Anda di halaman 1dari 10

PENILAIAN AFEKTIF PESERTA

DIDIK

Disusum Oleh:
1.
2.
3.
4.

Halimah
Istabiqul Ilma
Khoirani Lutfiana P.
Lelyta Anggraeni
4C

(K7114060)
(K71140)
(K7114086)
(K7114094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Karena rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Evaluasi Pembelajaran dengan
judul Penilaian Afektif Peserta Didik.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mendapatkan dorongan
serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kami menyampaikan ucapan
syukur dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin
dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini.
2. Jenny, M.Pd selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
penyusunan tugas ini.
Dalam makalah ini akan di kemukakan uraian ranah afektif dalam penilaian
pembelajaran dan pengaplikasiannya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan untuk makalah yang
lebih baik kedepannya. Dan akhirnya dengan penuh harapan semoga karya kecil ini
bermanfaat juga menambah wawasan bagi pembaca. Amin yaa rabbal alamin.
Surakarta, 13Maret2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN............................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................4
B. Identifikasi Masalah...................................................................4
C. Rumusan Masalah.....................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI......................................................5
BAB III PEMBAHASAN...........................................................6
A.

Ranah Afektif dalam Penilaian................................................6

B.

Pengaplikasian Penilaian Afektif.............................................6

BAB IV PENUTUP.................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................9
B. Saran...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini sering sekali ditemukan di mana-mana tentang cara penilaian


seorang pendidik kepada peserta didiknya. Hingga dewasa ini, ranah afektif
merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk digarap secara operasional.
Penilaian pembelajaran kadang lebih ditekankan pada hasil dan cenderung hanya
menilai kemampuan aspek kognitifnya. Sementara penilaian dalam aspek afektif
dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
Cara penilaian seperti itu sering sekali dijumpai di mana-mana, padahal pada
setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru maupun peserta
didik untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang bukan
sekedar produk tetapi juga proses pembelajaran. Hal tersebut hanya bisa diketahui
jika guru melakukan evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran.
Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di
dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Penilaian oleh pendidik merupakan
suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan

alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan


pencapaian kompetensi peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi
tentang pencapaian kompetensi peserta didik.
Kurangnya penilaian di rana afektif inilah yang menjadi latar belakang
mangapa kami membuat makalah ini. Berikut tujuan dan rumusan masalah yang
kami angkat dalam makalah ini.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan


di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ada:
1. Dalam penilaian pembelajaran, guru cenderung menilai
perkembangan hasil belajar anak dari nilai akhir ujian.
2. Penilaian ranah afektif dalam pembelajaran masih kurang
diperhatikan oleh pihak guru.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ranah afektif dalam penilaian?
2. Bagaimana cara pengaplikasian penilaian afektif itu?
BAB II
LANDASAN TEORI

Ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap. Krathwohl (Chatarina Tri Anni,
2004: 8-10) membagi taksonomi ranah afektif menjadi lima kategori yaitu:
1) Penerimaan (receiving) Penerimaan mengacu pada kesadaran, kemauan, perhatian
individu untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari
lingkungannya.
2) Penanggapan (responding) Penanggapan mengacu pada adanya rasa kepatuhan
individu dalam hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda atau
sistem nilai.
3) Penghargaan terhadap nilai (valuing) Penghargaan terhadap nilai menunjukan sikap
menyukai, menghargai dari seseorang individu terhadap suatu gagasan, pendapat
atau sistem nilai.
4) Pengorganisasian (organization) Pengorganisasian menunjukan adanya kemauan
membentuk sistem nilai dari berbagai nilai yang dipilih.

5) Pembentukan pola hidup (organization by a value complex) Pembentukan pola


hidup menunjukan kepercayaan diri untuk mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam
suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan serta mampu
mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Ranah Afektif dalam Penilaian


Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap
merupakan konsep psikologis yang kompleks, sikap berakar dalam
perasaan. Anastasi mendefenisikan sikap sebagai kecenderungan
untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap sesuatu
objek. Birrent mendefenisikan sikap sebagai kumpulan hasil
evaluasi seseorang terhadap objek, orang atau masalah tertentu.
Sikap
menentukan
bagaimana
keperibadian
seseorang
diekspresikan, oleh karena itu, melalui sikap seseorang kita dapat
mengenal siapa orang itu sebenarnya.
Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih
banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil penilaian afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan
hubungan sosial.
Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi
bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya.
Di dalamnya mencakup penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding),
tata nilai (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi
(characterization).
Dalam aspek ini peserta didik dinilai sejauh mana ia mampu
menginternalisasikan nilai-nilai pembelajaran ke dalam dirinya. Aspek afektif ini
erat kaitannya dengan tata nilai dan konsep diri. Dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, aqidah akhlak merupakan salah satu pelajaran yang tidak terpisahkan
dari domain/aspek afektif

B. Pengaplikasian Penilaian Afektif


Penilaian afektif (sikap) sangat menentukan keberhasilan
peserta didik untuk mencapai ketuntasan dan keberhasilan dalam
pembelajaran. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat
terhadap mata pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk
mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta
didik yang memiliki minat terhadap mata pelajaran, maka akan
sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran
secara maksimal.
Secara umum aspek afektif yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup
beberapa hal, sebagai berikut:
1. Penilaian sikap terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap
positif terhadap mata pelajaran akan melahirkan minat belajar,
kemudian mudah diberi motivasi serta lebih mudah dalam
menyerap materi pelajaran.
2. Penilaian sikap terhadap guru. Peserta didik perlu memilki
sikap positif terhadap guru, sehingga ia mudah menyerap
materi yang diajarkan oleh guru.
3. Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik
perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran,
sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal. Hal ini
kembali kepada guru untuk pandai-pandai mencari metode
yang kira-kira dapat merangsang peserta didik untuk belajar
serta tidak merasa jenuh.
4. Penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya peserta
didik mempunyai sikap positif terhadap upaya sekolah
melestarikan lingkungan dengan mengadakan program
penghijauan sekolah.
5. Penilaian sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif
lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Peserta
didik memiliki sikap positif terhadap berbagai kompetensi
setiap kurikulum yang terus mengalami perkembangan sesuai
dengan kebutuhan.
Pengukuran ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan,
yakni sebagai berikut:
1. Menerima

2.

3.

4.

5.

Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan


siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimulasi khusus
(kegiatan dalam kelas, baca buku dan sebagainya) dihubungkan
dengan pengeajaran jenjang ini berhubungan dengan
menimbukkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatiana
siswa. Sedangkan perumusan untuk membuat soalnya yaitu
menanyakan,
menjawab,
menyebutkan,
memilih,
mengidentifikasi,
memberikan,
mengikuti,
menyeleksi,
menggunakan, dan lain-lain.
Menjawab
Kemapuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada
tingkat ini, siswa hanya menghadiri sesuatu fenomena tertentu
tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil
belajardalam jenjang ini dalapt menekankan kemauan untuk
menjawab. Sedangkan perumusan bentuk soalnya adalah
menjawab, melakukan, menulis, menceritakan, membantu,
melaporkan, dan sebagainya;
Menilai
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa
terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu,
jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerima nilai
sampai
ketingkat
komitmen
keterampilan.
Sedangkan
perumusan soalnya menerangkan, membedakan, memilih,
mempelajari, mengusulkan, menggambarkan, menggabung,
mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca, dan sebagainya;
Organisasi
Yaitu menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan
masalah diantara nilai itu sendiri, jadi tugas seorang guru dalam
mengevaluasi
ialah
memberikan
penekanan
pada
membandingkan, menghubungkan dam mensistensikan nilainilai.
Mengorganisasikan,
mengatur,
membandingkan,
mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun,
memadukan, menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan,
menyatukan, dan lain-lain;
Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai
Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang
mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup
lama sehingga membentuk karakteristik pola hidup. Jadi,
tingkah lakunya menetap, konsisten, dan dapat diramalkan.
Hasil belajar meliputi sangat banyak kegiatan, tapi menekankan

lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu


menjadi ciri khas atau karakteristik siswa itu.
Sedangkan untuk mengukur sikap dari beberapa aspek yang
perlu dinilai, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan
penggunaan skala sikap. Observasi perilaku di sekolah dapat
dilakukan dengan menggunakan buku catatan yang khusus
tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan siswa selama di
sekolah.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi
ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3)
valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue
complex. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan
tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya
menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar.
B. Saran
Penilaian pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar tak
bisa terlepas dari sebuah penilaian sikap dari anak didik. Seperti
yang telah dijelaskan, perilaku anak didik perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Karena itu, diharapkan pendidik memberikan
perhatian lebih atas sikap dan perilaku anak didik guna
pembangunan karakter yang kuat dan mulia.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://sumardi28.blogspot.co.id/2011/01/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2013/01/penilaian-afektif.html
https://sudarmoyo78.wordpress.com/2013/07/14/penilaian-afektif-hasil-belajar-mandiri/

Anda mungkin juga menyukai