Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

TEKNIK TES DAN NON-TES SEBAGAI

ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran PAI

Dosen pengampu : DR. ARIS TRY ANDREAS PUTRA M.Pd

Penyususun : YAZMIN ( 190101251)

Program studi : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUIT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) KENDARI

2021
TEKNIK TES DAN NON-TES SEBAGAI

ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR

Yazmin
Program studi pendidikan agama islam
Fakulta tarbiyah dan ilmu keguruan
Institute agama islam negeri (iain) kendari
Yazminraha5@gmail.com

Abstrak

Kurikulum 2013 juga mengamanatkan penilaian hasil belajar peserta didik


harus dilaksanankan secara autentik. Penilaian autentik menuntut guru agar
dapat mengamati perkembangan peserta didik pada semua aspek
perkembangan. Oleh karena mengikuti perkembangan dunia pendidikan,
kemampuan peserta didik yang perlu diketahui oleh pendidik tidak hanya
terkait kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor. Tujuan kegiatan ini adalah
memberikan pelatihan dan pendampingan mengenai penyusunan instrumen
penilaian bentuk non tes, dan memberikan pelatihan bagaimana cara
menganalisis butir soal dengan menggunakan salah satu program analisis
butir soal. Kegiatan ini dilakukan dalam bingkai pelatihan dan pendampingan
saat guru mengembangkan instrumen penilaian.

Kata kunci : pengembangan instrumen, penilaian autentik, kurikulum 2013


PENDAHULUAN

Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis atau

bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode

pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu

selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil

yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.1

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap

orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu indikator bahwa seseorang itu

telah belajar adalah adanya suatu perubahan tingkah laku pada orang itu

yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat

pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya

menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum,

dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan

tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Penilaian atau evaluasi berhubungan dengan setiap bagian dari proses

pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup semua

1
Hasan Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan
Melalui Model ASSURE’, Cendekia: Journal of Education and Society, 14.2 (2016), 231– 46
https://doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.610.
proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian tidak hanya terbatas pada

karakteristik

peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar,


kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.2 Dalam fungsinya sebagai
penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed
back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik
tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar
selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses


pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola kegiatan
pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam
meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian,
pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan
langkah yang akan diambil selanjutnya . Hasil

penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk


berprestasi lebih baik di kemudian hari.

Selanjutnya didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi yang


kita kenal yaitu teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi dengan teknik
non tes, Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap
(affective domain) dan ranah keterampilan (Psychomotoric domain),

2
Hasan Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Madrasah’, MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3.2 (2016), 205–16.
sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).

Dalam praktek, teknik tes lah yang lebih sering dipergunakan dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Pernyataan di atas tidaklah
harus diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik untuk
melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik yang lainnya yang
dapat dipergunakan, yaitu teknik non tes. Dengan teknik non tes maka
penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa
menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara
sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), mennyebarkan
angket (questionnaire), Pemeriksaan dokumen (Documentary Analysis).

Kuesioner dan wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai


ranah kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan
aspirasinyadisamping aspek afektif dan perilaku individu. Skala dapat
digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat
serta ranah kognitif seperti skala penilaian. Pengamatan biasanya dilakukan
untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan
tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang
komprehensifmengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama
hubungan sosialnya.

Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih


sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai
hasil belajar peserta didik. Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak
menggunakan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih
praktis, yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil
yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Berhasil tidaknya observasi sebagai alat penilaian bergantung
pada pengamat, bukan pada pedoman observasi. Oleh sebab itu,
memilih pengamat yang cakap, mampu, dan menguasai segi-segi yang
diamati itu sangat diperlukan.

Observasi untuk menilai proses pembelajaran dapat


dilaksanakan oleh guru di kelas pada saat siswa melakukan kegiatan
belajar. Untuk itu guru tidak perlu terlalu formal memperhatikan
perilaku siswa, tetapi mencatat secara teratur gejala dan perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa
PEMBAHASAN

A. Pengertian evaluasi belajar

Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris


evaluation dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya
adalah value, dalam bahasa Arab ‫القيمة‬, dalam bahasa Indonesia berarti
nilai3 . Sedangkan secara istilah evaluasi adalah suatu tindakan/proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu tersebut4. Belajar merupakan
proses yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu
perubahan yang positif.

Proses adanya evaluasi ialah untuk mengetahui dampak dan


efektivitas penggunaannya dalam kegiatan pembelajaran. Untuk
memperoleh gambaran lengkap perlu dilakukan evaluasi baik
terhadap proses maupun hasilnya. aspek yang ingin diketahui dalam
proses antara lain dampak media dan metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran.

Sedangkan dari hasilnya, yang ingin dinilai ketercapaian


kompetensi atau tujuan yang telah ditetapkan untuk peserta didik.5
Selain itu, masalah pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
adalah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam
suatu proses pelaksanan program pembelajaran di kelas didasarkan
atas tujuan yang hendak dicapai dalam program tersebut.6

Jadi, evaluasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk


menentukan penilaian terhadap individu/peserta didik guna
mencapaian perubahan yang positif.

B. Pengertian, fungsi dan penggolongan teknik tes

1. Pengertian teknik tes

3
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007),
hal 01
4
Ibid .
5
Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Madrasah’.
6
Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Madrasah’.
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum
dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya
dengan menggunakan alat yang berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-
jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa Inggris ditulis
dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes” ,
“ujian” atau “peecobaan”.

Dalam bahasa Arab ditulis dengan 7 ‫امتحان‬. Ada beberapa istilah yang
memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu : test
adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa
berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang
melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang
sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan
testees (jamak) adalah pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian),
atau pihak yang sedang dikenai pekerjaan (= tercoba).

Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah


suatu alat pengumpul informasi yang bersifat lebih resmi bila dibandingkan
alat-alat yang lain karena penuh dengan batasan-batasan.

Tes merupakan alat atau prosedur yang dipergunakan dengan


bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan dan dapat pula berupa
pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Adapun
pelaksanaannya, dapat dilaksanakan secara lisan maupun secara tes tulis.8
Tes adalah alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan, keahlian,
atau pengetahuan.

Dari pengertian ini maka tes adalah:

a. Merupakan alat

b. Harus direncanakan8

c. Berfungsi sebagai pengukur kemampuan, kecakapan dan


pengetahuan anak.

7
7 Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007),
hal 66
8
Dalam artiyan harus dilakukan persiapan, prinsip-prinsip dan syarat-syarat tertentu
Adapun yang dimaksud teknik tes ialah suatu teknik
dalam evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
murid dengan mempergunakan alat tes 9 .

Sehingga dari definisi-definisi di atas kiranya dapat


dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang
dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan)
atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik
berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau
perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,
sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee. .

2 Fungsi tes

Fungsi tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang


dimiliki oleh teknik tes, yaitu:

a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.


Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai olrh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu.
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program
pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat
dicapai.10

3. Penggolongan tes

9
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di Sekolah” ,
(Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 55-56
10
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007),
hal 67
Berdasarkan dari pengertian dan fungsi tes diatas, tes
digolongkan menjadi 5 golongan diantaranya adalah sebagai
berikut:11

a. Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi:

1) Tes Verbal Yang mana tes dengan cara ini


menggunakan bahasa sebagai alat untuk melakukan tes. Tes
verbal terdiri dari: Tes lisan 12(Oral Test) 12 b) Tes tulis
(Written Test)13

2) Tes Non Verbal Yaitu tes yang tidak menggunakan


bahasa sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi
menggunakan gambar, memberikan tugas dan sebagainya, atau
dengan tes ini tester menghendaki adnya respon dari testee
bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan
berupa tindakan atau tingkah laku. Jadi, respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.

b. Menurut tujuannya,

tes dapat dikelompokkan menjadi:

1) Tes Bakat (Aptitude Test) Yaitu tes yang digunakan


untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes bakat biasanya
digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar yang bersifat
potensial.

2) Tes Intelegensi (Intellegenci Test) Yakni tes yang


dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui
tingkat kecerdasan seseorang14 .

3) Tes Prestasi Belajar (Achievement Test) Yaitu tes


yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang murid
dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehingga

11
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di Sekolah” ,
(Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 57- 60
12
Ialah tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan
secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
13
Yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya secara tertulis.
14
Ibid., hal 73
Dengan adanya tes hasi belajar ini, guru bisa mengetahui
apakah pelajaran yang telah diberikan mencapai tujuan sesuai
dengan target yang telah ditentukan.

4) Tes Diagnostik (Diagnostic Test) Yaitu tes yang


digunakan untuk menggali kelmahan atau problem yang
dihadapi murid, terutama kelemahan yang dialami murid saat
belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan,
tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Berdasarkan
nama tes tesebut (diagnose = pemeriksaan), maka jika hasil
“pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat pengausaan
peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah,
harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
diperbaiki tingkat penguasaanya terhadap mata pelajaran
tertentu. 15

5) Tes Sikap (Atitude Testt) Yaitu tes untukmengetahui


sikapa seseorang murid terhadap sesuatu.

6) Tes Minat Yaitu tes yang digunakan untuk


mengetahui minat murid terhadap hal-hal yang disukai.
Sehingga melalui tes ini dapat diketahui apa yang disukai
murid.

c. Menurut pembuatannya,

tes dapat dikelompokkan menjadi:

1) Tes Terstandar (Standard Direct Test) Tes standar


atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam
untuk menentukan nilai dan administrasinya.

Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid


dengan murid yang lain pada usia atau level yang sama dan
dalam kasus perbandingan ini dilakukan ditingkat nasional.
Biasanya tes ini

15
Ibid., hal 72-73
Dibuat oleh sekelompok(tim) yang ahli di bidang
pembuatan tes.

2) Tes Buatan Guru (Teacher Made Test) Tes buatan


guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk
kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh
guru untuk kepentingan prestasi belajar.

d. Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:

1) Tes Uraian (Essay Test) Yaitu tes yang bentuk soalnya


sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan kepada murid
untuk menjawab secara bebas dengan uraian. Bentuk tes ini
terdiri dari:

a) Uraian Bebas (Free Essay Test) b) Uraian Terbatas


(Limited Essay Test)

2) Tes Objektif (Objective Test) Yaitu tes yang bentuk


soalnya sedemikian rupa, sehingga memberi kesempatan
kepada murid untuk menjawab secara bebas dengan uraian.

Berdasarkan cara mengerjakan tes objektif, maka


dikelompokkan menjadi: a) Variasi, yang mana testee harus
mensuplai jawabannya sehingga hampir tidak berbeda dengan
essay test. Misalnya bentuk: (1) Completion Test (melengkapi)
(2) The Short Answer (jawaban singkat) b) Variasi. Yang mana
testee hanya memilih diantara jawaban yang telah disediakan
bersama soalnya. Pada variasi ini ada lima bentuk tes, dimana
tester harus: (1) Menyatakan apakah pernyataan itu benar atau
salah (true false) (2) Memilih jawaban yang lain benar (the best
answer) (3) Menjodohkan dua rentetan kata-kata yang tersedia
sesuai dengan jawaban yang benar (matching test)
seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan
untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat
perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya17
.

b. Interview (wawancara) Wawancara adalah cara


menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan
dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan18 .

c. Angket (quistionnaire) Angket juga dapat digunakan sebagai


alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Sehingga angket berbeda dengan
wawancara19 . Prinsip Penulisan Angket :

1) Isi dan tujuan pertanyaan jelas

2) Bahasa yang digunakan mudah dipahami

3) Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)

4) Pertanyaan tidak mendua

5) Tidak menanyakan yang sudah lupa

6) Panjang pertanyaan (max 30 pertanyaan)

7) Urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit)

8) Prinsip pengukura

9) Penampilan fisik angket.


KESIMPULAN

1. Pengertian evaluasi belajar

Evaluasi belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk


menentukan penilaian terhadap individu/peserta didik guna mencapai
perubahan yang positif.

2. Pengertian, fungsi dan penggolongan teknik tes

Teknik tes ialah suatu teknik dalam evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar murid dengan mempergunakan alat tes. Fungsi
teknik tes ialah Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik dan sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran.

Teknik tes digolongkan menjadi:

a. Menurut sifatnya : Tes Verbal dan Tes Non Verbal


b. Menurut tujuannya : Tes Bakat (Aptitude Test), Tes Intelegensi
(Intellegenci Test), Tes Prestasi Belajar (Achievement Test),
Tes Diagnostik (Diagnostic Test), Tes Sikap (Atitude Testt)
danTes Minat
c. . Menurut pembuatannya : Tes Terstandar (Standard Direct
Test) dan Tes Buatan Guru (Teacher Made Test)
d. Menurut bentuk soalnya : Tes Objektif (Objective Test) dan Tes
Uraian (Essay Test)
e. Ditinjau dari objek yang dites : Tes Individual dan Tes
Kelompok

3. Pengertian dan bentuk teknik nontes

Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang
dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan
secara sistematis. Bentuk-bentuk teknik non tes: observasi (pengamatan),
interview (wawancara) dan angket (quistionnaire).
DAFTAR PUSTAKA

Baharun, Hasan, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis


Lingkungan Melalui Model ASSURE’, Cendekia: Journal of Education and
Society, 14 (2016), 231–46

‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Di Madrasah’, MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3 (2016), 205–16

Mulyadi, 2010, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi


Pendidikan di Sekolah” , (Malang:UIN-Maliki Press)

Sudijono, Anas, 2007 “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT:


Raja Grafindo Persada)

Anda mungkin juga menyukai