PENILAIAN AFEKTIF
Hz Masriasi Nainggolan
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karuniaNya kepada kami dalam menyelesaikan Makalah yang berujudul “Analisis
Tingkatan Ranah Afektif Dan Merancang Instrumen Penilaian Afektif” dengan baik dan juga
tepat waktu.
Dalam pengerjaan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami kerjakan masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja atau jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan
bagi kita semua khususnya pada mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar Geografi.
Akhir kata kami ucapkan Terimahkasih.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Istilah ranah afektif dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “ranah” yang berarti
“bagian (satuan) perilaku manusia” dan “Afektif” berarti “berkenaan dengan perasaan”. Jadi,
ranah afektif merupakan bagian dari tingkah laku manusia yang berhubungan dengan
perasaan. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah affective domain. Menurut
Anita E. Woolfolk “The affective domain is emotional objectives”. Maksudnya ranah afektif
merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi seseorang. Dalam hal ini
ranah afektif dimaksudkan untuk menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Di dalam mendefinisikan ranah afektif, para ahli banyak yang menyebutkan bahwa
ranah afektif itu merupakan tujuan yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Dari definisi
tersebut di atas, pengertian ranah afektif terlihat sangat singkat dan masih membutuhkan
pemah aman sehingga untuk lebih jelasnya, penulis paparkan pendapat Kroth wohl dalam
bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives (Affective Domain) yang
mengatakan bahwa: ranah afektif adalah “Tujuan-tujuan yang lebih mengutamakan pada
perasaan, emosi atau tingkat penerimaan atau penolakan. Tujuan afektif mengubah perhatian
dari yang sederhana menuju yang rumit untuk memilih fenomena serta menanamkan
fenomena itu sesuai dengan karakter dan kata hatinya. Ranah afektif terlihat dalam sikap,
minat, apresiasi, nilai dan emosi atau prasangka”.
Ranah afektif mencakup penilaian watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral. (Andersen, 1981). Kemampuan afektif berhubungan erat dengan minat dan
sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri,
jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Popham (1995)
dalam Djemari Mardapi (2004) menambahkan ranah afektif dapat menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Sehingga satuan Pendidikan perlu membuat program penilaian yang
mengoptimalkan ranah afektif. Penilaian tersebut memperhatikan sikap, minat, konsep diri,
nilai, dan moral peserta didik saat pembelajaran.
2
Hal yang perlu dinilai dalam penilaian ranah afektif menurut Zaenal (2009) adalah
sikap dan minat peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Dalam
Andersen (1981:5) ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral.
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Kunandar (2014)
menegaskan bahwa ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap yaitu sebagai
berikut:
Receiving
Receiving ditandai dengan kemampuan seseorang untuk belajar dari orang lain.
Dalam ranah ini termasuk juga kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar (Sudjana, 2009: 30).
Responding
Responding ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dengan baik
sesuai dengan konteks. Pada tingkatan ini, siswa termotivasi untuk terlibat dalam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung (Krathwohl, Bloom danMasia, 1964: 118).
Valuing
Valuing berhubungan dengan tingkah laku yang mengindikasikan ketertarikan
(preference) siswa terhadap sains (Trowbridge danBybee, 1986: 131). Prilaku yang
menandai pencapaian valuing adalah keinginannya sendiri untuk patuh dan memiliki
komitmen untuk menjaga nilai yang ia patuhi (Krathwohl, Bloom dan Masia, 1964:
140).
Organization
Organizing berarti siswa membawa Bersama nilai sains yang berbeda dan
membangun system nilai yang konsisten. Hasil pembelajaran organizing adalah
konseptualisasi nilai sains dan pengorganisasian system nilai berdasarkan sains.
Characterization
Characterizing berarti, sebagai akibat, individu telah menbangun gaya hidup
berdasarkan system nilai sains yang lebih disukai. Prilaku individu konsisten dan
dapat diprediksi berkaitan dengan nilai sains. Hasil pembelajaran yang berhubungan
dengan pola general prilaku yang selaras dengan level ini (Trowbridge dan Bybee,
1986: 131).
3
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Penilaian minat dapat
digunakan untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran, mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, pertimbangan
penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, menggambarkan keadaan langsung di
lapangan/kelas, mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama, acuan dalam
menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam
penyampaian materi, mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang
diberikan pendidik, bahan pertimbangan menentukan program sekolah, meningkatkan
motivasi belajar peserta didik.
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta
didik, yaitu dengan mengetahui kekuatandankelemahandirisendiri, dapatdipilihalternatifkarir
yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat
dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai pendidik
mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik peserta didik dapat digunakan
sebagai untuk acuan Menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
Tyler (1973:7) mendefinisikan nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, danide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Penilaian nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadap masyarakat
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain
atau perasaan terhadap Tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang. Penilaian moral dapat melatih peserta didik untuk lebih
memahami tentang agama, prinsip, nilai dan keyakinan seseorang.
4
2.3 Instrumen Penilaian Ranah Afektif
Instrumen Penilaian Sikap Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran Geografi
Keterangan :
4 = jika empat terlihat
3 = jika tiga terlihat
2 = jika dua terlihat
1 = jika satu terlihat
Indikator penilaian sikap peserta didik saat pembelajaran geografi
- Disiplin
1. Tertip mengikuti arahan dari guru geografi
2. Mengerjakan tugas geografi tepat waktu
3. Tidak melakukan kegiatan yang tidak di minta
4. Tidak melakukan keributan saat jam pembelajaran geografi
- Jujur
1. Tidak menyalin atau mencontek jawaban teman saat di berikan tugas geografi
2. Tidak menutup-nutupi kesalahan orang teman yang lain
3. Mencantumkan sumber belajar yang di gunakan mecari jawaban atau tugas geografi
lainnya
4. Tidak mencontek saat di adakan ujian geografi.
- Tanggung jawab
1. Kehadiran saat mata pelajaran geografi
2. Merapikan alat alat praktek yang di gunakan dalam pembelajaran geografi
3. Mengerjakan tugas geografi sesui dengan yang di minta oleh guru
4. Berperan serta aktif dalam diskusi kelompok
5
Nilai akhir sikap pembelajaran geografi di ambil dari sikap di atas
Sangat Baik : Apabila Memperoleh Nilai Akhir 4
Baik : Apabila Memperoleh Nilai 3
Cukup Baik : Apabila Memperoleh Nilai 2
Kurang : Apabila Memperoleh Nilai 1
Petunjuk :
Di isi oleh peserta didik untuk menilai konsep diri peserta didik dalam memahami mata
pelajaran geografi. Beri tanda centang (v) pada kolom sesui konsep diri peserta didik
No Pernyatan Ya Tidak
1 Saya sulit memahami mata pelajaran geografi
2 Saya mudah memahami materi tentang konsep
geografi
3 Saya mampu menggambar peta sesui dengan
6
metode dan langkah langkah dengan baik dan benar
4 Saya dapat mengerti cara menggunakan alat-alat
pendukung dalam mempelajari materi geografi
dengan baik dan benar
5 Saya dapat memahami dan mengerti syarat
membuat peta yang baik dan benar
7
Instrumen Penilaian Moral Dalam Pembelajaran Geografi
Nama :
Kelas :
Mata pelajaran :
Tanggal :
Petunjuk :
Di isi oleh peserta didik untuk penilaian moral dari peserta didik dalam memahami mata
pelajaran geografi. Beri tanda centang (v) pada kolom sesui konsep diri peserta didik
No Pernyataan TP KD SR SL
1. Tidak berbohong saat di lakukan
ditanya tugas
2 Suka membantu teman saat susah
memahami materi tentang geografi
3 Ramah kepada guru dan juga teman
4 Menyapa teman atau guru saat
berpapasan
5 Suka membantu teman dalam
menggunakan alat alat yang
pendukung pembelajaran geografi
Keterangan
TP : Tidak Pernah, Apabila Sesui Pertanyaan
KD : Kadang Kadang, Apabila Sesui Pertanyaan
SR :Sering , Apabila Sesui Pertanyaan
SL : Selalu,Apa Bila Sesui Perntayaan
8
BAB 3
PENUTUP
3.1Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan karya-karya yang akan datang. Harapan kami
adalah semoga semakin banyak karya-karya baru terutama tentang pemahaman pada Analisis
tingkatan ranah afektif yang lebih lengkap dan lebih baik lagi sehingga bisa dijadikan bahan
referensi yang lebih menarik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayati, A., & Sunarsih, E. S. (2013). Peningkatan Hasil Belajar Ranah Afektif melalui
Pembelajaran Model Motivasional. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik dan Kejuruan.
Hutapea, R. H. (2019). Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian Hasil Belajar Ranah
Afektif dan Psikomotorik. BIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual.
Lusiana, D., & Lestari, W. (2013). Instrumen Penilaian Afektif Pendidikan Karakter Bangsa
Mata Pelajaran PKN SMK. Journal of Research and Educational Research Evaluation.
10