MAKALAH
OLEH
Anisa’u Fitriyatus Sholihah 06012682226016
Rachel Joy Oberto 06012682226024
Yan Na 06012682226004
1
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai
oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi
merupakan sub sistem yang sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan,
karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan
hasil pendidikan. Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui
hasil dari proses pembelajaran yang ia lakukan. Pentingnya diketahui hasil ini karena
dapat menjadi salah satu patokan bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran yang dia lakukan dapat mengembangkan potensi peserta didik
Evaluasi memiliki cakupan dan jenis yang luas, tidak hanya mengenai soal latihan
tulis yang diberikan guru kepada siswa. Evaluasi yang dilakukan guru kepada siswa perlu
memperhatikan capaian apa yang akan dilihat. Untuk dapat melaksanakan evaluasi
pembelajaran dengan benar, maka guru diharuskan mengetahui berbagai dimensi yang
terkait dengan evaluasi,terutama berkaitan dengan hakikat evaluasi, tujuan
evaluasi, prinsip-prinsi pevaluasi, jenis-jenis evaluasi, validitas dan reabilitas evaluasi di
dalam proses pembalajaran. Pada makalah ini dibahas dasar-dasar evaluasi pembelajran.
2
2. Pembahasan
2.1 Pengertian Evaluasi Pembelajaran
a) Menentukan dan menjelaskan apa yang harus dinilai selalu mendapat prioritas dalam
proses evaluasi.
b) Teknik evaluasi harus dipilih sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya dan harus
dipertimbangkan apakah teknik evalusi merupakan metode yang paling efektif untuk
menentukan apa yang ingin diketahui oleh siswa.
c) Evaluasi hanyalah alat mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir.
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk
membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian
merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data
(Purwanto, 1992). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan
evaluasi yang direncanakan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, Suryadi
dalam Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis
untuk menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran.
Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa evaluasi ialah penafsiran
terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
3
Unsur yang harus ada dalam kegiatan evaluasi
Selain istilah evaluasi seperti yang tercantum dalam definisi di atas, kita dapati pula
istilah pengukuran dan penilaian. Ketiga istilah tersebut pada umumnya cenderung diartikan
sama (tidak dibedakan). Padahal sebenarnya ketiga istilah tersebut tidak sama artinya.
Setidak-tidaknya ada kaitan antara ketiga istilah tersebut. Dalam penyelenggaraan
pembelajaran, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
pembelajaran secara keseluruhan. Sebagai suatu pembelajaran, diselenggarakan untuk
mencapai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi dan dirumuskan
berdasarkan telaah mendalam terhadap kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan-tujuan
pembelajaran itu diupayakan pencapaiannya melalui serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dirancang secara matang dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar tujuan pembelajaran
itu dicapai secara maksimal.
Implementasi evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran maupun cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-
keputusan pendidikan. Pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan
pribadi dan sistem nilai yang ada pada si pembuat keputusan itu sendiri. Merujuk pada
pengertian evaluasi yang telah dirumuskan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa unsur-
unsur yang harus ada dalam kegiatan evaluasi pendidikan adalah; adanya obyek yang
dievaluasi, adanya tujuan evaluasi, adanya alat evaluasi, proses evaluasi dan hasil evaluasi.
Hasil Evaluasi
Evaluasi pembelajaran adalah proses yang dilalui oleh seorang guru untuk
mendapatkan data dan informasi tentang hasil pembelajaran agar nantinya bisa dilakukan
penilaian dan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Artinya, hasil evaluasi bisa dijadikan
tolok ukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran di kelas. Jika hasilnya belum mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan, guru bisa mengambil langkah-langkah perbaikan di
pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi harus dilakukan secara sistematis agar dapat menggambarkan kemampuan
para peseta didik yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru
adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit,
pertengahan, dan atau akhir suatu program pengajaran. Akibat yang terjadi adalah minimnya
informasi tentang para peseta didik sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan pridiksi
guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya.
4
2.2 Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Secara umum, jenis pelaksanaan tes mencakup: tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan/performansi. Dalam tes tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk esai, objektif,
atau gabungan dari keduanya. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam
bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan. Sebagai alat
evaluasi belajar, soal-soal tes lisan pada dasarnya berbentuk esai (Subino, 1989:1-7). Baik
soal berbentuk esai maupun objektif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, menurut
Subino, soal tes bentuk esai lebih tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
bersikap kompleks; soal tes objektif tepat digunakan untuk mengevalusi hasil belajar berupa
kemampuan: mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua
hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Berdasarkan tujuannya
1) Pretest dan posttest: Pretest merupakan kegiatan tes yang dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai. Sementara itu, posttest merupakan kegiatan tes yang dilakukan
di akhir pembelajaran.
2) Evaluasi diagnostik: Evaluasi diagnostik adalah evaluasi guna mengidentifikasi
kelemahan peserta didik untukkemudian dicarikan solusinya.
3) Evaluasi selektif: Evaluasi selektif adalah evaluasi untuk menyaring siswa yang sesuai
dengan kriteria pada suatu program. Misalnya, seleksi untuk memilih peserta
olimpiade.
4) Evaluasi penempatan: Evaluasi ini bertujuan untuk memilih siswa sesuai dengan
kemampuannya untuk kemudian ditempatkan di program yang tepat.
5) Evaluasi formatif: Evaluasi formatif biasa disebut ulangan atau ujian. Evaluasi ini
diadakan di setiap akhir pembelajaran suatu materi.
6) Evaluasi sumatif: Evaluasi sumatif diselenggarakan di setiap akhir semester atau biasa
disebut ujian akhir semester.
7) Ujian nasional: Ujian nasional memang sudah ditiadakan. Namun, bentuk ujian
nasional yang dulu selalu diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu
bentuk evaluasi.
Berdasarkan sasarannya
5
1) Evaluasi konteks: Evaluasi konteks adalah penilaian untuk suatu program yang
ditinjau dari sisi konteksnya, contoh latar belakang program, rasional tujuan, dan
kebutuhan lainnya.
2) Evaluasi input: Evaluasi input bertujuan untuk melihat input sumber daya beserta
strateginya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3) Evaluasi proses: Evaluasi yang fokus menilai proses berlangsungnya suatu program
atau kegiatan, meliputi pelaksanaan, kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan,
faktor penghambat, dan sebagainya.
4) Evaluasi hasil: Evaluasi hasil adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai guna
perbaikan di masa mendatang.
5) Evaluasi lulusan: Evaluasi lulusan ini fokus pada penilaian peserta didik setelah lulus
dan mengabdi di masyarakatnya.
6
1) Evaluasi internal: Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak
internal sekolah, misalnya melalui guru.
2) Evaluasi eksternal: Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh pihak
eksternal, misalnya wali siswa, masyarakat, lingkungan sekitar sekolah, dan
sebagainya.
7
Keterampilan menyimak termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan
menulis termasuk keterampilan produktif.
1) Kontinuitas
2) Komprehensif
3) Kooperatif
4) Objektif
8
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, maka proses evaluasi tersebut harus
dilakukan secara objektif. Artinya, faktor-faktor subjektif seperti hubungan guru dengan
siswa, kedekatan guru dengan siswa, faktor perasaan tidak tega dan lainnya tidak boleh
dimasukkan dalam proses evaluasi. Apabila siswa tersebut belum mendapatkan nilai yang
baik, artinya guru harus memberikan catatan untuk memotivasi siswa dan memberi
penilaian secara objektif untuk mengukur pengetahuan siswa.
5) Praktis
2.4 Validitas
9
Atmaja (2016: 223—226) menjelaskan validitas evaluasi sebagai berikut.
Secara sederhana, valid bisa diartikan sebagai ketepatan penafsiran yang dihasilkan
dari skor tes atau instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi itu layak dikatakan valid kalau
instrumen yang digunakan dapat mengukur hal yang hendak diukur. Dengan demikian, bila
tes tersebut adalah tes pencapaian hasil belajar, maka tes tersebut—apabila diinterpretasi
secara intensif—benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil evaluasi belajar.
Jadi, validitas (ketepatan) di sini berarti menilai hal yang seharusnya dinilai
menggunakan alat penilaian yang benar-benar sesuai. Seandainya kita ingin mengukur
perubahan perilaku peserta didik, kita memerlukan alat penilaian yang dapat memberi
indikasi bahwa telah terjadi perubahan pada tingkat tertentu seperti yang kita harapkan.
Bila ingin mengukur tingkat pemahaman peserta didik, maka kita memerlukan instrumen
yang mampu memberi indikasi pemahaman peserta didik.
Secara garis besar, menurut Arikunto, ada dua macam validitas, yaitu validitas
logis dan validitas empiris. Dalam istilah validitas logis, terdapat kata logis yang berasal
dari kata logika, yang berarti ‘penalaran’. Maka, validitas logis untuk sebuah instrumen
evaluasi mengarah kepada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan
yang ada.
Adapun dalam istilah validitas empiris, terdapat kata empiris yang artinya
‘pengalaman’. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalamannya. Validitas empiris tidak bisa diperoleh hanya dengan menyusun
instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi juga harus
dibuktikan melalui pengalaman.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi, sehingga tidak valid.
Beberapa faktor tersebut, secara garis besar, dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu
faktor internal tes, eksternal tes, dan yang berasal dari siswa bersangkutan. Faktor yang
berasal dari dalam tes, yaitu:
1. arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas, sehingga dapat mengurangi
validitas tes;
2. kata-kata yang digunakan dalam struktur instrumen evaluasi tidak terlalu sulit;
3. item tes dikonstruksi dengan jelas;
10
4. tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang
diterima siswa;
5. waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu
kurang atau terlalu longgar;
6. jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel; serta
7. jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.
Adapun faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes, di antaranya:
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai kriterium, atau hasil tes
tersebut sejajar dengan kriterium.
2.5 Reliabilitas
Ciri lain dari sebuah tes yang baik adalah reliabilitas. Kata reliabilitas dalam
bahasa Indonesia diambil dari akta reliability dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal
reliable yang berarti dapat dipercaya. Tes yang reliabel adalah tes yang konsisten. Jika tes
itu diulang, maka skor siswa secara kasar adalah relatif sama dengan hasil yang mereka
peroleh pada saat pertama mereka menempuh tes tersebut.
Reliabilitas berkaitan dengan kepercayaan. Suatu tes itu bisa dipercaya apabila
mempunyai taraf kepercayaan yang cukup tinggi. Syarat kepercayaan dalam tes adalah
ketetapan. Tes yang dapat dipercaya adalah tes yang mempunyai ketetapan hasil.
11
Kalaupun ada proses perubahan, itu tidak terlalu signifikan dan tidak memengaruhi isi tes
secara substansial.
Apa hubungan antara validitas dan reliabilitas? Terdapat hubungan yang erat
antara validitas dan reliabilitas sebuah tes. Sebuah tes yang valid sudah pasti reliabel,
tetapi tidak demikian sebaliknya. Jika kita hubungkan antara validitas dan reliabilitas,
maka akan tampak bahwa validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
Menurut Sukardi, ada beberapa tipe reliabilitas yang digunakan dalam kegiatan
evaluasi. Masing-masing reliabilitas tersebut mempunyai konsistensi yang berbeda-beda.
Beberapa tipe reliabilitas di antaranya adalah tes-retes, ekuivalen, dan belah dua yang
ditentukan melalui korelasi.
Reliabilitas tes-retes adalah derajat yang mengarah kepada konsistensi hasil sebuah
tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari
penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat
kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor
siswa mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya ketika siswa itu dites
lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut, guru akan mengetahui
seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur hal yang ingin diukur.
Sesuai namanya, yaitu ekuivalen, tes evaluasi yang hendak diukur reliabilitasnya
dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada,
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karakter yang sama.
Karakteristik yang dimaksud, misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai tingkat
kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama.
Menurut Sukardi, reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur
konsistensi internal. Maksud dari konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas
yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Reliabilitas belah dua ini
hanya satu kali dalam pelaksaannya.
12
Cara melakukan reliabilitas belah dua, pada dasarnya, dapat dilakukan dengan
urutan sebagai berikut.
1. Panjang tes. Semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item
materi pembelajaran yang diukur.
2. Penyebaran skor. Koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh
bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang diukur. Semakin tinggi
sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
3. Kesulitan tes. Tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa
cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
4. Objektivitas. Maksud objektif di sini, yaitu derajat siswa dengan kompetensi
sama mencapai hasil yang sama.
13
3. Penutup
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program, perencanaan suatu program
substansi, termasuk kurikulum dan pelaksaaanya dalam pendidikan, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, Pelaksana evaluasi seperti instansi
atau sekolah harus menentukan batas-batas kesanggupan penyesuaian pada tuntutan-
tuntutan kehidupan waktu sekarang dan akan dating yang dapat dicapai siswa sebagai hasil
pengalaman-pengalaman belajarnya. Teknik-teknik dalam evaluasi hasil belajar penting
untuk melihat hasil-hasil yang diperoleh dari penyelenggaraannya supaya bernilai praktis
dalam usaha pembangunan pendidikan. Setiap jenis atau bentuk butir soal mempunyai
cara penilaian masing-masing
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, N.P. 2016. Buku Super Lengkap Evaluasi Belajar-Mengajar. Yogyakarta: DIVA
Press.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press
Gorontalo.
14