik ini pun mesti didahului oleh kegiatan lain, seperti
membaca cerita atau mendengarkan cerita. Teknik ini bertujuan
untuk melatih anak-anak meningkatkan apresiasi ketingkat yang
lebih tingggi. Dengan teknik ini iharapakan siswa lebih menghayati
cerita tersebut. Selain itu merekapun dapatmenemukan temanya,
mengetahui susunan ceritanya, watak tokoh cerita, dimanakah dan
bagaimanakah latar cerita. Dengan demikian anak-anak sekaligus
dibekali pengetahuan tentang prosa.3

3. Rancangan Pengajaran Apresiasi Prosa


Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat rangcangan
pengajaran itu secara seksama. Langkah-langkah tersebut adalah :
a. Memilih dan mempelajari prosa yang akan diajarkan
Seperti telah Anda ketahui, bahwa prosa yang akan diajarkan
hendaknya diseleksi terebih dahulu berdasarkan kriteria
keterbacaan dan kriteria kesesuaiannya. Selanjutnya, setelah Anda
tentukan pilihan terhadap prosa tersebut, kemudian Anda pelajari
terlebih dahulu sebelum Anda sampaikan kepada murid-murid.
Guru perlu memeriksa bagian-bagian mana yang mungkin
memerlukan penjelasan dan bagian mana yang tidak perlu
memerlukan penjelasan. 
b. Menentukan kegiatan yang akan dilakukan 
3
Kusuma, Yandi. 2015. Pembelajaran Apresiasi Puisi dan Prosa. Hlm. 22
Apabila Anda telah begitu akrab dengan cerita yang akan
diajarkan, Anda perlu menentukan kegiatan-kegiatan apa yang
akan dilakukan di kelas. Dengan cara demikian diharapkan
pengajaran berjalan lancar. Dalam menentukan kegiatan yang akan
dilakukan, Anda dapat menggunakan cara sebagai berikut :
1) Member pengantar pengajaran
2) Menyajikan bahan pengajaran (membacakan prosa)
3) Mengajukan pertanyaan/diskusi
4) Memberi tugas: menggambar tempat dan peristiwadalam prosa
tersebut sesuai dengan imajinasi murid.
c. Memberikan Pengantar Pengajaran
Sebelum memulai penyajian bahan pengajaran, anda perlu member
pengantar pengajaran terlebih dahulu. Pengantar ini dimaksudkan
untuk menarik perhatian murid terhadap materi yang diajarkan.
Pengantar ini tidak perlu panjang lebar, yang penting dapat
mengarahkan murid kesuasana yang diinginkan.
d. Menyajikan bahan pengajaran
Dalam menyajikan bahan pengajaran ini, hendkanya guru
mengunakan teknik yang bervarisai, sehingga cerita yang disajikan
lebih hidup. Dalam penyajian ini hendakanya siswa merasa terlibat,
sehingga mereka merasa betah mengikuti cerita tersebut sampai
tamat.
e. Memperdalam pengalaman
Kegiatan ini dimaksudkan agar anak-anak mempunyai pengalaman
yang lebih mendalam tentang prosa. Kegiatan memperdalam
pengalaman ini, dapat dilakukan dengan jalan:
1) Murid-murid membacakan kembali prosa yang telah
dipelajarinya
2) Mengadakan lomba baca cerita
3) Membuat kliping prosa
4) Membuata laporan bacaan (lisan atau tulisan)
5) Menuliskan pengalaman yang dirasakan murid sewaktu/setelah
mendengarkan cerita
6) Mendramatisasikan cerita yang telah dibaca
7) Menggambarkan hal-hal yang dibayangkan murid tentang
cerita yang telah dibahas
8) Membuat kreasi seni lainnya, misalnya menari, menyanyi atau
musik. Kegiatan-kegiatan ini akan memperdalam pengalaman
murid-murid. Namun demikian perlu Anda perhatikan untuk
senantiasa menjaga suasan belajar-mengajar ini agar tetap
menyenangkan bagi anak-anak.

C. Merancang Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Puisi


1. Pengertian Puisi
Narton (1983:321) dan Huck (1989:394) sama-sama menyatakan
bahwa puisi sulituntuk didefinisikan secara tepat. Georgia di dalam
Calkins (1989:297) menunjukkan empat karakteristik puisi, yaitu
sebagai berikut :
a. Puisi menggunakan bahasa yang padat, setiap kata penting
b. Biasanya bahan puisi bersifat figurative: simile, metafota, dan
imajinatif
c. Puisi bersifat ritmis
d. Unit organisasinya adalah larik dan bait, sedang prosa
unitorganisasinya adalah kalimat dan paragrap.
Puisi yang bagus merupakan puisi dari hasil penyulingan
pengalaman yang tertangkap pikiran dan perasaan dari suatu objek.
Untuk kepentingan bunyi dan arti, setiap kata harus dipilih lebih teliti.
Dalam puisi, bahasa sangat konotatif dan padat.4
Menurut Robert Fros puisi itu menyenagkan anak-anak, tetapi juga
membantu mereka dalam mengembangkan pengetahuan baru dan cara
baru untuk memahami dunianya, (dalam Huck, 1989:393). Ciri-ciri
puisi yang lemah menurut Sumardi,dkk (1985:25-32) yaitu sebagai
berikut :
a. Sajak yang megandung kata-kata, ungkapan, atau pernyataan yang
berlebihan atau bombastis;
b. Menampilkan masalah atau tema yang terlalu kecil, jikadibandingkan
dengan alat ekspresinya yang kuat
c. Mengandung kelemahan penalaran
d. Mengandung sisipan objek sehingga penonjolan objek utama dan
keutuhan sajak terganggu
e. Mengandung lebih dari satu sudut panjang
f. Pemakaian suatu gaya pengucapan atau gaya bahasa yang kurang tepat
g. Mengandung kelemahan rima
h. Bersifat prosais
i. Bersifat mengekor

2. Pembelajaran Puisi
Puisi yang wujudnya sudah digambarkan di atas, dapat dijadikan
bahan pembelajaran yang bervariasi, umpamanya
a. Membaca nyaring tunggal
b. Membaca nyaring bersama
c. Membaca nyaring dengan music atau tepukan
d. Membaca nyaring dengan nyanyian atau senandung
e. Bermain kata atau sajak berantai
Itulah model pembelajaran puisi di kelas rendah. Adapun model
pembelajaran puisi yang lain yaitu sebagai berikut :
a. Bermain kata atau sajak
Berbeda dengan model-model yang lainnya, bermain kata atau
sajak saat ini tidak menggunakan puisi. Walaupun begitu
4
Rusyana, Yus, 1998. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro.
pembelajaran tetap berhubungan dengan puisi. Kepada anak-anak
diperkenalkan salah satu unsurpuisi, yaitu rima atau sajak.
Permainan ini bertujuan membina penguasaan kosa kata, selain itu
tentu saja memahmi rima. Jalannya permainan yaitu :
1) Guru menjelaskan peraturan permainan
2) Permainan dibagi menjadi tiga regu (A, B, C)
3) Guru menuliskan tiga buah kata di papan tulis
4) Setiap anggota dari ketiga regu, satu persatu secarabergantian
maju kedepan untuk menuliskan kata-kata yang bersajak dengan
kata yang ditulis oleh guru di papan tulis
5) Permainan diakhiri setelah batas waktu yang disediakan habis
atau setelah para pemain tidak dapat menambah kata-kata
bersajak tersebut.
6) Regu yang dapat mengumpulkan kata paling banyak dinyatakan
sebagai pemenangnya.
b. Bahan Pembelajaran Puisi
Pembelajaran melalui puisipun memerlukan bahan terpilih agar
tujuan tercapai, juga dapat memenuhi kebutuhan anak-anak dan
proses pembelajaran berlangsung menyenagkan.
Sumardi, dkk (1985:20-23), memberikan rambu-rambu yang
harus dipertimbangkan sewaktu memilih bahan pembelajaran puisi
yaitu sebagai berikut :
1) Sesuai dengan lingkunagan anak didik
2) Sesuai dengan kelompok usia anak didik
3) Keragaman sajak
4) Kesesuaian sajak dengan peserta didik
Selai Sumardi, Narton (1983:323-324) yang menggeluti sastra
untuk anak-anak, mengemukakan criteria pemilihan puisi untuk
anak-anak sebagi berikut:
1) Puisi untuk anak-anak adalah puisi yang berisi kegwmbiraan dan
rima.
2) Puisi untuk anak-anak seharusnya mengutamakan bunyi bahasa
dan membangkitkan semangat bermai bahasa
3) Puisi untuk anak seharusnya memperbaiki ketajaman imajinasi
visual dan kesegaran kata-kata yang digunakan di dalam ragam
novel, untukmemperluas imajinasi mereka, dan melihat tau
mendengar kata-kata cara baru
4) Puisi untuk anak seharusnya menyajikan cerita sederhana dan
memperkenalkan tindakan yang dilakukan.
5) Puisiuntuk anak bukan yang ditulis dengan dugaan rendah
kepada anak-anak.
6) Tema harus menyenagkan anak-anak
7) Puisi seharusnya cukup baik dibaca ulang

D. Pembelajaran Bahasa Melalui Drama


1. Pengertian Drama
Hamzah (1985:145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi anak-
anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai dengan kegiatan
bermain kelereng, laying-layang, sekolah-sekolahan,rumah-rumahan,
bermain boneka dan lainnya.
Jadi, drama itu tidak seperti yang dipentaskan orang dewasa.
Drama bagi mereka masih merupakan sarana untuk menarik minat,
melatih atau meletakkan dasar-dasar drama. Dengan demikian,
pembelajaran drama masi merupakan permainan.5

2. Pembelajaran Melalui Drama


Seperti dikatakan di atas, bahwa drama bagi anak-anak SD kelas
rendah masih merupakan sarana bermain. Pada masa ini, mereka suka
meniru hal-hal yang dilakukan orang tuanya, Douglass Hamzah
(1985).
Sehubungan dengan itu, Haryaman (1993) menyatakan bahwa seni
teater, memperoleh dasar idenya atas kehendak manusia yang
berwujud permainan dan peniruan. Ini berarti,bahwa degan suka
meniru, anak-anak sudahmemiliki naluri bermain drama. Pembelajaran
drama yang mencerminkan antara lain, dapat dilakukan dengan :
a. Pantomimik
Sehubungan dengan pengertian pantomimik Hamzah (1985:51-52)
mengutip beberapa pendapat seperti ini “pantomimic adalah seni
menyatakan bermacam ide tanpa media kata. Dan inimerupakan
tahapan teknik paling awal dalam kaitannya dengan latihan-latihan
drama.” Pantomimic adalh suatu pertunjukan yang para pemainnya
mengekspresikan dirinya melalui isyarat.
Pantomimikadalah suatu cerita, suatu tema yang diceritakan atau
dikembangkan melalui gerak tubuh dan wajah ekspresif.
b. Sosiodrama
Sosiodrama mirip dengan pantomimik yang meniru perbuatan
nyata, namun ada hal yang berbeda. Dalam pantomimik dilakukan
tanpa kata-kata, sedangkan dalam sosiodrama menggunakan kata-
kata.
c. Berekspresi dengan topeng
Pembelajaran ini dapat berlangsung sebagi berikut :
1) Guru memperlihatkan satu atau beberapa topeng
2) Anak-anak diminta mengamati topeng tersebut
3) Guru bertanya tentang ekspresi topeng (sedih, gembira, marah,
dsb)
4) Anak-anak diajak untuk meniru ekspresi tersebut
5) Guru meminta seseorang atau dua orang anak untuk mengenakan
topeng tersebut dan melakukan gerakan dan atau dialog yang
sesuai dengan ekspresi topeng tersebut.
d. Bermain Boneka
5
Supriyadi, dkk. 1997. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia , Jakarta: Universitas Terbuka,
Departemen Pendikan dan Kebudayaan. Hlm. 50
Bermain boneka bukan permainan yang asing bagi anak-anak.
Hanya wujud bonekanya saja, mungkin yang beda. Bisa boneka dari
kayu, batang daun singkong, kain dan kapas, plastic, kater,dan
sebagainya. Di dalam pembelajaran, dapat digunakan boneka macam
manapun yang dapat dengan mudah ditemukan.

E. Penutup
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan
semata-mata sebuah imitasi. Karya sastra adalah karya imajinasi penulis
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Jenis sastra ada tiga, yaitu, prosa,
drama, dan puisi.
Sastra anak merupakan sastra yang sangat penting bagi seorang
anak. Karena sastra anak dapat memberikan pemahaman dan kesenangan
bagi seorang anak. Pembelajaran menulis sastra anak meliputi kegiatan
menulis puisi, prosa, dan drama anak-anak. Pembelajaran menulis sastra
anak perlu dikembangkan karena sangat bermanfaat bagi para siswa.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting. Poin
yamg lebih penting lagi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
terutama adalah membaca. Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal
pertama yang harus kita pelajari adalah membaca, kemudian kita akan
dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat.
Jika begitu kita akan dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga
sarana yng diberikan untuk mengembangkan kreatifitas anak di dalam
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Yandi. 2015. Pembelajaran Apresiasi Puisi dan Prosa.
Rusyana, Yus. 1998. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV
Dipenegoro.
Shin, Fatimah. Pembelajaran Melalui Prosa, Puisi dan Drama. http://www
academia.edu.
Supriyadi, dkk. 1997. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia , Jakarta:
Universitas Terbuka, Departemen Pendikan dan Kebudayaan.
Yusi Rosdiana Dkk. 2007. Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta :
Unuversitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai