Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan sistem dan tata cara meningkatkan kualitas hidup
seseorang pada semua aspek kehidupannya di dunia. Pendidikan memiliki nilai
yang sangat strategis dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan
juga berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa. Sebab lewat
pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know dan how to do, serta how
to life together, tetapi yang amat penting adalah how to be, supaya how to be
berwujud, maka diperlukan transfer budaya dan kultur.
Pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan
potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global.
Menurut Hanson dan Brembeck dalam Hadiyanto menyebutkan bahwa
pendidikan itu sebagai investment in people, untuk mengembangkan individu
dan masyarakat, dan sisi lain pendidikan merupakan sumber untuk
pertumbuhan ekonomi (Hadiyanto, 2004).
Sepanjang sejarah pendidikan dilakukan belum ada kemajuan luar biasa
yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga sangat wajar apabila belum
mampu menjadi tulang punggung bagi perubahan pemikiran anak-anak didik.
Aktivitas belajar mengajar yang masih mengandalkan pendekatan tekstual
merupakan persoalan mendesak praktisi pendidikan untuk melakukan
penanganan serius.
Kegiatan belajar mengajar yang masih kaku dan belum mampu
membangun kondisi belajar yang kondusif merupakan masalah yang
menghambat keberhasilan dalam pendidikan kita. Proses belajar mengajar yang
berpusat pada guru membawa kondisi pendidikan yang stagnan (Moh Yamin,
2010; 8)
Tujuan pendidikan seharusnya mengajarkan, mengasuh, melatih,
mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik
dalam rangka menyiapkan untuk merealisasikan fungsi dan risalah
kemanusiaannya di hadapan Allah Swt. : yaitu mengabdi sepenuhnya kepada
Allah Swt. dan menjalankan misi kekhilafahannya dimuka bumi sebagai
makhluk yang berupaya memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup
bersama dengan aman, damai dan sejahtera (Abdur Rahman Shalih Abdullah,
2010; 15)
Jelas yang terjadi adalah “sekularisasi pendidikan”, yaitu memisahkan
pendidikan umum dari pendidikan agama, yang sesungguhnya di sana sarat
dengan pesan-pesan moral, sementara di sektor pendidikan agama yang banyak
diselenggarakan dalam institusi madrasah atau pesantren terjadi “sakralisasi”
yakni, muatan-muatan agama yang seolah “tidak peduli” dengan apa yang
terjadi dan berkembang di dunia. Sedangkan pendidikan umum seolah hanya
mementingkan otak dan pikiran serta kepandaian ilmu pengetahuan.
Pendidikan agama Islam adalah merupakan usaha sistematis seorang
pendidik dalam rangka menyiapkan peserta didik dengan meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar
mereka mempunyai ilmu pengetahuan tentang agama dan hidup sesuai dengan
ajaran Islam (Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam, 2005; 39)
Menyangkut fungsinya, pendidikan agama Islam jelas mempunyai peranan
penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, baik
dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal
pembentukan karakter, sikap, moral, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Islam. Singkatnya pendidikan agama Islam secara ideal berfungsi
membina dan menyiapkan anak didik yang cerdas, trampil dan takwa berilmu
tinggi, berwawasan luas, menguasai teknologi, beriman dan berakhlak mulia
dan sekaligus beramal saleh (Azyumardi Azra, 1999; 57).

B. Identifikasi Masalah
1. Siswa merasa jenuh dan bosan pada saat pelajaran berlangsung
2. Metode dan media pembelajaran yang kurang kreatif
3. Kurangnya pemahaman siswa yang berpengaruh pada hasil belajar

C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti hanya memfokuskan pada satu
objek masalah. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka
penelitian ini dibatasi hanya pada masalah “kurangnya pemahaman siswa kelas
XI terhadap pelajaran PAI sehingga berdampak pada hasil belajarnya”.

D. Rumusan Masalah
Menurut Stonner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
jika terdapat hal yang menyimpang antara pengalaman dengan kesenjangan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan dan adanya pengaduan dan
kompetisi (Sugiyono, 2013).
Berdasarkan urain latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat menyusun
suatu rumusan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bone pada
mata pelajaran PAI?
2. Apakah melalui penggunaan LCD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bone pada mata pelajaran PAI?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahuai :
a. Hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bone pada mata
pelajaran PAI.
b. Penggunaan LCD dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
di SMA Negeri 15 Bone pada mata pelajaran PAI.

2. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah


sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan ide, pendapat, gagasan dan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
ilmu keislaman pada khususnya dan diharapkan dapat menambah
informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam
penggunaan LCD pada mata pelajaran PAI.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap dunia pendidikan islam berupa informasi mengenai
pengembangan penggunaan LCD pada mata pelajaran PAI, serta
hal-hal yang berkaitan dengannya. Sehingga mampu mendorong
pendidik untuk bersikap kreatif dan inovatif dalam menggunakan
media pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1) Pengertian hasil belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar
itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan
dalam bentuk raport pada setiap semester (Asri Budiningsih, 2012; 18)
Belajar adalah berubah. Dalam hal yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak dan penyesuaian diri. Ada beberapa teori berpendapat bahwa
proses belajar itu pada prinsipnya bertumouh pada struktur kognitif,
yakni penataan fakta, konsep, serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk
satu kesatuan yang memiliki makna dari subjek didik (Sardiman, 2003;
21). Adanya suatu ketegasan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi
suatu proses belajar mengajar, baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, disadari maupun tidak disadari. Dalam proses belajar mengajar
ini akan di peroleh hasil, yang pada umumnya di sebut hasil pengajaran
atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran akan
tetapi untuk memperoleh hasil yang optimal, proses belajar harus di
lakukan dengan cara sadar dan sengaja secara terorganisasi dengan baik.
Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan
atau suatu upayah mengarah aktivitas siswa kearah aktivitas belajar.
Didalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu
aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antar guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Proses pembelajaran merupakan
situasi psikologi, dimana banyak di temukan aspek-aspek psikologis
ketika prses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu proses
pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru di tuntut untuk
memiliki pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagai
persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran (Mustofa,
2004; 20)
Nasution dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau
episode yakni :
a. Informasi
Dalam setiap pembelajaran, kita peroleh sejumlah informasi,ada
yang menambah pengetahuan yang kita miliki, ada yang
memperhalus atau memperdalamnya, adapula informasi yang
bertentangan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya
bahwa tidak ada energi yang lenyap.
b. Transformasi
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi
kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru
harus diperlukan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian sampai dimanakah pengetahuan
yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala- gejala lain (Nasution, 2003; 9).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku pada diri pribadi seseorang sebagai hasil dari proses belajar
yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,
sikap dan tingkah laku serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar.
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat di golongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan factor
eksteren. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Di mana
faktor Interen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sesorang
yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Sedangkan faktor
Eksteren adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang
tersebut (Rusman, 2012; 65).
3) Bentuk-Bentuk Hasil Belajar
Tujuan pendidikan yang ingin di capai, dapat di kategorikan ke dalam
tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor.
Ketiga-tiganya bukan melainkan merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat di pisahkan bahkan membentuk hubungan yang hirarkis.
Bentuk hasil belajar itu mencakup tiga bidang , yaitu bentuk hasil
kognitif, bentuk hasil belajar afektif, dan bentuk hasil belajar psikomotor.
Dari hasil pendapat tersebut dapat di uraikan satu persatu sebagai berikut:
a. Bentuk hasil belajar kognitif
Hasil belajar ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Bentuk hasil belajar pengetahuan hafalan.
Cakupan pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan
yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-
hal yang perlu di ingat kembali.
2) Bentuk hasil belajar pemahaman
Bentuk hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari
tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan.
3) Bentuk hasil belajar penerapan (Aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi
suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.
Misalnya memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan
rumus tertentu menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu
persoalan dan sebagainya.
4) Bentuk hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecahkan, mengurangi sesuatu
integrasi (kesatuan yang utuh),menjadi unsur-insur atau bagian-
bagian yang mempunyai arti.
b. Bentuk Hasil Belajar Afektif
Bidang afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Sikap
seseorng dapat di ramalkan perubahannya, bila orng bersangkutan
telah menguasai bidang kognitiftingkat tinggi. Sebagia tujuan hasil
belajar antara lain sebagai berikut:
1) Receiving/attending, yakni semacam kepetakan dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang di dalm
diri siswa baik dalam bentuk masalah situasi gejala dan lain-
lain.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang di berikan kepada
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Evaluing(penilaian), yakni berkenaan dengan nilai kepercayaan
terhadap gejala atau stimulasi. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediaan menerima nilai,latar belakang atau
pengambilan nilai dan sepakatan terhaadap nilai yang
diterimanya.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem
organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain,kemantapan serta prioritas nilai yang
dimilikinya.yang termasuk dalam organisasi ini adalah
konseptentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.
c. Bentuk Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan
(skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 poin tingkat
keterampilan yang antara lain sebagai berikut:
1) Gerakan Refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan yang sadar
3) Kemapuan konseptual,termasuk di dalamnya membedakan
visual,membedakan auditif motorik dan lain-lain
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,keharmonisan dan
ketetapan
5) Gerakan-gerakan skill, hal ini di mulai dari keterampilan yang
sederhana sampai pada keterampilan yang sangat kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decurvison
komunikasi,seperti gerakan interpretatif dan sebagainya (Asri
Budiningsih, 2012; 29-30).
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua
untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
yang bertakwa kepada Allah Swt (Abdul Majid dan Dian Andayani,
2006; 130).
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan
asuhan tehadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam islam
secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya
dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-
ajaran agama islam yang dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya
sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya
kelak (Zakiah Darajat, 2004; 88).
Dari berbagai pengertian Pendidikan Agama Islam diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Sumber Pendidikan Agama Islam
1) Al-qur’an
Suatu umat yang di anugrahkan Tuhan suatu kitab suci Al-
qur’an yang di lengkapi dengan segala petunjuk yang meliputi
seluruh aspek seluruh kehidupan dan bersifat universal, dasar-
dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup
yang berdasarkan kepada Al-qur’an.
Al-qur’an di akui oleh orang-orang islam sebagai firman
Allah dan karena ia merupakan dasar bagi hukum mereka ,Al-
qur’an merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril,Al-
qur’an tidak di wahyukan secara keseluruhan tetapi turun secara
sebagian-sebagian sesuai dengan timbulnya kebutuhan dalam
masa kira-kira 23 tahun. Di turunkannya Al- qur’an secara
berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap problem
yang timbul dalam masyarakat, dan juga menunjukkan suatu
kenyataan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah
mustahil, karena Al-qur’an turunnya peetunjuk bagikaum
muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan
kebutuhan yng terjadi. Al-qur’an merupakan kitab pendidikan
dan pengajaran secara umum, juga merupakan kitab pendidikan
secara khusus pendidikan sosial, moral dan spritual. Tidak di
ragukan persoalan bahwa keberadaan Al-qur’an telah
memepenagaruhi sistem pendekatan rasul dan para sahabatnya
(Arifin, 2004; 43).
2) Hadist (Sunnah)
Dasar yang kedua selain Al-qur’an adalah Sunnah
Rosulullah,amalan yang dikerjakan Rosulullah Saw proses
kehidupan sehari-hari menjadi sumber utama Pendidikan Islam
karna Allah menjadikan Muhammad sebagai teladan
bagiumatnya. Assunah ialah perkataan,perbuatan ataupun
pengakuan rasul yang di maksud dengan pengakuan itu adalah
kejadian atau perbuatan orang yang di ketahui rasul dan beliau
memberikan saj kejadian atau perbuatan itu berjalan,sunnah
yang berisi aqidah dan syari’ah, sunnah berisi pedoman
(petunjuk) untuk kemasalahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya,untuk membina umat manusia seutuhnya atau muslim
yang bertaqwa, untuk itu rasul Allah menjadi guru dan pendidik
utama, beliau sndiri, mendidik semua itu adalah pendidik dalam
rangka membentuk manusia muslim dan masyarakat islam
(Moenawar, 2004; 65).
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam disekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Abdul Majid dan Dian
Andayani, 2006; 135).
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang
berintikan tiga aspek, yaitu aspek keimanan, ilmu dan amal yang
pada dasarnya berisi :
1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta
membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap
agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya
diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasulnya.
2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan
motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman
tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan maka
anak menyadari keharusan menjad seorang hamba allah
yang beriman dan berilmu pengetahuan.
3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam
semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat
memahami dan menghayati ajaran Agama Islam secara
mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan
dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah sholat
umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama
manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan (Zakiah
Darajat, 2004; 90).
d. Metode Pendidikan Agama Islam
Sebelum lebih jauh membicarakan tentnag metode
Pendidikan Agama Islam,maka peneliti menjelaskan terlebih
dahulu tentang pengertian dari metode Pendidikan Agama Islam,
secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos”
dan dalam bahasa Ingris di tulis dengan “Method”. Secara
terminologi metode di artikan sebagai tata cara untuk melakukan
sesuatu lebih dari dari itu metode di definisikan sebagai cara kerja
atau cara yang teratur dan sistematis untuk melaksanakan sesuatu.
Metode cerita (kisah) adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan
baik dari kejadian nyata atau tidak nyata. Cerita adalah peristiwa-
peristiwa yang kognitif yang penting,karena mereka meringkas,
dalam satu paket padat, informasi, pengetahuan,konteks dan emosi.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat di pahami bahwa cerita
mampu mengubah pola fikir tradisional menjadi profesional. Kisah
atau cerita mempunyai 2 makna yaitu:
1) Mengikuti jejak sesuatu,selangkah demi selangkah.
2) Menyampaikan berita, menceritakan sesuatu dengan
seseorang.

Dengan menghubungkan kedua makna tersebut dapat di


peroleh pengertian bahwa bercerita atau kisah adalah
menyampaikan berita dengan cerita terperincih selangkah demi
selangkah. Metode cerita merupakan metode menerangkan dengan
bercerita baik mengenai cerita-cerita masa lampau, perilaku dan
kehidupan agar diambil pelajaran bagi umat islam,tentang mana
yang di teladani dan mana yang harus di tinggalkan (Zakiah
Darajat, 2004; 92).

e. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam


1) Dasar Yuridis
Secara yuridis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam memiliki
tiga komponen dasar. Adapun tiga komponen dasar tersebut
adalah (Suparta, 2006; 269)
2) Dasar ideal
Dasar ideal ini diambil dari falsafah negara yaitu
pancasila, khususnya sila pertama ketuhanan yang maha esa.
Hal ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa
Indonesia harus yakin dan percaya pada Tuhan Yang Maha
Esa.
Atas dasar hal tersebut, maka dapat dimaknai bahwa
pendidikan agama adalah wajib disetiap jenjang pendidikan
baik bagi penganut Agama Islam maupun bagi agama yang
lain. Hal ini sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 yang
menyatakan bahwa setiap jalur dan jenjang pendidikan maka
wajib memuat pendidikan agama (Suparta, 2006; 270).
3) Dasar Kontitusional
Dasar Pendidikan Agama Islam bila dilihat atas dasar
konstitusional adalah tercantum dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1
yang berbunyi : 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa Apabila merujuk pada dasar tersebut memberikan makna
tersirat bahwa hanya orang memiliki agama yang boleh
berdomisili di Wilayah Negara Kesatuan Indonesia. Bagi yang
beragama pemerintah memberi kebebasan kepada warganya
untuk memeluk agama apa saja dengan catatan agama yang
mereka ikuti adalah agama yang menyembah Tuhan Yang
Maha Esa serta diberi kebebasan menjalankan ibadanya sesuai
dengan kepercayaan dan agamanya masing-masing (Suparta,
2006; 271).

4) Dasar operasional
Pada dataran operasional sebenarnya pelaksanaan pendidikan
Agama Islam diawali dengan peraturan bersama dua menteri
yaitu menteri pendidikan dan kebudayaan adalah Ki Hajar
Dewantara dengan menteri Departemen Agama yaitu Abdullah
Sigit yang dikeluarkan pada tahun 1947. Adapun kesepakatan
yang dihasilkan saat itu adalah pendidikan Agama Islam harus
sudah diajarkan pada siswa sekolah rakyat mulai dari kelas IV
sampai kelas VI. Karena saat itu situasi dan kondisi Bangsa
Indonesia belum stabil, maka kesepakatan dua menteri tersebut
belum bisa diberlakukan di seluruh tanah air indonesia.
Namun, aturan diatas pun belum bisa menjamin
tercapainya pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia secara
menyeluruh khususnya pada jenjang pendidikan. Untuk
merealisasikan niat agar disetiap jenjang pendidikan harus ada
pendidikan agama.
Selanjutnya pemerintah membuat aturan lagi untuk
memperkuat Pendidikan Agama yang menyatakan bahwa
Pendidikan Agama wajib ada dan wajib diikuti oleh setiap
siswaa. Hal ini tercantum dalam tahun 1973 yang berbunyi :
Diusahakan bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan
dalam pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa termasuk
pendidikan agama yang harus dimasukkan dalam kurikulum di
sekolah-sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Suparta, 2006;
272).
5) Dasar Religi (Normatif)
Bila ditinjau dari aspek religi (normative), tentunya
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah berdasarkan pada
Al-qur’an dan Al- Hadis. Sebab Al-qur’an dan Hadis adalah
pedoman hidup umat islam sedunia. Bahkan Rasulullah Saw,
menyatakan bahwa hanya orang yang berpegang teguh pada
Al-qur’an dan Al-Hadislah yang tidak akan sesat selama-
lamanya (HR. Hakim). dasar-dasar pendidikan Agama Islam
harus diletakkan atas dasar-dasar ajaran islam dan perangkat
kebudayaanya.
3. Media LCD
a. Pengertian media LCD
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar (Asnawir , M. Basyiruddin Usman, 2010). Makna
umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar hakekatnya adalah juga
merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut juga media pembelajaran, ada juga yang
menyebut media pengajaran, media komunikasi, media pendidikan
dan alat peraga. Berdasarkan uraian itu, Allah Swt menyebutkan
hukum komunikasi dalam Qur’an surat Al-Isra ayat 84 yang Artinya :
“Katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut bakatnya (keadaannya)
masing-masing. Maka Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya”. (Abdul Majid, 2014; 278).
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang kita sampaikan. Terlepas dari sebutan tersebut, banyak ahli yang
memberikan batasan tentang media pembelajaran. AECT (Assosiation
of Education and Communication) misalnya, mendefinisikan bahwa
media pembelajaran adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu proses penyaluran informasi (Asnawir , M. Basyiruddin Usman ,
2010; 12). Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan media
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik
dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas
program intruktional (Asnawir , M. Basyiruddin Usman , 2010; 13).
Sedangkan proyektor LCD adalah sebuah alat proyeksi yang mampu
menampilkan unsur -unsur media seperti gambar, teks, video, animasi,
video baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur-unsur
media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika
lainnya. Pengertian lain dari LCD Proyektor adalah perangkat alat
bantu yang sering digunakan untuk media presentasi, karena mampu
menampilkan gambar dengan ukuran besar. (Abi Royen, 2016).
Jadi media proyektor LCD adalah sebuah alat proyeksi yang
mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video,
animasi, video baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur -
unsur media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat
elektronika lainnya yang digunakan guru untuk media presentasi yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan siswa sehingga dapat menolong terjadinya proses belajar
pada dirinya.
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Proyektor LCD
Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
adapun kelebihan proyektor LCD adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan warna yang sangat baik.
2) Intensitas cahaya tinggi
3) Tipe proyektor paling kuat
4) Pantulan proyeksi terlihat jelas pada ruangan yang terang sehingga
guru dan murid tetap dapat melihat.
5) Dapat menjangkau kelompok besar.
6) Dapat disimpan dan digunakan berulang kali.
7) Tembok bisa dijadikan bidang proyeksi sehingga tidak perlu repot
menyiapkan layar.
8) Mampu menampilkan unsur -unsur media seperti gambar, teks,
video, animasi, film dll.
Kekurangan media proyektor LCD :
1) Penggantian light bulb yang cukup mahal.
2) Listrik pada ruangan atau lokasi penyajian harus ada.
3) Lebih mudah panas, membutuhkan ekstra pendingin untuk
menghindari gangguan pada projector akibat panas
4) Warna menjadi kekuningan setelah 1000 jam pemakaian.
5) Perlu keterampilan khusus dalam penggunaannya.
6) Membutuhkan perawatan khusus.
7) Membutuhkan media lain dalam pengoperasiannya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
proyektor LCD memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
proyektor LCD yaitu memiliki warna yang indah ketika dipandang
mata, cahaya yang cukup, bisa dipantulkan di dinding, dapat dilihat
oleh peserta yang banyak seperti (video, film, gambar, animasi, dan
sebagainya). Sedangkan kekurangan proyektor LCD jika melebihi
1000 jam warnanya menjadi pudar atau kekuningan, harganya sangat
mahal, dan memerlukan keterampilan yang baik dalam
mengoperasikannya. Tetapi hal tersebut masih dibantu dengan
menggunakan laptop atau komputer.
c. Manfaat dan kegunaan media LCD
Sudjana dan Rivai, mengemukakan manfaat media pembelajaran
(proyektor LCD) dalam proses belajar siswa, yaitu :
1) Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru (Azhar Arsyad, 2012; 24-25)
Sedangkan kegunaan media proyektor LCD adalah, sebagai berikut:
1) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa.
2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
3) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
4) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa
untuk belajar (Asnawir , M. basyiruddin Usman, 2010; 14)
5) Media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
6) Media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
(Azhar Arsyad, 2012)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manfaat dan kegunaan media proyektor LCD yaitu sebagai alat
bantu mengajar yang dapat mempengaruhi iklim, kondisi dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru, dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa, serta media dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar,
dan media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
B. Penelitian yang Relevan
Daryanto dalam bukunya media pembelajaran berisi tentang
“penggunaan media pembelajaran dapat membantu merangsang keaktifan
proses belajar mengajar. Beberapa media pembelajaran tersebut antara lain
multi media linier, multi media interaktif, fotografi, media grafis, multimedia
proyektor, dan internet. Penggunaan media pembelajaran tersebut bermanfaat
bagi guru, bagi peserta didik, dan juga bagi orang tua peserta didik. Dengan
penggunaan media belajar yang beragam dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peserta didik secara lebih luas, terlebih lagi peserta didik
semakin menyukai setiap mata pelajaran yang dipelajarinya” (Daryanto,
2012; 146).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa peran media sangatlah
penting untuk menyampaikan materi pelajaran seperti yang telah di paparkan
Daryanto dalam bukunya media pembelajaran di atas, yaitu dengan berbagai
penggunaan media belajar yang beragam dapat menambah wawasan,
pengetahuan, serta dapat menambah pemahaman peserta didik lebih luas.
Selain itu penelitian pertama memiliki kesamaan dengan penulis mengenai
media pembelajaran hanya saja yang membedakan penulis melakukan
penelitian lapangan (filed research) sedangkan dalam buku tersebut hanya
sebatas teori.
Ruslaini dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan
Internet Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
X1 IPA Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Arisalah Kota
Lubuklinggau”,menyimpulkan bahwa “Ada pengaruh antara pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA Ar-risalah kota
lubuklinggau, terlihat dari nilai perhitungan r = 0,415 yang lebih besar dari
nilai tabel “r” Prodact moment baik taraf signifikan 5% maupun pada taraf
signifikan 1%.” (Ruslaini, 2014; 65)
Dalam skripsi ini mempunyai persamaan peneliti tentang
memanfaatkan media internet sebagai alat komunikasi, mengakses informasi
dan sebagai alat pendidikan/pembelajaran. Setelah penulis tela’ah memang
ada pengaruhnya melalui internet peserta didik akan memperoleh informasi
yang sangat luas sebab, dengan menggunakan internet peserta didik dapat
mengakses informasi yang di inginkan sesuai yang dibutuhkan, guna
menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
sedang di pelajarinya. Perbedaan penulis dalam penelitian ini, dalam
penelitian ini penulis mengambil media tampilan yakni media LCD
proyektor.
Kemudian Indo Aansa Saputra dalam skripsinya yang berjudul “
Pengaruh Pemanfaatan Media AUDIO VISUAL Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Pada Pelajaran FIQIH Kelas XI Man I Lubuklinggau”, sesuai dengan
analisa data menggunakan rumus product moment, harga “r” yang diperoleh
yaitu 0,412 lebih besar dari nilai “r”tabel , baik pada taraf 5% maupun pada
taraf 1% atau 0,325 < 0,412 < 0,418. Ini berarti hipotesa alternatif (Ha)
diterima sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Artinya ada pengaruh yang
signifikan antara pemanfaatan media AUDIO VISUAL dengan motivasi
belajar pada pelajaran FIQIH kelas XI man I Lubuklinggau” (Indo Aansa
Saputra, 2016;57).
Skripsi ini mempunyai persamaan peneliti tentang tingkat ke
efektifitasan media dalam suatu pembelajaran. Dan memang ada pengaruh
dalam pembelajaran yang menggunakan media/alat bantu. Terutama untuk
murid yang merasa bosan dengan metode yang hanya itu saja dan menjadi
daya tarik tersendiri. Perbedaan dengan penulis dalam penelitian ini, penulis
mengambil media yang lebih sepesifik yaitu lebih mengarah ke penampilan
yaitu LCD proyektor terhadap hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Pada bagian ini, penulisan akan menguraikan tentang kerangka pikir yang
akan dijelaskan sebagai patokan untuk melaksanakan penelitian ini. Hal ini
dianggap perlu karena dapat memudahkan penulis untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan sesuai
dengan penelitian yang bersifar ilmiah.Untuk lebih memahami, maka
kerangka pikir ini dibuat dalam bentuk skema. Adapun skema yang
dimaksud yaitu:

Guru belum menggunakan


Hasil belajar siswa sebelum
Kondisi Awal LCD dalam proses
menggunakan LCD
pembelajaran

Tindakan pada Guru menggunakan LCD dalam


kelas proses pembelajaran

Hasil belajar siswa setelah


Kondisi Akhir
menggunakan LCD
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini
adalah (Kuatitatif Eksperiment Riset) yang akan menggunakan pendekatan
kuantitatif yaitu menggunakan data statistik.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
desain yang berbentuk One-Grop Pre-tes and Post-test Design. Di dalam desain
ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen dengan pola, menurut Arikunto : Desain penelitian ini dapat dilihat
yaitu :

Pre-test Treatment Post-test


O1 x O2

Keterangan: O1 : Nilai Pretest (Sebelum diberi perlakuan) X : Treatment


atau perlakuan menggunakan media LCD Proyektor O2 : Nilai Posttest
(Setelah diberi perlakuan) Pengaruh media LCD Proyektor terhadap hasil
belajar siswa adalah (O2- O1) ” (Suharsimin Arikunto, 2010; 124).

C. Pendekatan Penelitian
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bone, terletak di
Jalan Poros Makassar, Desa Ulaweng Cinnong, Kecamatan Ulaweng,
Kabupaten Bone.
2. Waktu Penelitian
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.32 Populasi adalah
“sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.
Atau keseluruhan dari individu yang dijadikan objek penelitian” (Arikunto,
2009; 123). Adapun jumlah populasi yang digunakan dipenelitian ini
sebanyak 20 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri
15 Bone.
2. Sampel
Sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi
Arikunto, 2002; 62). Sedangkan sampel menurut sugiyono adalah “ bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyono, 2012;
128). Untuk penelitian ini, teknik yang telah digunakan untuk mengambil
sampel adalah Simple random sampling. atau pengambilan sampel secara
acak. Adapun jumlah sampel yang digunakan dipenelitian ini sebanyak 20
siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 15 Bone.

F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian


Hasil belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam
bentuk raport pada setiap semester. Belajar adalah berubah. Dalam hal yang
dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak dan penyesuaian diri.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
LCD adalah sebuah alat proyeksi yang mampu menampilkan unsur-unsur
media seperti gambar, teks, video, animasi, video baik secara terpisah
maupun gabungan diantara unsur - unsur media tersebut dan dapat
dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya yang digunakan guru
untuk media presentasi yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat menolong
terjadinya proses belajar pada dirinya.

G. Teknik Pengumpulan Data


a. Tes
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang telah digunakan
adalah tes. Menurut Arikunto tes adalah “ seretan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.” (Suharsinmin Arikunto, 2010; 193). Tes yang diberikan yaitu
tes objektif berbentuk Multiple choice (pilihan ganda) dengan empat
pilihan jawaban (Obtion) pada masing-masing soal. Soal tersebut
berjumlah 10 soal yang sebelumnya telah dilakukan pengujian terhadap
validitas dan reliabilitas tes. Masing-masing soal memiliki skor yang
sama. Setelah dikorelasi maka di dapatlah skor akhir dari seluruh siswa.
skor tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dengan cara membagi
skor mentah siswa dengan skor maksimal dikali dengan 100. Dengan
demikian nilai minimum yaitu 0 dan nilai maksimum 100.
b. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti telah menggunakan teknik pengumpulan
data berupa observasi. Menurut Arikunto, obervasi merupakan “teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan di amati atau diteliti.” (Suharsinmin Arikunto, 2010; 86). Dalam hal
ini obaservasi yang telah dilakukan untuk mengamati seluruh aktivitas
siswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran pada proses
pembelajaran dengan menggunakan media LCD Proyektor. Adapun yang
di observaasi nantinya adalah sebagai berikut: a. Sikap antusias
menanggapi materi pelajaran dengan menggunakan media LCD proyektor
yaitu:
1) Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan atau menanggapi
pendapat terhadap materi pelajaran pada saat menggunakan media
LCD proyektor.
2) Siswa hanya mengajukan pertanyaan terhadap materi pelajaran
pada saat menggunakan media LCD Proyektor.
3) Siswa hanya menanggapi pendapat terhadap materi pelajaran pada
saat menggunakan media LCD Proyektor.
4) Siswa mengajukan pertanyaan dan menanggapi pendapat terhadap
materi pelajaran pada saat menggunakan media LCD Proyektor.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengukur hasil
belajar pada mata pelajaran PAI adalah tes pilihan ganda, yang disusun
berdasarkan kisi-kisi penulisan soal” (Suharsinmin Arikunto, 2010; 193). Tes
tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah
(post-test) proses pembelajaran. Pre-test dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran dengan media LCD
Proyektor sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa setelah diberikan pembelajaran dengan meia LCD Proyektor.
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Menurut Arikunto: validitas adalah “suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah”
(Suharsinmin Arikunto, 2010; 211). Sedangan menurut Sugiyono
“instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur” (Sugiyono, 2013; 348).
2. Reliabilitas
Menurut Arikunto reliabilitas adalah “suatu instrumen yang dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto , 2009; 21). Rumus yang
digunakan dalam mencari reliabilitas dalam penelitian ini adalah K-R 21.
K-R adalah singkatan dari Kuer dan Richardson, dua orang ahli
matematika statistik yang banyak menemukan rumus-rumus.

J. Teknik Analisis Data


1. Uji normalitas data
Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah yang di
analisis normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas data
menggunakan rumus kemiringan Karl Pearson, yaitu:
“ Km = 𝑥− 𝑚0 𝑆 ” 47
Keterangan:
Km : Kemiringan kurva
x : Rata-rata
S : Simpangan baku
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis mengarahkan kepada suatu kesimpulan menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan
uji t. yaitu sebagai berikut:
“ t = 𝑀𝑑 √ ∑ 𝑥𝑑2 𝑛 (𝑛−1) ”.48
Keterangan :
Md = Mean dari deviasi antara postest dan pretest
xd = Deviasi masing- masing Subjek
∑ x2d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel varians kelompok eksperiment
Hipotesis yang akan di uji adalah:
Ha = Rata-rata hasil belajar siswa setelah Menggunakan media LCD
Proyektor lebih dari atau sama dengan 65 (Ha : µo ≥ 65)
H0 = Rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan media LCD
Proyektor kurang dari 65 (Ho : µo < 65)
Adapun kriteria penelitiannya adalah jika thitung > ttabel maka Ho
ditolak dan Ha diterima dan jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak dengan taraf signifikan yaitu α = 0,05 dan (dk) = n-1.
DAFTAR RUJUKAN

Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia,


Jakarta : Rineka Cipta, 2004, hal. 29
Moh Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Yogyakarta : Diva Press,
2010, hal. 8
Abdur Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al
Quran dan Implementasinya, Bandung : CV. Diponegoro, hal. 15
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,
“Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Paradigma Baru)” Jakarta : 2005,
hal. 39
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 57
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 62.
Asnawir , M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta : Ciputat Pers,
2010),
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 278.
Asnawir , M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, h. 12.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010), h.
24-25
Asnawir , M. basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, hal. 14
Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera,
2012), hlm. 146.
Ruslaini, “ Pengaruh Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas X1 IPA Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMA Ar-risalah Kota Lubuklinggau, ”Skripsi sarjana SI pada Program
Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi
Silampari, (Lubuklinggau: STAI Bumi Silampari, 2014), hlm. 65
Indo Aansa Saputra, “Pengaruh Pemanfaatan Media Audio Visual Terhadap
Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih Kelas Xi Lubuklinggau, “Skripsi
Sarjana SI Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Bumi Silampari (Lubuklinggau: STAI Bumi Silampari, 2016), hlm.
67
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 124.
Arikunto, Menejemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 123
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yokyakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm. 62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 118
Suharsinmin Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) (Jakarta:
Rienika Cipta, 2010), hlm. 193.
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta,2013), hlm. 348.
Arikunto, Prosedur Penelitian , hlm. 221.

Anda mungkin juga menyukai