Disusun Oleh :
1. Elisa Qotrun Nadiah (2020030056)
2. Sri Umaroh Dewi Pritami (2020030041)
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatankan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran”. Makalah
ini bertujuan untuk menambah wawasa..
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Muhtar Sofwan Hidayat., M.Pd.I. selaku dosen
mata kuliah. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa maalah ini masih banyak keurangan dan masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami membutuh saran dan kritik dari semua orang yang membaca
untuk memperbaiki makalah ini dengan sempurna.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara
dinamis dan berkesinambungan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan serta berbagai faktor yang berkaitan dengannya. Hal ini dilakukan agar bisa
mewujudkan upaya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien yang akan
memberikan dampak signifikan bagi kemajuan bangsa ini. Apalagi tantangan dan
perkembangan pendidikan baik dalam tataran lokal di Indonesia maupun secara global
akan semakin meningkat dan kompleks. Hal ini terkait dengan persaingan global dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Bahkan secara nasional pun, tuntutan
tersebut sangatlah besar, mengingat masyarakat sekarang ini sudah menuntut kualitas dan
kuantitas pendidikan yang harus semakin meningkat dan mengarah pada perbaikan
kualitas masyarakat berbangsa dan bernegara itu sendiri. Di samping itu, tantangan yang
tidak kalah besarnya adalah kualitas pendidikan yang semakin mendapatkan sorotan
sangat tajam, setelah melihat dari output pendidikan yang semakin mengalami degradasi
keilmuan dan kepribadian. Banyaknya jual beli gelar dan ijazah, tawuran antarpelajar dan
bahkan antarsekolah, plagiasi dan banyaknya kecurangan dalam dunia pendidikan,
bahkan hingga berbagai bentuk kenakalan anak usia sekolah yang sekarang ini semakin
marak dan begitu kompleks, telah membuat dunia pendidikan dipertanyakan peran
signifikannya untuk memperbaiki tes Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi karakter dan
kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teknik dan instrumen evaluasi hasil belajar afektif?
2. Bagaimana cara menentukan spesifikasi instrumen?
3. Apa saja teknik evaluasi tes sebagai alat penilaian hasil belajar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teknik dan instrumen evaluasi belajar afektif.
2. Untuk mengetahui cara menentukan spesifikasi instrumen.
3. Untuk mengetahui teknik evaluasi tes sebagai alat penilain belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Pengertian instrumen
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat
untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-
tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian
bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk
kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup:
wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua
karakteristik penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan
reliabilitasnya. Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk
mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika
digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya
misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa,
kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan
butir soal dan sebagainya.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum
digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari
kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi
yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak
sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang
pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan
apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-
kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
antara lain:
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang
tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi
dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi
rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan
dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya
reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan
koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh
subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam
menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari hendaknya
evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah
kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu
(terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka
evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan
audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua
kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan
audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu
hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri:
mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih
dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci
jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh
orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan
biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu
merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau
terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks
kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini
disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi.