Anda di halaman 1dari 25

LANDASAN PENDIDIKAN

DALAM PERSPEKTIF PEDAGOGIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pedagogik

Dosen Pengampu: H. Zaenal Abidin, M.Si

Oleh :
Kastawi (20181310018)
Sylvie Hardianty (20181310023)

UNIVERSITAS KUNINGAN
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS KUNINGAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Kuasa, dengan berkah, rahmat, karunia, serta pertolongan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Perspektif Pedagogik tentang Landasan
Pendidikan” sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini
dijelaskan mengenai pedagogi, landasan pendidikan, dan perspektif pedagogi
tentang pendidikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pedagogik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada H. Zaenal Abidin, M.Si selaku
dosen mata kuliah Pedagogik yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada tim dan
rekan-rekan atas kerjasama dan dukungan yang telah diberikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan penulisan makalah di masa mendatang.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Kuningan, November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, kehidupan manusia diliputi krisis dalam segala bidang terutama
bidang pendidikan. Fenomena dunia pendidikan saat ini pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup yang sudah mulai berubah menuju
perubahan yang kurang baik, seperti halnya pola hidup hedonistik,
individualistik, dan materialistik. Jika dibiarkan, krisis pendidikan yang terus
berlanjut akan membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia sehingga
diperlukan penyelesaian yang tepat. Guru sebagai pendidik dituntut untuk
lebih menguasai dan mengembangkan suatu pembelajaran secara luas dengan
memperhatikan karakteristik siwa dan lingkungan sekolah masing-masing.
Artinya, guru dituntut agar lebih kreatif agar peserta didik tidak cenderung
bosan dalam materi ajar dan seorang guru seharusnya bisa mengembangkan
materi yang diajarkan yang bertujuan untuk menambah wawasan dan
kepribadian peserta didik menjadi bertambah agar menjadi sumber daya
manusia yang berguna bagi Negara dan Masyarakat (Permana at al. )
Pengertian perspektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
sudut pandang atau pandangan. Sedangkan menurut Sumaatmadja dan
Winardit (1999), perspektif merupakan cara pandang seseorang atau cara
seseorang berperilaku terhadap suatu fenomena kejadian atau
masalah. pendapat lain tentang perspektif dikemukakan oleh Suhanadji dan
Waspada TS (2004), mengatakan bahwa perspektif merupakan
carapandang/wawasan seseorang dalam menilai masalah yang terjadi di
sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Perspektif dapat diartikan
sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu.
Yatimah (2017:100) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif, dan mesti
dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, idealnya pendidikan tidak
dilaksanakan secara sembarang, melainkan seyogianya dilaksanakan secara
bijaksana. Pendidikan hendaknya merupakan upaya yang betul-betul disadari,
jelas landasannya, tepat arah dan tujuannya, efektif dan efisien pelaksanaannya.
Implikasinya, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan (saat
berpikir atau mempelajari pendidikan) dan momen praktik pendidikan (saat
pelaksanaan berbagai tindakan pendidikan atas dasar hasil berpikir atau studi
pendidikan). Sebelum melaksanakan pendidikan, calon pendidik dan atau
pendidik perlu mempelajari dan mempertimbangkan terlebih dahulu berbagai hal
yang terlibat dan berhubungan dengan pendidikan, antara lain mengenai berbagai
landasannya. Ibarat suatu bangunan, bangunan dapat berdiri tegak dan berfungsi
dengan baik apabila memiliki landasan (fondasi) yang kokoh. Demikian pula
pendidikan, agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat
dipertanggungjawabkan maka pendidikan perlu dilaksanakan atas dasar landasan
yang kokoh.
Pendidikan merupakan suatu upaya normatif yang membawa manusia
dari kondisi apa adanya menuju kondisi bagaimana seharusnya. Melalui
proses pendidikan diharapkan manusia mampu berkembang ke arah yang
lebih baik lagi. Seorang pendidik harus mampu memahami manusia dalam
hal kemungkinan, aktualisasinya dan pemikirannya, bahkan memahami
perubahan yang terjadi dalam diri manusia. Mendidik berarti bertindak
dengan tujuan sehingga memiliki dampak pada perkembangan peserta didik
sebagai kesatuan pribadi. Kegiatan dalam mengajar serta melatih adalah
kegiatan yang sering dilakukan dalam proses pendidikan.
Pada dasarnya, hakikat manusia yakni lahir dengan fitrahnya dan
memiliki kesempatan yang sama dalam berkembang, maka pendidikan harus
dipandang sebagai upaya untuk mengembangkan hak manusia untuk
bereksistensi. Sedangkan hak pendidikan adalah humanisasi. Tujuan
pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang di harapkan
sesuai dnegan nilai dan norma yang dianut.
Terbentuknya karakter peserta didik yang kuat dan kokoh diyakini
merupakan hal yang penting dan mutlak untuk dimiliki oleh setiap peserta
didik. Pengembangan karakter ini diperoleh melalui pendidikan, baik pada
tingkat sekolah maupun perguruan tinggi dapat mendorong peserta didik
menjadi anak bangsa yang memilki kepribadian unggul. Maka sangat penting
bagi kita mengkaji landasan pendidikan pada perspektif pedagogik.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural,
yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
mnjemput masa depan (Yatimah, 2017:103)
Secara leksikal landasan berarti tumpuan, dasar atau alas karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak
atau dasar pijakan ini dapat bersifat material, contohnya landasan pacu pesawat
terbang; dapat pula bersifat konseptual, contohnya landasan pendidikan.
Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud landasan pendidikan?;
2. Apakah yang dimaksud pedagogik ?;
3. Bagaimana landasan pendidikan dalam prespektif pedagogik?.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan pendidikan;
2. Untuk mengetahui pedagogik;
3. Untuk mengetahui landasan pendidikan dalam prespektif pedagogik.
D. Kegunaan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengembangan konsep mengetahui bagaimana landasan pendidikan dalam
perspektif pedagogik.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep untuk
mengetahui mengetahui bagaimana landasan pendidikan dalam perspektif
pedagogik;
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang materi penunjang ilmu
pengetahuan baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif, dan
mesti dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, idealnya pendidikan tidak
dilaksanakan secara sembarang, melainkan seyogianya dilaksanakan secara
bijaksana. Pendidikan hendaknya merupakan upaya yang betul-betul disadari,
jelas landasannya, tepat arah dan tujuannya, efektif dan efisien
pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi
pendidikan (saat berpikir atau mempelajari pendidikan) dan momen praktik
pendidikan (saat pelaksanaan berbagai tindakan pendidikan atas dasar hasil
berpikir atau studi pendidikan). Sebelum melaksanakan pendidikan, calon
pendidik dan atau pendidik perlu mempelajari dan mempertimbangkan
terlebih dahulu berbagai hal yang terlibat dan berhubungan dengan
pendidikan, antara lain mengenai berbagai landasannya. Ibarat suatu
bangunan, bangunan dapat berdiri tegak dan berfungsi dengan baik apabila
memiliki landasan (fondasi) yang kokoh. Demikian pula pendidikan, agar
sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan maka
pendidikan perlu dilaksanakan atas dasar landasan yang kokoh. Dalam
pengembangan pendidikan diperlukan landasan-landasan yang kokoh dan
dapat dipertanggungjawabkan baik secar ilmiah, teknologi maupun etika
religius. Salah satu problema pendidikan dalam pengembangannya adalah
foundational problem, istilah ini diartikan sebagai alas, landasan sebagai
dasar tumpuan. Pondasi sebagai alas atau pijakan berdirinya sesuatu hal
memiliki dua sifat, ada yang bersifat material dan ada yang bersifat
konseptual.
a. Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berati tumpuan, dasar atau alas. Karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak dalam suatu pijakan.
Adapun titik olak yang bersifat material seperti halnya landasan pesawat
terbang, dan titik tolak yang bersifat konseptual seperti landasan
pendidikan. landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi,
adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu
aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang,
pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek
pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga mengenal istilah
pendidikan. Praktek pendidikan adalah kegiatan seorang atau sekelompok
orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek
pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro),
dan dapat berupa kegiatan pendidkan (bimbingan, pengajaran dan latihan).
Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam
rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan studi pendidikan. Landasan-
landasan pendidikan meliputi landasan historis, filosofis, politik, ekonomi,
psikologis, sosiologis, antropologis dan komparatif.

b. Jenis Landasan Pendidikan Nasional


Landasan Pendidikan Nasional sebagai wahana dan sarana
pembangunan negara dan bangsa dituntut mampu mengantisipasi proyeksi
kebutuhan masa depan. Tuntutan tersebut sangat bergayut dengan aspek-
aspek penataan pendidikan nasional yang bertumpu pada basis kehidupan
masyarakat Indonesia secara komprehensif. Untuk kepentingan penataan
pendidikan nasional yang benar-benar merefleksi kehidupan bangsa, maka
sangat penting pendidikan nasional memiliki beberapa landasan yaitu;
landasan filosopis, sosilogis, yuridis dengan penajaman landasan tersebut
secara kritis dan fungsional.
1. Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
2. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
3. Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari disiplin ilmu tertentu yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
Dengan berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi,
ekonomi, antropologi, atau sejarah.
a) Landasan psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah psikologi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
b) Landasan sosiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
c) Landasan antropologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
d) Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
e) Landasan biologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah biologi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
f) Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari kaidah-kaidah politik yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan.
g) Landasan historis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang
menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa
datang.
h) Landasan fisiologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari kaidah-kaidah fisiologi tentang manusia yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
i) Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku yang dijadikan
titik tolak dalam pendidikan.
Berdasarkan sifat ini asumsi-asumsinya, landasan pendidikan
dibedakan menjadi dua jenis :
1) Landasan deskriptif pendidikan : asumsi-asumsi tentang kehidupan
manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya (Dasein) yang
dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Yang meliputi : landasan
psikologi pendidikan, landasan biologi pendidikan, landasan sosiologi
pendidikan, landasan antropologi pendidikan.
2) Landasan preskriptif pendidikan : asumsi-asumsi tentang kehidupan
manusia yang ideal / diharapkan / dicita-citakan (Das Sollen) yang
disarankan menjadi titik tolak studi pendidikan dan atau praktek
pendidikan. Yang meliputi : landasan filosofis pendidikan, landasan
religius pendidikan, dan landasan yuridis pendidikan.

c. Fungsi Landasan Pendidikan


Landasan pendidikan berfungsi sebagai titik tolak dan tumpuan
bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.
a) Keharusan Pendidikan : Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik
dan Perlu Mendidik Diri
Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus
mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan
demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam
perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi
sekaligus “belum selesai” mewujudkan dirinya sebagai manusia
(prinsip historisitas). Bersamaan dengan hal di atas, dalam
eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal.
Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan
atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum
terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan (prinsip
idealitas).
Manusia memang telah dibekali berbagai potensi untuk mampu
menjadi manusia, misalnya: potensi untuk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, potensi untuk dapat berbuat baik, potensi cipta,
rasa, karsa, dsb. Namun demikian setelah kelahirannya, bahwa potensi
itu mungkin terwujudkan, kurang terwujudkan atau tidak terwujudkan.
Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat
kemanusiaannya (menjadi manusia), sebaliknya mungkin pula ia
berkembang ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan
martabat kemanusiaannya. Kemampuan yang seharusnya dilakukan
manusia tidak di bawa sejak kelahirannya, melainkan harus diperoleh
setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Di
satu pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui
upaya bantuan dari pihak lain. Di lain pihak, manusia yang
bersangkutan juga harus belajar atau harus mendidik diri. Mengapa
manusia harus mendidik diri. Sebab, dalam bereksistensi yang harus
mengadakan/menjadikan diri itu hakikatnya adalah manusia itu sendiri.
Sebaik dan sekuat apa pun upaya yang diberikan pihak lain (pendidik)
kepada seseorang (peserta didik) untuk membantunya menjadi manusia,
tetapi apabila seseorang tersebut tidak mau mendidik diri, maka upaya
bantuan tersebut tidak akan memberikan konstribusi seseorang tadi
untuk menjadi manusia. Yang menjadi asumsi perlunya manusia
mendapatkan pendidikan dan perlu mendidik diri, yaitu : (1) prinsip
historisitas, (2) Prinsip idealitas, dan (3) prinsip posibilitas/aktualitas.
b) Kemungkinan Pendidikan : Manusia sebagai makhluk yang Dapat
Dididik
Lima prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan
dapat dididik, yaitu : 1. Prinsip potensialitas 2. Prinsip dinamika 3.
Prinsip Individualitas 4. Prinsip sosialitas 5. Prinsip Moralitas
B. Pedagogik
Seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di
sekolah, seharusnya memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus
mendidik anak. Seorang pendidik bukan hanya sekedar terampil dalam
menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu
mengembangkan anak didiknya, mengembangkan watak anak, dan
mengembangkan serta memperbaiki akhlak anak didiknya. Seperangkat ilmu
yang harus dimiliki seorang pendidikan dalam menjalankan tugas pendidikan
dikenal dengan pedagogik. Dengan kata laian, pedagogik ini merupakan suatu
ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya
seorang pendidik berhadapa dengan anak didik, apa saja tugas seorang
pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan dari mendidik anak.

a. Pengertian Pedagogik dan Kompetensi Pedagogik


Pedagogik berasal dari bahasa Yunani “paedos” yang memiliki arti
anak laki-laki, dan “agogos” memiliki arti mengantar, membimbing.
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda), menyatakan bahwa pedagogik
adalah ilmu yang mempelajari masalah dalam membimbing anak ke arah
dan tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak akan mampu secara mandiri
untuk menyelesaikan tugas hidupnya. Oleh sebab itu pedagogi dapat
diartikan sebagai proses pembimbingan anak. Dimana dalam kenyataanya
tugas membimbing ini dilaksanakan bukan hanya oleh guru melainkan
bisa dengan orang tua atau keluarga yang dapat dikatakan seorang
pendidik.
Adapun dalam dictionary of education, istilah pedagogik
diterjemahkan dengan “the theory and pratice of teaching children, which
includes the philosophy, socilogy, psychology and methodology involved in
teaching children as well as curriculum, school organisation and
management”. Artinya teori dan praktik tentang mengajar anak, dimana di
dalamnya termasuk filsafat, sosiologi, psikologi, dan metodologi yang
berkaitan dengan mengajar anak seperti kurikulum, organisasi dan
manajemen di sekolah. Kemudian dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata ini dihadirkan dalam tiga bentuk: (1) Pedagok berarti
pedagogi, (2) Pedagogi berarti ilmu pendidikan, ilmu pengajaran, (3)
Pedagogis berarti yang bersifat mendidik.

b. Pedagogik dan Pedagogi


Langeveld (2016) membedakan istilah pedagogik dengan istilah
pedagogi. “Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, dimana lebih
menitik beratkan kepada suatu pemikiran, perenungan tentang pendidikan,
bagaimana kita mampu membimbing anak dan mendidik anak. Sedangkan
istilah pedagogi memiliki arti pendidikan, dimana lebih menekankan
kepada praktek, menyangkut kegiatan pendidikan, kegiatan membimbing
anak”. Hal senada juga diuangkapkan oleh Jayanti (2013) menjelaskan
bahwa pedagogik sebagai ilmu mencakup ketiga hal ini penyebutan istilah
pedagogi dan pedagogik oleh sebagian orang sering disamakan dan kadang-
kadang salah penempatan. Memang agak sulit membedakan antara pedagogi
dengan pedagogik, karena antara pedagogi dan pedagogik ibarat sekeping
mata uang sulit dipisahkan dan tidak mungkin bisa dipisahkan. Para ahli
pendidikan pun kadang-kadang menyamakan pedagogi dengan pedagogik.
Pada saat menyebut pedagogik yang dimaksud adalah pedagogi, sebaliknya
pada saat menyebut pedagogi, yang dimaksud adalah pedagogik. Beda
pedagogi dengan pedagogik adalah.
Menurut Ki Hajar Dewantara, “paedagogik”, yakni Momong, Among
dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh.
Mendidik adalah mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Praksis pendidikan
dalam perspektif ini memang mementingkan ketertiban, tapi pelaksanaannya
bertolak dari upaya membangun kesadaran, bukan berdasarkan paksaan yang
bersifat “hukuman” (Pramudia, 2006). Pedagogik yang cenderung melihat
persoalan pendidikan semata-mata sebagai masalah-masalah teknik di dalam
kelas. Namun untuk memberikan pemahaman perbedaan pedagogi dengan
pedagogik, (Rahman: 2018) menjelaskan dengan tabel sebagai berikut:
No Pedagogi Pedagogik
1 Seni mengajar. Pedagogi sebagai Ilmu mengajar. Pedagogik sebagai
seni merupakan bakat seseorang. ilmu mengajar bisa dipelajari setiap
Setiap orang mempunyai orang. Sebagai sebuah ilmu
perbedaan seni dan gaya dalam mengajar, pedagogik akan terus
mengajar. Oleh karena itu agak berkembang. Orang yang
sulit memaksakan seorang mempunyai bakat mengajar
pendidik meniru seni mendidik (pedagogi) harus memahami
orang lain. Biarlah setiap pedagogik, agar tujuan
pendidik, mendidik dengan seni pembelajaran tercapai. Bakat atau
dan gayanya sendiri. Gaya atau seni mengajar saja tidak cukup
seni tersebut bisa dimaksimalkan tanpa dibarengi dengan penguasaan
melalui ilmu mengajar. pedagogik.
2 Pendidikan yang menekankan Ilmu pendidikan (teori) yang
praktek, menyangkut kegiatan menitik-beratkan kepada pemikiran
mendidik dan membimbing yang perenungan tentang pendidikan.
dilakukan oleh orang dewasa Suatu pemikiran bagaimana
mendidik dan membimbing anak
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pedagogik adalah suatu hal yang berkaitan dengan ilmu mendidik
(kegiatan belajar mengajar), ilmu tersebut didukung dengan ilmu lainnya
seperti filsafat, sosiologi, psikologi dan metodologi pengajaran.

c. Kompetensi Pedagodik Guru


Secara nasional peningkatan kompetensi guru telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, yaitu “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas ke pedagogikan.” Dari pernyataan
tersebut diatas, dapat disimpulkan seorang guru harus memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan dalam mengajar, mendidik,
membimbing, mengarahkan, mengaktualisasikan setiap potensi yang
dimiliki serta memotivasi peserta didiknya.
Menurut Hasanah (2012: 41), kompetensi guru meliputi 4 aspek, di
antaranya: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik menunjuk pada
kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Kompetensi
kepribadian menunjuk pada kepribadian yang mantap dan berakhlak
mulia, arif serta berwibawa. Kompetensi sosial menunjuk kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik. Kompetensi profesional menunjukkan pada
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi pedagogik merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 28 Ayat (3) butir a menyatakan bahwa :
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya
Kompetensi pedagogik guru harus mengahadapi tuntutan-tuntutan
pembelajaran yang demokratis karena mampu merefleksikan suatu
kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa. Kemampuan
guru tidak sekedar menguasai pelajaran semata tetapi juga kemampuan
lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif danmampu memotivasi
siswa untuk belajar. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru
yang memiliki kompetensi khususnya kompetensi pedagogik.
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, penulis menyatakan bahwa
kompetensi pedagogik meliputi penguasaan peserta didik, menguasai tiori-teori
belajar, mengembangkan kurikulum, melaksanakan proses belajar mengajar,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik, berkomunikasi secara efektif, menilai dan mengevaluasi
hasil belajar.
d. Komponen-komponen Kompetensi Pedagogik Guru
Guru sebagai pendidik harus memahami pengertian kompetensi
pedagogik yang merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, menciptakan suasana komunikasi
yang edukatif mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 kompetensi pedagogik guru ada
sepuluh komponen kompetensi inti yaitu:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2. Menguasai tiori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
4. Menyelengarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan refelktif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Dengan memahami semua pengertian dan isi kompetensi
pedagogik baik aspek-aspek maupun indikator-indikatornya, maka guru
akan lebih mudah melaksanakan proses pembelajaran yang merupakan
tugasnya dilembaga pendidikan. Menurut Asmani (2011) “kompetensi
pedagogik guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan
yang satus ama lain saling berhubungan dan saling mendukung”. Dari
ungkapan di atas, menyatakan bahwa komponen dan indikator-indikator
kompetensi pedagogik tersebut saling berkaitan dan saling berhubungan
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh
pendidikan nasional.

C. Landasan Pendidikan dalam Perspektif Pedagogik


1. Pengertian Perspektif
Pengertian perspektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
sudut pandang atau pandangan. Adapun menurut Sumaatmadja dan
Winardit (1999) mengemukakan perspektif merupakan cara pandang
seseorang atau cara seseorang berperilaku terhadap suatu fenomena
kejadian atau masalah. Sedangkan menurut Suhanadji dan Waspada TS
(2004) menyatakan bahwa perspektif merupakan cara pandang atau
wawasan seseorang dalam menilai masalah yang terjadi di sekitarnya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka perspektif dapat diartikan sebagai
cara pandang seseorang terhadap sesuatu.

2. Perspektif Pedagogik Tentang Landasan Pendidikan


Sebagaimana pembahasan sebelumnya, bahwa pedagogik merupakan
ilmu pendidikan yang didalamnya mempelajari berbagai seluk beluk
pendidikan yang diberikan kepada peserta didik. Sedangkan landasan
pendidikan merupakan pondasi dasar untuk mengembangkan pendidikan.
Yatimah (2017) memberikan pemaparan mengenai perspektif pedagogik
sebagai ilmu pendidikan tentang landasan pendidikan sebagai dasar
pendidikan diuraikan sebagai berikut:
1. Landasan filosopis
Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya
yang terkandung pada pancasila. Nilai pancasila tersebut harus
ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan
dalam semua level dan tingkat serta jenis pendidikan. nilai-nilai
tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran dalam kurikulum
tetapi juga dalam pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai budaya
bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai
penguasaan kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif.
2. Landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua
individu bahkan dua generasi, yang memungkinkan dari generasi ke
generasi berikutnya mengembangkan diri searah dengan perkembangan
dan kemajuan masyarakat pada masanya. Oleh karena itu dalam
menghadapi kondisi seperti itu, lembaga pendidikan harus
diberdayakan dengan lembaga sosial lainnya. Dalam hal ini pendidikan
disejajarkan dnegan lembaga ekonomi, politik sebagai pranata
kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning)
harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan
pendidikan yang melibatkan masyarakat bisa tercapai maka patologi
sosial setidaknya terkurangi. Hasrat masyarakat untuk belajar semakin
meningkat.
Sistem pendidikan nasional hendaknya melibatkan berbagai
elemen masyarakat, meskipun pemerintah telah menyiapkan dana
khusus untuk pembangunan dibidang pendidikan, namun jika
pendidikan akan ditingkatkan mutu atau kualitasnya, maka otomatis
peran serta masyarakat sangat dibutuhkan bahkan menentukan.
Demikian pula apabila pendidikan hanya terarah pada tujuan
pembelajaran murni pada aspek kognitif, afektif tanpa mengaitkan
dengan kepentingan sosial, politik dan upaya pemecahan problem
bangsa, maka pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai sarana
rekonstruksi sosial.Dalam kaitannya dengan perluasan fungsi
pendidikan lebih jauh, maka diperlukan pengembangan sistem
pendidikan nasional yang didasarkan atas kesadaran kolektif bangsa
dalam kerangka ikut memecahkan problem sosial. Masalah yang kini
sedang dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan sosial ekonomi
sehingga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan
tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses
informasi yang konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial
dapat dieleminir melalui pendidikan.
3. Landasan kultural
Landasan Pendidikan yang ketiga adalah Landasan Kultural.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia
selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan
tertentu. Oleh karena itu dalam Undang- undang RI no. 20 Tahun 2003
Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa, pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasar Pancasila dan undang-undang Dasar Negara
republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik,
kebudayaan dapat diwariskan dengan jalan meneruskan kepada generasi
penerus melalui pendidikan. Sebaliknya pelaksanaan pendidikan ikut
ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses pendidikan
berlangsung.

4. Landasan psikologis
Lanadasan Pendidikan yang keempat adalah landasan Psikologis.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam
pendidikan. Memahami peserta didik dari aspek psikologis merupakan
salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian
dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan
perkembangan anak. Setiap individu memiliki bakat, minat,
kemampuan, kekuatan, serta tempo dan irama perkembangan yang
berbeda dengan yang lainnya.30 Sebagai implikasinya pendidikan tidak
mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan
kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta
tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
5. Landasan ilmiah dan teknologi
Landasan Pendidikan yang kelima adalah Landasan Ilmiah dan
Teknologi. Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai kaitan yang erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi
kajian di dalam pendidikan dengan kata lain 94 Sulesana Volume 7
Nomor 2 Tahun 2012 pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain setiap perkembangan
iptek harus segera diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan
segera memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek
(psikologi, sosiologi, antropologi, dsb). Seiring dengan kemajuan iptek,
maka pada umumnya ilmu pengetahuan juga berkembang sangat pesat.

6. Landasan yuridis
Landasan Pendidikan yang terakhir adalah Landasan Yuridis.
Sebagai penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu
pelaksanaannya berdasarkan undang-undang. Hal ini sangat penting
karena hakikatnya pendidikan nasional adalah perwujudan dari
kehendak UUD 1945 utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan, sebagai berikut :
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah
wajib membiyayainya.
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan
serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Pentingnya
undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan nasional di
samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting
sebagai penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat
dipedomani bagi pennyelenggaran pendidikan secara utuh yang
berlaku untuk seluruh tanah air.
Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi
penyelenggaraan pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk
mengatur sehingga jika terjadi penyimpangan dalam
penyelenggaraan pendidikan, maka dengan landasan yuridis tersebut
dikenakan sanksi. Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak
sedikit ditemukan penyimpangan, bahkan dalam skala nasional dapat
menimbulkan kerugian bukan hanya secara material tapi juga
spiritual. 33Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan
instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak
dan kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan
pendidikan bukan sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi
dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di samping dasar regulasi sangat
penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi.

7. Landasan religi
Manusia ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik, sehingga mampu menjadi
kholifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah berupa bentuk yang dapat
berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk yang
mulia, pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan
komponen dari fitrah itu. Fitrah inilah yang membedakan manusia
dengan mahluk yang lain dan membuat manusia itu istimewa dan
lebih mulia daripada makhluk yang lain.
Pendidikan adalah proses yang bertumpu pada tujuan.
Pendidikan yang dimaksud adalah usaha untuk melestarikan dan
mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam
segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Jadi pendidikan
Islam itu tidak hanya memperhatikan satu aspek saja, tetapi segala
aspek yang ada, meliputi aspek jasmani, rohani dan aspek akal
pikiran serta aspek akhlaq. Oleh karena itu setiap proses pendidikan
yang akan dilaksanakan harus memperhatikan beberapa hal.
Harapan tercapainya sebuah keberhasilan dalam suatu aktifitas
pendidikan Islam dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor tujuan, faktor
pendidik, faktor anak didik, faktor alat dan metode, dan faktor
lingkungan. Di antara kelima faktor tersebut tidak bisa lepas satu
sama lain, di dalam prosesnya saling berkaitan erat sehingga
membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.
Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi,
yaitu: Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.
Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah
bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan
keimanan yang pernah dilakukannya. Dalam merumuskan tujuan
pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1) Tujuan dan tugas manusia di muka bumi. baik secara vertikal
maupunhorizontal. Sifat-sifat manusia tututan masyarakat dan
dinamika peradaban
2) Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam
Adapun tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah
peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara
dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan
mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-
ardh. Pendekatan tujuan ini merupakan memiliki makna, bahwa
upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati
yang mengabdi dan merealisasikan” kehendak tuhan sesuai
dengan syariat Islam serta mengisi tugas kehidupannya di dunia
dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama
pendidikannya.
Tujuan pendidikan Islam adalah mendekatkan diri kita
kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak,
untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia
(peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan
melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang
rasional ; perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya
mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik ;
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa,
baik secara individual maupun kolektif ; dan mendorong semua
aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pedagogik adalah suatu hal yang berkaitan dengan ilmu mendidik
(kegiatan belajar mengajar), ilmu tersebut didukung dengan ilmu
lainnya seperti filsafat, sosiologi, psikologi dan metodologi
pengajaran. Sedangkan landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi
yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan dan studi pendidikan. Landasan-landasan pendidikan
meliputi landasan historis, filosofis, politik, ekonomi, psikologis,
sosiologis, antropologis dan komparatif.
Landasan pendidikan sebagai wahana dan sarana pembangunan negara
dan bangsa dituntut mampu mengatisipasi proyeksi kebutuhan masa
depan. Tuntutan tersebut sangat bergayut dengan aspek-aspek penataan
pendidikan yang betumpu pada kehidupan masyarakat Indonesia
secara komprehensif. Untuk kepentingan penataan pendidikan, maka
sangat penting pendidikan memiliki beberapa landasan, diantaranya
:Landasan filosopis, landasan sosiologi, landasan kultural,
landasan psikologi, landasan ilmiah dan teknologi, landasan
yuridis, dan landasan religi.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran
sebagai berikut.
1. Guru hendaknya menguasai landasan-landasan pendidikan dalam
perspektif pedagogik;
2. Guru hendaknya menerapkan landasan-landasan pendidikan dalam
perspektif pedagogik.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Makmur.(2011).Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter


disekolah. Jogjakarta. DIVA Pres IKAPI.

Permendiknas (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun


2007. Depdiknas Indonesia.

UU (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru Dan Dosen. Surabaya : Kesindo Utama.

Yatimah, D. (2017). Landasan Pendidikan. Jakarta : CV. Alumgadan Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai