Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR EVALUASI:

PENGERTIAN, JENIS, PRINSIP, VALIDITAS, DAN REABILITAS

MAKALAH

OLEH
Anisa’u Fitriyatus Sholihah 06012682226016
Rachel Joy Oberto 06012682226024
Yan Na 06012682226004

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa


Dosen Pengasuh: 1. Prof. Dr. Mulyadi E. Purnomo., M.Pd.
2. Dr. Latifah Ratnawati, M.Pd.
3. Dr. Agus Saripudin, M.Ed.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA


PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023

1
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai
oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi
merupakan sub sistem yang sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan,
karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan
hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui
hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena
dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik
Evaluasi memiliki cakupan dan jenis yang luas, tidak hanya mengenai soal latihan
tulis yang diberikan guru kepada siswa. Evaluasi yang dilakukan guru kepada siswa perlu
memperhatikan capaian apa yang akan dilihat. Untuk dapat melaksanakan evaluasi
pembelajaran dengan benar, maka guru diharuskan mengetahui berbagai dimensi yang
terkait dengan evaluasi,terutama berkaitan dengan hakikat evaluasi, tujuan
evaluasi, prinsip-prinsi pevaluasi, jenis-jenis evaluasi, validitas dan reabilitas evaluasi di
dalam proses pembalajaran. Pada makalah ini dibahas dasar-dasar evaluasi pembelajran.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengertian, jenis, dan prinsip dasar-dasar evaluasi?
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan validitas, dan reabilitas pada dasar-dasar
evaluasi!

1.3 Tujuan Penelitian


1) Mendeskripsikan pengertian, jenis, dan prinsip dasar-dasar evaluasi.
2) Menjelaskan validitas, dan reabilitas pada dasar-dasar evaluasi.

2
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Menurut Supriyadi (2013:1) dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa,


sebagaimana halnya dalam penyelenggaraan pembelajaran bidang-bidang yang lain, evaluasi
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan pembelajaran secara
keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, pembelajaran bahasa diselenggarakan untuk
mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan
berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan-tujuan
pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dirancang secara matang dan saksama dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar tujuan-
tujuan pembelajaran itu dicapai dengan semestinya.
Evaluasi tidak boleh dipandang sebagai kumpulan teknik-teknik saja tetapi lebih
merupakan sebuah proses yang berdasar pada prinsip-prinsip. Depdiknas mengkategorikan
prinsip-prinsip umum evaluasi yang harus diperhatikan sebagai berikut.

a) Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam
proses evaluasi.
b) Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan harus
dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk
menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa.
c) Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk
membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data
(Purwanto, 1992). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan
evaluasi yang direncanakan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Suryadi
dalam Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis
untuk menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran.
Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa evaluasi ialah penafsiran
terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.

3
Unsur yang harus ada dalam kegiatan evaluasi

Selain istilah evaluasi seperti yang tercantum dalam definisi di atas, kita dapati pula
istilah pengukuran dan penilaian. Ketiga istilah tersebut pada umumnya cenderung diartikan
sama (tidak dibedakan). Padahal sebenarnya ketiga istilah tersebut tidak sama artinya.
Setidak-tidaknya ada kaitan antara ketiga istilah tersebut. Dalam penyelenggaraan
pembelajaran, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, diselenggarakan untuk
mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan
berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan-tujuan
pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dirancang secara matang dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar tujuan pembelajaran
itu dicapai secara maksimal.
Implementasi evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran maupun cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-
keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan
pribadi dan sistem nilai yang ada pada si pembuat keputusan itu sendiri. Merujuk pada
pengertian evaluasi yang telah dirumuskan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa unsur-
unsur yang harus ada dalam kegiatan evaluasi pendidikan adalah; adanya obyek yang
dievaluasi, adanya tujuan evaluasi, adanya alat evaluasi, proses evaluasi dan hasil evaluasi.

Hasil Evaluasi
Evaluasi pembelajaran adalah proses yang dilalui oleh seorang guru untuk
mendapatkan data dan informasi tentang hasil pembelajaran agar nantinya bisa dilakukan
penilaian dan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Artinya, hasil evaluasi bisa dijadikan
tolok ukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran di kelas. Jika hasilnya belum mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru bisa mengambil langkah-langkah perbaikan di
pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis agar dapat menggambarkan kemampuan
para peseta didik yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru
adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit,
pertengahan, dan atau akhir suatu program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya
informasi tentang para peseta didik sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan pridiksi
guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya.

4
2.2 Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Secara umum, jenis pelaksanaan tes mencakup: tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan/performansi. Dalam tes tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk esai, objektif,
atau gabungan dari keduanya. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam
bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan. Sebagai alat
evaluasi belajar, soal-soal tes lisan pada dasarnya berbentuk esai (Subino, 1989:1-7). Baik
soal berbentuk esai maupun objektif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, menurut
Subino, soal tes bentuk esai lebih tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
bersikap kompleks; soal tes objektif tepat digunakan untuk mengevalusi hasil belajar berupa
kemampuan: mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua
hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.

Secara umum berikut merupakan jenis-jenis evaluasi:

Berdasarkan tujuannya 
1) Pretest dan posttest: Pretest merupakan kegiatan tes yang dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai. Sementara itu, posttest merupakan kegiatan tes yang dilakukan
di akhir pembelajaran.
2) Evaluasi diagnostik: Evaluasi diagnostik adalah evaluasi guna mengidentifikasi
kelemahan peserta didik untukkemudian dicarikan solusinya.
3) Evaluasi selektif: Evaluasi selektif adalah evaluasi untuk menyaring siswa yang sesuai
dengan kriteria pada suatu program. Misalnya, seleksi untuk memilih peserta
olimpiade.
4) Evaluasi penempatan: Evaluasi ini bertujuan untuk memilih siswa sesuai dengan
kemampuannya untuk kemudian ditempatkan di program yang tepat.
5) Evaluasi formatif: Evaluasi formatif biasa disebut ulangan atau ujian. Evaluasi ini
diadakan di setiap akhir pembelajaran suatu materi.
6) Evaluasi sumatif: Evaluasi sumatif diselenggarakan di setiap akhir semester atau biasa
disebut ujian akhir semester.
7) Ujian nasional: Ujian nasional memang sudah ditiadakan. Namun, bentuk ujian
nasional yang dulu selalu diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu
bentuk evaluasi.
Berdasarkan sasarannya

5
1) Evaluasi konteks: Evaluasi konteks adalah penilaian untuk suatu program yang
ditinjau dari sisi konteksnya, contoh latar belakang program, rasional tujuan, dan
kebutuhan lainnya.
2) Evaluasi input: Evaluasi input bertujuan untuk melihat input sumber daya beserta
strateginya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3) Evaluasi proses: Evaluasi yang fokus menilai proses berlangsungnya suatu program
atau kegiatan, meliputi pelaksanaan, kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan,
faktor penghambat, dan sebagainya.
4) Evaluasi hasil: Evaluasi hasil adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai guna
perbaikan di masa mendatang.
5) Evaluasi lulusan: Evaluasi lulusan ini fokus pada penilaian peserta didik setelah lulus
dan mengabdi di masyarakatnya.

Berdasarkan lingkup pembelajaran


1) Evaluasi program pembelajaran: Evaluasi ini lebih fokus pada hal-hal yang berkaitan
dengan program-program pembelajaran, misalnya tujuan pembelajaran, isi, strategi,
metode, dan aspek lainnya.
2) Evaluasi proses pembelajaran: Evaluasi proses mengacu pada hal yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran itu sendiri, misalnya kesesuaian antara tujuan dan
materi, skill guru dalam mengajar, pencapaian peserta didik di kelas, dan sebagainya.
3) Evaluasi hasil pembelajaran: objek utamanya adalah peserta didik. Evaluasi hasil
merupakan penilaian terhadap tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik
terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan objek evaluasinya


1) Evaluasi input: Evaluasi input menilai hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian,
perilaku, dan keyakinan.
2) Evaluasi transformasi: Evaluasi transformasi menilai hal0hal yang berkaitan dengan
transformasi pembelajaran, misalnya media, materi, dan metode.
3) Evaluasi output: Evaluasi output menilai hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian
hasil belajar.

Berdasarkan subjek evaluasinya

6
1) Evaluasi internal: Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak 
internal sekolah, misalnya melalui guru.
2) Evaluasi eksternal: Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak
eksternal, misalnya wali siswa, masyarakat, lingkungan sekitar sekolah, dan
sebagainya.

Evaluasi pembelajaran bahasa untuk siswa

1) Evaluasi ranah pengetahuan bahasa, pengetahuan kebahasaan antara lain meliputi:


masalah struktur (fonologi, morfologi, sintaksis), semantik, kosakata, ejaan, dan
lain-lain. Penguasaan pengetahuan (kompetensi) kebahasaan ini pada akhirnya akan
mencerminkan perilaku berbahasa pembelajar. Ranah pengetahuan berkenaan
dengan hasil belajar intelektual. Evaluasi ranah pengetahuan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana pembelajar menguasai teori-teori kebahasaan yang
dipelajarinya. Ranah pengetahuan dapat diujikan dengan mengadakan (1) tes
pengetahuan, (2) wawancara, dan (3) observasi. Nilai tes ditentukan oleh seberapa
jauh pembelajar dapar menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Semakin banyak
pembelajar menjawab dengan benar, semakin baiklah pengetahuan bahasanya. Tes
bahasa tersebut meliputi: tes bunyi bahasa, tes kosakata, dan tes tatabahasa
(struktur).
2) Evaluasi Ranah Sikap Berbahasa, Ranah sikap merupakan ranah yang berkaitan
dengan pandangan, pikiran, dan perasaan pembelajar terhadap bahasa target
(Indonesia) yang dipelajarinya. Ranah ini mencakup aspek penerimaan, reaksi, dan
penilaian. Evaluasi terhadap ranah sikap berbahasa ini dimaksudkan agar penilai
menge-tahui: (1) pandangan, pikiran, dan perasaan pembelajar, (2) perilaku
pembelajar, (3) ketanggapan terhadap gejala bahasa; dan (4) sejauh mana pembelajar
mampu menilai setiap masalah bahasa terget yang ditemuinya. Teknik evaluasi yang
dapat dilakukan berupa: (1) pengungkapan, (2) pangamatan, dan (3) penilaian. Baik
buruknya pandangan pembelajaran terhadap bahasa terget ditentukan dari
kemampuannya menyelesaikan tes, hasil observasi, wawancara, 13 dan hasil
angketnya.
3) Evaluasi Ranah Keterampilan Berbahasa, Keterampilan berbahasa merupakan kiat
menggunakan setiap aspek kebaha-saan dalam setiap perilaku berbahasa.
Keterampilan berbahasa mencakup menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

7
Keterampilan menyimak termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis termasuk keterampilan produktif.

2.3 Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Tujuan dilakukannya evaluasi pembelajaran yaitu untuk menciptakan kegiatan belajar


mengajar yang lebih baik. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang akurat dan baik, maka
evaluasi harus berhubungan dengan beberapa prinsip. Menurut Khusnuridlo (2010) berikut
adalah beberapa prinsip umum evaluasi pembelajaran, yaitu:

1) Kontinuitas

Prinsip evaluasi pembelajaran yang pertama yaitu harus dilakukan secara


berkelanjutan sehingga terlihat keberhasilan antara kegiatan sebelumnya dan setelah
melakukan evaluasi. Dengan melakukan evaluasi secara kontinu, guru juga dapat melihat
perkembangan peserta didik dengan melihat kemajuan hasil belajarnya. Umumnya, proses
evaluasi terus dilakukan selama kegiatan pembelajaran itu juga dilakukan, agar guru dan
sekolah bisa memberikan hasil yang terbaik setiap masanya.

2) Komprehensif

Komprehensif artinya evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh untuk menilai


beberapa aspek di dalamnya seperti aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik.
Pasalnya, tidak jarang beberapa guru yang hanya memperhatikan aspek kognitif atau
pengetahuan siswa, padahal seluruh aspek penilaian berperan besar dalam evaluasi
pembelajaran.

3) Kooperatif

Umumnya, proses evaluasi pembelajaran harus dilakukan dengan berkoordinasi


dengan berbagai elemen untuk mengembangkan siswa, mulai dari guru mata pelajaran, guru
wali kelas, kepala sekolah, orang tua, hingga petugas administrasi. Bahkan, evaluasi juga
harus melibatkan siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar seluruh elemen yang terlibat
dalam evaluasi pembelajaran merasa dihargai karena sudah berkontribusi langsung atau
mengikuti kerjasama yang dilakukan.

4) Objektif

8
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, maka proses evaluasi tersebut harus
dilakukan secara objektif. Artinya, faktor-faktor subjektif seperti hubungan guru dengan
siswa, kedekatan guru dengan siswa, faktor perasaan tidak tega dan lainnya tidak boleh
dimasukkan dalam proses evaluasi. Apabila siswa tersebut belum mendapatkan nilai yang
baik, artinya guru harus memberikan catatan untuk memotivasi siswa dan memberi
penilaian secara objektif untuk mengukur pengetahuan siswa.

5) Praktis

Prinsip evaluasi pembelajaran selanjutnya harus dilakukan secara praktis, artinya


tidak memakan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan pada guru dalam menyusun instrumen.
Implementasi penilaian dalam kurikulum 2004 dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip berikut.

1) Sistem penilaian berkelanjutan yaitu mencakup menilai semua kompetensi dasar


bukan “sampling”, memberikan tindak lanjut (remedial dan pengayaan)
berdasarkan analisis hasil penilaian.
2) Mencakup berbagai ranah dengan berbagai alat yaitu menilai aspek kognitif,
keterampilan, dan aspek efektif (menyeimbangkan proses dan produk serta
menggunakan tes, pengamatan, unjuk kerja, portofolio.
3) Mendeskripsikan penilaian secara kualitatif, kuantitatif, dan deskriptif (1) Perlu
laporan secara rinci tentang profil KD yang dicapai (2) Tidak hanya angka tetapi
deskripsi kompetensi
4) Mencakup berbagai fungsi artinya tidak sekedar untuk memberikan nilai kepada
siswa, membantu siswa menemukan kelemahan/kekuatannya, dan mengetahui
keefektifan pembelajaran e.
5) Berdasarkan acuan patokan yaitu berorientasi pada standar yang ada dan mencapai
ketuntasan belajar (mencapai ”75 %”)
6) Teknik self assesment, peer assesment, dan teacher assesment: Siswa diberi
kesempatan menilai diri sendiri untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya
serta penilaian sejawat dan penilaian guru diperlukan sebagai alat belajar dan
validasi hasil penilaian.

2.4 Validitas

9
Atmaja (2016: 223—226) menjelaskan validitas evaluasi sebagai berikut.

Secara sederhana, valid bisa diartikan sebagai ketepatan penafsiran yang dihasilkan
dari skor tes atau instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi itu layak dikatakan valid kalau
instrumen yang digunakan dapat mengukur hal yang hendak diukur. Dengan demikian, bila
tes tersebut adalah tes pencapaian hasil belajar, maka tes tersebut—apabila diinterpretasi
secara intensif—benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil evaluasi belajar.

Jadi, validitas (ketepatan) di sini berarti menilai hal yang seharusnya dinilai
menggunakan alat penilaian yang benar-benar sesuai. Seandainya kita ingin mengukur
perubahan perilaku peserta didik, kita memerlukan alat penilaian yang dapat memberi
indikasi bahwa telah terjadi perubahan pada tingkat tertentu seperti yang kita harapkan.
Bila ingin mengukur tingkat pemahaman peserta didik, maka kita memerlukan instrumen
yang mampu memberi indikasi pemahaman peserta didik.
Secara garis besar, menurut Arikunto, ada dua macam validitas, yaitu validitas
logis dan validitas empiris. Dalam istilah validitas logis, terdapat kata logis yang berasal
dari kata logika, yang berarti ‘penalaran’. Maka, validitas logis untuk sebuah instrumen
evaluasi mengarah kepada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan
yang ada.
Adapun dalam istilah validitas empiris, terdapat kata empiris yang artinya
‘pengalaman’. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalamannya. Validitas empiris tidak bisa diperoleh hanya dengan menyusun
instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi juga harus
dibuktikan melalui pengalaman.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi, sehingga tidak valid.
Beberapa faktor tersebut, secara garis besar, dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu
faktor internal tes, eksternal tes, dan yang berasal dari siswa bersangkutan. Faktor yang
berasal dari dalam tes, yaitu:

1. arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas, sehingga dapat mengurangi
validitas tes;
2. kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi tidak terlalu sulit;
3. item tes dikonstruksi dengan jelas;

10
4. tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang
diterima siswa;
5. waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu
kurang atau terlalu longgar;
6. jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel; serta
7. jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.

Adapun faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes, di antaranya:

1. waktu pengerjaan tidak cukup, sehingga siswa memberikan jawaban dalam


situasi tergesa-gesa;
2. adanya kecurangan dalam tes, sehingga tidak ada bedanya antara siswa yang
belajar dengan yang melakukan kecurangan;
3. pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan kepada semua
siswa;
4. teknik pemberian skor yang tidak konsisten;
5. siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku; serta
6. adanya joki (orang lain, bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes
yang diberikan.

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai kriterium, atau hasil tes
tersebut sejajar dengan kriterium.

2.5 Reliabilitas

Atmaja (2016: 232—236) menjelaskan reliabilitas evaluasi sebagai berikut.

Ciri lain dari sebuah tes yang baik adalah reliabilitas. Kata reliabilitas dalam
bahasa Indonesia diambil dari akta reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal
reliable yang berarti dapat dipercaya. Tes yang reliabel adalah tes yang konsisten. Jika tes
itu diulang, maka skor siswa secara kasar adalah relatif sama dengan hasil yang mereka
peroleh pada saat pertama mereka menempuh tes tersebut.

Reliabilitas berkaitan dengan kepercayaan. Suatu tes itu bisa dipercaya apabila
mempunyai taraf kepercayaan yang cukup tinggi. Syarat kepercayaan dalam tes adalah
ketetapan. Tes yang dapat dipercaya adalah tes yang mempunyai ketetapan hasil.

11
Kalaupun ada proses perubahan, itu tidak terlalu signifikan dan tidak memengaruhi isi tes
secara substansial.

Apa hubungan antara validitas dan reliabilitas? Terdapat hubungan yang erat
antara validitas dan reliabilitas sebuah tes. Sebuah tes yang valid sudah pasti reliabel,
tetapi tidak demikian sebaliknya. Jika kita hubungkan antara validitas dan reliabilitas,
maka akan tampak bahwa validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.

Menurut Sukardi, ada beberapa tipe reliabilitas yang digunakan dalam kegiatan
evaluasi. Masing-masing reliabilitas tersebut mempunyai konsistensi yang berbeda-beda.
Beberapa tipe reliabilitas di antaranya adalah tes-retes, ekuivalen, dan belah dua yang
ditentukan melalui korelasi.

2.5.1 Reliabilitas dengan Tes-retes

Reliabilitas tes-retes adalah derajat yang mengarah kepada konsistensi hasil sebuah
tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari
penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat
kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor
siswa mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya ketika siswa itu dites
lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut, guru akan mengetahui
seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur hal yang ingin diukur.

2.5.2 Reliabilitas dengan Bentuk Ekuivalensi

Sesuai namanya, yaitu ekuivalen, tes evaluasi yang hendak diukur reliabilitasnya
dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada,
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karakter yang sama.
Karakteristik yang dimaksud, misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai tingkat
kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama.

2.5.3 Reliabilitas dengan Bentuk Belah Dua

Menurut Sukardi, reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur
konsistensi internal. Maksud dari konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas
yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Reliabilitas belah dua ini
hanya satu kali dalam pelaksaannya.

12
Cara melakukan reliabilitas belah dua, pada dasarnya, dapat dilakukan dengan
urutan sebagai berikut.

1. Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.


2. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum adalah
membagi item dengan nomor ganjil dan item dengan nomor genap pada
kelompok tersebut.
3. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item
ganjil.
4. Korelasikan kedua skor tersebut menggunakan formula korelasi yang relevan
dengan teknik pengukuran.

2.5.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Reliabilitas Instrumen

Menurut Sukardi, koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan


tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh akan memengaruhi
koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrumen
evaluasi, di antaranya sebagai berikut.

1. Panjang tes. Semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item
materi pembelajaran yang diukur.
2. Penyebaran skor. Koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh
bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang diukur. Semakin tinggi
sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
3. Kesulitan tes. Tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa
cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
4. Objektivitas. Maksud objektif di sini, yaitu derajat siswa dengan kompetensi
sama mencapai hasil yang sama.

13
3. Penutup
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program, perencanaan suatu program
substansi, termasuk kurikulum dan pelaksaaanya dalam pendidikan, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, Pelaksana evaluasi seperti instansi
atau sekolah harus menentukan batas-batas kesanggupan penyesuaian pada tuntutan-
tuntutan kehidupan waktu sekarang dan akan dating yang dapat dicapai siswa sebagai hasil
pengalaman-pengalaman belajarnya. Teknik-teknik dalam evaluasi hasil belajar penting
untuk melihat hasil-hasil yang diperoleh dari penyelenggaraannya supaya bernilai praktis
dalam usaha pembangunan pendidikan. Setiap jenis atau bentuk butir soal mempunyai
cara penilaian masing-masing

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, N.P. 2016. Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar. Yogyakarta: DIVA
Press.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press
Gorontalo.

14

Anda mungkin juga menyukai