Anda di halaman 1dari 19

Makalah Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja

Perkembangan Intelegensi dan Bahasa


Pada Anak dan Remaja

Dosen Pengampu : Rosleny Marliani, M.Si.

Oleh :
Kelompok 2 (2A)
1. Alya Nadiyah Suryo (1206000010)
2. Devi Anta Febriana (1206000041)
3. Feby Nur Rifania (1206000064)
4. Nabila (1206000104)
5. Wiliandra Walantara Sunarya (1206000194)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas
rahmat dan karunia-Nya kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perkembangan Intelegensi dan Bahasa Pada Anak dan Remaja”. Shalawat serta salam mari
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga
akhir jaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosleny Marliani, M.Si. selaku dosen pada mata
kuliah Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja yang telah menyalurkan ilmu sehingga
kami mempunyai pengetahuan akan materi yang kami sampaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh anggota yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Adapun tujuan makalah yang berjudul dibuat adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja serta menambah pengetahuan kepada kami
maupun pembaca tentang bagaimana pengertian dan perkembangan intelegensi dan bahasa
pada anak dan remaja diikuti dengan teori-teori dari para ahli dan sesuai dengan tahapan usia
anak dan remaja.
Akhir kata, kami memohon maaf karena kami menyadari makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
dan perbaikan makalah ini.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 Perkembangan Intelegensi................................................................................................2
2.1.1 Intelegensi..................................................................................................................2
2.1.2 Perkembangan Intelegensi Pada Anak.......................................................................6
2.1.4 Tes Intelegensi...........................................................................................................7
2.2 Perkembangan Bahasa......................................................................................................8
2.2.1 Bahasa........................................................................................................................8
2.2.2 Perkembangan Bahasa Pada Anak.............................................................................8
2.2.3 Perkembangan Bahasa Pada Remaja.......................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Simpulan.........................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang
lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek penting dalam perkembangan adalah aspek
perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan
perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran
orang lain. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia umumnya dan
dalam kegiatan berkomunikasi khususnya.

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena
pada masa ini sering disebut masa “golden age” di mana anak sangat peka mendapatkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial,
emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock, (Musyafa, 2002:26) perkembangan awal lebih
penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh
belajar dan pengalaman

Adapun perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu
intelegensi. William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan
diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan
tujuannya. William Stern berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan
dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi
seseorang (Anne Anastasi, 1997). Maka dari itu dalam makalah ini kita akan mengetahui
bagaimana perkembangan bahasa dan intelegensi anak dan remaja diikuti dengan teori yang
mendukungnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian intelegensi dan bahasa?
b. Bagaimana tahap perkembangan intelegensi pada anak dan remaja?
c. Bagaimana tahap perkembangan bahasa pada anak dan remaja?
d. Teori-teori apa saja yang mendukung perkembangan intelegensi dan bahasa pada anak
dan remaja?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a. Mengetahui pengertian intelegensi dan bahasa
b. Mengetahui tahapan perkembangan intelegensi pada anak dan remaja
c. Mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak dan remaja
d. Mengetahui teori yang berkaitan dengan perkembangan intelegensi dan bahasa
e. Mengetahui tes-tes intelegensi

1
BAB II
ISI

2.1 Perkembangan Intelegensi


2.1.1 Intelegensi
William Stern mengemukakan inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan
tujuannya. William Stern juga berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada
inteligensi seseorang (Anne Anastasi, 1997). Jenis-jenis inteligensi menurut Robert J.
Sternberg teori triarki inteligensi (triarchirc theory of intelligence), menyatakan bahwa
inteligensi memiliki tiga bentuk: (1) inteligensi analitik, yang merujuk pada kemampuan
menganalisis, menilai, mengevaluasi, membandingkan, dan membedakan; (2) inteligensi
kreatif, yang terdiri dari kemampuan berkreasi, merancang, menemukan, memulai sesuatu,
dan membayangkan; (3) inteligensi praktis, mencakup kemampuan untuk menggunakan,
mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan menerapkan gagasan-gagasan ke dalam
praktik.
Menurut Howard Gardner ada delapan tipe inteligensi yaitu:
 Verbal yaitu kemampuan untuk berpikir menggunakan kata-kata dan bahasa untuk
mengekspresikan makna.
 Matematis yaitu kemampuan untuk melakukan operasi matematika
 Spasial yaitu kemampuan untuk berpikir tiga dimensi.
 Kinestik-Tubuh yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek-objek dan menjadi
terampil secara fisik.
 Musik yaitu kemampuan sensivitas pada ketinggian nada,melodi,ritme,dan nada.
 Interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efekti
dengan orang lain.
 Interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami dirinya sendiri.
 Naturalistik yaitu kemampuan untuk mengobservasi pola-pola di alam dan
memahami alam dan sistem buatan manusia.

Inteligensi Ekstrim
a. Retardasi Mental, adalah suatu kondisi keterbatasan kemampuan mental dimana
individu memiliki IQ yang rendah, biasanya dibawah 70 jika diukur dengan tes
inteligensi tradisional; individu ini biasanya juga kesulitan beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Sekitar 5 juga orang Amerika sesuai dengan definisi retardasi
mental ini.
Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor organik maupun sosial dan budaya:
 Retardasi Organik (organic retardation) adalah retardasi mental yang disebabkan
oleh gangguan genetik atau kerusakan otak ; kata organik merujuk pada jaringan

2
atau organ dari tubuh, yang mengindikasikan kerusakan fisik sebagian orang besar
yang menderita retardasi organik memiliki IQ yang berkisar antara 0 hingga 50.
 Retardasi Budaya-Familial (cultural-familial retardation) adalah defisit mental
dimana tidak dapat kerusakan organik otak; IQ individu dapat berkisar antara 50
hingga 70.
b. Bakat. Orang yang berbakat memiliki inteligensi diatas rata-rata (IQ 130 atau lebih)
dan/atau memiliki talenta yang superior di bidang tertentu. Ellen Winner (1996)
mendeskripsikan tiga karakteristik dari anak berbakat, yaitu:
 Kematangan, anak yang berbakat cepat matang. Mereka menguasai sebuah bidang
lebih awal dibandingkan kawan-kawan sebayanya.
 Berkembang menurut tempo dan caranya sendiri.
 Gairah untuk menguasai, anak-anak berbakat terdorong untuk memahami bidang
dimana mereka memiliki kemampuan yang tinggi.

2.1.2 Perkembangan Intelegensi Pada Anak


Masa Kanak-Kanak Awal
a. Tahap Praoperasional Piaget
Tahap praoperasional merupakan tahapan kedua menurut Piaget, yang berlangsung
dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada masa ini, anak-anak mulai merepresentasikan
dunianya melalui kata-kata, bayangan, gambar, dan pemikiran simbolik, yang
melampaui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensoris dan aksi fisik semata.
Konsep-konsep yang stabil terbentuk, penalaran mental muncul, terdapat
egosentrisme, dan keyakinan-keyakinan magis disusun.

Kata praoperasional memberi penekanan bahwa anak belum melakukan operasi.


Operasi dalam teori Piaget, yaitu serangkaian aksi yang diinternalisasi, yang
memungkinkan anak-anak untuk melakukan secara mental apa yang dulunya mereka
lakukan secara fisik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan
melakukan rekonstruksi dalam pikiran terhadap hal-hal yang telah dicapai dalam
bentuk perilaku. Tahap ini dibagi ke dalam dua subtahapan, yaitu subtahapan fungsi
simbolik dan subtahapan pemikiran intuitif.

 Sub tahapan fungsi simbolik, merupakan subtahapan pertama dari pemikiran


praoperasional menurut Piaget, dimana anak memperoleh kemampuan untuk
merepresentasikan suatu objek secara mental yang dulunya tidak ada (antara
usia 2 hingga 4 tahun). Meskipun dalam subtahapan ini anak-anak kecil sudah
membuat kemajuan yang berarti, pemikiran merkeka masih terbatas, dua
bentuk keterbatasan ini adalah egosentrisme dan animisme.
 Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan antara
perspektifnya sendiri dengan perspektif orang lain (ciri-ciri menonjol
dari subtahapan pertama dari subtahapan pemikiran praoperasional).
Animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda mati memiliki
kualitas yang seolah-olah hidup dan mampu beraksi.

3
 Subtahap berpikir intuitif, adalah subtahapan kedua dari pemikiran
praoperasional menurut Piaget, dimana anak-anak mulai menggunakan
penalaran yang primitif dan ingin mengetahui berbagai jawaban dari semua
jenis pertanyaan (antara usia 4 hingga 7 tahun). Anak-anak kecil tampaknya
demikian yakin terhahdap pengetahuannya dan pemahamannya meskipun
mereka belum menyadari bagaimana mereka tahu hal-hal yang mereka ketahui
itu. Anak-anak mengetahui sesuatu namun mereka mengetahuinya tanpa
pemikiran rasional.

 Pemusatan dan keterbatasan pemikiran praoperasional. Salah satu keterbatasan


adalah pemusatan, yakni memusatkan atensi pada sebuah karakteristik
sehingga mengesampingkan karakteristik lainnya. Pemusatan adalah gejala
yang paling jelas muncul pada anak-anak kecil yang belum memiliki
konservasi, yakni kesadaran bahwa mengubah suatu objek atau suatu
substtansi tidak mengubah property dasarnya. Sebagai contoh, orang dewasa
pasti memahami betul bahwa jumlah cairan akan tetap sama meskipun bentuk
wadahnya berbeda. Hal ini tidak jelas bagi anak-anak kecil. Mereka justru
terpaku pada ketinggian cairan yang berada di dalam wadah; mereka
memfokuskan karakteristik wadah sehingga mengesampingkan karakteristik
lainnya.

b. Teori Vygotsky
Dalam teori Vygotsky, anak-anak lebih dideskripsikan sebagai makhluk sosial.
Perkembangan kognitif anak-anak tergantung pada perangkat yang disediakan oleh
lingkungan, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks kultural di mana mereka
tinggal.
 Zona perkembangan proksimal, adalah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas
yang terlali sulit untuk dikuasai anak-anak seorang diri, namun dapat dikuasai
melalui bantuan. Ketika anak diberi instruksi verbal atau demonstrasi, mereka
mengorganisasikan informasi tersebut ke dalam struktur mental yang telah ada
sebelumnya, sehingga akhirnya mereka bahkan mampu menampilkan
keterampilan atau tugas itu sendiri.

 Scaffolding, mengubah level dukungan. Sepanjang sesi pengajaran, seseorang


yang lebih terampil (guru atau kawan yang kebih pandai) dapat menyesuaikan
besarnya bimbingan yang diberikan, dengan prestasi anak.

 Bahasa dan pemikiran, menurutnya tujuan dari percakapan adalah tidak hanya
untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka
dalam menyelesaikan tugas. Anak-anak kecil menggunakan bahasa untuk
merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Anak-anak
juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama
periode waktu yang lama. Sebelum akhirnya mereka mampu melakukan
transisi dari pembicaraan eksternal ke internal. Periode transisi ini terjadi
antara usia 3 hingga 7 tahun dan mencakup berbicara pada diri sendiri (self

4
talk). Setelah beberapa waktu, self talk kemudian menjadi sifat dasar bagi
anak-anak dan mereka mampu bertindak tanpa melakukan verbalisasi.

Masa Kanak-Kanak Pertengahan dan Akhir


a. Tahap operasional konkret
Berlangsung pada usia 7 – 11 tahun. pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan
operasi konkret, mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat
diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Operasi adalah kegiatan
mental dua arah (reversible). dan operasi konkret adalah operasi yang diaplikasikan
pada objek-objek yang riil atau konkret. Contoh, pelaku eksperimen menggulung satu
bola lilin menjadi bentuk yang panjang dan tipis dan yang satu lagi tetap dalam
bentuk asli. Ketika ditanya bola manakah yang lebih banyak, anak-anak yang
mencapai usia 7-8 tahun sebagian besar menjawab lilin itu sama.

Untuk menjawab pertanyaan itu dengan benar, anak harus membayangkan bahwa
bola lilin digulung kembali ke bentuk aslinya yang bundar. Tipe imajinasi ini
melibatkan tindakan mental dua arah yang diaplikasikan dalam objek yang konkret
dan nyata. Operasi-operasi konkret memungkinkan anak memikirkan beberapa
karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek Anak-anak
telah mencapai tahap operasi konkret juga mampu melakukan seriation, yakni
kemampuan mengurutkan stimuli satu dimensi kuantitaf.

b. Pemrosesan Informasi
Perubahan-perubahan dalam pemrosesan informasi selama masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir mencakup memori, pemikiran,dan metakognisi.

 Memori
Memori jangka panjang merupakan ingatan yang relatif permanen dan tipe
ingatan yang tidak terbatas,meningkat seiring dengan bertambah nya usia
dimasa kanak-kanak tengah dan akhir. Berikut adalah beberapa strategi yang
efektif digunakan oleh orang dewasa dalam meningkatkan keterampilan
memori anak:
 Mendorong anak-anak untuk melakukan pencitraan bayangan.Hal ini
dapat membantu mengingat gambar-gambar, bahkan untuk anak kecil
sekalipun.
 Memotivasi anak-anak untuk mengingat sesuatu dengan memahami
alih-alih mengingatnya.
 Ulangi dengan variasi terhadap informasi instruksi serta kaitkan sedari
awal dan lakukan sering kali.
 Menambahkan bahasa yang relevan dengan memori ketika memberi
instruksi pada anak.

 Berpikir. Tiga aspek penting dari berfikir adalah mampu berfikir secara kritis,
kreatif, dan ilmiah.Berfikir kritis mencakup kegiatan berfikir secara reflektif
dan produktif serta mengevaluasi fakta.Berfikir kreatif adalah kemampuan

5
dengan cara yang baru dan tidak biasa serta menemukan solusi yang unik
terhadap masalah yang dihadapi. Dan penalaran ilmiah sering kali bertujuan
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.

 Metakognisi, adalah kognisi mengenai kognisi, atau mengetahui mengenai


mengetahui.
2.1.3 Perkembangan Intelegensi Pada Remaja
Masa Remaja
a. Tahap Operasional Formal Piaget
Menurut Piaget, ketika anak berusia 11 tahun dimulailah tahap perkembangan
kognitif yang keempat dan final atau tahap operasional formal. Pada tahap ini,
pemahaman remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman yang aktual atau
konkret. Mereka mampu merekayasa menjadi seakan-akan benar-benar terjadi,
terhadap berbagai situasi atau peristiwa yang murni masih berupa kemungkinan-
kemungkinan hipotesis atau proposisi-proposisi abstrak, dan mencoba bernalar secara
logis terhadapnya. Di mana pemikir operasional konkret perlu melihat elemen-
elemen A, B, dan C agar dapat membuat kesimpulan logis yang menyatakan bahwa,
jika A = B dan B = C, maka A = C, pemikiran formal operasional dapat memecahkan
masalah ini hanya melalui presentasi verbal.

Pemikiran yang menyertai sifat dasar abstrak dari pemikiran formal operasional
adalah pemikiran yang banyak mengandung idealisme dan kemungkinan, khususnya
awal tahap formal operasional, ketika asimilasi mendominasi. Selain itu, remaja juga
berpikir logis. Remaja cenderung memecahkan masalah melalui trial-and-error;
remaja mulai berpikir sebagaimana seorang ilmuwan berpikir, membuat rencana
untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusi. Tipe pemecahan
masalah menuntut penalaran-hipotesis-deduktif, mencakup penciptaan sebuah
hipotesis dan melakukan deduksi terhadap implikasinya, yang memungkinkan untuk
menguji hipotesis.

b. Pemrosesan Informasi
Menurut Kuhn (2009), kognitif terpenting yang berlangsung pada remaja adalah
peningkatan di dalam fungsi eksekutif, yang melibatkan aktivitas kognitif dalam
tingkat yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara
berpikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif seseorang.
 Mengambil keputusan
Berdasarkan hasil riset, dibandingkan dengan anak-anak, remaja cenderung
lebih menghasilkan berbagai perspektif, mengantisipasi konsekuensi dari
keputusan, serta pertimbangkan kredibilitas sumber.

Emosi berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan remaja. Seorang


remaja yang dalam kondisi tenang mampu mengambil keputusan secara
bijaksana, dapat mengambil keputusan tidak bijaksana ketika emosinya sedang
tinggi (Paus, 2009; Steinberg, 2008).

6
 Berpikir Kritis
Masa remaja adalah periode transisi yang penting di dalam perkembangan
berpikir kritis (Keating, 1990). Perubahan kognitif pada remaja juga
mencakup :
 Meningkatnya kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas dalam memroses
informasi yang akan digunakan sesuai dengan tujuan tertentu
 Isi pengetahuan lebih luas di berbagai bidang
 Meningkatnya kemampuan mengkontruksikan kombinasi baru dan
pengetahuan
 Penggunaan strategi secara lebih luas dan sopntan dalam
mengaplikasikan atau memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan
mempertimbangkan berbagai alternatif, dan pengawasan kognitif.

2.1.4 Tes Intelegensi

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan seorang anak, guru dapat menggunakan
beberapa tes kecerdasan inteligensi dengan beberapa tes yaitu sebagai berikut:
a. Tes Binet, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon Tes itu disebut skala 1905. Tes
ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga
kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan
konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental,
yakni level lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep
Intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis
(chronogical age-CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya, IQ = MA/CA x 100. Jika usia
mental sama dengan usia kronologis, maka IQ-nya lebih dari 100. Misalnya, jika anak
6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133. Jika usia mentalnya dibawah
usia kronologis, maka IQ-nya dibawah 100. Misalkan anak usia 6 dengan usia mental
5 akan punya IQ 83.14
b. Tes Skala Wechsler, Tes yang dipakai untuk melihat inteligensi anak yang
dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini untuk menguji anak usia 4 samapi 6 ½
tahun, usia 6 hingga 16 tahun. Skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal (katakata)
dan IQ kerja. IQ verbal didasarkan pada enam subskala verbal, IQ kinerja didasarkan
pada lima subskala kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola
kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbedabeda. Berdasarkan
dari tes-tes yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bagaimana mengukur tes anak
dalam melihat kemampuan anak dari segi pemikiran yang dituangkan pada perilaku
anak dalam belajar atau memcahkan masalah. Dengan adanya tes tersebut
memudahkan guru dalam melihat tingkat kemampuan anak masing-masingnya dan
upaya memberikan perubahan pada peserta didik. Tes tersebut dapat berupa kata-kata
atau kegiatan anak dalam mengisi angket/data. Maka guru mempersiapkan beberapa
pertanyaan menguji yang tujuannya melihat kemampuan inteligensi anak.

7
2.2 Perkembangan Bahasa
2.2.1 Bahasa
Pengertian Bahasa
Menurut Chaer (2003:30), bahasa adalah alat verbal untuk komunikasi. Sebelumnya (1994),
Chaer menegaskan bahwa bahasa sebagai suatu lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri
(Rina Devianty, 2017).
Menurut Syamsuddin (1986:2), bahasa memiliki dua pengertian. Pertama, bahasa ialah alat
yang dipakai untuk membentuk pikiran serta perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan,
alat yang dipakai untuk mempengaruhi serta dipengaruhi. Kedua, bahasa ialah tanda yang
jelas dari kepribadian yang baik ataupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga serta
bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan (Rina Devianty, 2017),
2.2.2 Perkembangan Bahasa Pada Anak
Masa Kanak-Kanak Awal
1. Memahami Fonologi dan Morfologi
Selama masa prasekolah, kebanyakan anak-anak secara bertahap menjadi lebih
sensitif terhadap bunyi dari kata-kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu
menghasilkan semua bunyi dari bahasa mereka. Ketika anak berusia 3 tahun, mereka
dapat mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan (Menn & Stoel-
Gammon, 2009).

Ketika pemahaman anak-anak sudah melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata,
mereka mendemonstrasikan pengetahuan mengenai morfologi (Tager-Flusberg &
Zukowski, 2009). Beberapa bukti terbaik yang memperlihatkan perubahan anak-anak
dalam menggunakan aturan morfologi adalah dalam overgeneralisasi mereka terhadap
aturan-aturan, seperti kata seorang anak prasekolah mengatakan “foot” dan bukan
“feet”.

2. Perubahan dalam Sintaksis dan Semantik


Anak-anak prasekolah juga mempelajari dan menerapkan aturan-aturan sintaksis
(Lieven, 2008; Tager-Flushberg & Zukowski, 2009). Mereka memperlihatkan
kemajuan dalam menguasai aturan-aturan kompleks yang berkaitan dengan cara
mengurutkan kata-kata.

Masa kanak-kanak awal juga ditandai oleh adanya pemahaman mengenai semantik.
Perkembangan perbendaharaan-kata terjadi secara dramatis (Pan & Uccelli, 2009).

8
Beberapa hali menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan hingga 6 tahun, anak-anak
kecil belajar mengenai sebuah kata baru setiap jam (Gelman & Kalish, 2006). Ketika
mereka memasuki kelas satu sekolah dasar, diperkirakan anak-anak sudah mengenal
14.000 kata (Clark, 1993).

3. Kemajuan dalam Pragmatik


Anak berusia 6 tahun memiliki kemampuan bercakap-cakap yang jauh lebih baik
daripada anak usia 2 tahun. Anak-anak kecil mulai terlibat dalam pembicaraan yang
diperluas (Akhtar & Herold, 2008). Contohnya mereka mulai belajar secara kultural
peran tertentu suatu percakapan dan kesopanan serta menjadi sensitif terhadap
kebutuhan mengadaptasi pembicaraanya dalam berbagai situasi. Keterampilan
linguistik anak-anak yang semakin baik dan meningkatnya kemampuan mengambil
perspektif orang lain. Ketika berusia 4-5 tahun, anak-anak belajar mengubah gaya
bicara mereka sesuai dengan situasinya.

4. Literasi Anak-Anak Kecil


Suatu studi mengungkapkan bahwa anak-anak yang ibunya berpendidikan lebih
memiliki tingkat literasi yang tinggi daripada anak-anak yang ibunya kurang
berpendidikan (Korat, 2009). Penelitian lain menemukan bahwa pengalaman literasi,
kualitas keterlibatan ibu kepada anaknya serta penyediaan materi pembelajaran
merupakan pengalaman literasi di rumah yang penting di keluarga berpenghasilan
rendah yang terkait secara positif dengan perkembangan bahasa anak-anak
(Rodriguez dkk, 2009).

Tiga studi longitudinal berikut mengindikasikan pentingnya keterampilan berbahasa


dan kesiapan memasuki sekolah bagi anak-anak :
 Kesadaran fonologis, nama huruf dan pengetahuan mengenai bunyi, serta
kecepatan memberi nama pada anak usia taman kanak-kanak berkaitan dengan
keberhasilan membaca di tingkat pertama dan kedua.
 Lingkungan rumah di masa kanak-kanak awal memengaruhi keterampilan
berbahasa sehingga dapat memprediksi kesiapan anak-anak dalam memasuki
sekolah (Forget-Dobois, dkk 2009).
 Jumlah huruf yang diketahui oleh anak-anak di masa taman kanak-kanak
sangat berkolerasi dengan prestasi membaca di sekolah menengah atas
(Stevenson & Newman, 1986).

Masa Kanak-Kanak Pertengahan dan Akhir


1. Kosa-Kata. Tata Bahasa, Dan Kesadaran Metalinguistik
Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, terjadi perubahan cara
mengorganisasikan kosa-kata secara mental. Contohnya ketika diminta untuk
merespons kata “anjing”, anak kecil akan mengatakan “menggonggong”. Sekitar usia
7 tahun, anak-anak mulai merespons sebuah kata yang merupakan bagian dari
kelompok kata dan sekaligus sebuah stimulus. Misalnya kata “makan” akan direspon
dengan mengatakan “minum”.

9
Kemajuan dalam kosa-kata dan tata-bahasa yang berlangsung selama sekolah dasar
disertai dengan perkembangan kesadaran metalinguistik, di mana pengetahuan
bahasa, seperti pengetahuan mengenai preposisi atau mendiskusikan bunyi bahasa.
Anak-anak juga memperlihatkan kemajuan dalam hal menggunakan bahasa dengan
cara yang sesuai dengan budaya-proses yang disebut pragmatic (Bryant, 2009; Siegal
& Surian, 2010).

2. Membaca
Terdapat dua pendekatan tentang cara pengajaran membaca pada anak-anak, yaitu :
 Whole-language Approach
Menekankan bahwa intruksi membaca seharusnya sejalan dengan proses
belajar bahasa yang natural pada anak-anak. Materi yang dibaca sebaiknya
menyeluruh dan bermakna, sehingga mereka belajar untuk memahami fungsi
komunikasi dan bahasa.
 Phonics Approach
Ide yang menyatakan bahwa intruksi membaca sebaiknya mengajarkan fonetik
dan aturan-aturan dasar yang dipakai untuk menterjemahkan simbol-simbol
tertulis ke dalam bunyi. Jadi sebaiknya anak-anak diberi bacaan seperti puisi
dan buku. (Cunningham & Allington, 2010; Rasinski & Padak, 2008).

Pendekatan manakah yang lebih baik? Peneliti menyatakan anak-anak akan


memperoleh manfaat dari kedua pendekatan itu, namun intruksi pada fonetik perlu
ditekankan (Meltzi & Ely, 2009; Tompkins, 2011).

Rich Mayer (2008) menjelaskan tiga proses kognitif yang terlibat agar dapat
membaca tulisan :
 Memahami unit-unit suara dalam kata-kata, yang mencakup pemahaman
fenom.
 Mengkodekan kembali kata-kata, yang mencakup pengubahan kata-kata
tertulis menjadi suara.
 Mengakses arti kata, dengan membayangkan representasi dari sebuah kata.

3. Bilingualisme dan Mempelajari Bahasa Kedua


Bilingualisme adalah kemampuan untuk berbicara dalam dua bahasa – memiliki efek
positif bagi perkembangan kognitif anak. Anak-anak yang fasih dalam dua bahasa
performanya lebih baik dibandingkan rekan-rekannya yang hanya menguasai satu
bahasa, dalam uji mengendalikan atensi, pembentukan konsep, penalaran analitis,
fleksibilitas kognitif, dan kompleksitas kognitif (Bialystok, 2001, 2007; Bialystok &
Craik, 2010). Mereka juga lebih menyadari struktur bahasa lisan dan tertulis serta
lebih baik dalam menangkap kesalahan tata-bahasa dan makna, keterampilan yang
berguna bagi kemampuan membaca mereka (Bialystok, 1997). Namun, anak-anak
dengan dua bahasa memiliki tingkat kefasihan yang rendah dibanding anak-anak
dengan satu bahasa (Bialystok & Craik, 2010).

Fase Perkembangan Bahasa Anak

10
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun)
dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan kata
kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode
linguistic dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase.
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan
yang jelas. Misalnya anak menyebutkan kata "duduk", bagi anak dapat berati "saya
mau duduk" atau "kursi tempat duduk" atau "ayah sedang duduk". Orang tua baru
dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita
tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut
muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya.

2. Fase lebih dari satu kata


Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah
dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Setelah dua kata,
munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada
periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk
dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar.
Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.

3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi


Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai
lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat.
Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab,
memerintah, dan memberi tahu.

Implementasi Perkembangan Bahasa Anak


Implementasi pengembangan bahasa pada anak tidak terlepas dari berbagai teori yang
dikemukakan para ahli. Adapun beberapa teori yang dapat dijadikan rujukan dalam
implementasi pembelajaran bahasa adalah:
1. Teori behaviorist oleh Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi
oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan
merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengkondisian
stimulus yang menimbulkan respon. Latihan yang diberikan kepada anak harus
dalam bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respon) yang dikenalkan anak
melalui tahapan-tahapan, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit
contoh: sistem pembelajaran drilling. Anak akan memberikan respon pada setiap
pembelajaran dan dapat segera memberikan balikan. Di sini Pendidik perlu

11
memberikan penguatan terhadap hasil kerja anak yang baik dengan pujian atau
hadiah.
2. Teori Nativist oleh Chomsky, mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam
diri anak. Pada saat seorang anak lahir, dia telah memiliki seperangkat
kemampuan berbahasa yang disebut “Tata Bahasa Umum” atau “Universal
Grammar”. Meskipun pengetahuan yang ada di dalam diri anak tidak
mendapatkan banyak rangsangan, anak akan tetap dapat mempelajarinya. Anak
tidak sekedar meniru bahasa yang dia dengarkan, tapi ia juga mampu menarik
kesimpulan dari pola yang ada, hal ini karena anak memiliki sistem bahasa yang
disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD). Teori
ini berpengaruh pada pembelajaran bahasa dimana anak perlu mendapatkan model
pembelajaran bahasa sejak dini.
3. Teori Constructive oleh Piaget, Vigotsky dan Gardner, menyatakan bahwa
perkembangan kognisi dan bahasa dibentuk dari interaksi dengan orang lain
sehingga pengetahuan, nilai dan sikap anak akan berkembang. Anak memiliki
perkembangan kognisi yang terbatas pada usia-usia tertentu, tetapi melalui
interaksi sosial anak akan mengalami peningkatan kemampuan berpikir.
Pengaruhnya dalam pembelajaran bahasa adalah anak akan dapat belajar dengan
optimal jika diberikan kegiatan sementara anak melakukan kegiatan perlu
didorong untuk sering berkomunikasi. Adanya anak yang lebih tua usianya atau
orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap
akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau
melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak.

Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang
satu sama lainnya saling berkaitan. Keempat tugas itu adalah:
1. Pemahaman
Kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang
lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami
kegiatan/gerakan atau gesture-nya (bahasa tubuh)

2. Pengembangan perbendaharaan kata


Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara tempo pada usia dua tahun
pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus
meningkat setelah anak masuk sekolah.

3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat


Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang
sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat pertama adalah
kalimat tunggal dengan disertai “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contoh,
anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya, kalimat tunggal itu
berati “tolong ambilkan bola itu untuk saya”. Seiiring meningkatnya usia anak dan
keleluasaan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan
kompleks.

12
4. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi terhadap
suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orangtuanya). Kejelasan
ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan
kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan
dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vocal): a,
I, u, e, odan huruf mati (konsonan): t, p, b, m, dan n. sedangkan yang sulit diucapkan
adalah huruf mati tunggal: z, w, s, dan g dan huruf mati rangkap (diftong): st, str, sk,
dan dr.

Potensi Anak Berbicara


1. Kematangan alat berbicara
Tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi
kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah
sempurna dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik sebagai
permulaan berbicara.
2. Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak.
Kesiapan dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang
disebut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul
sudah siap untuk belajar bicara yang sesungguhrnya. Apabila tidak ada gangguan
anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3. Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak.
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu agar dapat melafalkan kata dengan
tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat
yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau
saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau aktor film yang
bicaranya jelas dan berarti.
4. Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi
dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau
lingkungannya.
5. Motivasi untuk belajar dan berlatih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk
karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak Orang tua
hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau
tidak mendapatkan pengarahan.
6. Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena
itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara
dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau
membetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan
tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak
tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.

13
Langkah-langkah Membantu Perkembangan Bahasa Anak
 Membaca, kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat anda
lakukan bersama anak anda setiap hari. Membaca tidaklah harus membaca
tulisan melainkan bisa membaca gambar. Maka carilah buku yang gambarnya
besar dan focus pada satu ide.
 Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang anda dan/atau anak anda
lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana
 Perkenalkan kata-kata baru pada anak anda setiap hari, dapat berupa nama -
nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang anda siapkan
baginya.
 Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak anda. Berikan kesempatan
baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
 Berbicaralah pada anak anda setiap hari, dan pandanglah mereka ketika anda
berbicara atau mendengarkan mereka.

2.2.3 Perkembangan Bahasa Pada Remaja


Ciri Bahasa Remaja
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata
yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek
melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti
‘permainan diganti degan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-
bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek
sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan
struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat
pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk
memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi
sangat komunikatif.

Peran Bahasa Remaja


Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesame sebayanya, remaja seringkali
menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa “gaul”. Disamping bukan
merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya
dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Remaja


Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.
Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Selama masa hidup anak mengalami perkembangan sesuai dengan tahapannya.
Perkembangan anak meliputi bahasa dan intelegensi. Intelegensi anak ditandai dengan
bagaimana mereka dapat berpikir, bernalar, dan memecahkan persoalan-persoalan semasa
hidup. Perkembangan kognitif anak pun mengalami beberapa tahap sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Piaget. Dimulai dari tahap praoperasional, di mana anak-anak mulai
merepresentasikan dunianya melalui kata-kata, bayangan, gambar, dan pemikiran simbolik.
Sampai tahap operasional konkret, di mana anak-anak dapat melakukan operasi konkret.
Ketika beranjak remaja, perkembangan kognitif mulai lebih matang. Mereka dapat berpikir
abstrak dan melakukan penalaran-hipotesis-deduktif. Ini menandakan bahwa seiring
berjalannya waktu tahap perkembangan anak hingga remaja memiliki perbedaannya masing-
masing. Perkembangan intelegensi juga dipengaruhi oleh perkembangan bahasa.
Bahasa merupakan hal yang sangat penting bagi anak yang mana mereka menggunakan itu
untuk berkomunikasi dan berekspresi. Anak-anak juga mengalami perkembangan dalam
berbahasa. Dimulai dari masa kanak-kanak awal yang mulai memahami fonologi dan
morfologi hingga masa kanak-kanak pertengahan dan akhir di mana anak dapat
mengorganisasikan kosa-kata secara mental. Lalu pada remaja berkembang hingga memiliki
ciri yang khusus, singkat, lincah dan kreatif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rina Devianty. (2017). Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan. Jurnal Tarbiyah, 24(2), 226–
245.
Santrock, John W. (2011). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup. Edisi 13
Jilid 1. (Terjemahan: Benedictine Wisdyasinta). Jakarta: Erlangga.
Dina Khairiah. (2018). Perkembangan Fisik, Intelegensi, Emosi dan Bahasa AUD. Al Athfal :
Jurnal Kajian Perkembangan Anak dan Manajemen Pendidikan Usia Dini, 1(1), 8-9.
I wayan Pariawan. (2008, Desember 5). PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA. Diakses
pada tanggal 10 April 2021 dari
http://suluhpendidikan.blogspot.com/2008/12/perkembangan-bahasa-remaja.html?m=1
Pusari, R.W. 2011. Bahasa dan Kecerdasan Anak. 1(2), 86-95.

16

Anda mungkin juga menyukai