Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN
METODE PEMBELAJARAN SKI DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN SKI
A. Pengertian Metode Pembelajaran SKI
Metode diartikan sebagai: cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatuu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatuu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.[1] Metode Method 1 way of doing; 2 quality of being
well planned and organized.[2] Para ahli mendefenisikan metode
sebagai berikut:
1. Hasan langgulung dalam Ramayulis metode adalah cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan
2. Abd. Al-Rahman Ghunaikahdalam Ramayulis metode adalah
cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran[3]
3. Ahmad Tafsir (1996: 9) metode mengajar adalah cara yang
paling tepat dan tepat dalam mengajarkan mata pelajaran.[4]
4. Abudin Nata (2005: 143) metode dapat berarti cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.[5]
5. Mattulada dalam Mujammil Qomar cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji.
[6]
Kemudian kata metode ini dikaitkan dengan pembelajaran, yaitu
interaksi yang sistematis dan terstruktus antara pendidik dengan
peserta didik. Dengan demikian, Metode pembelajaran
secara Harfiyah dapat diartikan sebagai cara-cara menyam-
paikan materi pelajaran dengan cepat dan tepat, dalam artian
lain efektif dan efisien.
B. Jenis-jenis Metode Pembelajaran SKI
Sebagaimana diketahui bahwa guru perlu menberikan pengajaran
secara menarik agar siswa/peserta didik lebih bergairah untuk
menjalankan proses belajarnya. Untuk itu guru perlu
menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan sesuai
kebutuhan, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan kaku,
sarah dan membosankan siswa/peserta didik.[7]
Metode pembelajaran agama Islam secara umum yang pernah
diungkapkan oleh Ahmad Tafsir adalah metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan dan resitasi.[8] Jika
dikaitkan dengan pendapat Ramayulis[9], beliau menawarkan
beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengajaran bidang
studi Agama, dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Metode ceramah, yaitu: penyampaian informasi melalui
penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.
2. Metode tanya jawab, yaitu: cara mengajar di mana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang
bahan pelajaran yang telah diajarkan.
3. Metode diskusi, yaitu: suat penyajian bahan pembelajaran di
mana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik/membicarakan dan menganalisis secar ilmiah.
4. Metode pemberian tugas, yautu: cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-
murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid
mempertanggungjawakannya.
5. Metode demonstrasi, yaitu: suat cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau poelaksanaan
sesuatu sedangkan murisd memperhatikannya.
6. Metode eksperimen, yaitu: suat cara mengajar dengan
menyuruh murid melakukan sesuatu percobaan, dan setiap
proses dari hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid,
sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid
sambil memberikan arahan.
7. Metode kerja kelompok, yaitu: Suat cara mengajar dimana guru
membagi murid-muridnya ke dalam kelompok belajar tertentu
dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu.
8. Metode kisah, yaitu: Suat cara mengajar dimana guru
memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita.
9. Metode amsal, yaitu: Suat cara mengajar dimana guru
menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat/melalui
contoh atau perumpamaan.
10. Metode targhib dan tarhib, yaitu: Suat cara mengajar dimana
guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan
ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan.
Melihat beberapa keterangan yang telah diungkapkan diatas,
jelaslah metode pendidikan Agama Islam itu sangat luas dan
sudah mencakup segala hal, namun jika ingin dipilih-pilih
terhadap metode yang lebih tepat untuk dipakai dalam
pembelajaran SKI, dapat disimpulkan sebagai beriku : bahwa
metode pembelajaran SKI dapat dilakukan dengan:
1. Ceramah
Sebagaimana diungkapkan di atas apa yang disebut dengan
metode ceramah, penulis sendiri berpendapat bahwa metode
ceramah ini dapat dipakai dalam segala jenis pembelajaran dan
dalam bidang studi apapun. imelalui metode ceramah ini guru
menceritakan/menyampaikan kejadian-kejadian masa lampau dan
menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut.
[10]
2. Tanya jawab
Metode ini juga dapat dilakukan oleh guru dalam kelas, dengan
memulai pertanyaan yang menantang terhadap minat peserta
didik. Seperti dengan memulai pertanyaan siapakah tokoh yang
termasuk dalam pembaharuan peradaban dalam islam yang terus
menjadi panutan??.
3. Kerja Kelompok.
Metode yang satu ini pun bisa dilakukan untuk pembelajaran SKI,
sebab dengan pemberian tugas kepada peserta didik yang
diselesaikan melalui kerja kelompok dapat mengaktifkan siswa
secara otomatis untuk mencari pengetahuannya sendiri bersama-
sama dengan orang-orang se-kelompoknya.
4. Timeline (Garis Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di
dalamnya termuat kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode
ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya juga
bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan
bahkan bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan
penguasaan Timeline beserta rentetan peristiwanya.
Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan perkembangan
satu kebudayaan oleh karena itu dia bisa dibuat panjang atau
hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah
kebudayaan Islam bisa dibuat mualai dari zaman Jahiliyah
menjelang Islam. hadir sampai pada saat ini; timeline juga hanya
bisa dibuat menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu
kurun atau periode tertentu. Ini adalah metode survey sejarah
yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang
merah atau hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.[11]
Langkah-langkah:
a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik dalam pembelajaran hari itu.
b. Tunjukkan pentingnya mempelajari sejarah melalui timeline.
c. Buat timeline dengan cara menarik garis lurus horizontal dan
menuliskan waktu tertentu dan beberapa kejadian penting yang
terjadi di dalamnya. Waktu berikutnya juga ditulis seperti cara
titik waktu pertama dan begitu terus sampai pada waktu tertentu
yang sesuai dengan materi pembelajaran. Berikut ini adalah dua
contoh timeline yang dibuat dengan cara yang sedikit berbeda
pada masa nabi sampai menjelang hijrah.
Timeline yang pertama ditulis dengan format satu tahun satu
peristiwa penting.

Timeline yang kedua memungkinkan satu tahun memuat banyak


peristiwa penting secara simultan
d. Jelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tahun-
tahun tertentu dan menjelaskan hubungannya dari tahun ke
tahun.
e. Adakan tanya jawab mengenai peristiwa-peristiwa dan
hubungannya satu dengan yang lain.
f. Buat kesimpulan.
g. Minta peserta didik untuk membuat timeline yang berhubungan
dengan mereka masing-masing mulai dari lahir sampai saat ini.
[12]
Jika dikaitkan dengan pendapat di atas, Ibn Khaldun juga sudah
menawarkan metode pembelajaran Sejarah yaitu metode
sistematis, yaitu menceritakan kejadian itu sesuai dengan
rentetan masanya.
Ibn Khaldun aku mencatat permulaan generasi-generasi dan
Kerajaan-kerajaan, bangsa-bangsa awal yang berada pada satu
masa, sebab-sebab tindakan dan perubahan dalam masa-masa
lalu dan agama-agama, dan apa yang menjadi prasyarat
peradaban berupa Kerajaan, agama, kota, cara berpakaian,
kebanggaan, kehinaan, jumlah yang banyak dan jumlah yang
sedikit, ilmu dan keahlian, kondisi yang berubah-ubah secara
umum, perkotaan pedesaan, peristiwa yang sudah terjadi dan
yang sedang dinanti kejadiannya[13]
5. Metode Concept Map (Peta Konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan
gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada
kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa
memanfaatkan peta konsep untuk dijadikan sebagai metode
penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan peta
konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami
alur sejarah dan memahami secara menyeluruh.[14] Peserta didik
sendiri nantinya yang akan membuat kaitan antara satu konsep
dengan lainnya.
Peta konsep sangat tepat dipakai untuk pembelajaran sejarah
karena banyak konsep yang harus dikuasai oleh siswa untuk
mengembangkan proses berpikir. Dengan peta konsep, peserta
didik tidak akan mengingat dan menghafal materi sejarah secara
verbatim, kata per-kata. Mereka punya kesempatan untuk
membangun kata-kata mereka sendiri untuk menjelaskan
hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu, Peta
konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk
menyampaikan gagasannya dan dalam saat yang sama bisa
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.[15] yang
pada akhirnya akan mendorong kemampuan verbalnya,
penggunaan kata-kata untuk menyampaikan gagasannya.
Terkadang istilah Peta Konsep (Concept Map) disejajarkan dengan
Peta Pikiran (Mind Map). Keduanya memang mempunyai
kesamaan dalam hal pembuatannya; keduanya menggunakan
cara kerja pembuatan peta. Sedikit perbedaan yang bisa digaris
bawahi adalah bahwa Peta Pikiran lebih cenderung dipakai untuk
menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah yang menjadi
kesepakatan umum, sementara itu, Peta Pikiran lebih bersifat
personal, yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala yang
ada dalam pikiran seseorang. Peta pikiran merupakan metode
yang sangan bagus untuk mencurahkan gagasan.
IMPLIKASI METODE DALAM PEMBELAJARAN
A. Fungsi Metode Secara Umum
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai
pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam
konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu.[16]
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam
menyampaikan materi pendidikan. Namun, hal itu menurut
perspektif Al-Quran harus bertolak dari pandangan yang tepat
terhadap manusia sebagai makhluk yang dapat dididik melalui
pendekatan jasmani, jiwa, dan akal pikiran.
B. Implikasi Metode
Secara harfiyah, implikasi dapat diartikan sebagai keterlibatan
atau keadaan terlibat.[17] Jadi Implikasi Metode terhadap
pembelajaran adalah: keterlibatan suat metode terhadap
pembelajaran tersebut, terkhusus dalam pembelajaran SKI.
Seperti yang diungkapkan di atas, jelas bahwa metode itu besar
sumbangannya terhadap tercapainya tujuan pembelajarn. Anggap
saj jika seorang guru tidak mampu menggunakan metode yang
tepat dalam pembelajaran, maka, sulit sekali dibayangkan jika
guru tersebut dan peserta didiknya mencapai suat kompetensi
yang diharapkan dari efek suat pembelajarn yang dilakukan
tersebut.
Sesuai penjelasan di atas, Wina Sanjaya pernah mnyinggungkan
hal ini, beliau mengatakan
telah hampir satu jam pelajaran seorang guru menghabiskan
waktunya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak
didiknya. Tentu saja materi yang ia sampaikan adalah pelajaran
yang ia pelajar pada malam harinya. Sebagian besar siswa sama
sekali tidak merasa tertarik dengan materi yang disampaikannya,
karena mereka merasa apa yang disampaikan sang guru sama
persis dengan apa yang ada dalam buku yang telah mereka
pelajar di rumah. Oleh karena itulah mereka merasa gelisah
selama mendengarkan penjelasan guru. Diantara mereka ada
yang asyik membaca buku, mengoprol, dan ada juga yang
mengantuk. Memperhatikan gejala yang tidak mengenakkan itu,
guru segera bereaksi. Sambil memukul-mukul mistar panjang
kepapan tulis ia berkata anak-anak tolong perhatikan...! materi
yang bapak sampaikan ini adalah materi yang sangat penting
untuk kalian kuasai, nanti soal-soal ujian tidak akan jauh dari
apa yang bapak sampaikan. Oleh karena itu, tolong perhatikan
apa yang bapak sampaikan...!.
Anak-anak diam sebentar. Yang sedang mengoprol segera
menghentikan obrolannya, yang sedang membaca melipat buku
bacaannya, demikian juga yang sedang mengantuk melepas
kantuknya. Sang guru segera melanjutkan mengajarnya,
bertutur menyampaikan informasi. Suara sedikit melemah, karena
kehabisan energi, sehingga siswa yang duduk di bangku bagian
belakang tidak dapat menangkap apa yang diuraikan guru. Ini
semua semakin membuat bosan siswa, mereka kembali dengan
aktivitasnya semula: mengoprol, membaca, dan mengantuk.
Membosankan...! gerutu seorang siwa yang duduk
dibelakang [18]
Menurut penuturan di atas, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa
betapa besar peran rangkaian multi-metode yang dikuasai guru
terhadap kondusifnya sebuah aktivitas pembelajaran yang terus
berorientasi kepada kompetensi yang mesti dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
guru perlu memberikan pengajaran secara menarik agar
siswa/peserta didik lebih bergairah untuk menjalankan proses
belajarnya. Untuk itu guru perlu menggunakan metode
pembelajaran yang variatif dan sesuai kebutuhan, sehingga
proses pembelajaran tidak berjalan kaku, sarah dan
membosankan siswa/peserta didik.
Metode diartikan sebagai: cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatuu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatuu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Metode Method 1 way of doing; 2 quality of being
well planned and organized
terhadap metode yang lebih tepat untuk dipakai dalam
pembelajaran SKI, dapat disimpulkan sebagai beriku : bahwa
metode pembelajaran SKI dapat dilakukan dengan:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Kerja Kelompok.
4. Timeline (Garis Waktu)
5. Metode Concept Map (Peta Konsep)
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai
pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan
operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam
konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu
B. Saran
Kritik dan saran sangan penulis harapkan demi Khasanah
Keilmuan dan perbaikan kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Hanafi, 2012. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Iskandar Agung, 2010. Meningkatkan Kreativitas Mengajar Bagi
Guru. Jaktim : Bestari.
Khaldun. Ibn, 2012. Mukaddimah Ibn Khaldun, (alih bahasa
Masturi Irham, Lc Dkk), Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsal.
Qomar. Mijammil, (Tanpa Tahun). Epistemologi Pendidikan Islam,
dari Metode Rasional Hingga Metode Kriti. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Nata. Abuddin, 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya
Media Pratama.
Oxfort University, 2008. Oxfort Learners Pocket Dictionary. Oxfort
University Prss.
Poerwadarminta. W.J.S., 2002. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta: balai Pustaka.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. 2012. Jakarta: Kalam Mulia.
Sanjaya. Wina, 2005. Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.
Tafsir. Ahmad. 1999. Metodologi Pngajarn Agama Islam. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya,
Hurun Iin, Metode Pembelajaran
SKI, http://blog.ahmadrifai.net/2012/07/cara-buat-efek-bunga-berjatuhan-
di.html#sthash.WofJzuo2.dpuf
Abdul Latif M, Metode Pembelajaran Sejarah atau SKI, www. Kompasiana.com..

E. Strategi dan Metode Pembelajaran SKI di MI

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Hamruni mengemukakan banyak pendapat para ahli dalam


bukunya, Strategi Pembelajaran, misalnya Kemp menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Kemudian, Kozma secara umum menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.[13]

Cropper, seperti yang dikutip Hamruni, mengatakan bahwa


strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis
latihan tertentuyang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.[14]

Selanjutnya, Hamruni pun menyimpulkan bahwa,


setidaknya ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian-
pengertian tersebut. Pertama, strategi pembeljaran merupakan
rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan demikian, penyusunan langkah-
langkahpembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian
tujuan.[15]

2. Model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

Trianto, melalui bukunya, Mendesain Model Pembelajaran


Inovatif-Progresif, mengutip pendapat Meyer yang
mengemukakan bahwa secara kaffah model dimaknai sebagai
suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan
dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.[16]

Sehingga, Trianto pun mengutip pendapat Joyce sebagai


penjelasan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.[17]

Trianto kembali mengutip pendapat lain, yaitu Soekamto


yang mengemukakan bahwa maksud dari model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[18]

Adapun istilah pendekatan, (approach)dalam pembelajaran,


Hamruni mengutip pendapat Sanjaya, bahwa pendekatan
pembelajaran ini memiliki kemiripan dengan strategi.
Pendekatan dapat diartikan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu.[19]

Roy Killen mencatat, sebagaimana yang dikutip Hamruni,


ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang
berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif, atau
pembelajaran ekspositori. Adapun pembelajaran yang berpusat
pada siswa menurunkan strategi strategi pembelajaran discovery
dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.[20]

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang


umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara
menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.[21]Dengan demikian,
salah satu keterampilan yang harus dimilik oleh seorang guru
dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode.

Oleh karena itu, salah satu hal yang mendasar untuk


dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain
dalam keseluruhan komponen pendidikan.[22]

Selain model, pendekatan strategi, dan metode, terdapat


istilah yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan
taktik mengajar. Teknik adalah cara yang dilakukan orang dalam
rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang
harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan
efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu
teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual.
Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunakan metode
ceramah dalam situasi yang sama, bisa dipastikan mereka akan
melakukannya secara berbeda.[23]

Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi


pembelajaran yang diterapkanoleh guru akan tergantung pada
pendekatan yang digunakan; dalam menjalankan strategi itu
dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya
menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan
teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan
teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda
antara guru yang satu dengan yang lain.

3. Metode Pembelajaran.[24]

Maka, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran SKI


tersebut, juga dengan mempertimbangkan karakteristik
Madrasah seperti yang dijelaskan diatas, yaitu secara historis
madrasah didirikan untuk mentransmisikan nilai-nilai islam,
penentuan model, pendekatan, strategi, metode, teknik dan
taktiknya pun tidak terlepas dari tujuan SKI dan karakteristik
madrasah tersebut.

Tujuan pembelajaran SKI tersebut secara umum mencakup:


menumbuhkan kesadaraan, melatih daya kritis, menumbuhkan
apresiasi, dan mengembangkan kemampuan. Jika dianalisa lebih
mendalam, model pembelajaran yang bisa diterapkan, misal,
dalam menumbuhkan kesadaran bisa dengan kisah-kisah yang
memotivasi. Dalam rangka memenuhi tujuan yang lainnya, yaitu
melatih daya kritis, apresiasi dan kemampuan, misal, model
yang bisa diterapkan adalah dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk saling bertukar pendapat satu sama
lain.

Sehingga, dalam hal ini, SKI sangat bisa diajarkan dalam


pendekatan pembelajaran, baik yang berpusat pada guru
(teacher-centered approaches) maupun yang berpusat pada
peserta didik (student-centered approaches).

Merinci lagi dari pendekatan teacher-centered approaches,


yang notabene merupakan turunan dari model pembelajaran
dengan kisah-kisah yang memotivasi untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran yaitu menumbuhkan kesadaran, kita dapat
menggunakan strategi pembelajaran langsung, seperti yang
dijelaskan Hamruni dalam bukunya.

Hamruni menyebutkan strategi pembelajaran langsung


sebagai strategi yang diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif
untuk menentukan informasi atau membangun kterampilan
tahap demi tahap.[25] Metode yang bisa digunakan dalam
strategi ini antara lain adalah ceramah.

Kemudian merinci dari pendekatan student-centered


approaches, yang notabene merupakan turunan dari model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertukar pendapat satu sama lain untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran yaitu menumbuhkan daya
kritis, apresiasi, dan kemampuan, kita dapat menggunakan
strategi pembelajaran tidak langsung.

Hamruni menjelaskan, dalam bukunya, strategi


pembelajaran tidak langsung sering disebut sebagai inkuiri,
induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
penemuan. Dalam strategi tidak langsung ini, peranan guru
bergeser hanya menjadi fasilitator. [26] Selain itu, banyak pula
strategi pembelajaran aktif yang juga dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Metode yang dapat
digunakan antara lain, interaksi, diskusi,sharing, aktifitas
kelompok, atau pun tugas mandiri.

Setelah metode tersebut ditentukan, dapat pula dirinci


kembali menjadi teknik atau taktik. Namun teknik dan taktik ini
menjadi sangat individual, tergantung kepada masing-masing
guru. Setiap guru mempunyai gaya mengajar, teknik mengajar
dan taknik mengajarnya masing-masing. Sehingga pada bagian
ini, murni menjadi kreatifitas masing-masing guru.

F. Penutup

Dari penyajian makalah ini, dapatlah disimpulkan bahwa,


metode dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Ibtidaiyyah dapat berupa ceramah, interaksi,
diskusi, sharing, aktifitas kelompok, atau pun tugas mandiri.

Demikian makalah yang kami sajikan. Semoga dapat


memberikan manfaat untuk pembelajaran yang selanjutnya.
Sekian.

G. Daftar Pustaka

Hamruni, Strategi pembelajaran, Yogyakarta, Insan Madani, 2012.


Subur, Model Pembelajaran Nilai Moral berbasis Kisah, Purwokerto,
STAIN Press, 2014.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Jakarta, Kencana, 2011, cet.4.

http://www.matapelajaranski.com/2014/04/karakteristik-mata-
pelajaran-sejarah.html diakses 23 Oktober 2015 pukul 06.06
WIB

https://chuladya-bassama.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-dan-
karakteristik-madrasah.htmldiakses pada 23 Oktober 2015
pukul 06.28 WIB.

[1] Subur, Model Pembelajaran Nilai Moral berbasis Kisah, (Purwokerto, STAIN Press:
2014) hlm 1
[2] Ibid.

[3] Ibid.

[4] Ibid., hlm 2.

[5] Ibid., hlm 3.

[6]http://www.matapelajaranski.com/2014/04/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html
diakses 23 Oktober 2015 pukul 06.06 WIB
[7] Ibid.

[8] Ibid.

[9] https://chuladya-bassama.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-dan-karakteristik-
madrasah.htmldiakses pada 23 Oktober 2015 pukul 06.28 WIB.
[10] Ibid.

[11] Ibid.

[12] Ibid.

[13] Hamruni, Strategi pembelajaran, (Yogyakarta, Insan Madani: 2012), hlm 2.

[14] Ibid.
[15] Ibid., hlm 3.

[16] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep, Landasan, dan


Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, Kencana:
2011, cet.4), hlm 21.
[17] Ibid., hlm 22.

[18] Ibid.

[19] Hamruni, Strategi pembelajaran, hlm 6.

[20] Ibid., hlm 6-7.

[21] Ibid., hlm 7.

[22] Ibid.

[23] Ibid., hlm 8.

[24] Ibid.

[25] Hamruni, Strategi Pembelajaran, hlm 8.

[26] Ibid., hlm 9.

Anda mungkin juga menyukai