Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN,

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Evaluasi Pembelajaran Biologi yang Dibimbing Oleh
Dr. Murni Saptasari, M.Si

Oleh :
Offering A / Kelompok 1
Fauzi Ibnu Nahdiyan (180341617538)
Vina rohmatika (180341617538)
Zuhrotul Mufidah (180341617538)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Assessment atau penilaian merupakan salah satu tahapan penting dalam
proses pembelajaran. Assessment atau penilaian adalah proses pengambilan
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran
baik dengan metode test maupun non test (Wahyudi, 2010). Assessment dalam
pembelajaran dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain mengukur sejauh
mana kemajuan siswa dalam belajar, mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa
dalam belajar dan menentukan langkah berikutnya yang harus ditempuh dalam
pembelajaran. Pada pelaksanaannya Assessment dapat dilakukan dengan berbagai
cara baik melalui tes tertulis seperti memberikan soal pilihan ganda maupun
uraian atau dengan pertanyaan secara lisan. Waktu pelaksanaan dari Assessment
juga dapat menyesuaikan kebutuhan proses pembelajaran tersebut, dengan kata
lain Assessment dapat dilakukan kapan saja menyesuaikan kebutuhan
pembelajaran.
Assessment merupakan salah satu sarana untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa. Assessment juga dapat menjadi sarana evaluasi untuk mengetahu
kelebihan, kekurangan dan kesulitan siswa selama proses belajar sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih optimal. Fungsi lain Assessment yang tidak kalah
penting adalah untuk memberikan bukti nyata hasil belajar siswa kepada orang
lain.
Oleh karena itu, pelaksanaan Assessment perlu diperhatikan baik-baik agar
tidak terjadi penyimpangan antara keterampilan atau kemampuan yang dimiliki
siswa dengan hasil Assessment yang telah dilakukan. Pentingnya peran
Assessment dalam pembelajaran membuat metode dan kualitas pelaksanaan
Assessment menjadi penting untuk diperhatikan. Selain itu, konsep, fungsi serta
tujuan Assessment juga penting untuk diketahui agar pembelajaran menjadi lebih
maksimal dan hasil yang diharapkan dapat diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran Assessment atau penilaian dalam pembelajaran?
2. Apa saja bentuk Assessment yang ada dalam pembelajaran?
3. Bagaimana proses pelaksanaan masing-masing bentuk Assessment?
4. Apa hakikat belajar tuntas? dan bagaimana cara guru mengetahui siswanya
telah belajar tuntas?
5. Apa hakikat pembelajaran remidi? dan bagaimana pelaksanaannya?

1.3 Tujuan
1. Memahami peran Assessment dalam pembelajaran.
2. Memahami bentuk-bentuk Assessment serta pelaksanaannya dalam
pembelajaran.
3. Memahami konsep belajar tuntas serta pengukuran yang digunakan
sebagai acuannya.
4. Memahami konsep pembelajaran remidi serta pelaksanannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Assessment Dalam Pembelajaran


Penilaian kelas adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
memperoleh informasi kualitatif dan kuantitatif baik ketika awal, sedang
berlangsungnya proses, maupun di akhir pembelajaran yang membantu
guru untuk mengetahui apa yang dipelajari siswa di kelas dan seberapa
baik mereka telah belajar (Shermis & Di Vesta, 2011). Memandang
penilaian sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dalam proses
pembelajaran, maka tujuan asesmen dapat difokuskan pada tiga kategori
utama, yakni penilaian terhadap pembelajaran (Assessment of Learning),
penilaian untuk pembelajaran (Assessment for Learning), dan penilaian
sebagai pembelajaran (Assessment as Learning) (WNCP, 2006). Ketiganya
dapat dipandang sebagai tujuan daripada suatu metode untuk menetapkan
hasil apa yang diinginkan dalam proses pembelajaran.
 Penilaian untuk pembelajaran (Assessment for learning)
Penilaian untuk pembelajaran merupakan salah satu peran dari
penilaian untuk guru menentukan kegiatan yang dapat dilakukan agar
prestasi belajar siswa meningkat. Jadi, peran penilaian di sini yaitu alat
bagi guru untuk mengetahui kondisi belajar siswa seperti kesulitan,
metode belajar yang tepat dan kemajuan siswa. Penilaian untuk
pembelajaran berguna memerlukan penilaian berkala yang dilakukan oleh
guru agar kondisi belajar terus terpantau dan kegiatan belajar ke depannya
menjadi lebih efektif. Metode penilaian yang dapat digunakan oleh guru
antara lain observasi secara terfokus, pertanyaan, kuis dan diskusi. Pada
dasarnya metode yang digunakan harus mampu mengekspos sejauh mana
siswa mengalami kemajuan dalam belajar. Siswa juga berhak untuk
mendapat umpan balik dari penilaian yang telah dilakukan baik secara
deskriptif maupun berupa angka agar terjadi ikatan antara kemajuan
belajar siswa dengan metode pembelajaran yang sesuai (WNCP, 2006).
Peran guru dalam penilaian untuk belajar terjadi sepanjang proses
pembelajaran yaitu, menyelaraskan instruksi dengan hasil yang
ditargetkan, mengidentifikasi kebutuhan belajar khusus siswa atau
kelompok, memilih dan mengadaptasi bahan dan sumber daya,
menciptakan strategi pengajaran dan kesempatan belajar yang berbeda
membantu setiap siswa maju dalam pembelajaran mereka, memberikan
umpan balik dan arahan langsung kepada siswa (WNCP, 2006).
Seringkali istilah penilaian untuk pembelajaran disamakan
dengan penilaian formatif, padahal keduanya berbeda. Penilaian untuk
pembelajaran dapat menjadi formatif ketika bukti aktual digunakan
untuk mengadaptasi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Penilaian untuk pembelajaran termasuk penilaian formatif ketika
mencakup beberapa pendekatan yakni melakukan tes lebih sering,
mengelola data atau bukti belajar dengan efektif, dan menggunakan
Assessment for Learning. Assessment for Learning lebih dari sekedar
melakukan tes lebih sering atau mengelola data atau bukti belajar,
tetapi juga mencakup pelibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran (Purnomo,2013).
 Penilaian sebagai pembelajaran (Assessment as learning)
Penilaian sebagai pembelajaran lebih berfokus pada siswa dan
menekankan penilaian sebagai proses berpikir sendiri untuk siswa.
Penilaian sebagai pembelajaran lahir dari pemikiran bahwa proses
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari orang yang memiliki
pengetahuan lebih saja, melainkan rekonstruksi pengetahuan
berdasarkan apa yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya ketika
mendapat ide-ide baru. Oleh karena itu siswa menjadi unsur penting
dalam hal ini. Karena siswa merekonstruksi pengetahuannya sendiri
berdasarkan apa yang telah disampaikan, dengan kata lain penilaian
sebagai pembelajaran lebih menekankan proses belajar mandiri oleh
siswa.
Peran guru pada hal ini lebih untuk mendorong proses belajar
mandiri siswa. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru adalah
membuat model pembelajaran berdasarkan keterampilan penilaian
mandiri, membimbing siswa menetapkan tujuan belajar, memantau
perkembangan siswa, membimbing siswa menentukan kriteria yang
jelas dan memberikan umpah balik kepada siswa baik secara deskriptif
maupun berupa angka.
Metode yang dapat digunakan oleh guru dalam penilaian sebagai
pembelajaran adalah metode yang memungkinkan siswa untuk
mempertimbangkan metode pembelajarannya sendiri. Metode tersebut
juga dapat digunakan oleh guru untuk memperoleh informasi akurat
mengenai kemampuan metakognisi siswa dan sejauh mana mereka
mampu mengembangkan dirinya.
 Penilaian dari pembelajaran (Assessment of learning)
Penilaian dari pembelajaran adalah bentuk penilaian yang akan
dipublikasikan dan dapat menyimbolkan sejauh mana kemajuan siswa
selama proses belajar. Penilaian dari pembelajaran lebih mengacu
kepada strategi yang diterapkan oleh guru untuk mengonfirmasi
penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi atau program individual
mereka. Oleh karena itu guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses ini agar hasil yang telah dipublikasikan dapat
dipertanggungjawabkan.
Peran Guru dalam Penilaian Pembelajaran yaitu memiliki
tanggung jawab untuk melaporkan pembelajaran siswa secara akurat
dan adil, berdasarkan bukti yang diperoleh dari berbagai konteks dan
aplikasi. Hasil penilaian dari pembelajaran seringkali dapat
mempengaruhi masa depan siswa sehingga penting bagi guru untuk
menentukan hasil penilaian dari pembelajaran berdasarkan alasan yang
logis dan dapat dipertahankan. Selain itu, penting juga bagi guru untuk
menyampaikan hasil yang akurat agar tidak terjadi kesalahan di masa
mendatang (WNCP, 2006).
Metode yang dapat digunakan oleh guru dalam penilaian dari
pembelajaran dapat berupa ujian seperti UTS, UAS maupun ulangan
harian. Selain dengan ujian, terdapat beberapa metode yang juga bisa
dilakukan oleh guru untuk mendapatkan hasil penilaian dari
pembelajaran seperti pengumpulan portofolio, pameran, pengumpulan
produk dan proyek. Hal terpenting dari metode penilaian dari
pembelajaran adalah mampu menjawab hasil kurikulum yang
diinginkan dan memungkinkan semua siswa menunjukkan pemahaman
mereka sehingga informasi yang didapat cukup untuk mendukung
pernyataan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Assessment of Learning lebih bersifat sumatif dan digunakan untuk
mengkonfirmasi apa yang peserta didik ketahui dan bisa lakukan, untuk
menunjukkan apakah mereka telah mencapai kriteria tertentu, dan
mengevaluasi keefektifan program pengajaran dan pelayanan untuk dilaporkan
pada publik dalam satuan waktu tertentu (Mok, 2011; Purnomo, 2013).

2.2 Jenis Assessment Berdasarkan Tujuan


Assessment atau penilaian termasuk salah satu tahapan yang harus
dijalani oleh siswa selama proses pembelajaran. Penilaian selama proses
pembelajaran memiliki beragam model dan tujuan, baik sebagai evaluasi
pemahaman siswa setelah menjalani proses pembelajaran, dasar pengambilan
keputusan layak atau tidak siswa melanjutkan ke kompetensi berikutnya dan
berbagai tujuan lainnya. Berdasarkan tujuannya, penilaian selama proses
pembelajaran dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu penilaian formatif, sumatif, tes
diagnostik dan tes penempatan.
 Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah proses pengumpulan data atau informasi
mengenai seberapa baik kemajuan siswa dalam menguasai suatu
kompetensi dan menginterpretasikan informasi baru yang nantinya
digunakan sebagai acuan untuk menentukan metode pembelajaran
yang lebih baik agar proses pembelajaran lebih optimal
(Kemendikbud, 2019). Hasil dari penilaian formatif tidak
mempengaruhi nilai rapor siswa secara langsung, karena pada
dasarnya penilaian formatif bertujuan untuk menentukan metode
belajar yang lebih baik ke depannya.
Menurut Kemendikbud (2019) penilaian formatif memiliki
beberapa prinsip yaitu terintegrasi dengan proses pembelajaran,
melibatkan siswa pada prosesnya dan tidak hanya mengukur
penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi melainkan juga motivasi
belajar, sikap terhadap pembelajaran, gaya belajar, serta kerjasama
selama proses pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, penilaian formatif dapat dilakukan beberapa
kali dalam satu pertemuan. Misal pada awal pertemuan guru
menggunakan metode umpan balik bersama untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi sebelumnya, kemudian di
tengah proses pembelajaran guru bertanya untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain
dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung, penilaian
formatif juga dapat dilakukan dengan pembuatan jurnal belajar siswa
yang dapat berisi tentang refleksi diri sesuai dengan prinsip penilaian
formatif yang melibatkan siswa.
 Penilaian sumatif
Berbeda dengan penilaian formatif yang hasilnya digunakan
sebagai acuan dalam menentukan metode belajar selanjutnya, hasil
penilaian sumatif digunakan untuk memutuskan seorang siswa layak
atau tidak untuk melanjutkan ke kompetensi berikutnya
(Kemendikbud, 2019). Penilaian sumatif juga berbeda dengan
penilaian formatif pada pelaksanaannya Penilaian sumatif dilakukan
pada akhir beberapa unit, bab atau kompetensi (Kemendikbud, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian sumatif merupakan penilaian
yang dilakukan setiap akhir beberapa kompetensi untuk menentukan
layak atau tidak siswa melanjutkan ke kompetensi berikutnya. Contoh
dari penilaian sumatif yang dilakukan selama proses pembelajaran
yaitu Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS)
(Selegi, 2017).
 Tes diagnostik
Selama proses pembelajaran terkadang siswa tidak bisa langsung
memenuhi semua kompetensi yang harus dicapainya. Oleh karena itu
penting bagi guru untuk mengetahui permasalahan siswanya dalam
proses belajar agar dapat diperbaiki ke depannya. Guru dapat
mengetahui hal tersebut dengan melakukan tes diagnostik kepada
siswanya. Tes diagnostik adalah tes yang dilakukan oleh guru kepada
siswanya untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan siswanya dalam
pelajaran tertentu (Hadi, dkk, 2015).
Hadi dkk (2015) dalam artikelnya mengatakan bahwa tes
diagnostik memiliki dua fungsi utama yaitu mengidentifikasi
permasalahan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran dan
menentukan tindak lanjut berupa upaya-upaya yang dapat ditempuh
untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Hasil tes diagnostik tidak
selalu berupa angka saja, melainkan juga dapat berupa deskripsi
mengenai pemahaman siswa terhadap suatu kompetensi. Contoh tes
diagnostik yang dapat dilakukan oleh guru adalah post test atau
ulangan harian yang bisa dilaksanakan setiap akhir dari beberapa
kompetensi. Menurut Hadi, dkk (2015) tes diagnostik memiliki
beberapa karakteristik yaitu:
o Dirancang untuk mendeteksi kelemahan belajar siswa
o Dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber
kesalahan yang menjadi penyebab kelemahan siswa
o Menggunakan soal-soal berbentuk uraian atau jawaban singkat
agar informasi yang diperoleh lebih lengkap
o Disertai dengan rancangan tindak lanjut sesuai dengan
kesulitan yang telah teridentifikasi
 Tes penempatan
Tes penempatan adalah suatu alat pengukuran yang digunakan
untuk mengukur efek belajar; yaitu pengalaman yang diperoleh
seseorang melalui kegiatan terstruktur sebagaimana yang telah diatur
standar kompetensi dasar dan hasilnya digunakan untuk menempatkan
orang tersebut sesuai dengan keterampilan dan pencapaiannya
(Kemendikbud, 2018). Contoh tes penempatan yang biasa dilakukan
berupa pre test. Hasil dari tes tersebut dapat digunakan oleh guru atau
satuan pendidikan untuk menempatkan siswa pada kelas yang sesuai
dengan kemampuannya.

2.3 Pengertian Belajar Tuntas


Proses belajar mengajar bertujuan untuk memberi pemahaman dan
pengalaman baru kepada siswa sesuai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Pada suatu satuan tingkat pendidikan terdapat beberapa kompetensi
yang harus dikuasai siswa sebelum dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Proses pembelajaran hingga siswa mampu menguasai semua kompetensi yang
telah ditentukan disebut dengan belajar tuntas.
Belajar tuntas adalah pendekatan pembelajaran berdasarkan pandangan
filosofis bahwa setiap siswa dapat belajar jika mendapat dukungan kondisi
yang tepat (Armawan, 2011). Rusmin B. (2016) dalam artikelnya mengatakan
bahwa belajar tuntas berarti setiap siswa mampu secara tuntas menguasai
kompetensi yang telah ditentukan sebelum melanjutkan ke kompetensi
berikutnya.
Pendekatan belajar tuntas dapat dilaksanakan dan mempunyai efek
meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan
mengakomodasi semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan,
minat, dan bakat dengan syarat diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai.
Pada pelaksanaannya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
belajar tuntas siswa. Faktor tersebut antara lain kualitas pembelajaran yang
dilakukan, faktor internal siswa; fisiologis dan psikologis, faktor eksternal;
kondisi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan dengan anggota keluarga,
dan faktor lingkungan tempat tinggal siswa (Rusmin B., 2016). Salah satu cara
untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa yaitu dengan melakukan tes sumatif
baik setiap akhir dari pembelajaran satu kompetensi maupun beberapa
kompetensi sekaligus (Armawan, 2011; Suciana, 2016).
2.4 Acuan Pengukuran Belajar Tuntas
Acuan pengukuran belajar tuntas tertuang pada prinsipnya.
Pengembangan konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan
pengajarannya kepada prinsip-prinsip dibawah ini:
1) Sebagian besar siswa dalam situasi daan kondisi belajar yang normal
dapat menguasai sebagian terbesar bahan yang diajarkan.
Penyebaran siswa dalam kelas tidak mengikuti distribusi normal.
Menurut konsep diluar belajar tuntas, penyebaran siswa dalam kelas
mengikuti kurva normal, yaitu sebagian kecil siswa (17%)
menguasai sebagian kecil bahan ajaran, sebagian besar siswa (66%)
menguasai sebagian besar bahan, dan sebagian kecil siswa (17%)
menguasai hampir seluruh bahan. Hal ini menjadi tugas guru untuk
merancang pengajaran sedemikian rupa agar sebagian besar siswa
dapat menguasai hampir seluruh bahan ajar.
2) Dalam menyusun strategi pengajaran tuntas, guru memulai dengan
merumuskan tujuan-tujuan khusus yang harus dikuasai oleh siswa.
Guru juga menetapkan tingkat penguasaan yang harus dicapai.
3) Sejalan dengan tujuan khusus-khusus tersebut, guru merinci bahan
ajaran menjadi satu-satuan bahan ajaran yang kecil yang mendukung
pencapaian suatu kelompok tujuan khusus tersebut. Berdasarkan
tingkat penguasaan siswa dalam satuan pelajaran siswa tersebut,
mereka dapat pindahkan dari satuan pelajaran ke satuan pelajaran
berikutnya.
4) Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, disusun
juga bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep
belajar tuntas sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik.
Kemajuan belajar siswa harus segera dinilai, dan hasil penilaian
tersebut menjadi umpan bal bagi kegiatan perbaikan atau pengayaan.
Perbaikan diberikan kepada siswa yang belum menguasai bahan
ajaran secara tuntas, sedangkan pengayaan diberikan kepada siswa
yang perkembangan belajarnya cepat (Kunandar, 2015).
Sejalan dengan rinsip-prinsip tersebut guru harus menentukan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran yaitu salah satu prinsip
penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan
kriteria dalam menentukan kelulusan pembelajaran.

2.5 Pengertian Pembelajaran Remidi


Selama proses belajar mengajar kadang tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama dalam memahami suatu materi pelajaran. Perbedaan
kemampuan tersebut dapat menjadi masalah bagi siswa dengan kemampuan di
bawah rata-rata dan membuat proses pembelajaran bagi siswa tersebut tidak
maksimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guruuntuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan melaksanakan metode pembelajaran remidi.
Menurut Slamet (2015) pembelajaran remidi adalah satu bentuk
pembelajaran yang bersifat memperbaiki atau membuat menjadi lebih baik dan
ditujukan bagi siswa yang mengalami masalah kesulitan dalam belajar Lebih
lanjut Slamet mengatakan bahwa pembelajaran remidi memiliki beberapa
fungsi yaitu
o Fungsi korektif, yaitu mengadakan perbaikan pada kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa.
o Fungsi penyesuaian, yaitu membuat siswa lebih memahami
kemampuan serta keterampilan dirinya.
o Fungsi pengayaan, yaitu perbaikan yang diharapkan dapat
memperkaya pengetahuan siswa.
o Fungsi percepatan, yaitu perbaikan yang telah dilakukan oleh siswa
diharapkan mampu mempercepat proses pemahaman materi pelajaran.
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi
siswa yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajarnya. Sehubungan
dengan itu, langkah-langkah yang harus di tempuh dalam kegiatan remidial
meliputi :
a. Mengidentifikasi kesulitan siswa
b. Analisis hasil belajar diagnosis kesulitan belajar
c. Menemukan penyebab kesulitan belajar
d. Menyusun rencana kegiatan remedial
e. Melaksanakan kegiatan remedial
f. Menilai kegiatan remedial (memberi tes)
Sedangkan model pembelajaran remedial yang dapat dilakukan adalah :
a. Model pembelajaran remedial diluar jam sekolah
b. Model pembelajaran remedial pemisahan
Model pembelajaran remedial tim

2.6 Pelaksanaan Pembelajaran Remidi


Pada pelaksanaannya, pembelajaran remidi bisa dilakukan sama dengan
pembelajaran reguler di kelas, tetapi perlu diperhatikan bahwa pembelajaran
remidi berangkat dari konsep atau kompetensi yang belum di pahami dan
dikuasai oleh siswa. Jadi, bisa dikatakan pembelajaran remidi dapat berupa
kelas tambahan (Slamet, 2015).
Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran
biasa untuk memenuhi siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
(preventif), setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar (kuratif), atau selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran biasa (pengembangan). Dalam melaksanakan kegiatan remedial
guru dapat menerapkan berbagai metode dan media sesuai dengan kesulitan
yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta menekankan pada segi
kekuatan yang dimiliki siswa. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran
remedial yaitu sebagai berikut :
a. Tes ulang
b. Pemberian tugas tambahan
c. Pembelajaran ulang
d. Belajar mandiri kemudian tes
e. Belajar kelompok dengan bimbingan guru
f. Belajar kelompok dengan bimbingan siswa yang telah tuntas
belajarnya.
Menurut Kunandar (2015) langkah-langkah pembelajaran remedial
yang harus dikembangkan oleh guru menurut yaitu sebagai berikut :
a. Mengajar kembali yaitu : kegiatan perbaikan dilaksanakan dengan
jalan menjelaskan atau mengajarkan kembali bahan yang sama kepada
siswa kemudian diujikan kembali.
b. Pemberian tugas tambahan atau pekerjaan rumah kepada para siswa
dengan mengerjakan kembali soal atau tugas, berdiskusi dengan teman
atau membaca kembali materi yang disampaikan oleh guru

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
 Assessment atau penilaian dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat
penting sebagai saran bagi guru untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,
evaluasi kelebihan dan kekurangan belajar siswa serta memberikan bukti
akurat mengenai hasil belajar siswa.
 Assessment atau penilaian dapat dibagi ke dalam beberapa jenis
berdasarkan tujuannya yaitu tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik dan
tes penempatan. Setiap jenis Assessment dapat dilakukan kapan saja
menyesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran.
 Belajar tuntas berarti bahwa siswa telah memenuhi setiap standar
kompetensi yang telah ditentukan sesuai tingkatannya
 Pembelajaran remidi adalah pembelajaran yang bersifat memperbaiki atau
mengubah menjadi lebih baik
 Pembelajaran remidi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah kelas
berlangsung dengan titik awal pembahasan berangkat dari bagian yang
belum dikuasai oleh siswa
DAFTAR RUJUKAN

Armawan, D. 2011. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas XI-2 Jurusan TKR
SMKN 1 Seyegan. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: FT UNY
Darma, C., Uthartianty, R. & Khoirunnisaa, A. 2018. Model Tes Penempatan
Pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket C. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Hadi, S., Ismara, I. & Tanumihardja, E. 2015. Pengembangan Sistem Tes
Diagnostik Kesulitan Belajar Kompetensi Dasar Kejuruan Siswa SMK.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 19(2). 168-175. Dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep
Kunandar. (2015). Penilaian Autentik. Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT
Raja Gafindo Persada.
Mok, M. M. C. (2011). The Assessment for, of and as Learning in Mathematics:
The Application of SLOA. In B. Kaur & W. K. Yoong (Eds.). Assessment
in the Mathematics Classroom Yearbook 2011, Association of
Mathematics Educators.
Purnomo, Y. W. 2013. Keefektifan Penilaian Formatif terhadap Hasil Belajar
Matematika Mahasiswa Ditinjau dari Motivasi belajar. Jakarta :
Grasindo
Rusmin B., Muhammad. 2016. Belajar Tuntas. Jurnal Inspiratif Pendidikan, 5(1).
94-103. Dari http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Pendidikan/article/view/3215
Selegi, Susanti F. 2017. Model Evaluasi Formatif-Sumatif Terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Geografi.
Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional 20, Program
Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, Palembang, 25 November.
Shermis M. D., & Di Vesta, F. J. (2011). Classroom Assessment in Action.
Maryland: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.
Slamet. 2015. Pembelajaran Remedial untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar
Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas VI SDN Genengan 2 Pada Pembelajaran
Matematika “FPB” dan ”KPK”) An Nuha, 2(1). 97-117
Suciana, I. 2016. Penerapan Strategi Belajar Tuntas (Mastery Learning) untuk
Pencapaian Standar Kompetensi Dalam Pelajaran Ekonomi di SMA IT
YAPIRA Medang Kabupaten Bogor. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
Tim Pusat Penilaian Pendidikan. 2019. Model Penilaian Formatif pada
Pembelajaran Abad ke-21 untuk Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Western and Northern Canadian Protocol for Collaboration in Education
[WNCP]. (2006). Rethinking Classroom Assessment With Purpose In
Mind : Assessment for Learning, Assessment as Learning, Assessment
of Learning, diambil dari
http://www.wncp.ca/english/subjectarea/classAssessment.aspx
Wahyudi. 2010. Asesmen Pembelajaran Berbasis Portofolio di Sekolah. Jurnal
Visi Ilmu Pendidikan, 2(1). 288-296. Dari
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jvip/article/view/370

Anda mungkin juga menyukai