MAKALAH
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1442 H/2020M
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmu kalam tentang hubugan ilmu kalam , filsafat dan
tasawuf.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmu kalam ini . Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah ini bermanfaat dan memberikan inpormasi terhadap pembaca
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PEMBUKAAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
Pembahasan.............................................................................................................................6
A. Al Demokratiyah fi Tarbiyah.........................................................................................6
B. Nilai Demokrasi pendidikan Islam................................................................................7
1. Nilai Keadilan............................................................................................................8
2. Nilai Kebebasan........................................................................................................9
3. Nilai persamaan......................................................................................................10
4. Nilai pluralitas.........................................................................................................11
C. Nilai Demokrasi pendidikan didalam hadits...............................................................12
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUPAN...........................................................................................................................16
A. KESIMPULAN..............................................................................................................16
B. SARAN........................................................................................................................16
BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya guna diajarkan kepada
manusia. Islam dibawa secara kontinium dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Islam
adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan
duniawi, sebagai perwujudan dari sifat rahman dan rahim Allah. Islam juga merupakan
agama yang telah sempurna (penyempurna) terhadap agama-agama (syariat-syariat) yang
ada sebelumnya (Sodiqin, 2003: 14). Maka dari itu, islam adalah agama yang paripurna dan
sempurna yang membahas dan mengatur semua bagian dalam kehidupan dan menjunjung
tinggi nilai nilai kehidupan. Islam memiliki kitab yang senantiasa menjadi panutan dan
pedoman dalam hidup serta penyempurna kitab-kitab sebelumnya, yaitu Al-Quran. Islam
mengatur setiap sendi-sendi dalam kehidupan, salah satunya adalah pendidikan. Melalui
pendidikan setiap manusia memiliki kesempatan untuk mencapai apa yang diinginkan sesuai
yang dicita-citakan. Maka dari itu, pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan subjek didik (Achmadi,
1992: 16). Pendidikan bersifat kontinu, serta ditandai dengan adanya perkembangan
peserta didik dan adanya peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dari peserta didik dan
guru sesuai dengan perkembangan zaman.
Fenomena pendidikan saat ini banyak sekali kecurangan dan ketidakjujuran dalam
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa demi mendapatkan nilai baik dan lulus
dalam sekolahnya. Menghadapi problema tersebut, sekolah bisa memberikan kelas intensif
bagi peserta didik yang sedang dalam ujian. Pendidikan yang demokratis melibatkan guru
dan siswa,guru saat ini menjadi subjek dalam proses belajar mengajar, pada kenyataannya
masih banyak guru yang menempatkan dirinya sebagai subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran.Padahal, kondisi siswa dan sekolah, khususnya guru serta fasilitas yang ada
dalam sekolah maupun kelas sangat mempengaruhi implementasi kehidupan demokrasi di
sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud al demokratiyah fi Tarbiyah ?
2. Bagaimanakah nilai demokrasi Dalam pendidikan menurut alquran ?
3. Bagaimanakah nilai demokrasi dalam pendidikan menurut hadits ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Al Demokratiyah fi Tarbiyah!
2. Untuk mengetahui nilai demokrasi dalam pendidikan menurut alquran!
3. Untuk mengetahui nilai demokrasi dalam pendidikan menurut al hadits!
BAB II
Pembahasan
A. Al Demokratiyah fi Tarbiyah
1
Zamroni,sistem pendidikan islam, Ar-Ruzz Media,jogjakarta 2011,halaman 14
Demokrasi pendidikan menurut pandangan H.A.R Tilaar adalah pendidikan
yang menempatkan rakyat sebagai poros kebijakannya. pendidikan ada pada
kekuasaan rakyat, yang mengakui bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga
negara, pendidikan terbuka, mandiri dan kreatif, hilangnya proses stupidifikasi, dan
hilangnya budaya korporasi2. Seperti tujuan pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk membentuk pribadi yang kreatif dan mandiri
dalam kehidupan bermasyarakat.
2
Muklasin. 2014. Demokrasi Pendidikan Dalam Kerangka Pendidikan Nasional (Telaah Pemikiran
H.A.R. Tilaar). Tidak Diterbitkan
3
Sohrah. 2015. Konsep Syuro Dan Gagasan Demokrasi (Telaah Ayat Ayat Al-Quran). Vol.4. No.1.
Jurnal Al Daulah
musyawarah tersebut. Permasalahan yang dimusyawarahkan, biasanya perihal
permasalahan sosial serta pemerintahan atau hal hal yang bersifat keduniawian.
Untuk menyelsaikan segala urusan umat islam musyawarah, terutama yang
menyangkut urusan publik. Dengan demikian tidak akan terjadi kewenang-wenangan
dari seorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu,
perwakilan rakyat dalam sebuah negara islam tercermin terutama dalam doktin
musyawarah (syuro). Musyawarah penting untuk dilakukan, karena dengan
musyawarah dapat mengetahui dan menghargai pendapat orang lain hingga
mendapatkan kata mufakat. Musyawarah seharusnya menjadi sebuah budaya di
lingkungan sekolah agar tercipta sekolah yang demokratis.
Komitmen musyawarah dalam demokrasi tidak diragukan lagi, karena Allah
telah berfirman di dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran terdapat nilai nilai inti
demokrasi selain musyawarah, diantaranya nilai keadilan, nilai kebebasan, nilai
persamaan, nilai pluralitas, dan nilai toleransi4. Berikut beberapa ayat Al-Quran yang
menyatakan nilai-nilai demokrasi dalam pendidikan tersebut :
1. Nilai Keadilan
Salah satu ciri dari suatu proses demokrasi adalah keadilan yang diciptakan oleh
seluruh pelaksana demokrasi. Dalam Pembelajaran memerlukan suatu proses
demokrasi yang adil, yaitu tidak memihak satu sama lain tetapi mendapatkan hak
sesuai dengan apa yang dilaksanakannya atau tidak diskriminatif. Melihat sesuatu hal
secara objektif merupakan salah satu cara untuk berbuat adil. Keadilan harus
ditegakkan dan diterapkan dalam diri seorang peserta didik untuk membangun
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
Allah berfirman dalam Al-Quran tentang perilaku adil, yaitu dalam Qs. Al-Maidah
ayat 8 :
ني لِلَّ ِو ُش َه َداءَ بِالْ ِق ْس ِط َو َل جَيْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن َق ْوٍم ِ
َ ين َآمنُوا ُكونُوا َق َّوام
ِ َّ
َ يَا أَي َُّها الذ
ت ْع َملُو َن مِب
َ ات قُوا اللََّو إِ َّن اللََّو َخبِريٌ َا َّ لت ْق َوى َو َّ ِب ل ُ َق َرْ ت ْع ِدلُوا ْاع ِدلُوا ىُ َو أ َ َعلَى أ َََّل
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu para penegak keadilan karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu
4
Siyamto, Rochmat. 2016. Internalisasi Nilai Nilai Demokrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas VII MTs Negeri Ngablak Kab. Magelang.Skripsi.
golongan mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena keadilan
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
2. Nilai Kebebasan
Kebebasan merupakan salah satu ciri dari konsep demokrasi. Proses demokrasi tidak
pernah memaksakan kehendak, setiap orang bebas dalam berpendapat dan bebas
memilih. Temasuk dalam hal beragama, kebebasan yang benar ada dalam agama
Allah yaitu islam adalah agama yang paling benar di sisi-Nya. Allah berfirman dalam
Qs. Ali Imran ayat 64 :
ٍ ٍ ِ ِ َْل يا أَىْل الْ ِكت
ْ ُب ْي نَ ُك ْم أ َََّل َن ْعبُ َد إِ ََّل اللََّو َو َل ن
ش ِر َك َ ب ْي َن نَا َو َ ت َعالَ ْوا إِىَل ٰ َكل َمة َس َواءَ اب َ َ
ِ ِ ِبِ ِو َشيئًا و َل خَّت
ف قُولُوا ا ْش َه ُدوا َ ت َولَّْوا َ ضا أ َْربَابًا م ْن ُدون اللَّ ِو فَِإ ْن
ً ب ْع
َ ضنَا ُ ب ْع َ ي َذ َ َ ْ
نDَ بِأَنَّا ُم ْسلِ ُمو
Artinya :
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, islam tidak memaksakan kehendak dan
memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih apa yang memang benar
dan berpegang teguh padanya. Namun, ketika Allah telah mengingatkan dan mereka
tetap berpaling maka berserah dirilah kepada Allah sebagai Rabb pencipta seluruh
alam semesta.
Kebebasan bukan berarti bertindak sesuka hati tanpa memperhatikan nilai
nilai yang ada. Kebebasan bukan berarti dilihat dari kemampuan seseorang untuk
mewujudkan apa yang diinginkan dengan segala cara yang dapat ditempuh. Namun,
kini di masyarakat kebebasan dianggap sebagai salah satu nilai dalam demokrasi.
Sehingga, kebebasan menjadi salah satu perhatian dalam masyarakat, gitu juga dalam
lingkungan sekolah.
Analogi kebebasan dalam proses pembelajaran yaitu guru memberikan
kebebasan peserta didik untuk berpendapat dan memilih apa yang memang benar,
serta menghargai setiap pilihan peserta didik. Kebebasan sangat penting ditanamkan
dalam diri peserta didik untuk membentuk budaya demokrasi di kelas dalam proses
pembelajaran.
3. Nilai persamaan
Allah berfirman dalam kitab suci Al-Quran tentang nilai persamaan. Persamaan
merupakan penyetaraan antara hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Tidak
terdapat diskriminasi dalam segala hal, ras, suku, agama, jenis kelamin, dan hal
lainnya. Sama dihadapan hukum, politik, bahkan dalam hal demokrasi. Maka dari itu
di dalam Al-Quran terdapat ayat yang menjelaskan tentang nilai persamaan. Yaitu,
Qs. Al-Hujurat ayat 13 :
ت َع َارفُوا إِ َّن ِ ِ ِ
َ َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذ َك ٍر َوأُ ْن ثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َو َق بَائ َل ل
ُ يَا أَي َُّها الن
ِ َِت قَا ُكم إِ َّن اللَّو َعل ِ
ٌيم َخبريٌ َ ْ ْ أَ ْكَر َم ُك ْم عْن َد اللَّ ِو أ
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Pada ayat tersebut, Allah Swt. berfirman bahwa Allah Swt. telah menciptakan
manusia dari perbedaan jenis kelaminnya, perbedaan bangsa dan suku ataupun ras
agar manusia saling mengenal atu sama lain. Yang membedakan dihadapan Allah
Swt. hanyalah keimanan dan ketaqwaan di hadapan Allah Swt.
4. Nilai pluralitas
ت َع َارفُوا إِ َّن ِ ِ ِ
َ َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذ َك ٍر َوأُ ْن ثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َو َق بَائ َل ل
ُ يَا أَي َُّها الن
ِ َِت قَا ُكم إِ َّن اللَّو َعل ِ
ٌيم َخبريٌ َ ْ ْ أَ ْكَر َم ُك ْم عْن َد اللَّ ِو أ
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Pada ayat diatas terdapat nilai pluralitas yang patut diterapkan dalam
kehidupan berdemokrasi. Peserta didik yang plural mampu mntransformasikan
dirinya dalam konsep pembelajaran demokratis, karena peserta didik tersebut
memahami kemajemukan yang ada di sekitarnya. Adanya pluralitas dalam
masyarakat dapat mengajarkan manusia untuk menjadi seorang manusia yang
bijaksana dan dapat mengkomunikasikan serta menghargai pendapat satu sama lain.
5
Muklasin. 2014. Demokrasi Pendidikan Dalam Kerangka Pendidikan Nasional (Telaah Pemikiran
H.A.R. Tilaar). Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
C. Nilai Demokrasi pendidikan didalam hadits
untuk berjalan, dengan alasan agar tidak terjatuh, namun pada akhirnya anak kecil itu
benar-benar tidak mampu berjalan.
َو ِشَر ُار،ن َعلَْي ُك ْمDَ صلُّو ِ ِ ِخيار أَئِ َّمتِ ُكم الَّ ِذ
َ ُصلُّو َن َعلَْي ِه ْم َوي
َ ُ َوت،ين حُت بُّو َن ُه ْم َوحُي بُّونَ ُك ْم
َ ُ َُ
ضو َن ُه ْم ِ اهلل أَئِ َّمتِ ُكم الَّ ِذين
ِ يا رسول: ُق لْنَا: قَالُوا، مD ن هم وي لْعنُونَ ُكDَ وت لْعنُو، وي بْغِضونَ ُكم،
ُ ت بْغ
ُ َ ُ َُ َ ْ َ َ َ ُْ َ َ َ ْ ُ ُ َ
َّ َما أَقَ ُاموا فِي ُك ُم، َل،َالصلَة
َالصلَة َّ َما أَقَ ُاموا فِي ُك ُم، َل:ك؟ قَ َال ِ
َ ََُابِ ُذىُ ْم ِعْن َد ذَلDأَفَ َل ن ُن،
ِ ةDِ صي
ِ ِ ِ ةDِ صي ِ ِ َ ،أ ََل َم ْن َويِل َ َعلَْي ِو َو ٍال،
اهلل َ ف لْيَكَْر ْه َما يَأْيِت م ْن َم ْع َ ،اهلل َ ف َرآهُ يَأْيِت َشْيئًا م ْن َم ْع
اع ٍة ِ
َ َي نْ ِز َع َّن يَ ًدا م ْن ط َ َو َل
Artinya :
"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian mencintai mereka
dan mereka mencintai kalian, kalian mendo‟akan mereka dan mereka mendo›akan
kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka
dan mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk
kalian." Mereka berkata, "Kemudian kami bertanya, Wahai Rasulullah, tidakkah
kami memerangi mereka ketika itu?" beliau menjawab: "Tidak, selagi mereka
mendirikan shalat bersama kalian, tidak selagi mereka masih mendirikan shalat
bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang pemimpin, kemudian dia
melihat pemimpinnya bermaksiat kepada Allah, hendaknya ia membenci dari
perbuatannya dan janganlah ia melepas dari ketaatan kepadanya." (HR. Muslim)
Membangun umat dengan seorang dipimpin seorang pemimpin yang adil.
Baik buruknya seorang pemimpin tidaklah berhak seseorang untuk mengutuk atau
membenci seorang pemimpin. Tetapi yang harus dibenci dari pemimpin yang tidak
adil adalah perbuatannya bukan individunya. Begitu mulia Rasulullah mengajarkan
atau menjelaskan perihal tersebut, karena pemimpin dan rakyat sangatlah erat
kaitannya dalam sistem pemerintahan.
Proses pembelajaran pun harus menanamkan perilaku yang adil, jujur, lagi
baik. Kelas merupakan suatu ruangan yang digunakan untuk proses pembelajaran.
Layaknya sistem pemerintahan, di dalam kelas juga terdapat seorang pemimpin yang
sering disebut dengan ketua kelas. Dari lingkungan kelas atau sekolah, guru dapat
mengajarkan peserta didik untuk berdemokrasi. Misalnya, dengan adanya pemilihan
ketua kelas yang dilaksanakan secara demokrasi. Semua anggota kelas berhak
memilih serta mengemukakan pendapat dan alasannya dalam proses demokrasi
tersebut.
Artinya :
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, „Ada tujuh
kelompok orang yang dinaungi oleh Allah pada hari tiada naungan selain naungan-
Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang mengisi hari-harinya dengan ibadah,
seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai
karena Allah di mana keduanya bertemu dan berpisah karena Allah, seorang yang
dibujuk berzina oleh lawan jenis yang berpangkat dan rupawan lalu menjawab,
„Aku takut kepada Allah,‟ seseorang yang bersedekah diam-diam sehingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya, dan seseorang yang
berzikir di kesunyian dengan menitikkan air mata,‟” (HR Bukhari dan Muslim).
Pemimpin yang adil merupakan poin pertama dalam hadits tersebut. Bukan
tanpa sebab pemimpin yang adil menjadi poin pertama, hal tersebut menunjukkan
bahwa keadilan merupakan suatu nilai yang penting, utamanya bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin dinilai dari peran serta kehadirannya ditengah ummat
atau masyarakatnya. Begitu juga dengan cara seorang pemimpin dalam
menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat.
Sekolah merupakan salah satu tempat pembentuk karakter peserta didik, dan
guru memiliki tugas besar dalam membangun karakter peserta didik. Maka dari itu
nilai keadilan yang diterapkan guru kepada peserta didik berdampak besar terhadap
perilaku peserta didik untuk membentuk pribadi yang demokratis. Sedangkan kelas
menjadi tempat yang tepat untuk peserta didik dalam mengimplementasikan nilai
nilai demokrasi, kelas memiliki ruang lingkup yang lebih mengkerucut sehingga
memudahkan guru untuk menerapkan nilai nilai demokrasi di dalam kelas.
Nilai nilai kebebasan dalam hadits, sebagai berikut:
َ ت فَِإن ِ ِ
ب َم ْن ْ َِحبْ ت َوأٌ َّّك َمْي َ ش َما شْئ ْ يَا حُمَ َّم ُد ع:إىل النيب صلى اهلل عليو وسلم فقال
ف الْ ُم ْؤِم ِنُ يَا حُمَ َّم ُد َشَر:ي بِ ِو مُثَّ قَ َال َ ت فَِإن
ّ َّك جَمْ ِز
ِ َ ت فَِإن
َ َّك َم َفا ِر ُق ُو َو ْاع َم ْل َما شْئ َ شْئ
ِ
ِ استِ ْغنَ ُاؤهُ َع ِن الن ِ ِ
َّاس ْ ُقيَ ُام ُو بِاللَّْي ِل َوعُّزه
Artinya:
“Rasulullah bersabda, "Telah datang kepadaku Malaikat Jibril dan berkata, 'Hai
Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, maka sesungguhnya engkau akan mati. Dan
cintailah apa yang engkau cintai, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengan
kecintaanmu itu. Dan, beramallah apa yang engkau kehendaki karena sesungguhnya
engkau akan mendapatkan balasan. Lalu, ketahuilah bahwa semulia-mulianya orang
mukmin ialah orang yang melaksanakan Tahajud dan manusia yang terhormat
adalah orang yang tidak meminta-minta kepada orang lain'."”(HR Baihaqi dari
Jabir).
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna , kedepannya kami akan
lebih focus dan detail dalam menyajikan materi tentang makalah ini dengan sumber sumber
yang lebih banyak tentunya dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sohrah. 2015. Konsep Syuro Dan Gagasan Demokrasi (Telaah Ayat Ayat Al-Quran).
Vol.4. No.1. Jurnal Al Daulah