Anda di halaman 1dari 15

ISI LAPORAN HASIL BELAJAR PAI SISWA

M. Lukman Alifi

Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagaung

Abstrak:

Laporan belajar yang akurat akan menaikkan kualitas belajar di sekolah. Usaha
peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, penilaian hasil
belajar siswa dilakukan melalui dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan esesmen dan evaluasi.
Esesmen diartikan sebagai kegiatan pengumpulan hasil belajar, sedangkan evaluasi
diartikan sebagai kegiatan penyetandaran atau pengolahan hasil belajar. Evaluasi dalam
pendidikan agama Islam cara atau langkah-langkah yang digunakan terhadap penilaian
tingkah laku siswa berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari
seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual religius siswa.
Hasil dari implementasi isi laporan hasil belajar pendidikan agama Islam dalam bentuk
penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar siswa serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Langkah-langkah, Implementasi.

PENDAHULUAN

Penilaian memiliki beberapa fungsi selain mengetahui informasi tentang capaian


kompetensi peserta didik, namun penilaian juga dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran.1 Mengetahui hasil capaian peserta didik
apakah nilai yang didapatkan memuaskan atau sebaliknya secara tidak langsung akan
diketahui juga bagaimana proses pembelajaran yang mereka lakukan sehingga mereka
mendapatkan hasil yang seperti itu. Penilaian tidak hanya dilakukan kepada peserta didik
saja, namun juga kepada pendidik sebagai sumber yang menyampaikan ilmu pengetahuan
peserta didik.2 Penilaian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kompetensi guru yang
dimiliki diimplementasikan dalam mengajar.3 Apakah hal-hal yang dilakukan oleh
seseorang pendidik sudah sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam aturan
Nasional dan sesuai dengan norma yang berlaku atau masih diperlukan perhatian dan
perbaikan supaya pendidik tersebut mampu mengelola pembelajaran dengan baik.4
Pada saat melakukan penilaian, kesulitan yang dihadapi guru ketika memberikan
penilaian sikap kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung misalnya
seperti memberikan pembelajaran setelah itu, peserta didik melakukan presentasi dan
mengerjakan tugas. Dalam hal ini, banyak kesulitan yang masih ada pada siswa karena
tidak mendengarkan, memahami isi materi yang diberikan, sehingga ada yang tidak

1
Arikunto, S, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Bumi Aksara, 1999).
2
Douglas, B. H, Language Assessment Principle and Classroom Practices. (NY: Pearson
Education, 2004).
3
Ekawarna, D. R, Penelitian Tindakan Kelas, (Jambi: Gaung Persada, 2011).
4
Firman Mansir dan Muh Alamin, “5665-Article Text-19485-1-10-20220802 (2),” 4 (2022), 156–
168.
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan demikian guru memberikan banyak
metode, selalu memberikan perhatian penuh kepada peserta didik agar mau belajar dan
memotivasinya.5
Penilaian pembelajaran ini memberikan manfaat bagi pihak-pihak yanng berkaitan
dengan kegiatan belajar-mengajar seperti manfaat bagi peserta didik.6 Manfaat
yang diberikan kepada peserta didik dari penilaian ini ialah peserta didik dapat
mengetahui sejauh mana capaian hasil belajar dari pembelajaran yang telah dilakukan
selama ini, dan juga peserta didik dapat memaksimalkan lagi upayanya dalam
memahami materi dan mengikuti pembelajaran dengan baik.7 Manfaat bagi pendidik
berupa informasi mengenai pemahaman yang diperoleh oleh peserta didik dari
pengajaran yang telah dilakukannya. Selain itu hasil penilaian tersebut juga dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan koreksi bagi pendidik, apakah metode, materi dan
pendekatan yang dilakukan sudah sesuai dengan perkembangan peserta didik. Manfaat
bagi sekolah tentunya hasil penilaian terhadap peserta didik dan pendidik akan
memberikan pengaruh kepada pihak sekolah.8 Dengan itu pihak sekolah dapat
mengetahui bagaimana kondisi dan suasana kelas yang diciptakan oleh pedidik dan
peserta didik. Mengetahui peningkatan penilaian yang sudah dilakukan dari tahun ke
tahun untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan pelayanan dan juga fasilitas-fasilitas
pendukung yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar-mengajar.9

PEMBAHASAN

1. Macam-macam Penilaian PAI

Banyak sekolah dalam praktinya yang melakukan penilaian diakhir proses


pembelajaran saja namun nyatanya penilaian dapat dilakukan selama proses
pembelajaran atau bahkan sebelum pembelajaran. Menurut pendapat Wiwik Setyawati,
menyatakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam penilaian yaitu.10
a. Assessment of Learning
Assessment of Learning atau penilaian setelah pembelajaran atau dapat
disebut juga dengan penilaian sumatif. Penilaian ini tidak selalu dapat
dilakukan di akhir periode ajaran, namun dapat juga dilakukan apabila
seorang guru ingin mengetahui capaian hasil pembelajaran dari suatu
tahapan tertentu contohnya seperti ulangan harian, mid-semester dan
ujian-ujian atau penilaian sumatif lainnya termasuk Assessment of
Learning.
b. Assessment for Learning

5
Muh Anwar dan Fajri Basam, “Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah PEMBERIAN
PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK PADA PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (
PAI ) KELAS V,” 05.1 (2023), 27–34.
6
Jihad, A, Evaluasi pembelajaran, (Multi Pressindo, 2008).
7
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafinda, 2007).
Supratiknya, A, Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. (Yogyakarta:
8

Universitas Sanata Dharma, 2012).


9
Mansir dan Alamin, Articel....,h. 169
10
Ibid....,.h.172.
Assessment for Learning ini merupakan jenis penilaian formatif dan
dalam pelaksanaannya dilakukan selama proses pembelajaran. Pada
penilaian ini pendidik memberikan penugasan kepada peserta didik
seperti project dan lainlain. Penilaian formatif ini juga memiliki tujuan
memperbaiki proses pembelajaran apabila ada yang kurang selama
pembelajaran berlangsung agar dapat segera dibenahi.
c. Assessment as Learning
Assessment as Learning merpakan jenis penilaian yang tidak jauh berbeda
dengan Assessment of Learning, keduanya merupakan penilaian formatif
yang dilakukan selama pembelajaran masih berjalan. Adapun
perbedaannya dengan jenis penilaian sbeleumnya, penilaian ini memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam menilai
progress mereka sendiri. Peserta didik dilibatkan untuk merumuskan
kriteria dan bobot nilai dari berbagai hal selama pembelajaran sehingga
harapannya mereka dengan sadar mampu meningkatkan semangat dalam
menyelesaikan tugas dan maksimal dalam belajar.

2. Penilaian Autentik
Salah satu konsep penilaian yang sedang hangat diperbincangkan dalam
kurikulum 2013 adalah penilaian autentik atau biasa disebut penilaian alternatif.11
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan informasi yang meminta siswa
untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata.12 Penilaian ini sangat penting
dalam proses pembelajaran dan dapat memberikan informasi yang menunjukkan
kemampuan atau keterampilan peserta didik pada kondisi sebenarnya. 13 Kemampuan
peserta didik yang dinilai melipputi tiga aspek penting yaitu aspek sikap, pengetahuan
dan keterampilan.14 Kunandar menyatakan kurikulum 2013 mempertegas adanya
pergeseran penilaian dari berbasis tes menuju penilaian autentik yang meliputi tiga
aspek tersebut yang didasarkan pada pelaksanaan proses dan hasilnya.15
Penilaian pada pembelajaran PAI dapat juga menggunakan penilaian autentik.
Menurut Kunandar, dalam penilaian autentik tidak hanya memperhatikan beberapa
aspek yang sudah tertera, namun juga harus memperhatikan beberapa variasi
instrument serta alat test yang harus tetap memperhatikan beberapa langkah dari
input, proses dan output peserta didik. Adapun ciri-ciri penilaian autentik adalah.16
a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran yaknikinerja dan hasil atau
produk. Artinya, dalam melakukann penilaian terhadap peserta didik
11
Lynch, B. K, Language program evaluation: Theory and practice. (Cambridge University Press,
1996).
12
Munadi, Y, Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru, (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2008).
13
Sugiyono, D, Statistika untuk penelitian, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006).
14
Nasution, S, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. (PT. Bina Aksara, 2000).
15
Dinda Dwi Maghfirah, Sukarno, dan Desy Eka Citra Dewi, “Problematika Implemetasi Penilaian
Autentik Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SD Negeri 01
Kepahiang,” GHAITSA : Islamic Education Journal , 3.1 (2022), 34–48
<https://siducat.org/index.php/ghaitsa/article/view/434>.
16
M. Imamuddin A dan Khuriyah Khuriyah, “Penilaian Autentik Pembelajaran PAI dengan
Blended Learning,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6.3 (2023), 1563–69
<https://doi.org/10.54371/jiip.v6i3.1428>.
harus mengukur aspek kinerja (performance) serta karya yang dihasilkan.
b. Penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung. Artinya, dalam penilaian guru dituntut untuk melakukan
penilaian terhadap kemampuan dan atau kompetensi proses peserta didik
setelah melakukann kegiatan pembelajaran.
c. Menggunnakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan
penilaian terhadap peserta didik menggunakan berbagai teknik sesuai
tuntutan kompetensi, serta menggunakan berbagai sumber penilaian.
d. Test hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam
melakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus
secara komprehensif yang tidak mengandalkan test semata.
e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagianbagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka
harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan
setiap hari.
f. Penilaian haris menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta
didik bukan keluasannya (kuantitas). Artinya dalam melakukan penilaian
terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap
penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.

Dalam penilaian autentik peserta didik harus menerapkan teori atau konsep
dalam dunia nyata. Penilaian autentik mengacu pada pencapaian hasil belajar
berdasarkan skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal).17 Sehingga
pencapaian kompetensi peserta didik dalam konteks pencapaian hasil belajar harus
menggunakan tahapan perbandingan dengan kriteria ketuntasan minmal (KKM)
serta harus memperhatikan penilaian level KD dan KI.18 Berikut rincian aspek-aspek
penilaian autentik.19
a. Penilaian Komepetensi Sikap
Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai
hasil pembelajaran. Bisa dilakukan melalui teknik penilaian observasi,
penilaian diri sendiri dan penilaian antar teman. Kurikulum membagi
kompetensi sikap menjadi dua yaitu sikap spiritual yang berkaitan dengan
pembentukan pribadi peserta didik yang iman, bertaqwa. Dan sikap sosial
yang berkaitan dengan pembentukan pribadi peserta didik yang berakhlak
mulia, mandiri demokratis dan bertanggung jawab.20
b. Penilaian kompetensi pengetahuan.

17
Subagia, I. W, Implementasi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013 untuk Mewujudnyatakan
Tujuan Pendidikan Nasional, (In Prosiding Seminar Nasional MIPA, 2013).
18
A dan Khuriyah, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.......,h.160.
19
Dwi Maghfirah, Sukarno, dan Eka Citra Dewi,Islamic Education Journal.....,h.50.
20
Subagia, I. W., & Wiratma, I. G. L, Penilaian Kompetemsi Kepala Sekolah dan Guru dalam
Bekerja di Sekolah. (Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 2012).
Dilakukan melalui beberapa cara yaitu tes tertulis, tes lisan dan
penugasan. Teknik tes dengan instrumen soal pilihan ganda, isian (esay),
benar-salah, menjodohkan dan uraian dapat dilakukan pada saat ulangan
harian setelah subtema selesai dipelajari. Teknik penilaian autentik pada
penilaian kompetensi pengetahuan yang dilakukan adalah tes tertulis, tes
lisan dan penugasan.
c. Penilaian kompetensi keterampilan Penilaian kompetensi keterampilan
sering disebut penilaian perbuatan, yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuannya dalam tuugas
tertentu. Penilaian ini meliputi ranah berfikir dan bertindak. Penilaian
keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek dan penilaian
portofolio.

3. Contoh Laporan Penilaian Pembelajaran PAI


Laporan hasil belajar dengan penilaian adalah saling berhubungan. Berikut contoh
laporan penilaian pembelajaran PAI.
7
8
9
Berikut Pedoman penyusunan laporan hasil belajar peserta didik mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam menurut Departemen Pendidikan Nasional

10
11
12
13
C. Kesimpulan
Isi laporan hasil belajar tidak lepas dari proses penilaian meliputi aspek, kognitif dan
psikomotorik yang juga bisa disebut dengan penilaian autentik.
DAFTAR PUSTAKA

A, M. Imamuddin, dan Khuriyah Khuriyah, “Penilaian Autentik Pembelajaran PAI dengan


Blended Learning,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6.3 (2023), 1563–69
https://doi.org/10.54371/jiip.v6i3.1428
Amri, Sofan dan Iif khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran kreatif dan Inovatif dalam
kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Anwar, Muh, dan Fajri Basam, “Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah PEMBERIAN
PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK PADA PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) KELAS V,” 05.1 (2023), 27–34
Arif, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers.
Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Bumi Aksara.
Bahri, Samsul. 2019. “Pengembangan Pendidikan Islam di Era 4.0.” Jurnal Transformatif vol
3. No 2; 165-174.
Douglas, B. H. (2004). Language Assessment Principle and Classroom Practices. NY: Pearson
Education.
Dwi Maghfirah, Dinda, Sukarno, dan Desy Eka Citra Dewi, “Problematika Implemetasi
Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti di SD Negeri 01 Kepahiang,” GHAITSA : Islamic
Education Journal , 3.1 (2022), 34–48
https://siducat.org/index.php/ghaitsa/article/view/434
Ekawarna, D. R. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: Gaung Persada.
Jihad, A. (2008). Evaluasi pembelajaran. Multi Pressindo.
Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafinda.
Lynch, B. K. (1996). Language program evaluation: Theory and practice. Cambridge
University Press.
Mansir, Firman, dan Muh Alamin, “5665-Article Text-19485-1-10-20220802 (2),” 4 (2022),
156–68
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada
Pers.
Nasution, S. (2000). Berbagai pendekatan dalam proses belajar
dan mengajar. PT. Bina Aksara.
Ningsih, Tutuk. 2019. “Peran Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Siswa di Era
Revolusi Industri 4.0 pada Madsrasah Tsanawiyah Negeri 1
Banyumas.” Jurnal Insania, vol. 24, no. 2.
Nurdyansyah. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Nizama Learning Center.
Prihartini, Eka, dkk. 2015. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Menggunakan Pendekatan Open Ended.” Jurnal Matematika. vol. 1,
no. 2.
Priyanto, Adun. 2020. “Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0.” Jurnal Pendidikan
Islam, vol. 6, no. 2.
Subagia, I. W. (2013). Implementasi Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum 2013 untuk
Mewujudnyatakan Tujuan Pendidikan Nasional. In Prosiding Seminar
Nasional MIPA.
Subagia, I. W., & Wiratma, I. G. L. (2012). Penilaian Kompetemsi Kepala Sekolah dan Guru
dalam Bekerja di Sekolah. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 45(3).
Sugiyono, D. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai