Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

STRATEGI PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH

MAGHFIRA ARIFAH
RAHMAWATI
NORMALIA NASIR
NURHIDAYANTI
NURUL HIKMAH RAMADANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stratergi Pembelajaran


Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemilitran. Strategi
berasal dari bahasa Yunani statego yang berarti “jenderal” atau “panglima”,
sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglima.
Strategi dalam pengertian kemeliteran ini berarti cara penggunaan seluruh
kekuatan meliter untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut
kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, yang dapat diartikan sebagai suatu
seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran dikelas sedemikian rupa sehingga
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efesien (Gulo, 2002).
Berikut pengertian Strategi pembelajaran menurut para ahli sebagai berikut:
1. Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan
pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkat, untuk peserta didik yang
berbeda, dalam konteks yang berbeda pula.
2. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyapaikan materi pelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
3. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya
terbatas pada prosedur kegiatan, melaikan juga termasuk di dalamnya materi
atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen
materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
4. T. Raka Joni (1992) strategi sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-
peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang telah
ditetapkan.
5. Strategi belajar mengajar menurut J.R. David dalam W. Gulo (2002:2) ialah
“a plan, method, or series of activities designed to a chieves a partikular
education goal”. Menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi

2
rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.
Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode
pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu
kali tatap muka, bisa dilaksanakan dengan berbagai metode seperti ceramah, tanya
jawab, pemberikan tugas dan diskusi. Keseluruhan metode termasuk media
pembelajaran yang digunakan untuk menggambarkan strategi pembelajaran.
Lebih lanjut Atwi Suparman (1991) menyatakan bahwa strategi/model
pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian
materi pelajaran dan peserta didik, peralatan dan bahan, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan
pembelajaran yang pilihan dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan
karekristik peserta didik, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus
pembelajaran yang dirumuskan. Gerlavk & Ely (1980) juga mengatakan bahwa
perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran,
agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan
guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran, untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

B. Teori yang melandasi Strategi Pembelajaran


Crowl, Kaminsky dan Podell (1997) dalam Anitah (2007) mengemukakan
tiga pendekatan yang mendasari pengembangan strategi pembelajaran. Pertama,
Advance Organiizers dari Ausubel, yang merupakan pernyataan pengantar yang
membantu peserta didik mempersiapkan kegiatan belajar baru dan menunjukkan
hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan konsep atau ide yang lebih luas.
Kedua, Discovery Learning dari Bruner, yang menyarankan pembelajaran dimulai
dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

3
dalam menyelidiki dan menentukan pemecahan. Ketiga, Peristiwa-peristiwa
belajar dari Gagne.

1. Belajar Bermakna dari Ausubel


Ausubel (1997) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru
dengan peserta didik yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful
verbal learning) atau disingkat belajar bermakna. Pembelajaran ini menekankan
pada ekspositori dengan cara guru menyajikan materi secara eksplisit dan
terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, peserta didik menerima serangkaian ide
yang disajikan guru dengan cara yang efisien.
Model Ausubel ini mengedepankan penalaran deduktif, yang
mengharuskan peserta didik pertama-tama mempelajari prinsip-prinsip, kemudian
belajar mengenai hal-hal khusus dari prinsip-prinsip tersebut. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik apabila memahami konsep-
konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau prinsip-prinsip
sampai pada contoh-contoh.
Pembelajaran bermakna dari Ausubel menitikberatkan interaksi verbal
yang dinamis antara guru dengan peserta didik. Guru memulai dengan suatu
advance organizer (pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian pembelajaran,
selanjutnya mengembangkan serangkaian angkah yang digunakan guru untuk
mengajar dengan ekspositori.
2. Advance Organizers
guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata
peserta didik (eksistensi pemahaman peserta didik), untuk mengetahui apa yang
telah dikenal peserta didik, dan untuk membantunya mengenal relevansi
pengetahuan yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan
pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan peserta didik sebagai
kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci. Advance
organizer dapat digunakan dalam mengajar bidang studi manapun.

4
3. Discovery Learning dari Bruner
Teori belajar penemuan (discoveri) dari Bruner mengasumsikan bahwa
belajar paling baik apabila peserta didik menemukan sendiri informasi dan
konsep-konsep. Dalam belajar penemuan, peserta didik menggunakan penalaran
induktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-contoh. Misalnya, guru
menjelaskan kepada peserta didik tentang penemuan sinar lampu pijar, kamera,
dan CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya, listrik,
nuklir, dan gravitasi). Peserta didik kemudian menjabarkan sendiri apakah yang
dimaksud dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery.
Peserta didik menemukan konsep-konsep dasar atau prinsip-prinsip
dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan konsep tersebut.
Bruner yakin bahwa peserta didik memiliki pengetahuan apabila menemukan
sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya sendiri, yang
memotivasinya untuk belajar.

C. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran


Menurut Rowntree (1974) dalam buku Sanjaya (2012), strategi
pembelajaran dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Penemuan (Exposition Discovery Learning)
Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik
melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak menjadi
fasilitator dan pembimbing bagi peserta didiknya. Karena sifatnya yang
demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak
langsung.
2. Strategi Pembelajaran Individual
Strategi belajar individual dilakukan oleh peserta didik secara
mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran peserta
didik sangat ditentukan oleh kemampuan individu peserta didik yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain
untuk belajar sendiri.

5
3. Strategi Pembelajaran Kelompok
Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok
peserta didik diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar
kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran
klasikal, atau bisa juga peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil
semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan
belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar
dalam kelompok dapat terjadi peserta didik memiliki kemampuan tinggi
akan terhambat oleh peserta didik yang memiliki kemampuan kurang akan
merasa tergusur oleh peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi.

Menurut Asrori (2013), secara umum strategi pembelajaran dibagi menjadi


tiga:
1. Strategi Induktif adalah suatu strategi pembelajaran yang memulai dari
hal-hal yang khusus barulah menuju hal yang umum.
2. Strategi Deduktif adalah suatu strategi pembelajaran yang umum menuju
hal-hal khusus.
3. Strategi campuran adalah gabungan dari strategi induktif dan deduktif.
Adapula strategi regresif yaitu strategi pembelajaran yang memakai titik
tolak jaman sekarang untuk kemudian menelusuri balik (kebelakang) ke
masa lampau yang merupakan latar belakang dari perkembangan
kontenporer tersebut.

Jenis-jenis/klasifikasi strategi pembelajaran yang dikemukakan dalam


artikel Saskatchewan Educational (1991), yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar
berpusat pada guru paling tinggi, namun strategi ini paling sering
digunakan. Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk
memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi
langkah. Contoh strategi pembelajaran langsung diantaranya seperti

6
metode ceramah, pertanyaan dedaktik, pengajaran eksplisit dan, latihan,
serta demontrasi.
1. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)
Strategi pembelajaran tidak langsung merupakan jenis strategi
pembelajaran yang memperlihatkan adanya bentuk keterlibatan peserta
didik yang paling tinggi karena guru hanya berperan sebagai penyelidikan,
penggambaran inferensi data, dan pembentukan hipotesis. Dalam
pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi
fasilator, pendukung, dan sumber personal (resource person). Guru
merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan peserta didik
untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada
peserta didik ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak
langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan
sumber-sumber manusia.
2. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)\
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan
saling berbagi di antara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989)
mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan reaksi terhadap
gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok,
serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir. Strategi pembelajaran
interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-
metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas,
diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama
peserta didik secara berpasangan.
3. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (Eksperiential Learning)
Strategi belajar melalui pengalaman merupakan strategi
pembelajaran menggunakan bentuk sekuens induktif yang berpusat pada
peserta didik dan juga berorientasi pada suatu aktivitas. Penekanan dalam
strategi belajar melalui pengalaman adalah proses belajar, dan bukan hasil
belajar. Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun

7
di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode
simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi
untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
4. Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan juga peningkatan
diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik
dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman
atau sebagai bagian dari kelompok kecil (Suko, 2020).
Menurut Rahmat (2019), ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, diantaranya:
a. Strategi pengorganisasian pembelajaran,
b. Strategi penyampaian pembelajaran, dan
c. Strategi pengelolaan pembelajaran.

D. Pemilihan Strategi Pembelajaran


Strategi belajar-mengajar merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pengajaran kepada peserta didik. Strategi belajar-mengajar
terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan
digunakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Gerlach dan Ely (1989) menyatakan bahwa, perlu adanya kaitan antara strategi
belajar mengajar dengan tujuan pengajaran agar diperoleh langkah-langkah
kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Strategi belajar mengajar
merupakan suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi belajar mengajar
terdiri atas metode dan dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa peserta
didik benar-benar akan mencapai tujuan. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa
strategi lebih luas dari metode dan teknik pengajaran (Rahmat, 2019).
Penjabaran tujuan umum pembelajaran sangan menentukan dalam
memilih strategi pengorganisasian pembelajaran yang optimal. Apabila guru salah
menjabarkan tujuan umum prmbrlajaran, maka akan salah pula strategi
pengorganisasian pembelajarannya yang sudah barang tentu berdampak pada hasil

8
belajar yang diinginkan. Kondisi pembelajaran didefenisikan sebagai faktor yang
mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil
pembelajaran dan tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu pada hasil
pembelajaran yang diharapkan. Struktur bidang studi mengacu pada hubungan-
hubungan di antara bagian-bagian bidang studi dan sangat penting bagi keperluan
pemilihan dan pengembangan strategi pengorganisasian pembelajaran yang
optimal. Strategi pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam maupun di luar kelas karena berkaitan secara langsung pada cara peserta
didik belajar untuk mencapai hasil belajar, baik yang direncanakan dalam
kurikulum pendidikan tersebut maupun kepuasan peribadi peserta didik yang
belajar (Nai, 2017).
Seorang guru harus dapat mempertimbangkan beberapa hal dalam
memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan atau diterapkan di dalam
kelas agar strategi tersebut dapat membantu peserta didik dalam belajar. Menurut
Darmadi (2018) pertimbangan dalam memilih strategi belajar meski berdasarkan
pada beberapa penetapan:
1. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru
dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada
akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki peserta didik. Sasaran
tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang
diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang
harus digunakan guru. Misalnya, seorang guru olahraga dan kesehatan
menetapkan tujuan pembelajaran agar peserta didik dapat mendemonstrasikan
cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat
membantu peserta didik mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi
instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode
demonstrasi, peserta didik mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik

9
dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, peserta didik
diberikan tugas seperti menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka,
dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa terdapat kemampuan peserta didik
pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan kemampuan
afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama ketika
bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap
individu. Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang
diperoleh peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat
empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar, yaitu:
a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar.
b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan
melalui performance peserta didik.
c. Keadaan dan situasi dimana peserta didik dapat mendemonstrasikan
performance mereka
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat
dirumuskan bahwa tujuan pembelajaran mengandung unsur; audience (peserta
didik), behaviour (perilaku yang harus dimiliki), condition (kondisi dan situasi)
dan degree (kualitas dan kuantitas hasil belajar).
2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Peserta Didik
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mendorong aktivitas peserta didik. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas
pada aktivitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis atau
aktivitas mental. Sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran
kepada peserta didik, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan yaitu guru harus
mengetahui pengetahuan awal peserta didik. Untuk mengetahui pengetahuan awal
peserta didik, guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran.
Dengan mengetahui pengetahuan awal peserta didik, guru dapat menyusun
strategi dengan memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

10
Metode yang akan digunakan juga sangat tergantung pada pengetahuan
awal peserta didik. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan
kita ajarkan, jika peserta didik tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau
belum memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar guru belum dapat
menerapkan metode yang bersifat belajar mandiri, metode yang dapat diterapkan
hanya metode ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang
saran, praktikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika peserta didik telah
memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat menerapkan metode
diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden. Sifat metode-metode ini
lebih banyak analisis dan memecah masalah.
3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta
didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan menengah,
program studi diatur dalam program pendidikan umum dan program pendidikan
akademik yang bidang studinya berkaitan dengan keterampilan, karena itu metode
yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan. Misalnya ranah psikomotorik
lebih dominan dalam pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang
dibutuhkan, peserta didik berkesempatan mendemonstrasikan materi secara
bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan demikian metode yang
digunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan
yang disampaikan kepada peserta didik.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus
diketahui diantaranya:
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lain atau antara peserta

11
didik dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan
kemampuan peserta didik akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang
memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan
peserta didik berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab
pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap
subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses
pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik
dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni
dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber
belajar yang relevan.
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara
maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa
ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba, berpikir intuitif atau
bereksplorasi.
e. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan
peserta didik. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan
peserta didik untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat
menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan peserta
didik, dengan demikian peserta didik akan belajar bukan hanya sekadar untuk
memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya.
4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam
pelajaran yaitu 45 menit, maka metode yang digunakan telah dirancang

12
sebelumnya. Tidak kalah penting juga yaitu perangkat penunjang pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti chart, video
pembelajaran, film dan sebagainya. Metode pembelajaran disesuaikan dengan
materi, seperti bidang studi biologi, metode yang diterapkan adalah metode
praktikum, bukan berarti metode lain tidak digunakan. Metode ceramah sangat
perlu yang waktunya dialokasikan sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba,
dan arahan. Kemudian memungkinkan menggunakan metode diskusi, karena dari
hasil praktikum peserta didik memerlukan diskusi kelompok untuk memecah
masalah yang mereka hadapi.
5. Jumlah Peserta Didik
Idealnya metode yang diterapkan di dalam kelas perlu
mempertimbangkan jumlah peserta didik yang hadir agar proses belajar mengajar
efektif. Ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan
penyampaian materi. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran
akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas. Pada sekolah dasar umumnya
mereka menerima peserta didik maksimal 40 orang dan sekolah lanjutan
maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas
pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan adalah 24 orang.
Ukuran kelas yang besar dan jumlah peserta didik yang banyak, metode
ceramah lebih efektif untuk digunakan. Akan tetapi yang perlu kita ingat bahwa
metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya,
terutama dalam pengukuran keberhasilan peserta didik. Disamping metode
ceramah, guru dapat melaksanakan tanya jawab dan diskusi. Kelas yang kecil
dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat
dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.
6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman. Strata pendidikan
bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman
yang menentukan. Contohnya guru yang terbiasa memecahkan masalah, memilih
metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi peserta didik,
mengelola kelas, mengatur peserta didik, mendapat umpan balik dalam proses

13
belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman
yang panjang sehingga kelak menjadi profesional. Selain berpengalaman, guru
juga harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat
abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dengan peserta didik yang
berbeda latar belakang akademik dan sosial. Guru harus menjadi sosok yang
disegani bukan ditakuit oleh peserta didik. Jabatan guru adalah jabatan profesi
terhormat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat,
menjadi suri tauladan dan sebagainya, guru mengayomi semua lapisan
masyarakat.
Menurut Asrori (2013), Agar dapat merancang serta melaksanakan
strategi pembelajaran yang efektif perlu memperhatikan unsur-unsur strategi dasar
atau tahapan langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan spesifikasi dari kualifiikasi perubahan perilaku, tujuan selalu
dijadikan acuan dasar dalam merancang dan melaksanakan setiap kegiatan
pembelajaran. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara
spesifik dalam arti mengarah kepada perubahan perilaku tertentu dan
operasional dalam arti dapat diukur.
2. Memilih pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara pandang dalam
menyampaikan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus
dipertimbangkan dan dipilij jalan pendekatan utama yang dipandang ppaling
ampuh, paling tepat, dan paling efektif guna mencapai tujuan.
3. Memilih dan menetapkan metode, teknik, dan prosedur pembelajaran.
a. Metode merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan bahan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
b. Teknik merupakan cara ntuk melaksanakan metode dengan sarana
penunjang pembelajaran yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
kecepatan dan ketepatan belajar untuk mencapai tujuan.
c. Merancang penilaian.
d. Merancang remedial.
e. Merancang pengayaan.

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola


umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran,
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Terori yang melandasi strategi
pembelajaran yaitu (1) belajar bermakna dari Ausubel, menekankan
padaekspositori dengan cara guru menyajikan materi secara eksplisit dan
terorganisasi. Dalam pembelajaran ini, peserta didik menerima serangkaian
ide yang disajikan guru dengan cara yang efisien. (2) Advance Organizers,
untuk mengaktifkan skemata peserta didik (eksistensi pemahaman peserta
didik), untuk mengetahui apa yang telah dikenal peserta didik, dan untuk
membantunya mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimiliki. (3)
Discovery Learning dari Bruner, mengasumsikan bahwa belajar paling baik
apabila peserta didik menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep.
Dalam belajar penemuan, peserta didik menggunakan penalaran induktif
untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-contoh. Jenis-jenis strategi
pembelajaran yaitu (1) Strategi Pembelajaran Penemuan (Exposition
Discovery Learning) atau strategi pembelajaran tidak langsung. (2) Strategi
belajar individual dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. (3) Strategi
belajar kelompok dilakukan secara beregu. Menurut Darmadi (2018)
pertimbangan dalam memilih strategi belajar meski berdasarkan pada
beberapa penetapan yaitu tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan
awal peserta didik, intregritas bidang studi/pokok bahasan, alokasi waktu dan
sarana penunjang, jumlah peserta didik, dan pengalaman dan kewibawaan
pengajar.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah
dikemudian hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


Asrori, M. (2013). Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran.
Madrasah, 163-188.
Darmadi. 2018. Optimalisasi Strategi Pembelajaran “Inovasi Tiada Henti untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Peserta Didik”. Bogor:
Guepedia.com.
Kusumawati, Nanik dan Endang Sri Maruti. 2019. Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah
Dasar. Magetan: Cv. AE Medika Grafika.

Nai, F. A. (2017). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.


Rahmat, P. S. (2019). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Scopindi Media
Pustaka.
Rustaman, Nuryani dkk. 2016. Strategi Pembelajaran Biologi. Tanggerang:
Universitas Terbuka.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Suko. (2020). Menjadi Calon Guru. Surabaya: Scopindo Media Putaka.

16

Anda mungkin juga menyukai