PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
1. Siswa merasa jenuh dan bosan pada saat pelajaran berlangsung
2. Metode dan media pembelajaran yang kurang kreatif
3. Kurangnya pemahaman siswa yang berpengaruh pada hasil belajar
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti hanya memfokuskan pada satu
objek masalah. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka
penelitian ini dibatasi hanya pada masalah “kurangnya pemahaman siswa kelas
XI terhadap pelajaran PAI sehingga berdampak pada hasil belajarnya”.
D. Rumusan Masalah
Menurut Stonner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui
jika terdapat hal yang menyimpang antara pengalaman dengan kesenjangan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan dan adanya pengaduan dan
kompetisi (Sugiyono, 2013).
Berdasarkan urain latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat menyusun
suatu rumusan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bone pada
mata pelajaran PAI?
2. Apakah melalui penggunaan LCD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas XI di SMA Negeri 15 Bone pada mata pelajaran PAI?
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1) Pengertian hasil belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar
itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan
dalam bentuk raport pada setiap semester (Asri Budiningsih, 2012; 18)
Belajar adalah berubah. Dalam hal yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak dan penyesuaian diri. Ada beberapa teori berpendapat bahwa
proses belajar itu pada prinsipnya bertumouh pada struktur kognitif,
yakni penataan fakta, konsep, serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk
satu kesatuan yang memiliki makna dari subjek didik (Sardiman, 2003;
21). Adanya suatu ketegasan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi
suatu proses belajar mengajar, baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, disadari maupun tidak disadari. Dalam proses belajar mengajar
ini akan di peroleh hasil, yang pada umumnya di sebut hasil pengajaran
atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran akan
tetapi untuk memperoleh hasil yang optimal, proses belajar harus di
lakukan dengan cara sadar dan sengaja secara terorganisasi dengan baik.
Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan
atau suatu upayah mengarah aktivitas siswa kearah aktivitas belajar.
Didalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu
aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses
pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antar guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa. Proses pembelajaran merupakan
situasi psikologi, dimana banyak di temukan aspek-aspek psikologis
ketika prses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu proses
pembelajaran merupakan situasi psikologis, maka guru di tuntut untuk
memiliki pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagai
persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran (Mustofa,
2004; 20)
Nasution dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau
episode yakni :
a. Informasi
Dalam setiap pembelajaran, kita peroleh sejumlah informasi,ada
yang menambah pengetahuan yang kita miliki, ada yang
memperhalus atau memperdalamnya, adapula informasi yang
bertentangan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya
bahwa tidak ada energi yang lenyap.
b. Transformasi
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi
kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru
harus diperlukan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian sampai dimanakah pengetahuan
yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala- gejala lain (Nasution, 2003; 9).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku pada diri pribadi seseorang sebagai hasil dari proses belajar
yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan,
sikap dan tingkah laku serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar.
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat di golongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan factor
eksteren. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Di mana
faktor Interen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sesorang
yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Sedangkan faktor
Eksteren adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang
tersebut (Rusman, 2012; 65).
3) Bentuk-Bentuk Hasil Belajar
Tujuan pendidikan yang ingin di capai, dapat di kategorikan ke dalam
tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor.
Ketiga-tiganya bukan melainkan merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat di pisahkan bahkan membentuk hubungan yang hirarkis.
Bentuk hasil belajar itu mencakup tiga bidang , yaitu bentuk hasil
kognitif, bentuk hasil belajar afektif, dan bentuk hasil belajar psikomotor.
Dari hasil pendapat tersebut dapat di uraikan satu persatu sebagai berikut:
a. Bentuk hasil belajar kognitif
Hasil belajar ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Bentuk hasil belajar pengetahuan hafalan.
Cakupan pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan
yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-
hal yang perlu di ingat kembali.
2) Bentuk hasil belajar pemahaman
Bentuk hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari
tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan.
3) Bentuk hasil belajar penerapan (Aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi
suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.
Misalnya memecahkan suatu persoalan dengan menggunakan
rumus tertentu menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu
persoalan dan sebagainya.
4) Bentuk hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecahkan, mengurangi sesuatu
integrasi (kesatuan yang utuh),menjadi unsur-insur atau bagian-
bagian yang mempunyai arti.
b. Bentuk Hasil Belajar Afektif
Bidang afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Sikap
seseorng dapat di ramalkan perubahannya, bila orng bersangkutan
telah menguasai bidang kognitiftingkat tinggi. Sebagia tujuan hasil
belajar antara lain sebagai berikut:
1) Receiving/attending, yakni semacam kepetakan dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang di dalm
diri siswa baik dalam bentuk masalah situasi gejala dan lain-
lain.
2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang di berikan kepada
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Evaluing(penilaian), yakni berkenaan dengan nilai kepercayaan
terhadap gejala atau stimulasi. Dalam evaluasi ini termasuk
didalamnya kesediaan menerima nilai,latar belakang atau
pengambilan nilai dan sepakatan terhaadap nilai yang
diterimanya.
4) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem
organisasi termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain,kemantapan serta prioritas nilai yang
dimilikinya.yang termasuk dalam organisasi ini adalah
konseptentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.
c. Bentuk Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan
(skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 poin tingkat
keterampilan yang antara lain sebagai berikut:
1) Gerakan Refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan yang sadar
3) Kemapuan konseptual,termasuk di dalamnya membedakan
visual,membedakan auditif motorik dan lain-lain
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan,keharmonisan dan
ketetapan
5) Gerakan-gerakan skill, hal ini di mulai dari keterampilan yang
sederhana sampai pada keterampilan yang sangat kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decurvison
komunikasi,seperti gerakan interpretatif dan sebagainya (Asri
Budiningsih, 2012; 29-30).
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua
untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
yang bertakwa kepada Allah Swt (Abdul Majid dan Dian Andayani,
2006; 130).
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan
asuhan tehadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam islam
secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya
dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-
ajaran agama islam yang dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya
sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya
kelak (Zakiah Darajat, 2004; 88).
Dari berbagai pengertian Pendidikan Agama Islam diatas
penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka
mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
b. Sumber Pendidikan Agama Islam
1) Al-qur’an
Suatu umat yang di anugrahkan Tuhan suatu kitab suci Al-
qur’an yang di lengkapi dengan segala petunjuk yang meliputi
seluruh aspek seluruh kehidupan dan bersifat universal, dasar-
dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup
yang berdasarkan kepada Al-qur’an.
Al-qur’an di akui oleh orang-orang islam sebagai firman
Allah dan karena ia merupakan dasar bagi hukum mereka ,Al-
qur’an merupakan himpunan wahyu Tuhan yang sampai kepada
Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril,Al-
qur’an tidak di wahyukan secara keseluruhan tetapi turun secara
sebagian-sebagian sesuai dengan timbulnya kebutuhan dalam
masa kira-kira 23 tahun. Di turunkannya Al- qur’an secara
berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap problem
yang timbul dalam masyarakat, dan juga menunjukkan suatu
kenyataan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah
mustahil, karena Al-qur’an turunnya peetunjuk bagikaum
muslimin dari waktu ke waktu yang selaras dan sejalan dengan
kebutuhan yng terjadi. Al-qur’an merupakan kitab pendidikan
dan pengajaran secara umum, juga merupakan kitab pendidikan
secara khusus pendidikan sosial, moral dan spritual. Tidak di
ragukan persoalan bahwa keberadaan Al-qur’an telah
memepenagaruhi sistem pendekatan rasul dan para sahabatnya
(Arifin, 2004; 43).
2) Hadist (Sunnah)
Dasar yang kedua selain Al-qur’an adalah Sunnah
Rosulullah,amalan yang dikerjakan Rosulullah Saw proses
kehidupan sehari-hari menjadi sumber utama Pendidikan Islam
karna Allah menjadikan Muhammad sebagai teladan
bagiumatnya. Assunah ialah perkataan,perbuatan ataupun
pengakuan rasul yang di maksud dengan pengakuan itu adalah
kejadian atau perbuatan orang yang di ketahui rasul dan beliau
memberikan saj kejadian atau perbuatan itu berjalan,sunnah
yang berisi aqidah dan syari’ah, sunnah berisi pedoman
(petunjuk) untuk kemasalahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya,untuk membina umat manusia seutuhnya atau muslim
yang bertaqwa, untuk itu rasul Allah menjadi guru dan pendidik
utama, beliau sndiri, mendidik semua itu adalah pendidik dalam
rangka membentuk manusia muslim dan masyarakat islam
(Moenawar, 2004; 65).
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam disekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,
berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Abdul Majid dan Dian
Andayani, 2006; 135).
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang
berintikan tiga aspek, yaitu aspek keimanan, ilmu dan amal yang
pada dasarnya berisi :
1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta
membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap
agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya
diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasulnya.
2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan
motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman
tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan maka
anak menyadari keharusan menjad seorang hamba allah
yang beriman dan berilmu pengetahuan.
3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam
semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat
memahami dan menghayati ajaran Agama Islam secara
mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan
dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah sholat
umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama
manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan (Zakiah
Darajat, 2004; 90).
d. Metode Pendidikan Agama Islam
Sebelum lebih jauh membicarakan tentnag metode
Pendidikan Agama Islam,maka peneliti menjelaskan terlebih
dahulu tentang pengertian dari metode Pendidikan Agama Islam,
secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos”
dan dalam bahasa Ingris di tulis dengan “Method”. Secara
terminologi metode di artikan sebagai tata cara untuk melakukan
sesuatu lebih dari dari itu metode di definisikan sebagai cara kerja
atau cara yang teratur dan sistematis untuk melaksanakan sesuatu.
Metode cerita (kisah) adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan
baik dari kejadian nyata atau tidak nyata. Cerita adalah peristiwa-
peristiwa yang kognitif yang penting,karena mereka meringkas,
dalam satu paket padat, informasi, pengetahuan,konteks dan emosi.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat di pahami bahwa cerita
mampu mengubah pola fikir tradisional menjadi profesional. Kisah
atau cerita mempunyai 2 makna yaitu:
1) Mengikuti jejak sesuatu,selangkah demi selangkah.
2) Menyampaikan berita, menceritakan sesuatu dengan
seseorang.
4) Dasar operasional
Pada dataran operasional sebenarnya pelaksanaan pendidikan
Agama Islam diawali dengan peraturan bersama dua menteri
yaitu menteri pendidikan dan kebudayaan adalah Ki Hajar
Dewantara dengan menteri Departemen Agama yaitu Abdullah
Sigit yang dikeluarkan pada tahun 1947. Adapun kesepakatan
yang dihasilkan saat itu adalah pendidikan Agama Islam harus
sudah diajarkan pada siswa sekolah rakyat mulai dari kelas IV
sampai kelas VI. Karena saat itu situasi dan kondisi Bangsa
Indonesia belum stabil, maka kesepakatan dua menteri tersebut
belum bisa diberlakukan di seluruh tanah air indonesia.
Namun, aturan diatas pun belum bisa menjamin
tercapainya pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia secara
menyeluruh khususnya pada jenjang pendidikan. Untuk
merealisasikan niat agar disetiap jenjang pendidikan harus ada
pendidikan agama.
Selanjutnya pemerintah membuat aturan lagi untuk
memperkuat Pendidikan Agama yang menyatakan bahwa
Pendidikan Agama wajib ada dan wajib diikuti oleh setiap
siswaa. Hal ini tercantum dalam tahun 1973 yang berbunyi :
Diusahakan bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan
dalam pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa termasuk
pendidikan agama yang harus dimasukkan dalam kurikulum di
sekolah-sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Suparta, 2006;
272).
5) Dasar Religi (Normatif)
Bila ditinjau dari aspek religi (normative), tentunya
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah berdasarkan pada
Al-qur’an dan Al- Hadis. Sebab Al-qur’an dan Hadis adalah
pedoman hidup umat islam sedunia. Bahkan Rasulullah Saw,
menyatakan bahwa hanya orang yang berpegang teguh pada
Al-qur’an dan Al-Hadislah yang tidak akan sesat selama-
lamanya (HR. Hakim). dasar-dasar pendidikan Agama Islam
harus diletakkan atas dasar-dasar ajaran islam dan perangkat
kebudayaanya.
3. Media LCD
a. Pengertian media LCD
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar (Asnawir , M. Basyiruddin Usman, 2010). Makna
umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar hakekatnya adalah juga
merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam
pembelajaran disebut juga media pembelajaran, ada juga yang
menyebut media pengajaran, media komunikasi, media pendidikan
dan alat peraga. Berdasarkan uraian itu, Allah Swt menyebutkan
hukum komunikasi dalam Qur’an surat Al-Isra ayat 84 yang Artinya :
“Katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut bakatnya (keadaannya)
masing-masing. Maka Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya”. (Abdul Majid, 2014; 278).
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang kita sampaikan. Terlepas dari sebutan tersebut, banyak ahli yang
memberikan batasan tentang media pembelajaran. AECT (Assosiation
of Education and Communication) misalnya, mendefinisikan bahwa
media pembelajaran adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
suatu proses penyaluran informasi (Asnawir , M. Basyiruddin Usman ,
2010; 12). Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan media
sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik
dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas
program intruktional (Asnawir , M. Basyiruddin Usman , 2010; 13).
Sedangkan proyektor LCD adalah sebuah alat proyeksi yang mampu
menampilkan unsur -unsur media seperti gambar, teks, video, animasi,
video baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur-unsur
media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika
lainnya. Pengertian lain dari LCD Proyektor adalah perangkat alat
bantu yang sering digunakan untuk media presentasi, karena mampu
menampilkan gambar dengan ukuran besar. (Abi Royen, 2016).
Jadi media proyektor LCD adalah sebuah alat proyeksi yang
mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video,
animasi, video baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur -
unsur media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat
elektronika lainnya yang digunakan guru untuk media presentasi yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan siswa sehingga dapat menolong terjadinya proses belajar
pada dirinya.
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Proyektor LCD
Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
adapun kelebihan proyektor LCD adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan warna yang sangat baik.
2) Intensitas cahaya tinggi
3) Tipe proyektor paling kuat
4) Pantulan proyeksi terlihat jelas pada ruangan yang terang sehingga
guru dan murid tetap dapat melihat.
5) Dapat menjangkau kelompok besar.
6) Dapat disimpan dan digunakan berulang kali.
7) Tembok bisa dijadikan bidang proyeksi sehingga tidak perlu repot
menyiapkan layar.
8) Mampu menampilkan unsur -unsur media seperti gambar, teks,
video, animasi, film dll.
Kekurangan media proyektor LCD :
1) Penggantian light bulb yang cukup mahal.
2) Listrik pada ruangan atau lokasi penyajian harus ada.
3) Lebih mudah panas, membutuhkan ekstra pendingin untuk
menghindari gangguan pada projector akibat panas
4) Warna menjadi kekuningan setelah 1000 jam pemakaian.
5) Perlu keterampilan khusus dalam penggunaannya.
6) Membutuhkan perawatan khusus.
7) Membutuhkan media lain dalam pengoperasiannya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
proyektor LCD memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
proyektor LCD yaitu memiliki warna yang indah ketika dipandang
mata, cahaya yang cukup, bisa dipantulkan di dinding, dapat dilihat
oleh peserta yang banyak seperti (video, film, gambar, animasi, dan
sebagainya). Sedangkan kekurangan proyektor LCD jika melebihi
1000 jam warnanya menjadi pudar atau kekuningan, harganya sangat
mahal, dan memerlukan keterampilan yang baik dalam
mengoperasikannya. Tetapi hal tersebut masih dibantu dengan
menggunakan laptop atau komputer.
c. Manfaat dan kegunaan media LCD
Sudjana dan Rivai, mengemukakan manfaat media pembelajaran
(proyektor LCD) dalam proses belajar siswa, yaitu :
1) Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru (Azhar Arsyad, 2012; 24-25)
Sedangkan kegunaan media proyektor LCD adalah, sebagai berikut:
1) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa.
2) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
3) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.
4) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa
untuk belajar (Asnawir , M. basyiruddin Usman, 2010; 14)
5) Media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
6) Media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
(Azhar Arsyad, 2012)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manfaat dan kegunaan media proyektor LCD yaitu sebagai alat
bantu mengajar yang dapat mempengaruhi iklim, kondisi dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru, dapat
membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa, serta media dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar,
dan media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
B. Penelitian yang Relevan
Daryanto dalam bukunya media pembelajaran berisi tentang
“penggunaan media pembelajaran dapat membantu merangsang keaktifan
proses belajar mengajar. Beberapa media pembelajaran tersebut antara lain
multi media linier, multi media interaktif, fotografi, media grafis, multimedia
proyektor, dan internet. Penggunaan media pembelajaran tersebut bermanfaat
bagi guru, bagi peserta didik, dan juga bagi orang tua peserta didik. Dengan
penggunaan media belajar yang beragam dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peserta didik secara lebih luas, terlebih lagi peserta didik
semakin menyukai setiap mata pelajaran yang dipelajarinya” (Daryanto,
2012; 146).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa peran media sangatlah
penting untuk menyampaikan materi pelajaran seperti yang telah di paparkan
Daryanto dalam bukunya media pembelajaran di atas, yaitu dengan berbagai
penggunaan media belajar yang beragam dapat menambah wawasan,
pengetahuan, serta dapat menambah pemahaman peserta didik lebih luas.
Selain itu penelitian pertama memiliki kesamaan dengan penulis mengenai
media pembelajaran hanya saja yang membedakan penulis melakukan
penelitian lapangan (filed research) sedangkan dalam buku tersebut hanya
sebatas teori.
Ruslaini dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan
Internet Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
X1 IPA Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Arisalah Kota
Lubuklinggau”,menyimpulkan bahwa “Ada pengaruh antara pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA Ar-risalah kota
lubuklinggau, terlihat dari nilai perhitungan r = 0,415 yang lebih besar dari
nilai tabel “r” Prodact moment baik taraf signifikan 5% maupun pada taraf
signifikan 1%.” (Ruslaini, 2014; 65)
Dalam skripsi ini mempunyai persamaan peneliti tentang
memanfaatkan media internet sebagai alat komunikasi, mengakses informasi
dan sebagai alat pendidikan/pembelajaran. Setelah penulis tela’ah memang
ada pengaruhnya melalui internet peserta didik akan memperoleh informasi
yang sangat luas sebab, dengan menggunakan internet peserta didik dapat
mengakses informasi yang di inginkan sesuai yang dibutuhkan, guna
menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
sedang di pelajarinya. Perbedaan penulis dalam penelitian ini, dalam
penelitian ini penulis mengambil media tampilan yakni media LCD
proyektor.
Kemudian Indo Aansa Saputra dalam skripsinya yang berjudul “
Pengaruh Pemanfaatan Media AUDIO VISUAL Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Pada Pelajaran FIQIH Kelas XI Man I Lubuklinggau”, sesuai dengan
analisa data menggunakan rumus product moment, harga “r” yang diperoleh
yaitu 0,412 lebih besar dari nilai “r”tabel , baik pada taraf 5% maupun pada
taraf 1% atau 0,325 < 0,412 < 0,418. Ini berarti hipotesa alternatif (Ha)
diterima sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak. Artinya ada pengaruh yang
signifikan antara pemanfaatan media AUDIO VISUAL dengan motivasi
belajar pada pelajaran FIQIH kelas XI man I Lubuklinggau” (Indo Aansa
Saputra, 2016;57).
Skripsi ini mempunyai persamaan peneliti tentang tingkat ke
efektifitasan media dalam suatu pembelajaran. Dan memang ada pengaruh
dalam pembelajaran yang menggunakan media/alat bantu. Terutama untuk
murid yang merasa bosan dengan metode yang hanya itu saja dan menjadi
daya tarik tersendiri. Perbedaan dengan penulis dalam penelitian ini, penulis
mengambil media yang lebih sepesifik yaitu lebih mengarah ke penampilan
yaitu LCD proyektor terhadap hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Pada bagian ini, penulisan akan menguraikan tentang kerangka pikir yang
akan dijelaskan sebagai patokan untuk melaksanakan penelitian ini. Hal ini
dianggap perlu karena dapat memudahkan penulis untuk memperoleh data
dan informasi yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan sesuai
dengan penelitian yang bersifar ilmiah.Untuk lebih memahami, maka
kerangka pikir ini dibuat dalam bentuk skema. Adapun skema yang
dimaksud yaitu:
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian ini
adalah (Kuatitatif Eksperiment Riset) yang akan menggunakan pendekatan
kuantitatif yaitu menggunakan data statistik.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
desain yang berbentuk One-Grop Pre-tes and Post-test Design. Di dalam desain
ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen dengan pola, menurut Arikunto : Desain penelitian ini dapat dilihat
yaitu :
C. Pendekatan Penelitian
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 15 Bone, terletak di
Jalan Poros Makassar, Desa Ulaweng Cinnong, Kecamatan Ulaweng,
Kabupaten Bone.
2. Waktu Penelitian
E. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.32 Populasi adalah
“sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama.
Atau keseluruhan dari individu yang dijadikan objek penelitian” (Arikunto,
2009; 123). Adapun jumlah populasi yang digunakan dipenelitian ini
sebanyak 20 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri
15 Bone.
2. Sampel
Sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi
Arikunto, 2002; 62). Sedangkan sampel menurut sugiyono adalah “ bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyono, 2012;
128). Untuk penelitian ini, teknik yang telah digunakan untuk mengambil
sampel adalah Simple random sampling. atau pengambilan sampel secara
acak. Adapun jumlah sampel yang digunakan dipenelitian ini sebanyak 20
siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 15 Bone.