Oleh :
Kelompok 2 (2A)
1. Alya Nadiyah Suryo (1206000010)
2. Devi Anta Febriana (1206000041)
3. Feby Nur Rifania (1206000064)
4. Nabila (1206000104)
5. Wiliandra Walantara Sunarya (1206000194)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas
rahmat dan karunia-Nya kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Intelegensi dan Bahasa Pada Anak dan Remaja”. Shalawat serta salam mari
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga
akhir jaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosleny Marliani, M.Si. selaku dosen pada mata
kuliah Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja yang telah menyalurkan ilmu sehingga
kami mempunyai pengetahuan akan materi yang kami sampaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh anggota yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan makalah yang berjudul dibuat adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja serta menambah pengetahuan kepada kami
maupun pembaca tentang bagaimana pengertian dan perkembangan intelegensi dan bahasa
pada anak dan remaja diikuti dengan teori-teori dari para ahli dan sesuai dengan tahapan usia
anak dan remaja.
Akhir kata, kami memohon maaf karena kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
dan perbaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 Perkembangan Intelegensi................................................................................................2
2.1.1 Intelegensi..................................................................................................................2
2.1.2 Perkembangan Intelegensi Pada Anak.......................................................................6
2.1.4 Tes Intelegensi...........................................................................................................7
2.2 Perkembangan Bahasa......................................................................................................8
2.2.1 Bahasa........................................................................................................................8
2.2.2 Perkembangan Bahasa Pada Anak.............................................................................8
2.2.3 Perkembangan Bahasa Pada Remaja.......................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Simpulan.........................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang
lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek
perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan
perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran
orang lain. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan
dalam kegiatan berkomunikasi khususnya.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena
pada masa ini sering disebut masa “golden age” di mana anak sangat peka mendapatkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial,
emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock, (Musyafa, 2002:26) perkembangan awal lebih
penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh
belajar dan pengalaman
Adapun perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
intelegensi. William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan
diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan
tujuannya. William Stern berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan
dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi
seseorang (Anne Anastasi, 1997). Maka dari itu dalam makalah ini kita akan mengetahui
bagaimana perkembangan bahasa dan intelegensi anak dan remaja diikuti dengan teori yang
mendukungnya.
1
BAB II
ISI
Inteligensi Ekstrim
a. Retardasi Mental, adalah suatu kondisi keterbatasan kemampuan mental dimana
individu memiliki IQ yang rendah, biasanya dibawah 70 jika diukur dengan tes
inteligensi tradisional; individu ini biasanya juga kesulitan beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Sekitar 5 juga orang Amerika sesuai dengan definisi retardasi
mental ini.
Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor organik maupun sosial dan budaya:
Retardasi Organik (organic retardation) adalah retardasi mental yang disebabkan
oleh gangguan genetik atau kerusakan otak ; kata organik merujuk pada jaringan
2
atau organ dari tubuh, yang mengindikasikan kerusakan fisik sebagian orang besar
yang menderita retardasi organik memiliki IQ yang berkisar antara 0 hingga 50.
Retardasi Budaya-Familial (cultural-familial retardation) adalah defisit mental
dimana tidak dapat kerusakan organik otak; IQ individu dapat berkisar antara 50
hingga 70.
b. Bakat. Orang yang berbakat memiliki inteligensi diatas rata-rata (IQ 130 atau lebih)
dan/atau memiliki talenta yang superior di bidang tertentu. Ellen Winner (1996)
mendeskripsikan tiga karakteristik dari anak berbakat, yaitu:
Kematangan, anak yang berbakat cepat matang. Mereka menguasai sebuah bidang
lebih awal dibandingkan kawan-kawan sebayanya.
Berkembang menurut tempo dan caranya sendiri.
Gairah untuk menguasai, anak-anak berbakat terdorong untuk memahami bidang
dimana mereka memiliki kemampuan yang tinggi.
3
Subtahap berpikir intuitif, adalah subtahapan kedua dari pemikiran
praoperasional menurut Piaget, dimana anak-anak mulai menggunakan
penalaran yang primitif dan ingin mengetahui berbagai jawaban dari semua
jenis pertanyaan (antara usia 4 hingga 7 tahun). Anak-anak kecil tampaknya
demikian yakin terhahdap pengetahuannya dan pemahamannya meskipun
mereka belum menyadari bagaimana mereka tahu hal-hal yang mereka ketahui
itu. Anak-anak mengetahui sesuatu namun mereka mengetahuinya tanpa
pemikiran rasional.
b. Teori Vygotsky
Dalam teori Vygotsky, anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial.
Perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh
lingkungan, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks kultural di mana mereka
tinggal.
Zona perkembangan proksimal, adalah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas
yang terlali sulit untuk dikuasai anak-anak seorang diri, namun dapat dikuasai
melalui bantuan. Ketika anak diberi instruksi verbal atau demonstrasi, mereka
mengorganisasikan informasi tersebut ke dalam struktur mental yang telah ada
sebelumnya, sehingga akhirnya mereka bahkan mampu menampilkan
keterampilan atau tugas itu sendiri.
Bahasa dan pemikiran, menurutnya tujuan dari percakapan adalah tidak hanya
untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka
dalam menyelesaikan tugas. Anak-anak kecil menggunakan bahasa untuk
merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Anak-anak
juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama
periode waktu yang lama. Sebelum akhirnya mereka mampu melakukan
transisi dari pembicaraan eksternal ke internal. Periode transisi ini terjadi
antara usia 3 hingga 7 tahun dan mencakup berbicara pada diri sendiri (self
4
talk). Setelah beberapa waktu, self talk kemudian menjadi sifat dasar bagi
anak-anak dan mereka mampu bertindak tanpa melakukan verbalisasi.
Untuk menjawab pertanyaan itu dengan benar, anak harus membayangkan bahwa
bola lilin digulung kembali ke bentuk aslinya yang bundar. Tipe imajinasi ini
melibatkan tindakan mental dua arah yang diaplikasikan dalam objek yang konkret
dan nyata. Operasi-operasi konkret memungkinkan anak memikirkan beberapa
karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek Anak-anak
telah mencapai tahap operasi konkret juga mampu melakukan seriation, yakni
kemampuan mengurutkan stimuli satu dimensi kuantitaf.
b. Pemrosesan Informasi
Perubahan-perubahan dalam pemrosesan informasi selama masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir mencakup memori, pemikiran,dan metakognisi.
Memori
Memori jangka panjang merupakan ingatan yang relatif permanen dan tipe
ingatan yang tidak terbatas,meningkat seiring dengan bertambah nya usia
dimasa kanak-kanak tengah dan akhir. Berikut adalah beberapa strategi yang
efektif digunakan oleh orang dewasa dalam meningkatkan keterampilan
memori anak:
Mendorong anak-anak untuk melakukan pencitraan bayangan.Hal ini
dapat membantu mengingat gambar-gambar, bahkan untuk anak kecil
sekalipun.
Memotivasi anak-anak untuk mengingat sesuatu dengan memahami
alih-alih mengingatnya.
Ulangi dengan variasi terhadap informasi instruksi serta kaitkan sedari
awal dan lakukan sering kali.
Menambahkan bahasa yang relevan dengan memori ketika memberi
instruksi pada anak.
Berpikir. Tiga aspek penting dari berfikir adalah mampu berfikir secara kritis,
kreatif, dan ilmiah.Berfikir kritis mencakup kegiatan berfikir secara reflektif
dan produktif serta mengevaluasi fakta.Berfikir kreatif adalah kemampuan
5
dengan cara yang baru dan tidak biasa serta menemukan solusi yang unik
terhadap masalah yang dihadapi. Dan penalaran ilmiah sering kali bertujuan
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
Pemikiran yang menyertai sifat dasar abstrak dari pemikiran formal operasional
adalah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan, khususnya
awal tahap formal operasional, ketika asimilasi mendominasi. Selain itu, remaja juga
berpikir logis. Remaja cenderung memecahkan masalah melalui trial-and-error;
remaja mulai berpikir sebagaimana seorang ilmuwan berpikir, membuat rencana
untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusi. Tipe pemecahan
masalah menuntut penalaran-hipotesis-deduktif, mencakup penciptaan sebuah
hipotesis dan melakukan deduksi terhadap implikasinya, yang memungkinkan untuk
menguji hipotesis.
b. Pemrosesan Informasi
Menurut Kuhn (2009), kognitif terpenting yang berlangsung pada remaja adalah
peningkatan di dalam fungsi eksekutif, yang melibatkan aktivitas kognitif dalam
tingkat yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara
berpikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif seseorang.
Mengambil keputusan
Berdasarkan hasil riset, dibandingkan dengan anak-anak, remaja cenderung
lebih menghasilkan berbagai perspektif, mengantisipasi konsekuensi dari
keputusan, serta pertimbangkan kredibilitas sumber.
6
Berpikir Kritis
Masa remaja adalah periode transisi yang penting di dalam perkembangan
berpikir kritis (Keating, 1990). Perubahan kognitif pada remaja juga
mencakup :
Meningkatnya kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas dalam memroses
informasi yang akan digunakan sesuai dengan tujuan tertentu
Isi pengetahuan lebih luas di berbagai bidang
Meningkatnya kemampuan mengkontruksikan kombinasi baru dan
pengetahuan
Penggunaan strategi secara lebih luas dan sopntan dalam
mengaplikasikan atau memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan
mempertimbangkan berbagai alternatif, dan pengawasan kognitif.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan seorang anak, guru dapat menggunakan
beberapa tes kecerdasan inteligensi dengan beberapa tes yaitu sebagai berikut:
a. Tes Binet, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon Tes itu disebut skala 1905. Tes
ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga
kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan
konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental,
yakni level lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep
Intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis
(chronogical age-CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya, IQ = MA/CA x 100. Jika usia
mental sama dengan usia kronologis, maka IQ-nya lebih dari 100. Misalnya, jika anak
6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133. Jika usia mentalnya dibawah
usia kronologis, maka IQ-nya dibawah 100. Misalkan anak usia 6 dengan usia mental
5 akan punya IQ 83.14
b. Tes Skala Wechsler, Tes yang dipakai untuk melihat inteligensi anak yang
dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini untuk menguji anak usia 4 samapi 6 ½
tahun, usia 6 hingga 16 tahun. Skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal (katakata)
dan IQ kerja. IQ verbal didasarkan pada enam subskala verbal, IQ kinerja didasarkan
pada lima subskala kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola
kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbedabeda. Berdasarkan
dari tes-tes yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bagaimana mengukur tes anak
dalam melihat kemampuan anak dari segi pemikiran yang dituangkan pada perilaku
anak dalam belajar atau memcahkan masalah. Dengan adanya tes tersebut
memudahkan guru dalam melihat tingkat kemampuan anak masing-masingnya dan
upaya memberikan perubahan pada peserta didik. Tes tersebut dapat berupa kata-kata
atau kegiatan anak dalam mengisi angket/data. Maka guru mempersiapkan beberapa
pertanyaan menguji yang tujuannya melihat kemampuan inteligensi anak.
7
2.2 Perkembangan Bahasa
2.2.1 Bahasa
Pengertian Bahasa
Menurut Chaer (2003:30), bahasa adalah alat verbal untuk komunikasi. Sebelumnya (1994),
Chaer menegaskan bahwa bahasa sebagai suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri
(Rina Devianty, 2017).
Menurut Syamsuddin (1986:2), bahasa memiliki dua pengertian. Pertama, bahasa ialah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran serta perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan,
alat yang dipakai untuk mempengaruhi serta dipengaruhi. Kedua, bahasa ialah tanda yang
jelas dari kepribadian yang baik ataupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga serta
bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan (Rina Devianty, 2017),
2.2.2 Perkembangan Bahasa Pada Anak
Masa Kanak-Kanak Awal
1. Memahami Fonologi dan Morfologi
Selama masa prasekolah, kebanyakan anak-anak secara bertahap menjadi lebih
sensitif terhadap bunyi dari kata-kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu
menghasilkan semua bunyi dari bahasa mereka. Ketika anak berusia 3 tahun, mereka
dapat mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan (Menn & Stoel-
Gammon, 2009).
Ketika pemahaman anak-anak sudah melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata,
mereka mendemonstrasikan pengetahuan mengenai morfologi (Tager-Flusberg &
Zukowski, 2009). Beberapa bukti terbaik yang memperlihatkan perubahan anak-anak
dalam menggunakan aturan morfologi adalah dalam overgeneralisasi mereka terhadap
aturan-aturan, seperti kata seorang anak prasekolah mengatakan “foot” dan bukan
“feet”.
Masa kanak-kanak awal juga ditandai oleh adanya pemahaman mengenai semantik.
Perkembangan perbendaharaan-kata terjadi secara dramatis (Pan & Uccelli, 2009).
8
Beberapa hali menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan hingga 6 tahun, anak-anak
kecil belajar mengenai sebuah kata baru setiap jam (Gelman & Kalish, 2006). Ketika
mereka memasuki kelas satu sekolah dasar, diperkirakan anak-anak sudah mengenal
14.000 kata (Clark, 1993).
9
Kemajuan dalam kosa-kata dan tata-bahasa yang berlangsung selama sekolah dasar
disertai dengan perkembangan kesadaran metalinguistik, di mana pengetahuan
bahasa, seperti pengetahuan mengenai preposisi atau mendiskusikan bunyi bahasa.
Anak-anak juga memperlihatkan kemajuan dalam hal menggunakan bahasa dengan
cara yang sesuai dengan budaya-proses yang disebut pragmatic (Bryant, 2009; Siegal
& Surian, 2010).
2. Membaca
Terdapat dua pendekatan tentang cara pengajaran membaca pada anak-anak, yaitu :
Whole-language Approach
Menekankan bahwa intruksi membaca seharusnya sejalan dengan proses
belajar bahasa yang natural pada anak-anak. Materi yang dibaca sebaiknya
menyeluruh dan bermakna, sehingga mereka belajar untuk memahami fungsi
komunikasi dan bahasa.
Phonics Approach
Ide yang menyatakan bahwa intruksi membaca sebaiknya mengajarkan fonetik
dan aturan-aturan dasar yang dipakai untuk menterjemahkan simbol-simbol
tertulis ke dalam bunyi. Jadi sebaiknya anak-anak diberi bacaan seperti puisi
dan buku. (Cunningham & Allington, 2010; Rasinski & Padak, 2008).
Rich Mayer (2008) menjelaskan tiga proses kognitif yang terlibat agar dapat
membaca tulisan :
Memahami unit-unit suara dalam kata-kata, yang mencakup pemahaman
fenom.
Mengkodekan kembali kata-kata, yang mencakup pengubahan kata-kata
tertulis menjadi suara.
Mengakses arti kata, dengan membayangkan representasi dari sebuah kata.
10
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun)
dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata
kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode
linguistic dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase.
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan
yang jelas. Misalnya anak menyebutkan kata "duduk", bagi anak dapat berati "saya
mau duduk" atau "kursi tempat duduk" atau "ayah sedang duduk". Orang tua baru
dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita
tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut
muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya.
11
memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau
hadiah.
2. Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam
diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkat
kemampuan berbahasa yang disebut “Tata Bahasa Umum” atau “Universal
Grammar”. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak
tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik
kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang
disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori
ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model
pembelajaran bahasa sejak dini.
3. Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa
perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain
sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki
perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui
interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir.
Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan
optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu
didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau
orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap
akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau
melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak.
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang
satu sama lainnya saling berkaitan. Keempat tugas itu adalah:
1. Pemahaman
Kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang
lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami
kegiatan/gerakan atau gesture-nya (bahasa tubuh)
12
4. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap
suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya). Kejelasan
ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan
kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan
dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vocal): a,
I, u, e, odan huruf mati (konsonan): t, p, b, m, dan n. sedangkan yang sulit diucapkan
adalah huruf mati tunggal: z, w, s, dan g dan huruf mati rangkap (diftong): st, str, sk,
dan dr.
13
Langkah-langkah Membantu Perkembangan Bahasa Anak
Membaca, kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat anda
lakukan bersama anak anda setiap hari. Membaca tidaklah harus membaca
tulisan melainkan bisa membaca gambar. Maka carilah buku yang gambarnya
besar dan focus pada satu ide.
Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang anda dan/atau anak anda
lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana
Perkenalkan kata-kata baru pada anak anda setiap hari, dapat berupa nama -
nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang anda siapkan
baginya.
Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak anda. Berikan kesempatan
baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
Berbicaralah pada anak anda setiap hari, dan pandanglah mereka ketika anda
berbicara atau mendengarkan mereka.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Selama masa hidup anak mengalami perkembangan sesuai dengan tahapannya.
Perkembangan anak meliputi bahasa dan intelegensi. Intelegensi anak ditandai dengan
bagaimana mereka dapat berpikir, bernalar, dan memecahkan persoalan-persoalan semasa
hidup. Perkembangan kognitif anak pun mengalami beberapa tahap sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Piaget. Dimulai dari tahap praoperasional, di mana anak-anak mulai
merepresentasikan dunianya melalui kata-kata, bayangan, gambar, dan pemikiran simbolik.
Sampai tahap operasional konkret, di mana anak-anak dapat melakukan operasi konkret.
Ketika beranjak remaja, perkembangan kognitif mulai lebih matang. Mereka dapat berpikir
abstrak dan melakukan penalaran-hipotesis-deduktif. Ini menandakan bahwa seiring
berjalannya waktu tahap perkembangan anak hingga remaja memiliki perbedaannya masing-
masing. Perkembangan intelegensi juga dipengaruhi oleh perkembangan bahasa.
Bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi anak yang mana mereka menggunakan itu
untuk berkomunikasi dan berekspresi. Anak-anak juga mengalami perkembangan dalam
berbahasa. Dimulai dari masa kanak-kanak awal yang mulai memahami fonologi dan
morfologi hingga masa kanak-kanak pertengahan dan akhir di mana anak dapat
mengorganisasikan kosa-kata secara mental. Lalu pada remaja berkembang hingga memiliki
ciri yang khusus, singkat, lincah dan kreatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rina Devianty. (2017). Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226–
245.
Santrock, John W. (2011). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup. Edisi 13
Jilid 1. (Terjemahan: Benedictine Wisdyasinta). Jakarta: Erlangga.
Dina Khairiah. (2018). Perkembangan Fisik, Intelegensi, Emosi dan Bahasa AUD. Al Athfal :
Jurnal Kajian Perkembangan Anak dan Manajemen Pendidikan Usia Dini, 1(1), 8-9.
I wayan Pariawan. (2008, Desember 5). PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA. Diakses
pada tanggal 10 April 2021 dari
http://suluhpendidikan.blogspot.com/2008/12/perkembangan-bahasa-remaja.html?m=1
Pusari, R.W. 2011. Bahasa dan Kecerdasan Anak. 1(2), 86-95.
16