Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Metode Pembelajaran TPSR (Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial)


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Penjas
Dosen : Danang Isworo Wijayanto., M.Pd 
Disusun oleh :
Elisa Qotrun Nadiah 2020030056
Nurhafifah 2020030025
Sri Umaroh Dewi Pritami 2020030041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
JAWA TENGAH
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pembelajaran
Penjas tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung
Rasululah SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata
kuliah Pembelajaran Penjas. Selain itu, makalah ini juga betujuan untuk menambah wawasan
sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Danang Isworo Wijayanto., M.Pd  selaku
dosen mata kuliah Pembelajaran Penjas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wonosobo, 16 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang
dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi. Tujuan
Pendidikan Jasmani yaitu untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral dan
aspek pola hidup sehat. (Permendiknas No.22 Tahun 2006: 194).
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), pada Model Silabus Mata Pelajaran Penjas SD
2006, dikemukakan bahwa Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah
memiliki peranan penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melihat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang
dilakukan secara sistematis memberikan pengalaman belajar untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang
hayat. (Permendiknas No.22 Tahun 2006: 194). Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan
merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental-emosional-sportivitas-
spiritualsosial).
Di samping itu pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah
termasuk di Sekolah Dasar, karena pendidikan jasmani masuk dalam kurikulum pendidikan.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara total. Tujuan Pendidikan
Jasmani untuk mengembangkan 2 kebugaran fisik, mental, emosional dan sosial melalui kegiatan
fisik. Rusli Lutan (2009: 30), pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan
keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual dan
emosional melalui aktivitas jasmani. Sedangkan guru selaku motivator dan fasilitator, memiliki
peranan penting dalam memberikan arti dan makna pembelajaran Penjas dan olahraga sebagai sarana
atau alat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani?
2. Bagaimana Implementasi Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani?
3. Bagaimana Pengaruh Model TPSR Terhadap Perilaku Sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani.
2. Mengetahui Implementasi Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani.
3. Mengetahui Pengaruh Model TPSR Terhadap Perilaku Sosial.
BAB I I
PEMBAHASAN
A. Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani
Model TPSR digunakan sebagai alternatif dalam pengajaran pendidikan
jasmani yang bertujuan untuk mengajarkan tanggung jawab pribadi dan sosial peserta
didik dari risiko ketimpangan sosial seperti kemiskinan, kekerasan, obat-obatan, dan
masalah keluarga (Hellison, 2003, Escarti A., 2010: 388).
Model TPSR merupakan alat pembelajaran yang mengajarkan keterampilan
dalam kehidupan sosial dan mempromosikan sikap bertanggung jawab (Wright, P.M
& Burton S., 2008).
Model TPSR mendidik tanggung jawab secara bertahap. Tahapan itu
diantaranya adanya waktu konseling (counseling time), penyuluhan kesadaran
(awareness talk), fokus pelajaran (lesson focus), pertemuan kelompok (group
meeting), dan waktu refleksi (reflection focus) (Hellison, 2003: 41).
Dalam pelaksanaannya, model TPSR berfokus pada sikap peserta didik dalam
mencapai lima tujuan utama (Gordon, B., Jacobs, JM & Wright, PM, 2016: 360),
yaitu: rasa hormat (Tingkat 1), partisipasi (Tingkat 2), kemandirian (Tingkat 3),
kepedulian (Tingkat 4), dan (Tingkat 5), kepemimpinan atau role model (Beale, A.,
2016: 33).
Model TPSR memberikan struktur pembelajaran yang lebih jelas dan
membantu dalam mengorganisasi di dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini
dikarenakan struktur model TPSR secara lebih khusus mencakup pengajaran
langsung, diskusi kelompok, pengajaran teman sebaya (peer instruction),
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), tugas individu (individual work),
refleksi diri (personal reflection), dan membuat keputusan (decision making) (Wright,
P.M., Burton, S, 2008: 139).
Model TPSR dikembangkan dengan tujuan untuk mengajarkan peserta didik
dan menggunakannya dalam kehidupan masyarakat secara luas (Gordon, B., 2010:
22).Model TPSR Hellison mengidentifikasi dua nilai yang terkandung, yaitu: (1)
mengoptimalisasikan kemampuan peserta didik dan mengolah diri sendiri; (2)
menghormati hak orang lain dan peduli terhadap sesama (Escarti, A., et.al., 2010:
668). Lima tingkatan dalam model TPSR yaitu, respek dan ikut merasakan (respecting
the rights and feelings of others), ikut berpartisipasi dan berusaha (participating and
effort), pengarahan diri (selfdirection), menolong dan kepemimpinan (helping other
and leadership), dan di luar pendidikan jasmani (outside the gym). (Hellison D., 2003:
1; Gordon, B 2010: 22). Kelima tingkatan tersebut memiliki kontribusi membantu
guru dan siswa untuk dapat memusatkan perhatiannya kepada tujuan atau hasil yang
akan dicapai terutama dalam aspek tanggung jawab (Wright, PM. & Burton, S., 2008:
39).

Inti dari model TPSR yang diharapkan dari peserta didik, menunjukkan bahwa
untuk berhasil dalam lingkungan sosialnya, maka peserta didik harus belajar
bertanggung jawab untuk diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap orang lain,
serta menentukan cara untuk mengendalikan diri mereka, sehingga dapat diterima
oleh lingkungannya (Escarti, A., et.al, 2012: 185). Model TPSR secara bertahap
membiasakan peserta didik dalam bersikap dan berperilaku yang akan membantu
mereka untuk menjadi orang bertanggung jawab dan mampu mengendalikan diri
(Caballero, P., et. al., 2013: 428). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka model
pembelajaran TPSR adalah alat pembelajaran yang mengajarkan keterampilan untuk
berperilaku bertanggung jawab terhadap diri dan orang lain serta mampu
mengendalikan diri. Konsep model TPSR meliputi sebuah bentuk usaha untuk
menghargai hak dan perasaan orang lain, partisipasi, mengarahkan diri sebagai
manusia sosial yang peduli dan membantu orang lain.
Dalam olahraga, TPSR memiliki sejarah yang panjang dalam meningkatkan
“karakter baik” (Gordon, B., & Doyle, S., 2015: 152). Model TPSR dianggap sebagai
kerangka ideal untuk merancang kelas pendidikan jasmani dan keseluruhan kurikulum
sekolah (Siedentop, 1994; Wright, P.M & Burton, S., 2008; Koivisto, 2015: 20).
Konsep dasar model TPSR adalah mengembangkan prinsip dan proses pengembangan
remaja positif (positive youth development) (Hellison, D & Wright, P.M., 2003: 371).
Pengembangan remaja yang positif adalah gagasan umum yang mencakup
pengembangan beragam kompetensi yang dapat membantu anak muda dalam
berolahraga, dalam kehidupan mereka saat ini dan di masa yang akan datang (Gloud,
et.al., Escarti, A., et. al, 2010: 388).

Terdapat empat landasan di dalam proses pembelajaran TPSR yaitu: pertama,


keterhubungan (integration) yang mencakup harus ada hubungan antara keterampilan
aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan gerak (physical activity-related
pedagogical skill) dan tanggung jawab pribadi-sosial (personal-social responsibility).
Kedua, transfer guru memberikan pendidikan kepada peserta didik. Ketiga,
pemberdayaan (empowerment), guru menjadi fasilitator di dalam memberikan
penguatan. Keempat, upaya saling berkomunikasi atau bertukar pikiran di dalam
sebuah kelompok belajar, memecahkan sebuah masalah dan membuat keputusan di
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, hubungan peserta didik dengan guru dalam
pembelajaran pendidikan jasmani (Schilling, 2001; Hellison, D, 2003: 21). Desain
model TPSR memiliki lima tingkat tanggung jawab yang berbeda (Hellison, D., 2003;
Severinsen, G., 2014: 84; Hellison, 2003; Li, 2008; Gordon, B., Jacobs, J.M. &
Wright, P.M., 2016: 360). Berikut disajikan lima tingkat tanggung jawab yang akan
diperoleh dalam model TPSR penelitian ini:
Tingkat 1 : Rasa Hormat
Tingkat 2 : Partisipasi
Tingkat 3 : Kemandirian
Tingkat 4 : Kepedulian
Tingkat 5 : Kepemimpinan

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengajarkan tanggung jawab dan
sosial dalam pembelajaran akuatik adalah dengan menggunakan model TPSR. Model
ini menawarkan tingkatan sikap tanggung jawab pribadi dan sosial peserta didik.
Model ini dirasa sangat tepat untuk mengajarkan peserta didik memiliki sikap
tanggung jawab dan sosial bukan hanya pada saat pembelajaran akuatik saja tetapi
diharapkan juga bisa menjadi role model bagi orang lain.
Disinilah letak kelebihan model TPSR yang mampu mengklasifikasikan
peserta didik apakah memiliki tingkat tanggung jawab yang rendah atau tinggi.
Pengalaman gerak yang didapatkan peserta didik merupakan kontributor penting bagi
peningkatan angka partisipasi dan pengembangan sikap tanggung jawab yang menjadi
kontributor penting bagi kesejahteraan dan kesehatan sepanjang hayat (Siedentop,
1990; Ratliffe, 1994; Thomas and Laraine, 1994; Stran and Ruder 1996; CDC, 2000).

Hellison menjelaskan lima tujuan di dalam TPSR, yaitu:


1. Menghormati Hak dan Perasaan Orang Lain (Tingkat 1)Terdapat tiga
kategori perilaku yang berada pada tingkat 1, yaitu (1) self-control of
temper and mouth, (2) respect everyone’s right to be include, (3)
involvement in peaceful and democratic conflict resolution (Hellison, D.,
& Walsh, D., 2002: 293).
2. Berusaha dan Kerjasama (Tingkat 2) Pada Tingkat 2 terdapat dua kategori,
yaitu (1) motivasi diri untuk mengeksplorasi potensi diri, tugas baru, dan
mengeksplorasi tugas. (2) bekerja sama dan memiliki kemampuan
mengajarkan (cooperation dan coachability). Peserta didik diharapkan
mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru secara baik
(Gordon, B., 2010: 22).
3. Pengarahan Diri (Tingkat 3)Pada tingkat 3 terdapat dua kategori, yaitu: (1)
siswa mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
(independent work). (2) peserta didik tidak hanya menunjukkan rasa hormat
dan partisipasinya dalam pembelajaran, tetapi juga dapat bekerja tanpa
pengawasan guru (goal-setting progression with courage to resist peer
pressure), dan peserta didik dapat mengidentifikasi kebutuhan mereka
sendiri dan mulai merencanakan dan melaksanakan tugas aktivitas fisik.
4. Menolong dan Memimpin (Tingkat 4) Pada tingkat 4 terdapat dua kategori
perilaku, yaitu: (1) peserta didik cepat tanggap terhadap kesulitan orang lain
(sensitivity and responsiveness to other’s needs and interest). (2) peserta
didik memiliki kepedulian terhadap kelompok dan dapat berkontribusi
dengan teman satu kelompok (contribution to the well-being of both
individuals and the group). Peserta didik mampu memimpin kelompok atau
teman lainnya untuk memberikan kontribusi kesejahteraan kelas (Gordon,
B., 2010: 22).
5. Transfer Hasil Belajar dalam Konteks Lain (Tingkat 5) Pada tingkat 5
terdapat dua kategori perilaku, yaitu: (1) peserta didik melakukan kebiasaan
bertanggung jawab pada pembelajaran pendidikan jasmani pada lingkungan
rumah atau masyarakat (trying these ideas outside the physical activity
program). (2) peserta didik mampu menjadi contoh bagi teman-teman kelas
dalam berperilaku bertanggung jawab (being a role model). (Filiz, B., 2017:
2).

B. Implementasi Model TPSR Dalam Pendidikan Jasmani


Terdapat lima tahap pembelajaran TPSR, counseling time, awareness talk, the
lesson, group meeting, dan reflection time (Hellison, 2003: 41).
1. Counseling Time
Jumlah waktu yang sedikit dan jumlah peserta didik yang banyak menjadi sebuah
masalah, guru harus berusaha menyampaikan beberapa hal yang bisa memberikan
efek
positif, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada peserta didik
sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi dalam pembelajaran pendidikan
jasmani.

2. Awareness Talk
Awareness talk merupakan sesi untuk mengingatkan peserta didik mengenai tanggung
jawab yang ingin mereka capai, dan pada sesi ini peserta didik dapat membuat
kontrak dengan guru mengenai target tingkatan tanggung jawab yang akan dicapai
pada pembelajaran hari itu.
3. Lesson Focus
Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan dalam sesi lesson focus. Selama sesi
ini, guru menggunakan strategi instruksional tertentu untuk mengintegrasikan
tanggung jawab ke dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam proses lesson
focus ini guru
dapat menggunakan berbagai strategi instruksional yang dianggap cocok untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
4. Group Meeting
Sesi group meeting merupakan sarana pembelajaran praktis peserta didik untuk
mempelajari nilai-nilai demokratis, sesi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai proses
pembelajaran saat itu, mengenai teman-teman sekelasnya, dan seberapa efektif
instruksi pembelajaran yang disampaikan guru.
5. Reflection Time
Sesi akhir dari rencana pembelajaran TPSR adalah reflection time yang dilakukan
sebelum peserta didik meninggalkan kelas. Reflection time di desain agar peserta
didik merefleksi dan mengevaluasi mengenai seberapa respek mereka terhadap hak
dan perasaan orang lain, bagaimana effort and participation yang mereka tunjukkan
selama proses pembelajaran, dan kemungkinan mengaplikasikan target tanggung
jawab.

C. Pengaruh Model TPSR Terhadap Perilaku Sosial


Peningkatan sikap tanggung jawab dan perilaku sosial siswa terjadi karena
model TPSR lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengintegrasikan tanggung jawab dan perilaku sosial ke dalam pembelajaran. Selain
itu juga dalam proses pembelajarannya difasilitasi agar semua peserta didik dapat
berinteraksi secara aktif. Dalam hal ini hubungan antara guru dan peserta didik juga
menjadi lebih interaktif sehingga memungkinkan terjadinya verbal persuasi yang
dilakukan guru terhadap peserta didik atau juga antara peserta didik dengan peserta
didik yang lain.
Berkaitan dengan pengaruh model TPSR terhadap sikap tanggung jawab dan
perilaku sosial siswa dapat dijelaskan bahwa tanggung jawab dan perilaku sosial
terbentuk adanya kontrak perilaku sebelum pembelajaran yang diberikan oleh guru
secara sistematis mulai dari level yang sederhana hingga ke level yang kompleks.
Integrasi pada pembelajaran pendidikan jasmani menurut Hellison (2003) dilakukan
pada lima level (tingkatan) perilaku yang harus dicapai peserta didik secara bertahap
sesuai dengan kesanggupannya.
1. Level kesatu bertujuan untuk membangun lingkungan belajar yang positif,
dengan pembiasaan saling menghormati hak dan perasaan orang lain,
menyelesaikan masalah secara damai, dan dapat mengontrol diri.
2. Level kedua berkaitan dengan partisipasi dan berupaya dalam
pembelajaran, memotivasi diri untuk mencoba hal-hal baru, dan bertahan
apabila menghadapi kesulitan dalam pembelajaran.
3. Level ketiga, memperluas lingkungan belajar dengan pembiasaan untuk
mengerjakan tugas secara mandiri, mengembangkan penentuan tujuan atau
mengarahkan diri, dan menanamkan kemampuan untuk menentang
tekanan teman sebaya.
4. Level keempat, pembiasaan saling menolong, peduli kepada teman dan
kasih sayang, tidak mudah tersinggung, serta dapat berempati. Hal ini
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih
mengeksplorasi kemampuannya sendiri sekaligus menumbuhkan kepekaan
sosial serta meningkatkan tanggung jawab dan perilaku sosial.
5. Level kelima yaitu membiasakan keempat level yang sudah dilakukan dan
mencoba menerapkannya pada arena lain kehidupan seperti lingkungan
keluarga, tempat tinggal, dan masyarakat luas, serta berusaha menjadi
teladan dan mampu mengimplementasikan perilaku positif.
Hasil penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa model pembelajaran
TPSR merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengembangan tanggung
jawab dan perilaku sosial siswa (Escartí, Gutiérrez, Pascual, Llopis, 2010). Sesuai
dengan pendapat Hellison (2003) bahwa strategi instruksi spesifik termasuk instruksi
langsung, diskusi kelompok, instruksi teman sebaya, belajar kerja sama, bekerja
mandiri, refleksi diri,dan membuat keputusan sendiri. Memberikan kesempatan untuk
mengintegrasikan tanggung jawab ke dalam pembelajaran dan meningkatkan peran
aktif peserta didik sepanjang waktu. Dari uraian di atas Model Pembelajaran TPSR
mengintegrasikan pembentukan perilaku positif ke dalam pembelajaran pendidikan
jasmani, yang pada akhirnya, peningkatan perilaku positif ini juga menunjang
terhadap peningkatan akademis peserta didik. Menurut Elias (2005) keberhasilan
pendidikan tidak hanya bergantung pada potensi akademik, tetapi juga pada
kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan penuh hormat dan bertanggung
jawab kepada orang lain.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Penelitian
sebelumnya dilakukan terhadap 42 siswa usia 11-12 tahun dan simpulan penelitian
tersebut adalah mem-berikan pengaruh yang efektif terhadap peningkatan tanggung
jawab siswa.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kelas / Semester : 4 (Empat) / 2 (Dua)
Pertemuan : Ke-1 dan Ke-2
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mempraktikan dasar-dasar pengenalan air dan nilai yang terkandung di dalamnya.

B. Kompetensi Dasar
Mempraktikan aktivitas dasar-dasar pengenalan di air

C. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat melakukan gerakan dasar-dasar pengenalan air

D. Sikap Tanggung Jawab Pribadi dan Sosial yang Dikembangkan:


1. Rasa Hormat (Respect)
2. Partisipasi (Participation)
3. Kemandirian (Self-Direction)
4. Kepedulian (Caring)
5. Role Model (Out Of gym)
E. Materi : Pengenalan Air
F. Media : Kolam Dangkal
G. Metode : Demonstrasi, Komando, Latihan

Langkah Uraian Kegiatan Waktu Tanggung Jawab


PENDAHULUAN 1. Salam, Doa, presensi
2. Apersepsi 10’
3. Warming-up statis dan dinamis
INTI 1.Masuk kolam melalui tangga
2.Duduk dan menggerakkan tungkai 1. Rasa Hormat
3.Tengkurap menggerakkan tungkai 2. Partisipasi
4.Berjalan ke depan, ayunkan lengan 50’ 3. Kemandirian
5.Berjalan ke depan, membuat hujan 4. Kepedulian
6.Berjalan ke samping kolam dangkal 5. Role Model
7.Berlari di kolam yang dangkal
8.Meloncat paku di air
PENUTUP 1. Water Game
2. Cooling down statis 10’
3. Berdoa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut disajikan lima tingkat tanggung jawab yang akan diperoleh dalam
model TPSR penelitian ini:
Tingkat 1 : Rasa Hormat
Tingkat 2 : Partisipasi
Tingkat 3 : Kemandirian
Tingkat 4 : Kepedulian
Tingkat 5 : Kepemimpinan
Model Pembelajaran Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR)
memberikan pengaruh terhadap tanggung jawab dan perilaku sosial siswa dalam
pembelajaran penjas.
DAFTAR PUSTAKA

Berliana. (1998). Pengaruh model hellison sebagai pembinaan sikap bertanggung


jawab yang dipadukan dalam pendidikan jasmani di sekolah dasar. Tesis,
Program Pascasarjana Institue Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bandung

Elias, M. J. (2005). The connection between academic and socialemotional learning.


In the Fundamental Connection of Sel/ Ei, Academic Performance, and the
Process of Learning (pp. 4–14). https://doi.org/10.2307/1593632 Escartí,

A., Gutiérrez, M., Pascual, C., & Llopis, R. (2010). Implementation of the personal
and social responsibility model to improve self-efficacy during physical
education classes for primary school children. International Journal of
Psychology and Psychological Therapy, 10(3), 387–402.

Anda mungkin juga menyukai