Anda di halaman 1dari 17

[15/2 20:42] Rina_mr: MAKALAH MEMANDIKAN JENAZAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menganjurkan ummatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga menganjurkan ummatnya untuk
mengunjungi orang yang sedang sakit menghibur dan mendo’akannya. Apabila seseorang telah
meninggal dunia, hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya
melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani,
menyembahyangkan dan menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya, mengkafaninya,


menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada menguburkannya adalah perintah agama
yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh
sebahagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah itu berarti sudah
terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah.

Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu tentang
peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu kifayah juga.
Bagaimana sikap seorang mukmin jika ada muslim lain yang baru saja meninggal dunia? Bagaimana cara
memandikan jenazah ? Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila
dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah
di sekitar penyelenggaraan jenazah itu.

Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan dipaparkan secara terperinci insya Allah
tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini akan dijelaskan hal-hal yang dikerjakan dalam
penyelenggaraan jenazah dan juga doa-doa yang diucapkan dari pemandian hingga pemakaman.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Memandikan Jenazah

Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia
dishalatkan. Mandi ini dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya dahulu,
utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di usahakan dengan
hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran ke hadapan Allah

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia termasuk
bagian dari ibadah. Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis dari badan mayat
terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat,
semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat

B. Tata Cara Memandikan Jenazah

a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal yang perlu
dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

· Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah
memiliki penyakit.

· Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah

· Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran

· Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh juga
menyiapkan air sebanyak tiga ember besar.

· Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan jenazah
ketika dimandikan

· Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

· Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.

· Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.


b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah

· Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki

· Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah tidak
terlihat.

· Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar sampai
lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.

· Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut dan dada

· Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan atau kain
perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.

· Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.

· Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan daun
bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.

· Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.

· Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat

· Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita, setelah
rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[

· Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke kiri agar
air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.

· Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain yang
kering agar auratnya tetap tertutup.

· Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air
ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air sabun dan air yang bercampur
dengan kapur barus. Apabila sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di wudhukan.

· Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang dicampur
sedikit kapur dan bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali yang mati dalam keadaan
ihram, maka tidak boleh dicampur dengan kapur ; ketiga dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun.
Daun bidara dan kapur yang dicampur dengan air itu jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air
tersebut menjadi air mudhaf, sehingga tidak dapat menyucikan. Antara tiga kali mandi tersebut,
diwajibkan pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni dimulai dengan kepala berikut leher, lalu
anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah


memandikannya, yang mempunyai dua macam cara.
1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa, inilah
asal najis yang barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh tubuhnya dengan
air secara merata.

2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan mayit
melakukan hal-hal berikut :

a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan tutuplah
auratnya dengan kain atau semisalnya.

b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan pada
tangan kirinya, menekan keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih tersisa keluar.
Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan kain atau sarung tangan dan dibasuh kemaluannya dan
dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang hidungnya lantas diwudhukan seperti
wudhu orang yang hidup.

c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih
lainnya. Dilepas rambutnya kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang tercabut,
maka rambut itu harus dikembalikan dan ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri, sesudah
itu basuh pula sisi kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah belakang,
kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai air.

C. Adab Memandikan Jenazah

1. Dimulai dari bagian anggota badan yang kanan (anggota wudlu)

2. Jangan berlaku kasar pada wayit

3. Hendaklah berbicara yang baik atau jangan berbicara yang buruk tentang segala hal, apalagi
tentang si mayit.
“ Apabila diantara kamu menghadiri orang yang sakit atau orang yang meninggal, maka berkatalah yang
baik karena sesungguhnya malaikat mengamini atas apa yang kalian katakan “ (HR. Tirmidzi).

D. Hal Hal Yang Terjadi Dimasyarakat Yang Bertentangan Dengan Sunnah Rasulullah SAW

Beberapa hal yang dilarang dilakukan menurut rasulullah saw adalah sebagai berikut :

1. Meratap yaitu menangis berlebihan, berteriak, memukul wajah, merobek kantong pakaian, dll;

mengacak-acak rambut.

2. Pria memanjangkan jenggotnya beberapa hari sebagai tanda duka, setelah duka selesai dipotong.

3. Mengumunkan kematian lewat menara atau tempat lain, karena mengumumkan dengan cara
tersebut terlarang secara syariat. Yang di bolehkan adalah : boleh menyampaikan berita kematian tanpa
menempuh cara-cara yang diamalkan jahiliyah dulu. Bagi yang menyampaikan berita kematian
dibolehkan meminta kepada orang lain supaya mendo’akan si mayyit, karena hal itu ada landasan dalam
sunnah.

E. Praktik Memandikan Jenazah

Cara memandikan jenazah

1. Niatkarena Allah SWT

2. Membalut jenazah dengan kain tebal (tidak transparan) untuk menutup aurat, lalu

seluruh pakaian yang sebelumnya melekat di badannya dilepaskan. Artinya, jenazah

dimandikan dalam keadaan terturup auratnya. Membersihkannya dengan

merogohnya

3. Melepaskan perhiasan dan gigi palsunya bila memungkinkan

4. Membersihkan rongga mulutnya, kuku-kukunya dan seluruh tubuhnya dari kotoran


dan najis

5. Memulai memandikan dengan membersihkan anggota wudlunya dengan

mendahulukan yang kanan dan menyiramnya hingga rata tiga, lima, tujuh kali atau

sesuai dengan kebutuhan

6. Pada waktu memandikan hendaknya dengan hati-hati, lembut, dan sopan

7. Pada bagian akhir siraman hendaklah dicampurkan dengan wangi-wangian, seperti

kapur barus atau daun bidara

8. Mengeringkan badan jenazah dengan handuk dan berilah wangi-wangian. Bagi

jenazah yang berambut panjang hendaklah dikepang rambutnya bila memungkinkan.

Selain itu ada beberapa catatan yang harus diperhatikan :

1. Orang yang gugur, syahid da am peperangan membela agama Allah, cukup dimakamkan dengan
pakaiannya yang melekat di tubuhnya (tanpa dimandikan, dikafani dan disholatkan)

2. Orang yang wafat dalam keadaan berihram dirawat seperti biasa tanpa diberi wewangian

3. Orang yang syahid selain dalam peperangan membela agama Allah seperti melahirkan, tenggelam,
terbakar dirawat seperti biasa

4. Jenazah janin yang telah berusia 4 bulan dirawat seperti biasa

Apabila terdapat halangan untuk memandikan jenazah, maka cukup diganti dengan tayamum

5. Bagi orang yang memandikan jenazah disunnahkan untuk mandi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan Allah.
Perut si mayat harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran.

Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari ibadah.
Kemudian siramlah tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata dalam tubuhnya,
setelah semuanya siap, lalu mayat tersebut diwudhukan.

Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada bapak
atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas bapak yang
sudi memberikan judul ini terhadap saya, karena saya sudah mengetahui lebih jelas lagi tentang cara-
cara memandikan mayat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsari, Abu Hasan Al-Maidani. Shalat Jenazah, Solo: At-Tibyan, 2001.

Sumaji, Muhammad Anis dan Salmah, Af Idah, Panduan Praktis Pengurusan Jenazah, Solo: Tinta Medina,
2011

Tohaputra, Ahmad.. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV Asy Syifa’, 1998

Munir, A dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rineka cipta, 1992.

Sitanggal, Umar Anshary. Fiqih Syafi`I Sistematis, Semarang : CV Asy Syifa`, 1992.

Muqhniyah, Jawab, Muhammad. Fiqih Imam Ja`far Shadiq, Jakarta : lentera, 1995.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-ma`arif, 1994.

[15/2 20:44] Rina_mr: Syarat dalam Memandikan Jenazah

Sebelum mengetahui tata cara memandikan jenazah beserta doanya, kamu perlu mengetahui syarat
orang yang bisa memandikan jenazah dan syarat jenazah yang dimandikan.

Syarat Orang Yang Dapat Memandikan Jenazah

- Beragama Islam, baligh, berakal atau sehat mental.


- Berniat memandikan jenazah.

- Mengetahui hukum memandikan jenazah

- Amanah dan mampu menutupi aib jenazah.

Syarat Jenazah yang Dimandikan

- Beragama Islam

- Ada sebagian tubuhnya meski sedikit yang bisa dimandikan

- Jenazah tidak mati syahid

- Bukan bayi yang meninggal karena keguguran

- Jika bayi lahir sudah meninggal, tidak wajib dimandikan

3 of 7

Ketentuan Memandikan Jenazah

Ketentuan Memandikan Jenazah

Ilustrasi Jenazah | Via: megapolitan.harianterbit.com

Berikut beberapa ketentuan yang harus diketahui sebelum tata cara memandikan jenazah beserta
doanya:
- Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah laki-laki adalah orang yang diberi
wasiat, kemudian bapaknya, kakeknya, keluarga kandungnya, keluarga terdekatnya yang laki-laki, dan
istrinya.

- Orang yang paling utama memandikan dan mengkafani jenazah perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

- Yang memandikan jenazah anak laki-laki boleh perempuan, sebaliknya untuk jenazah anak perempuan
boleh laki-laki yang memandikanya.

- Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia
tidak mempunyai suami. Atau sebaliknya, seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup
hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup
ditayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai sarung tangan.

Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam dalam hadis Abu Daud dan Baihaqi yang
berbunyi, "Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki
meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka kedua jenazah itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air." (H.R Abu Daud
dan Baihaqi)

4 of 7

Peralatan Memandikan Jenazah

Berikut beberapa peralatan yang dibutuhkan sebagai tata cara memandikan jenazah beserta doanya:

- Tempat memandikan jenazah di tempat yang tertutup

- Air secukupnya
- Sabun, air yang diberi bubuk kapur barus dan wangi-wangian

- Sarung tangan untuk memandikan jenazah

- Sedikit kapas

- Potongan atau gulungan kain kecil-kecil

- Handuk dan kain basahan

5 of 7

Niat Memandikan Jenazah Perempuan dan Laki-laki

Ilustrasi berdoa (iStock)

Ilustrasi berdoa (iStock)

Sebagai tata cara memandikan jenazah beserta doanya, kamu perlu memahami niat memandikan
jenazah perempuan dan laki-laki yang berbeda.

Berikut niat memandikan jenazah perempuan:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati lillahi ta'aalaa

Artinya: " Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita) ini karena Allah
Ta'ala."
Berikut niat memandikan jenazah laki-laki:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti lillahi ta'aalaa

Artinya: " Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria) ini karena Allah
Ta'ala."

6 of 7

Tata Cara Memandikan Jenazah Beserta Doanya

Dengan mengetahui berbagai ketentuan dalam tata cara memandikan jenazah beserta doanya ini, maka
kamu sudah bisa memandikan jenazah.

Berikut tata cara memandikan jenazah beserta doanya yang benar menurut Islam:

1. Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan untuk dimandikan

2. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya tidak terlihat

3. Setelah itu bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan
kaki serta rambutnya.

4. Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu.
Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di dalamnya keluar.

5. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
6. Kemudian siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin jenazah

7. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki dengan air bersih. Siram sebelah kanan dan kiri
masing-masing 3 kali.

8. Memiringkan jenazah ke kiri, basuh bagian lambung kanan sebelah belakang.

9. Memiringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya sebelah belakang.

10. Siram lagi dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki.

11. Setelah itu siram dengan air kapur barus.

12. Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat.

13. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi kain
kafannya.

7 of 7

Catatan Penting dalam Memandikan Jenazah

- Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.

- Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
- Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan
dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya
dengan membuang najis tersebut.

- Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke belakang. Setelah
disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang.

- Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol sebelum dikafani,
biasanya menggunakan air kapur barus.

Setelah tata cara memandikan jenazah beserta doanya ini selesai, maka rangkaian mengurus jenazah
tinggal mengkafaninya.

BACA JUGA

Tata Cara Sholat Subuh Lengkap dengan Doa dan Keutamaannya

Tata Cara Mandi Junub yang Benar, Jangan Sampai Salah

Tata Cara Umrah Sesuai Sunnah, Lengkap dengan Bacaannya

https://m.liputan6.com/hot/read/4123126/tata-cara-memandikan-jenazah-beserta-doanya-yang-
lengkap-menurut-islam?utm_source=Mobile&utm_medium=copylink&utm_campaign=copylink

Copy Link

Tag Terkait

Tata Cara Memandikan Jenazah Beserta Doanya

Tata Cara Memandikan Jenazah


[15/2 20:58] Rina_mr: Home Shalat Aturan Memandikan Jenazah

HUKUM ISLAMSHALAT

Aturan Memandikan Jenazah

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - July 28, 2019 29165 1

Ternyata ada aturan memandikan jenazah, tidak asal memandikan saja.

Memandikan jenazah adalah awal pengurusan jenazah. Hukumnya adalah fardhu kifayah. Diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai
seseorang yang meninggal dunia karena jatuh dari untanya,

‫ا ْغ ِسلُوهُ بِ َما ٍء َو ِس ْد ٍر‬

“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari, no. 1265 dan Muslim, no. 1206)

Jika memandikan sudah diwakilkan oleh sebagian orang, maka gugur bagi yang lain. Jika semuanya
meninggalkan memandikan jenazah, maka berdosa.

Urutan siapa saja yang memandikan jenazah


Yang lebih pantas memandikan jenazah adalah orang-orang yang mendoakannya (menyalatkannya),
dimulai dari kerabat dekat.

HUKUM ASALNYA: LAKI-LAKI MEMANDIKAN LAKI-LAKI, PEREMPUAN MEMANDIKAN PEREMPUAN.

Untuk jenazah laki-laki didahulukan:

Ayah

Kakek

Anak laki-laki

Cucu laki-laki

Saudara laki-laki

Anak laki-laki dari saudara laki-laki (keponakan)

Paman (saudara ayah)

Anak laki-laki dari paman (sepupu)

Laki-laki yang masih punya hubungan keluarga dekat

Laki-laki yang tidak punya hubungan keluarga dekat

Istri

Wanita yang masih punya hubungan mahram

Untuk jenazah perempuan didahulukan:

Wanita yang masih punya hubungan kerabat

Wanita yang tidak punya hubungan kerabat

Suami
Laki-laki yang masih punya hubungan mahram

Catatan: Laki-laki lain tidak boleh memandikan jenazah perempuan.

Aturan siapa yang memandikan

Disyaratkan untuk yang memandikan adalah muslim jika jenazah itu muslim.

Jika jenazah itu kafir, maka kerabat yang kafir yang lebih berhak untuk memandikan, kemudian baru
kerabat muslim.

Si pembunuh jenazah tidak boleh memandikan jenazah. Ia tidak boleh memandikannya karena ia tidak
berhak mendapatkan jatah waris.

Jika tidak didapati untuk yang memandikan jenazah laki-laki selain perempuan bukan mahram, atau
tidak didapati yang memandikan jenazah perempuan selain laki-laki yang bukan mahram, maka
memandikan jenazah menjadi gugur. Cukup dengan tayamum untuk menggantikan mandi. Hal ini
diqiyaskan seperti orang yang mandi yang tidak mendapati air.

Jika ketika memandikan jenazah laki-laki muslim tidak didapati kecuali laki-laki kafir atau wanita bukan
mahram, maka yang lebih layak mandikan adalah laki-laki kafir, lalu yang menyalatkannya adalah wanita
muslimah tadi.

Jika yang meninggal dunia itu orang kafir, maka boleh untuk kerabatnya yang muslim memandikan,
mengafani, dan menguburkan jenazahnya.

Anak kecil yang tidak mungkin ada syahwat padanya, maka boleh dimandikan oleh laki-laki atau pun
perempuan karena ia boleh dipandang dan disentuh, terserah yang meninggal dunia adalah anak kecil
laki-laki ataukah perempuan.

Jika wanita kafir dzimmi dan ia memiliki suami muslim, maka suaminya boleh memandikan jenazahnya
jika memang tidak ada wanita lain, karena nikah itu sama dengan nasab dalam hal memandikan.

Jika seorang suami mentalak istrinya dengan talak bain, atau talak raj’iy, atau nikahnya faskh (batal),
kemudian salah seorang dari mereka berdua meninggal dunia dalam masa ‘iddah, maka tidak boleh yang
lain memandikannya, karena dalam hal mahram seperti wanita bukan mahram.
Aturan dalam memandikan jenazah

Hendaklah yang memandikan jenazah itu amanat dan menutup aib yang dimandikan, dan ia tampakkan
hanya bagus-bagus saja. Namun jika yang meninggal itu seorang yang fasik (ahli maksiat), maka sah
seperti itu (membuka aib).

Yang menghadiri proses memandikan hanyalah yang memandikan atau orang yang mesti membantu.

Bagi wali dari jenazah boleh masuk dalam proses pemandian, walaupun ia tidak memandikan atau
membantu memandikan. Tujuannya untuk menyemangati dalam maslahat.

Pembahasan ini kami sarikan dari Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafi’i karya Prof. Dr. Muhammad Az-
Zuhailiy.

Referensi:

Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafi’i. Cetakan kelima, Tahun 1436 H. Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhailiy.
Penerbit Darul Qalam.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:

https://rumaysho.com/20976-aturan-memandikan-jenazah.html

Anda mungkin juga menyukai