Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INSTRUMEN NON TES RANAH AFEKTIF DAN TEKNIK

PENSKORANNYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

KELAS : PGMI 04/ 2019

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Sherin Azzahra (1930201124)

Meshin Putri Utami (1930201135)

Hamida (1930201142)

Dosen Pengampuh: Lidya Cahyani, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha

penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah kami dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang

membahas tentang “Instrumen Non Tes Ranah Afektif dan Teknik Penskorannya”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena

itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga

makalah tentang “Instrumen Non Tes Ranah Afektif dan Teknik Penskorannya”

dapat memberi manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Palembang, 29 April 2021

Kelompok 7

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Afektif ....................................................................... 3


B. Tingkatan Ranah Afektif ............................................................................. 3
C. Macam-macam Penilaian Afektif ............................................................... 4
D. Pengembangan Instrumen Afektif .............................................................. 5
E. Teknik dan Instrumen Non Tes ................................................................. 11
F. Teknik Penskorannya ................................................................................. 14

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 15
B. Saran .......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh


mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.

Dalam melaksanakan Evaluasi Hasil Belajar dituntut untuk


mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor).

Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang


yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu
mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan
minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk
membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat
nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus
memperhatikan ranah afektif.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Penilaian Afektif?


2. Apa saja tingkatan Ranah Afektif?
3. Apa saja macam-macam Penilaian Afektif?
4. Bagaimana pengembangan Instrumen Afektif?
5. Apa saja jenis-jenis Instrumen Non Tes?
6. Bagaimana teknik penskorannya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui pengertian Penilaian Afektif


2. Untuk Mengetahui tingkatan Ranah Afektif
3. Untuk Mengetahui macam-macam Penilaian Afektif
4. Untuk Mengetahui pengembangan Instrumen Afektif
5. Untuk Mengetahui jenis-jenis Instrumen Non Tes
6. Untuk Mengetahui teknik penskorannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Afektif

Penilaian Afektif adalah penilaian yang berkaitan dengan sikap


dan nilai. Penilaian afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan penibahannya bila seseorang telah memiliki
kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-Ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti:
perhatiannnya terhadap mata pelajaran yang diajarkan, kedisiplinannya
dalam mengikuti mata pelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih
banyak mengenai pelajaran yang di terimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru.1

B. Tingkatan Ranah Afektif

Hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif.


Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah afektif
menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: Receiving (Attending),
Responding, Valuing, Organization, dan Characterization.
1) Tingkat Receiving; Pada tingkat receiving, peserta didik memiliki
keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,
misalnya, kelas, kegiatan, music, buku dan sebagainya.
2) Tingkat Responding; responding merupakan partisipasi aktif peserta
didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya.

1
A, Supratiknya. 2018. Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

3
3) Tingkat Valuing; Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau
sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen.
4) Tingkat Organization; Pada tingkat organization, nilai satu dengan
nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan dan mulai
membangun system nilai internal yang konsisten.
5) Tingkat Characterization; Tingkat ranah afektif tertinggi adalah
characterization nilai.2

C. Macam-Macam Penilaian Afektif


Ada 5 macam Penilaian Afektif yaitu sikap, minat, konsep diri,
nilai, moral.
1) Sikap
Sikap merapakan suatu kencendrangan untuk bertindak secara suka
atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui
penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat
diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan,
dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
2) Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman
yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, minat atau keinginan
adalah kecendevangan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada
minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik
afektif yang memiliki intensitas tinggi.

2
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.

4
3) Konsep Diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep
diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep
diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dałam suatu
daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
4) Nilai
Nilai mmerupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah
keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu
pada keyakinan. Target nilai cendenmg menjadi ide, target nilai dapat juga
berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan
dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau
rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.

5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan
dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi, moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan
keyakinan seseorang.3

D. Pengembangan Instrumen Afektif

3
Nofijanti, Lilik. Baihaqi, M. dkk. 2019. Evaluasi Pembelajaran paket. Surabaya: lapis
PGMI.

5
Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral. Berikut ini langkah dalam
mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
1. Spesifikasi Instrumen
Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran
ranah afektif, yaitu instrumen (l) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai,
dan (5) moral.
2. Skala Instrumen Penilaian Afektif
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif
adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik. Contoh
Skala Thurstone: Minat Terhadap Pelajaran Geografi.
7 6 5 4 3 2 1

1. Saya senang Belajar


Geografi
2. Pelajaran Geografi
Bermanfaat
3. Saya berusaha hadir
tiap ada pelajaran
Geografi
4. Saya beusaha
memiliki buku
pmbelajaran Geografi
5. Pelajaran Geografi
membosankan

Contoh Skala Likert: Sikap terhadap pelajaran matimatika

I. Pelajaran Matimatika sangat bermanfaat TS ST


SS S
S

6
2. Pelajaran Matimatika Sulit

3. Tidak semua harus belajar matimatika

4. Pelajaran Matimatika harus dibuat mudah

5. Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

Contoh Skala beda semantik : Pelajaran Bahasa Indonesia

a b c d e f g

Menyenangkan Membosankan

Sulit Mudah

Bermanfaat Sia-sia

Menantang Menjemukan

Banyak Sedikit

3. Telaah Instrumen

Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah : a) butir


pertanyaan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunitatif
dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir peranyaaan/pernyataan
tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman
menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau

7
panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab.4

4. Merakit Instrumen

Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu


menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan.
Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang,
sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap
sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi yang
lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab
atau mengisinya.

5. Uji Coba Instrumen

Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai


dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau
orang tua peserta didik. Bila yang ingin dinilai adalah peserta didik SMA,
maka sampelnya juga peserta didik SMA. Sampel yang diperlukan
minimal 30 peserta didik, bila berasal dari satu sekolah atau lebih.

6. Analisis Hasil Uji Coba

Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan.


Jika menggunakan skala instrumen 1 sampai 7 dan jawaban respondengn
bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaan pada instrumen ini dapat
dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan
jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen ini
tergolong tidak baik.5

7. Perbaikan Instrumen

Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan yang tidak baik,


berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik,

4
Suharsimi Arikunto. 2016. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
5
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

8
namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaan
instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-
saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan
pertanyaan terbuka.

8. Pelaksanaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan


yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah
lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan)
yang cukup dari sirkulasi udara yang baik. Diusahakan agar responden
tidak saling bertanya pada yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama
atau homogen.

9. Penafsiran hasil pengukuran


Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil
pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung
pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan.
Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 10 butir pertanyaan-
pernyataan dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik.
Skor untuk butir pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif:
Sangat setuju – Setuju – Tidak setuju – Sangat tidak setuju.
(4) (3) (2) (1)

Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif:

Sangat setuju – Setuju – Tidak setuju – Sangat tidak setuju.

(1) (2) (3) (4)

Tabel 3 Kategorisasi sikap atau minat kelas

No Skor rata-rata kelas Kategori sikap atau Minat

1 Lebih besar dari 35 Sangat tinggi/sangat baik

2 38 sampai 35 Tinggi/baik

9
3 20 sampai 27 Rendah/kurang

4 Kurang dari 20 Sangat rendah/sangat kurang

Keterangan:

1. Rata-rata skor kelas: jumlah skor semua peserta didik dibagi


jumlah peserta didik di kelas ybs.
2. Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik
adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40.
3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x
40 = 28, dan skor batas atasnya adalah 35.
4. Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah:
0,50 x 40 = 20, dan skor batas atasnya adalah 27.
5. Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat
kurang adalah kurang dari 20.

Tabel 3 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran.
Dalam pengukuran sikap atau minat kelas diperlukan informasi tentang
minat atau sikap setiap peserta didik terhadap suatu objek, seperti mata
pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas untuk semua mata pelajaran
berguna untuk membuat profil minat kelas. Jadi satuan pendidikan akan
memiliki peta minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan profil prestasi
belajar. Umumnya peserta didik yang berminat pada mata pelajaran
tertentu prestasi belajarnya untuk mata pelajaran tersebut baik.6

10. Observasi

Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner


juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama,
yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi
operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah
indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi.

6
Purwanto. 2018. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10
E. Teknik dan Instrumen Non Tes

Instrumen penilain non tes adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
menilai hasil belajar siswa dengan tanpa “menguji” melainkan dengan teknik
lain.

1) Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.


Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner
berdasarkan siapa yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara
menjawab. Ditinjau dari responden yang menjawab, maka angket dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Angket Langsung. Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan


dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang
dirinya.
b) Angket Tidak Langsung. Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai
keterangan tentang dirinya. Berikut ini merupakan langkah-langkah
menyusun angket.7
2) Skala Sikap

Tes skala sikap adalah perasaan suka atau tidak suka atau kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Seperti: sikap terhadap materi
pelajaran, guru, proses pembelajaran, norma-norma tertentu dan sebagainya.
Penilaian tes skala sikap atas 3 komponen berikut:

a) Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang


terhadap objek.
b) Komponen kongnisi adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi
pegangan seseorang.
c) Komponen konasi adalah kecenderunan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek.8

7
Purwanto, M. Ngalim. 2015. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

11
3) Rating Scale

Adalah instrumen pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur


terstruktur untuk memperoleh informasi tentang suatu yang diobservasi yang
menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain.

4) Rubrik

Secara umum dapat diartikan sebagai pedoman pemberian skor (guidance


score dalam penilaian yang bersifat subjektif.

5) Check List

Check list adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu usnur,
komponen, karakteristik atau kejadian dlam suatu peristiwa, tugas atau satu
kesatuan yang kompleks.

6) Sosiometri

Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan


menghubungkan atau interaksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru
dapat mengetahui tentang:

a) Murid yang populer (banyak disenangi teman).


b) 2 murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman)

Teknik penilaian non tes umumnya untuk menilai kepribadian peserta didik
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan,
riwayat hidup dan lain-lain. Kelebihan non tes adalah sifatnya lebih komprehensif
artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga
tidak hanya untuk menilai aspek dari kogniti, tetapi juga aspek afektif.

1) Observasi

Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan


pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap

8
Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. 2016. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

12
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Observasi sebagai alat
evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkahlaku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi atau pengamatan
dapat dilakukan dalam berbagai cara. Berdasarkan cara dan tujuan, observasi
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif


b) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
c) Observasi Eksperimental
2) Portofolio

Pada prinsipnya, portofolio juga dapat berisi bermacam-macam informasi,


misalnya untuk keperluan menyimpan data sekolah, maka dapat berisi semua
mata pelajaran, atau bahkan semua nilai rapor siswa selama belajar disekolah
tersebut. Mengapa portofolio sampai sekarang masih banyak digunakan,
diantara jawabannya dapat dilihat sebagai berikut :

a) Portofolio dapat memberikan kesempatan siswa untuk dapat


mengarahkan potensi belajar mereka sesuai dengan kemampuan
b) Menentukan tingkat pencapaian hasil belajar
c) Mengetahui perkembangan usaha belajar siswa
d) Portofolio dapat digunakan untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas kurikulum dan instruksional
Langkah-langkah menyusun instrumen non-tes portofolio
a) Menetapkan tujuan portofolio
b) Menetapkan prosedur pengembangan portofolio
c) Melakukan tugas dan menyusun portofolio
d) Merangkum dan melaporkan
e) Mengadakan proses evaluasi
3) Wawancara

Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan


percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relation) secara

13
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuannya atau kepada temanya.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :

a) Perumusan tujuan

b) Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

c) Penyusunan kisi-kisi

d) Penyusunan pedoman wawancara

e) Lembaran penilaian

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

a) Wawancara terpimpin (Guided Interview)

b) Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview)

4) Riwayat hidup

Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data
pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan
mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang
dinilai.

F. Teknik Penskorannya

Misal dari insrumen untuk mengukur minat siswa yang telah berhasil
dibuat ada 10 butir. Jika rentangan yang dipakai adlah 1 sampai 5, maka skor
terendah seorang siswa adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar
50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, medianya adalah (10 + 50)/2 atau
sebesar 30. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10– 20 termasuk tidak berminat,
21 sampai 303 kurang berminat, 31–40 berminat, dan skala 41–50 sangat
berminat.

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan


tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau
dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses
mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.
Dalam tahap evaluasi pembelajaran dibutuhkan instrumen-instrumen
untuk melakukan evaluasi yang bukan hanya dalam segi kognitif, dan
psikomotor, tetapi juga afektif. Untuk mengevaluasi afektif digunakan
instrumen non-tes. Masing-masing instrumen memiliki tujuan, langkah, dan
karakteristik masing-masing yang tentunya akan memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing yang tentunya menjadi pertimbangan evaluator
dalam memilih instrumen apa yang tepat dan sesuai untuk melakukan evaluasi
yang diinginkan.

B. Saran

Dalam hal ini penulis mencoba memberikan saran dari uraian di atas yaitu
pendidik sebaiknya mengetahui berbagai macam teknik dalam pengolahan dan
pengonversian hasil evaluasi dengan memanfaatkan metode penilaian acuan
norma dan acuan patokan serta pendidik mampu menangani peserta didiknya
dalam proses.

15
DAFTAR PUSTAKA

A, Supratiknya. 2018. Penilaian Hasil Belajar Dengan Teknik Nontes.


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.

Nofijanti, Lilik. Baihaqi, M. dkk. 2019. Evaluasi Pembelajaran paket. Surabaya:


lapis PGMI.

Suharsimi Arikunto. 2016. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Purwanto. 2018. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, M. Ngalim. 2015. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah B. dan Satria Koni. 2016. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai