Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN EVALUASI PEMBELAJARAN UJI COBA SOAL

SD NEGRI 66 PONTIANAK KOTA

Disusun Oleh :

NADILLAH

F1081191046

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat, taufiq
serta hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Uji Coba Soal di SD Negeri
66 Pontianak Kota dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai pertanggung jawaban penulis untuk melengkapi persyaratan
tugas akhir mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Proses laporan ini tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.
2. Bapak selaku Kepala Sekolah SD Negeri 66 Pontianak Kota.
3. Ibu , S.Pd selaku Guru Wali Kelas 4A.
4. Ayah dan Ibu tercinta yang tak pernah lelah memberikan motivasi, semangat, serta kasih
sayang, doa, dan pengorbanan yang tak terbatas.
5. Sahabat serta teman-teman tercinta yang telah mendukung dalam menuntaskan laporan
ini, terimakasih atas kebersamaannya.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Pontianak,
29 Mei 2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada paparan latarbelakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan laporan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana koefisien validitas soal pada Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 3 siswa
kelas 4A SD Negeri 66 Pontianak Kota Tahun 2021?
2. Bagaimana koefisien realiabilitas soal pada Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 3 siswa
kelas 4A SD Negeri 66 Pontianak Kota Tahun 2021?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam
penulisan laporan ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tentang koefisien validitas soal pada Tema 7 Subtema 1
Pembelajaran 3 siswa kelas 4A SD Negeri 66 Pontianak Kota Tahun 2021.
2. Untuk mendeskripsikan tentang koefisien realiabilitas soal pada Tema 7 Subtema 1
Pembelajaran 3 siswa kelas 4A SD Negeri 66 Pontianak Kota Tahun 2021.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari uji coba ini dapat dijadikan sebagai motivasi bagi siswa dalam
meningkatkan belajarnya sesuai dengan silabus yang diberikan oleh guru sehingga siswa
lebih berkompetensi dan supaya dapat memperlakukan siswa sesuai kondisi dan
kemampuan yang bermanfaat bagi pelajar (guru) ataupun orang tua dalam membimbing
dan mengarahkan anaknya. Hasil ini nantinya akan memberikan informasi mengenai
kemampuan siswa sehingga membantu dlaam pengambilan keputusan dalam proses
belajar siswa.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. EVALUASI DAN PENILAIAN


1. Pengertian
a. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk menentukan nilai
dari suatu kegiatan tertentu. Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu
berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dan terhadap proses belajar-mengajar mengandung penilaian terhadap hasil
belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.
Sebenarnya yang dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau
evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap perangkat
komponen yang sama-sama membentuk proses belajar mengajar.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif
keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu
keputusan. Evaluasi hasil belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses
untuk menetukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses
belajar selama satu periode tertentu.
Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari
kegiatan yang dilakukannya. Sering pula orang yang melakukan kegiatan tersebut
berkeinginan untuk mengetahui baik atau buruk kegiatan yang dilakukannya. Guru
merupakan salah satu orang yang terlibat di dalam kegiatan pembelajaran, dan sudah
tentu mereka ingin mengetahui hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruk proses dan hasil
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi.
Di sisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran/
pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam
setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran/
pendidikan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang guru memiliki kemampuan
menyelenggarakan evaluasi. Guru akan lebih menguasai kemampuan ini apabila
sejak dini dikenalkan dengan kegiatan evaluasi. Kata dasar “pembelajaran” adalah
belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau
cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan
lingkungan dan pengalaman. Istilah “pembelajaran” (instruction) berbeda dengan
istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya
ada di dalam konteks guru dengan peserta didik di kelas/sekolah, sedangkan kata
“pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dengan peserta didik di kelas
secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik di
luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru secara fisik.
Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara
sungguh-sungguh yang melibatkan pada kegiatan belajar peserta didik secara
sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial,
sedangkan kata “pengajaran” lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru di kelas.
Dengan demikian, kata “pembelajaran” ruang lingkupnya lebih luas daripada kata
“pengajaran”. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik
(guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu
kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas
maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai
kompetensi yang telah ditentukan.
Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian,
penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai
komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai
bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Pengertian Penilaian (assessment)


Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengelolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada peraturan
pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang standard Nasional pendidikan bahwa penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian atas:
penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pem h belajaran.
Mendefenisikan penilaian sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan criteria dan
pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksut adalah keputusan tentang peserta
didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas.
Dari berbagai defenisi penilaian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada
hakikatnya penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis, akurat dan berkesinambungan dengan menggunakan alat
pengukuran tertentu, seperti soal dan lembar pengamatan. sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan dengan pencapaian
kompetensi peserta didik.
Penilaian merupakan komponen penting dalam proses dan penyelenggaraan
pendidikan. Upaya menigkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling
terkait. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik.
Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang
baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi peserta didik untuk belajar dengan lebih baik. Menurut TGAT (1987),
penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk unjuk kerja individu. Proses
asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik.
Sementara itu, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat
pencapaian kompetensi dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Dengan demikian diperlukan suatu pedoman
penilaian yang memberikan focus perhatian pada hal-hal sebagai berikut:
1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi dasar pada
KI.
2. Penilaian menggunakan acuan criteria yaitu berdasarkan apa yang bias
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
3. System yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan.
4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
5. System penilaian harus disesuaikan dengan pengalman belajar peserta
didik yang dilalui dalam proses pembelajaran.
Permendikbud 66 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan terdiri atas
delapan standar, salah satunya adalah Standar Penilaian yang bertujuan untuk
menjamin:
a. Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
b. Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
c. Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif.

2. Perbedaan Evaluasi dan Penilaian


Terdapat perbedaan antara penilaian dan pengukuran, namun keduanya tidak
dapat dipisahkan. Bila evaluasi menunjuk pada suatu tindakan proses untuk menentukan
nilai sesuatu, maka pengukuran merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan
luas atau kuantitas dari sesuatu. Jadi pengukuran dilakukan memberikan jawaban
terhadap pertanyaan “how much”, sedangkan penilaian dilakukan untuk memberikan
jawaban terhadap pertanyaan “what value”.
Prinsip-prinsip umum evaluasi adalah kontinuitas, komprehensif, adil dan
objektif,
dan kooperatif. Prinsip-prinsip penilaian proses dan hasil belajar adalah mengukur hasil-
hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas sesuai dengan kompetensi; mengukur
sampel tingkah laku yang representatif dari hasil belajar dan materi pembelajaran;
mencakup jenis-jenis instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil
belajar yang diinginkan; direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang
digunakan secara khusus; dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus
ditafsirkan secara hati-hati; dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.
Dilihat dari pembelajaran sebagai suatu program, maka evaluasi pembelajaran dapat
dibagi menjadi lima jenis, yaitu evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi
monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi program
komprehensif. Sedangkan penilaian proses dan hasil belajar, dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, dan penilaian
penempatan.

3. Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian proses dan hasil belajar, dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu
penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, dan penilaian penempatan.
a. Penilaian Formatif (formative assessment)
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik
selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback) bagi
penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses
pembelajaran guru menjadi lebih baik. Soal-soal penilaian formatif ada yang mudah
dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam
program pembelajaran yang akan dinilai.
Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran,
bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian formatif
sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan (criterion-referenced assessment).
Apa yang dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir
satuan pelajaran sesungguhnya bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data
yang diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta
didik. Kiranya lebih tepat jika penilaian pada akhir satuan pelajaran itu dipandang
sebagai penilaian sub-sumatif. Jika dimaksudkan untuk perbaikan proses
pembelajaran, maka maksud itu baru terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat
penyusunan program tahun berikutnya.

b. Penilaian Sumatif (summative assessment)


Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total obtained by adding
together items, numbers or amounts”. Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan
jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai.
Contohnya adalah ujian akhir semester dan ujian nasional. Penilaian sumatif diberikan
dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat menguasai standar
kompetensi yang telah ditetapkan atau belum. Tujuan penilaian sumatif adalah untuk
menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang
selanjutnya dipakai sebagai angka rapor. Hasil penilaian sumatif juga dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran secara keseluruhan. Sejak diberlakukannya
Kurikulum 2004 dan sekarang KTSP, penilaian sumatif termasuk penilaian acuan
patokan/PAP (criterion referenced assessment), dimana kemampuan peserta didik
dibandingkan dengan sebuah kriteria, dalam hal ini kompetensi. Cakupan materinya lebih
luas dan soal-soalnya meliputi tingkat mudah, sedang, dan sulit. Adapun fungsi utama
penilaian sumatif adalah (a) untuk menentukan nilai akhir peserta didik dalam periode
tertentu. Misalnya, akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun, atau akhir suatu
sekolah. Nilai tersebut biasanya dilaporkan dalam buku laporan pendidikan atau Surat
Tanda Tamat Belajar (STTB). Dengan demikian, guru akan mengetahui kedudukan
seorang peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain dalam hal prestasi
belajarnya, (b) untuk memberikan informasi tentang kecakapan atau keterampilan peserta
didik dalam periode tertentu, dan (c) untuk memprakirakan berhasil tidaknya peserta
didik dalam pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Agar fungsi memprakirakan ini dapat
berjalan dengan baik, maka Anda perlu memperhatikan hal-hal berikut. Pertama,
pelajaran berikutnya harus mempunyai hubungan dengan pelajaran yang sudah
ditempuhnya. Kedua, pelajaran berikutnya masih berhubungan dengan karakteristik
peserta didik. Ketiga, dapat dipergunakan untuk menentukan bahan pelajaran berikutnya.
Keempat, sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan (sequence) dan
ruang lingkup (scope) materi pelajaran, termasuk metode, media dan sumber belajar yang
dipergunakan dalam serangkaian kegiatan pembelajaran.

c. Penilaian Penempatan (placement assessment)


Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan
hinggamana peserta didik telah menguasi kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum
dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang pertama
masalahnya berkaitan dengan kesiapan peserta didik menghadapi program baru,
sedangkan tujuan yang kedua berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan
kemampuan peserta didik. Luas bahan prates lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya
relatif rendah. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa prates digunakan untuk menentukan
apakah peserta didik telah memiliki kemampuan-kemampuan minimal untuk mempelajari
suatu unit materi pelajaran atau belum sama sekali. Prates seperti ini adalah criterion-
referenced assessment yang fungsi utamanya adalah untuk mengidentifikasi ada-tidaknya
prerequisite skills. Prates dibuat untuk menentukan hinggamana peserta didik telah
menguasi materi pelajaran atau memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam
program pembelajaran, dan sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar. Dalam hal
seperti itu prates dibuat sebagai norm-referenced assessment.

d. Penilaian Diagnostik (diagnostic assessment)


Penilaian diagnostik dianggap penting agar Anda dapat mengetahui kesulitan belajar
peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya. Untuk itu, Anda
memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan
bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Penilaian
diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah
untuk menjajagi pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik.
Dengan kata lain, apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu untuk dapat mengikuti materi pelajaran lain. Penilaian diagnostik semacam ini
disebut juga test of entering behavior.

B. Panduan Pembuatan Soal


1. Pengertian Soal

2. Macam-macam Soal

3. Panduan Pembuatan Soal Pilihan Ganda


Tes objektif pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak
digunakan. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yaitu pokok soal
(stem) dan alternative jawaban (option). Satu di antara alternative jawaban tersebut
adalah jawaban yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban), sedangkan
alternative jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh (distractor). Pokok soal
dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk pernyataan tidak selesai atau
dalam bentuk kalimat tanya. Jumlah alternative jawaban yang dibuat terdiri atas empat
atau lima option jawaban, untuk uji kompetensi sebanyak lima option jawaban.
Tata tulis tes pilihan ganda diatur sebagai berikut. Jika pokok soal (stem) ditulis
dengan kalimat tidak selesai, maka awal kalimat ditulis dengan huruf besar dan awal
option ditulis dengan huruf kecil (kecuali untuk nama diri dan nama tempat). Karena
pokok soal ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka pada akhir kalimat disertai
dengan empat buah titik. Tiga buah titik yang pertama adalah titik-titik untuk pokok
soal yang ditulis dengan kalimat tidak selesai dan satu titik yang terakhir merupakan
titik akhir alternative jawaban. Dengan demikian akhir setiap alternative jawaban
tidak perlu diberi tanda titik. Jika pokok kalimat ditulis dengan kalimat tanya, maka
awal kalimat ditulis dengan huruf kapital dan akhir kalimat diberi tanda tanya. Setiap
awal option dimulai engan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Jenis soal yang sering digunakan dalam uji kompetensi profesi adalah soal objektif
bentuk pilihan ganda yang berupa kasus. Struktur soal terdiri dari kasus
(scenario/vignette), pokok soal/pertanyaan (stem/lead in), dan alternative jawaban
(option). Kasus/scenario yang dibuat adalah kasus- kasus factual/nyata, dengan pola
pertanyaan harus berbentuk kata tanya, jelas dan dapat dijawab tanpa melihat option
jawaban. Langkah-langkah menyusun soal pilihan ganda: dimulai dengan menyusun
kisi-kisi soal, selanjutnya adalah menulis/menyusun soal, sebelum test digunakan
melakukan penelaahan butir soal, dan terakhir memeriksa hasil test.
Secara lebih rinci, di bawah ini diuraikan kaidah penulisan soal pilihan ganda yang
harus diperhatikan, sebagai berikut:
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas
salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar"
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi
9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional
3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian.

C. Validitas dan Reabilitas Persangkat Soal


Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari tujuan dan
fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi tidak dapat dipisahkan
dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus melakukan evaluasi pembelajaran.
Melalui evaluasi, Anda dapat melihat tingkat kemampuan peserta didik, baik secara
kelompok maupun individual. Anda juga dapat melihat berbagai perkembangan hasil
belajar peserta ddik, baik yang yang menyangkut domain kognitif, afektif maupun
psikomotor. Pada akhirnya, guru akan memperoleh gambaran tentang keefektifan proses
pembelajaran. Pemahaman tentang alat ukur ini menjadi penting karena dalam praktik
evaluasi atau penilaian di madrasah, pada umumnya guru melakukan proses pengukuran
Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes
maupun nontes. Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Alat ukur
yang baik adalah alat ukur yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu,
dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur
sampel prilaku tertentu. Secara sederhana, Zainal Arifin (2011 : 69) mengemukakan
karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah “valid, reliabel, relevan, representatif,
praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional”.
1. Validitas Soal
Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Misalnya, alat ukur matapelajaran Ilmu Fiqih, maka
alat ukur tersebut harus betul-betul dan hanya mengukur kemampuan peserta didik
dalam mempelajari Ilmu Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran
yang lain. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain
validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), dan
validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain.
Penjelasan tentang validitas ini dapat Anda baca uraian modul berikutnya.
2. Reabilitas Soal
Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia
mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan
kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada
sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan ternyata
hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut
mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PERMASALAHAN

A. Perencanaan dan Proses Pelaksanaa Uji Coba Soal


1. Perencanaan Uji Coba Soal
2. Proses Pelaksanaan Uji Coba Soal

B. Hasil Uji Coba Soal Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 3 siswa kelas 4A SD Negeri
66 Pontianak Kota Tahun 2021
1. Tabel Hasil Jawaban Siswa
Nomor Soal
No No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Abdul Mujib B A A B C C D A C D C B A C C C C A A B
2. Ainun Nabawi B A A A A A D A C D C B A D C C
3. Aura Alfi Manda Nabila B A A B B C D A B A C B A B C A C D B B
4. Aulia Ashari B A A B C C D A C D C B A C D C C B C A
5. Aulia Cahaya A C A C C A D A C A B B A C D D A A B C
6. Basti Saskiya A C B D B B D B C B B C C D B C D A A C
7. Daris Farras Haidal B A A B C C D A C D C B A C C C C D A B
8. Dewi B A A B C D A A C D C B A B D C C B A A
9. Faiz C A A B A C D A C A C B A A D C A A A B
10. M. Haziq Iqbal B A A B C C D A C D C B A A C D C B D B
11. M.Taufiq H B A A B B C A A C D C B A C C D C B D B
12. M. Zaky Rabbani B A A B C A D A C D C B A D C C C D B A
13. Murri B A A B C C D A C D C B A B D A C B C A
14. Nadiya Arsiliya D A A B D B C A D D C B A D C C B A B D
15. Rafi Alfian B A A B C A A A C D C B A C C C C A C C
16. Rizal B A D B B C D A C D C B A C C A C B B A
17. Syaiful Anwar B A A B C C D A B D C B A C C D C D B A
18. Wahyuda B B D B B C D A C D C B A A C B D D A A
19. Wan Aisyah B A A B C C D A C D C B A C D C C B A B
20. Yutika B A A B C C D A C D C B A C C C C A C B

2. Validitas dan Realibilitas Soal Uji Coba

C. Pembahasan Hasil Uji Coba Soal


(Mengupas, memaparkan temuan data dan penyebabnya)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menjawab rumusan masalah satu dg kalimant efektif
2. Menjawab rumusan masalah dua dg kalimant efektif

B. Saran
Dalam pembuatan soal untuk lebih memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh
peserta didik, sehingga tidak ditemukan data yang tidak valid dalam proses analisis
data. Pemahaman terhadap metode penilaian dan pengukuran akan semakin
meningkatkan sistem penilaian yang digunakan dalam oleh guru. Sehingga tidak
terjadi diskriminasi pada peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai