Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN


PEMBINAAN KARAKTER

OLEH:

KELOMPOK 5
1. THILMA TIZIANA (201051601011)
2. FEBY INDAYANI (201051601006)
3. NURHIDAYANTI (201051601013)
4. NIRMALASARI (201051601020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan topik “Tujuan Pendidikan
Nasional dan Pembinaan Karakter” yang didasari oleh keinginan penulis untuk
menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter yang
ditinjau dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya :
1. Kepada orang tua penulis, yang senantiasa memberikan dukungan dan doa
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas makalah ini.
2. Kepada dosen yang telah memberikan tugas ini karena sangat bermanfaat agar
penulis lebih terbiasa untuk dapat merangkai kata dalam makalah ini.
Penulis sadar, dalam makalah ini pasti terdapat kesalahan. Oleh sebab itu,
penulis mengucapakan maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Di samping
itu, penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi pihak-
pihak yang ingin mengetahui tentang tujuan pendidikan nasional dan pembinaan
karakter secara mendalam.

Makassar, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……….………….……………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………...…2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter dari Aspek Ontologi
………...………………………..….………………………... 4
B. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter dari Aspek
Epistemologi ………....…………………..…………………………… 7
C. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter dari Aspek
Aksiologi …….;..………………………....……………………………
BAB I PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….…… 14
B. Saran ………………………………………………………………...… 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..... iii
ANALISIS KRITIS... ………………………………………………………..... iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan
teknologi memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang.
Dunia pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah
untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik
(humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi. Salah satunya
dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti perkembangan
zaman yang begitu cepat sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal
kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan
sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter (kepribadian)
secara baik. Hal ini terlihat dalam realita masih banyak peserta didik tingkat
setara SMA/SMK sering muncul dalam media masa dalam aksi tawuran dan
pengrusakan fasilitas sekolah.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita
untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.
Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan agama.
Pendidikan memiliki dua tujuan besar yaitu membantu anak-anak
menjadi pintar dan membantu mereka menjadi baik (Lickona, 2013: 6). Hal
tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan sarana strategis dalam
pembentukan karakter karena mempunyai tujuan melahirkan insan yang
cerdas dan berkarakter. Hal tersebut pernah dikatakan oleh Martin
Luther King, yaitu; intelligence plus character ...that is the goal of true
education (kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir

1
pendidikan yang sebenarnya) (Muslich, 2011:75). Paparan tersebut
mengingatkan bangsa Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang
sesungguhnya. Bukan hanya terpaku pada kepintaran, namun membantu
anak-anak menjadi baik harus menjadi prioritas. Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan
tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Pendidikan karakter
merupakan bagian integral yang sangat penting dari pendidikan kita.
Pendidikan juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, dikatakan sistem
sosial disebabkan di dalamnya berkumpul manusia yang saling berinteraksi
dengan lingkungannya. Untuk menuju pada pendidikan yang dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, yaitu dengan cara melakukan perubahan-
perubahan susunan dan proses dari bagian-bagian yang ada dalam pendidikan
itu sendiri. Sehingga pendidikan sebagai agen perubahan sosial diharapkan
peranannya mampu mewujudkan perubahan nilai-nilai sikap, moral, pola
pikir, perilaku intelektual, ketrampilan, dan wawasan para peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter
ditinjau dari aspek ontologi?
2. Bagaimana penjelasan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter
ditinjau dari aspek epistomologi?
3. Bagaimana penjelasan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter
ditinjau dari aspek aksiologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau
dari aspek ontologi

2
2. Menjelaskan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau
dari aspek epistomologi
3. Menjelaskan tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau
dari aspek aksiologi

3
BAB II
PEMBAHASAN TEORITIS

A. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter Ditinjau dari


Aspek Ontologi
1. Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Nasional
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Jhon Dewey (2015) menjelaskan bahwa
“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental
secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Oemar
Hamalik menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
masyarakat” (Akbar, 2015).
Berdasarkan ketiga pendapat diatas tentang defenisi pendidikan maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi
jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak untuk
mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan agar anak mampu
melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap
manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan
manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari
penerapan pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk
mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada

4
hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia
itu sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling
berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-
subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat
pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik
dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan (Fides, 2014).
Tap MPR No.II MPR/1988 mengatakan tujuan pendidikan nasional untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, Tangguh, bertanggung jawab, mandiri cerdas,
terampil sehat serta jasmani dan rohani. Di dalam Undang-Undang Sisdiknas
No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 disebutkan bahwa pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, Kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Miksan, 2019)
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diatur dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Miksan, 2019).
2. Defenisi Pendidikan dan Pembinaan Karakter
Pendidikan karakter harus dimulai dari sejak masih usia dini. Pada usia
dini manusia masih sangat mudah diarahkan kepada kebaikn sehingga mudah
membentuk karakter yang baik. Sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan
karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas lickona dianggap sebagai

5
penggusungnya melalui karyannya sangat memukau, the return of Character
Education, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal
kebangkitan pendidikan karakter. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh
Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan
(knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering
kali dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka
pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku
manusia menuju standar-standar baku. Majid menyatakan bahwa fokus
pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi
penguatan kecakapan-kecakapan yang penting yang mencakup perkembangan
sosial siswa (Husaini, 2014).
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah merupakan suatu proses yang membantu menumbuhkan,
mengembangkan, mendewasakan, membentuk kepribadian seseorang yang
merupakan karakter atau ciri khas dari orang tersebut. Proses tersebut
dilakukan secara sadar dan sistematis, sehingga terbentuk kepribadian yang
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
Pembinaan karakter sebenarnya dimulai dari keluarga. Apabila seorang
anak mendapatkan pembinaan karakter yang intens akan membuat dirinya
memiliki karakter yang positif dan yang akan berkembang dan mengakar
dalam dirinya. Namun, dalam kenyataannya banyak orang tua yang lebih
mementingkan kecerdasan otak daripada pembinaan karakter. Menurut
Chrisiana bahwa pembinaan karakter mengajarkan seseorang suatu kebiasaan
cara berpikir dan perilaku yang membantunya untuk hidup dan bekerja
bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantunya
untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pembinaan
karakter akan menumbuhkan sikap tanggungjawab baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain. Melalui pembinaan karakter akan
terbentuk suatu sikap dan tingkahlaku positif dan membuat siswa dapat hidup

6
harmonis dengan lingkungannya. Karakter yang baik akan menjadikan siswa
memiliki tanggungjawab dalam belajar dan menujukkan sikap peduli terhadap
dirinya dan orang di sekitarnya yang ditunjukkan melalui keseriusannya dalam
belajar. Keadaan yang demikian akan membuatnya mengalami keberhasilan
dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari (Ridwan, 2015).

B. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter Ditinjau dari


Aspek Epistemologi
1. Landasan Pendidikan Karakter
Dalam perspektif progresivisme, pendidikan bukanlah sekadar
memberikan pengetahuan, lebih dari itu pendidikan melatih kemampuan
berpikir (aspek kognitif). Manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dibanding makhluk lain, yaitu dianugerahi akal dan kecerdasan. Sehingga
dengan akal dan kecerdasan tersebut diharapkan manusia atau seseorang dapat
mengetahui, memahami, dan mengembangkan potensi-potensi yang telah ada
pada dirinya sejak dilahirkan.
Aliran inilah yang menjadi dasar atau landasan terbentuknya pendidikan
karakter. Pandangan yang mengatakan bahwa manusia memiliki potensi-
potensi dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah. Progresivisme
yang juga menaruh kepercayaan terhadap kebebasan manusia dalam
menentukan hidupnya, serta lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi
kepribadiannnya. Beberapa hal yang terkandung dalam aliran progresivisme
ini kemudian secara mendalam dipikirkan untuk kemudian memunculkan
sebuah paradigma pendidikan yang sedang menjadi primadona paradigma
pendidikan dewasa ini, yang tidak lain adalah pendidikan karakter.
2. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang
dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber Agama, karena
masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, maka kehidupan individu,
masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan.

7
Menurut Kemendiknas, nilai-nilai materi pendidikan karakter mencakup
aspek-aspek berikut:
a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
3. Jenis-Jenis Pendidikan Karakter
Ada empat jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan
dilaksanakan dalam proses pendidikan (Yahya Khan, 2010:2) yaitu:

8
a. Pendidikan karakter berbasis nilai dan religius, contoh manusia
mempunyai hak dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan
keyakinan masing-masing.
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, contoh warga negara Indonesia
wajib mengamalkan Pancasila.
c. Pendidikan Karakter berbasis lingkungan, contoh manusia yang
mempunyai karakter baik tidak membuang sampah sembarangan.
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, contoh sebagai calon pendidik
(guru) mempunyai kualitas sebagai guru professional

C. Tujuan Pendidikan Nasional dan Pembinaan Karakter Ditinjau dari


Aspek Aksiologi
1. Fungsi Pembinaan Karakter
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkanpotensi
siswa agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan
falsafah pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan
Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi
dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan
pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Fungsi penyaring
Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilainilai budaya
bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaidi, 2011).
2. Implementasi Pembinaan Karakter
Pendidikan karakter tidak hanya berfungsi untuk merubah perilaku ke arah
yang lebih baik, melainkan juga untuk mengembangkan segala potensi yang
dimiliki peserta didik, dan memberikan penanaman pentingnya melakukan

9
penyaringan dalam memilah nilai-nilai karakter yang baik dan nilai-nilai
karakter yang tidak baik.
Dengan demikian, dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di
sekolah maka diperlukan sebuah perencanaan yang matang, dalam hal ini
Lickona membaginya menjadi tiga tahapan yaitu “Moral knowing, moral
feeling, and moral action”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Moral knowing yaitu pengetahuan moral, berkaitan dengan bagaimana
seseorang dapat mengetahui hal yang baik dan buruk. Adapun dimensi
yang termasuk dalam pengetahuan moral ini adalah ranah kognitif,
meliputi kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral,
keberanian mengambil sikap, dan pengenalan diri.
2. Moral feeling, yaitu penguatan dalam aspek emosi untuk membentuk
karakter seseorang, meliputi: kesadaran akan jati diri, percaya diri,
kepekaan terhadap penderitaan orang lain, cinta kebenaran, pengendalian
diri, dan kerendahan hati.
3. Moral Action, yaitu tindakan moral yang merupakan hasil dari
pengetahuan moral dan moral feeling. Untuk memenuhi hal ini, maka
peserta didik harus memiliki tiga aspek karakter, antara lain: kompetensi,
keinginan, dan kebiasaan. Ketiga aspek karakter tersebut perlu dimiliki
untuk mengarahkan seseorang pada kehidupan yang bermoral, sebab
ketiganya akan membentuk kematangan moral.
Pendidikan karakter di Indonesia memiliki sembilan pilar karakter dasar,
yaitu:
1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya;
2. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri;
3. Jujur;
4. Hormat dan santun;
5. Kasih sayang, peduli dan kerjasama;
6. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah;
7. Keadilan dan kepemimpinan;
8. Baik dan rendah hati,

10
9. Toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Sembilan pilar di atas cenderung berorientasi pada pembentukan karakter
baik yang bersumber dari nilai-nilai agama, pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional. keempat sumber tersebut, melahirkan delapan belas nilai-
nilai karakter dan budaya bangsa yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran kurikulum 2013. Adapun nilai-nilai karakter tersebut, antara
lain: “Nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab”.
Pada prinsipnya pendidikan karakter tidak dapat tercipta dengan cara yang
cepat, sehingga harus melewati suatu proses yang panjang, cermat dan
sistematis. Berikut empat tahapan dalam pengembangan karakter sebagai
proses tiada henti, antara lain:
1. Tahapan pembentukan karakter pada usia dini;
2. Tahap pengembangan karakter pada usia remaja;
3. Tahap pemantapan karakter pada usia dewasa;
4. Tahap pembijaksanaan pada usia tua
Dengan demikian, karakter setiap individu akan terus berkembang dari
usia dini sampai usia tua.
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter, terdapat prinsip-
prinsip menurut Lickona, Schaps, dan Lewis yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1. Memperkenalkan nilai-nilai karakter dasar sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif agar mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang proaktif dan efektif untuk membangun
karakter.
4. Menciptakan lingkungan yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
baik.

11
6. Memiliki cakupan kurikulum yang bermakna untuk membangun karakter
dan membantu peserta didik meraih kesuksesannya.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada siswa
8. Memfungsikan civitas sekolah sebagai komunitas moral.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
membangun karakter peserta didik.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf, dan manifestasi karakter
positif peserta didik.

Pendidikan moral di sekolah merupakan segala usaha yang dilakukan


secara sadar oleh civitas sekolah, berkolaborasi dengan orang tua siswa dan
masyarakat, untuk membantu peserta didik dalam memiliki sifat atau nilai-
nilai karakter baik seperti halnya bertanggungjawab, peduli, dan memiliki
pendirian akan suatu kebaikan. Dalam pengimplementasiannya di sekolah,
peranan kepala sekolah, pengawas, pendidik dan karyawan, harus memiliki
persamaan persepsi tentang pendidikan karakter yang diterapkan di
sekolahnya.
Adapun strategi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
menurut Musfiroh, antara lain:
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
3. Memberikan pendidikan karakter yang eksplisit, sistematis, dan
berkesinambungan meliputi knowing the good, loving the good, dan acting
the good
4. Metode pengajaran memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik
5. Menerapkan prinsip-prinsip developmentally appropriate practices
6. Membangun hubungan yang suportif dan penuh perhatian di kelas dan
seluruh sekolah
7. Menjadi dan memberikan contoh dalam berperilaku positif
8. Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif

12
9. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial
10. Melibatkan siswa dalam wacana moral
11. Membuat tugas yang bermakna dan relevan dengan peserta didik
12. Tidak ada peserta didik yang terabaikan.
Pendidik pada konteks pendidikan karakter, menurut Zubaedi memiliki
lima peran di sekolah, yaitu: “Sebagai pemelihara, pengembang, penerus,
transformator, dan organisator”. Implementasi pendidikan karakter di sekolah
adalah tanggung jawab semua komponen sekolah. Dalam hal ini, guru
merupakan ujung tombak berhasil atau tidaknya implementasi pendidikan
karakter di sekolah, sehingga guru harus menjalankan peranannya dengan
baik.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau dari aspek
ontologi, yakni pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
karakter adalah suatu proses yang membantu menumbuhkan,
mengembangkan, mendewasakan, membentuk kepribadian seseorang yang
merupakan karakter atau ciri khas dari orang tersebut
2. Tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau dari aspek
epistemologi, yakni nilai-nilai materi pendidikan karakter mencakup
aspek-aspek religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, dan semangat kebangsaan. Adapun
jenis pendidikan karakter yaitu Pendidikan karakter berbasis nilai dan
religious, pendidikan karakter berbasis nilai budaya, pendidikan karakter
berbasis lingkungan, dan pendidikan karakter berbasis potensi diri.
3. Tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter ditinjau dari aspek
aksiologi, yakni pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, fungsi perbaikan dan
penguatan, dan fungsi penyaring. Adapun dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter di sekolah maka diperlukan sebuah perencanaan yang
matang, dalam hal ini dibagi tiga tahapan yaitu: moral knowing, moral
feeling, and moral action.
B. Saran
Sebaiknya bersikap bijak dan lebih menelaah sumber yang
menginformasikan tentang tujuan pendidikan nasional dan pembinaan
karakter karena terdapat berbagai informasi yang berbeda.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abizar. (2018, Mei 18). Pendidikan dan Pembentukan Karakter. Retrieved from
abiechuenk.wordpress.com:
https://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-
karakter/
Aji, S. F. (2012, Januari 17). Pendidikan dan Pembentukan Karakter. Retrieved from
abiechuenk.wordpress.com:
https://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-
karakter/
Akbar, S. (2015 ). MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN
KHALDUN DAN JOHN DEWEY T. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 222-243.
Ansori, M. (2019). Dimensi HAM. Kediri: Iaifa Press.
Husaini. (2014). PEMBINAAN PENDIDIKAN KARAKTER. JURNAL TARBIYAH, 20-
23.
Maunah, B. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian
Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan, 18.
Oktavia, Y. (2017, Mei 17). Makalah Pendidikan Karakter. Retrieved from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/7094665/Makalah_pendidikan_karakter
Ridwan. (2015, Januari 1). Efektivitas Pembinaan Karakter. Retrieved from
ridwan202.wordpress.com:
https://ridwan202.wordpress.com/2015/01/01/efektifitas-pembinaan-karakter/
Silabus. (2018, Juni 30). Pengertian Pendidikan dan Makna Pendidikan Menurut Para
Ahli. Retrieved from www.silabus.web.id:
https://www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/
Smakfides. (2013, Januari 1). Realita Pendidikan (Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat
Persoalan Karl Popper). Retrieved from smakfides.wordpress.com:
https://smakfides.wordpress.com/realita-pendidikan-pendidikan-dalam-
perspektif-filsafat-persoalan-karl-popper/
Yunarti, Y. (2014). Pendidikan Kearah Pembentukan Karakter. Jurnal Tarbawiyah, 17.

iii
ANALISIS KRITIS

A. Pertanyaan Kritis
a. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional?
b. Bagaimana cara menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak usia
dini?
c. Bagaimana metode atau model pembelajaran pendidikan karakter yang
cocok di kelas?
B. Refleksi Diri
Kami memperoleh banyak informasi dari makalah ini tentang hakikat
tujuan pendidikan nasional dan pembinaan karakter. Pendidikan merupakan
sarana strategis dalam pembentukan karakter karena mempunyai tujuan
melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan nasional
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan karakter harus dimulai dari sejak masih usia dini karena
ada usia dini manusia masih sangat mudah diarahkan kepada kebaikn sehingga
mudah membentuk karakter yang baik.

iv
v

Anda mungkin juga menyukai