Anda di halaman 1dari 12

IDEALISME PLATO

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat umum

Dosen Pengampu :
Neuis Marpuah,M.M.Pd

Disusun Oleh:

Alvi Pujian Alvarisi (19.03.2415)

Citra Putri Islamiyah (19.03.2318)

Dini Laelasari (19.03.2365)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI PERSATUAN ISLAM BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Alloh rabb semesta alam.shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada panutan semesta alam, baginda Nabi
Muhammah SAW., keluarga, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Limpahan rahmaan dan rahiim-Nya yang tidak pernah luput dari kehidupan
manusia, diantaranya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Idealisme plato” ini untuk memenuhui
tugas mata kuliah filsafat umum yang Alhamdulillah dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

Kami pemakalah berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Bandung, november 2020

Pemakalah
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Biografi Plato.................................................................................................

B. Filsafat Idealisme...........................................................................................

C. ciri Idealisme Plato.........................................................................................

BAB III PENUTUPAN..............................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Ajaran filsafat secara umum adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa
ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu
masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini
melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang
dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti
latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam
pikiran manusia di suatu tempat.
Perkembangan filsafat Yunani berlangsung begitu cepatnya, sehingga dalam
usaha untuk menggambarkannya dengan mudah akan mengalami kesukaran
mengenai kronologisnya. Perkembangan ini berlangsung berangsur-angsur,
meskipun secara relatif berjalan cepat. Sampai saat ini filsafat Eropa dan Amerika
juga didasarkan atas daya pikir orang-orang Yunani, tidaklah mungkin untuk
memahami filsafat dewasa ini tanpa mengetahui sejarah dan asal-usulnya. Yang
menjadi asal mulanya dalam arti sempit ialah pemikiran Plato dan Aristoteles,
dalam arti lebih luas lagi ialah seluruh pikiran kuno sampai dengan surutnya
peradaban kuno.
Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat diantara para pemikir yang
satu dengan yang lain, namun filsafat merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini
merupakan upaya memahami. Para filsuf yang paling tua merupakan orang-orang
pertama yang tidak lagi merasa puas dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos,
melainkan menghendaki penjelasan yang masuk akal.
Dan pada makalah ini kami akan membahas tentang pemikiran seorang tokoh
filosof utama pada zaman nya yaitu Plato dengan pemikiran nya tentang filsafat
Idealisme.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas tadi, maka rumusan masalah
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagaimana Biografi Plato ?
2. Apa Itu Filsafat Idealisme ?
3. Seperti Apa Idealisme Plato ?

C.    Tujuan Penulisan
Penulisan ini di dilakukan dengan tujuan :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Biografi Plato.
2. Untuk Mengetahui Filsafat Idealisme.
3. Untuk Mengetahui Seperti Apa Idealisme Plato.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada tahun
347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun
memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya
untuk menjadi orang negarawan. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak
memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu.
Ayahnya bernama Ariston, keturunan raja Krodus, raja terakhir Athena yang
hidup sekitar abad 1068 SM dan sangat dikagumi rakyatnya dikarenakan kecakapan
dan kebijaksanannya memerintah Athena. Ibunya bernama Periktione, keturunan
Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena yang hidup sekitar seratus lebih
awal dari Periktione.
Nama Plato yang sebenarnya ialah Aristokles. Karena dahi dan bahunya yang
amat lebar, ia memperoleh julukan “Plato” tersebut dari seorang pelatih senamnya.
Plato dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda “platos”
(“kelebarannya”/”lebarnya”). Julukan yang diberikan oleh pelatih senamnya itu begitu
cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian menjadi nama
resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya.1
Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikut-pengikutnya
yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir, ia juga dikenal
sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan
tentang dirinya dapat diperoleh secara maksimal.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan
lama, mana yang benar antara yang berubah-ubah (Heraclitos) atau yang tetap
(Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan lewat indra dengan pengetahuan
lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebut pengetahuan indra atau

1
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), cet.II,41-42
pengetahuan pengalaman, dan pengetahuan tersebut bersifat tidak tetap atau berubah-
ubah. Sedangkan pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan akal dan bersifat tetap
atau tidak berubah-ubah.2
B.     Filsafat Idealisme
1. Pengertian Filsafat
Filsafat sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “Philosophia”. Kemudian
dari kata ini banyak di peroleh pengertian-pengertian filsafat, baik dalam segi
pengertian secara etimologi maupun secara menyeluruh dalam kandungannya.
Beberapa ahli filsafat mendefinisikan tentang filsafat:
a. Menurut Aristoteles filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa
filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
b. Menurut Cicero filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha
agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
c. Menurut Plato filsafat ialah pengetahuan tentang segala yang ada, serta
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.3
2. Sumber-sumber Filsafat Plato
Guru filsafat yang amat dikagumi, dihormati, dan dicintai plato ialah Socrates.
Bagi Plato, Socrates adalah guru dan sahabat, “the noblest and the wisest and most
just” (yang paling mulia dan paling bijaksana dan yang paling tulus). Ungkapan itu
menunjukkan bahwa Socrates memiliki tempat yang paling khusus dalam kehidupan
Plato dan hal itu nampak jelas lewat karya-karya filsafatnya. Hampir seluruh karya
filsafat Plato menggunakan “metode sokratik”, yaitu metode yang dikembangkan oleh
Socrates yang dikenal juga dengan nama “metode dialektis” atau yang sering kali juga
disebut “elenkhus”.
Metode itu terwujud ke dalam suatu bentuk tanya jawab atau dialog sebagai suatu
upaya untuk meraih kebenaran dan pengetahuan. Plato berhasil menyempurnakan
metode sokratik dengan menuliskan dialog-dialognya ke dalam suatu bentuk

2
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,  (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), 52-53.
3
Hamzah Yakub, Filsafat Ketuhanan (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1984),11-12.
kesastraan yang mampu mempesona begitu banyak orang dari abad ke abad. Dalam
hampir semua dialog Plato, peran Socrates senantiasa ditempatkannya sebagai pelaku
utama. Lewat seluruh karya filsafatnya, Plato seolah-seolah hendak mengabdikan
nama gurunya yang amat dikagumi, dihormati dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi oleh paham Socrates tetapi juga
dipengaruhi oleh filsuf sebelumnya yang dikenal sebagai filsuf pra-sokratik. Sebelum
Plato menjadi murid Socrates, Plato pernah belajar filsafat dari Kratylos. Kratylos
adalah murid Herakleitos, si gelap (ho skoteinos), meraih gelar demikian itu, karena
filsafatnya sulit dipahami. Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu senantiasa
bergerak dan berubah. Plato membenarkan pemikiran mereka itu hanya berlaku dalam
hal yang indrawi semata.
Plato pun mengenal ajaran Parmenides yang bertolak belakang dengan pemikiran
Herakleitos. Bagi Parmenides “yang ada itu ada” dan “yang tidak ada itu tidak
ada”. Permenides mengatakan tidak ada yang bergerak, tidak ada yang berubah, tidak
ada yang mengalir dan berlalu serta meniadakan. Plato mengakui kebenaran
Parmenides, namun kebenaran ajaran Parmenides itu tidak berlaku di dunia indrawi.
Plato juga mengetahui dengan baik ajaran Orphisme atau yang sering disebut
sebagai Mysteri Orphik, yakni suatu gerakan agamis dan filosofi yang tersebar di
Yunani pada awal abad ke-6 SM dan yang begitu mempengaruhi serta menarik
perhatian para penganut Pythagoreanisme di Italia Selatan. Orphisme mengajarkan
dualisme tubuh adalah tugas manusia. Jiwa terpenjara dalam tubuh dan tugas manusia
adalah membebaskan jiwa dari penjara tubuh itu. Untuk pembebasan jiwa itu hanya
mungkin tercapai lewat upacara kudus.4
3. Paham Idealisme
Definisi Idealisme, Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat
berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam sehari-hari. Kata idealis itu berarti:
1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama
serta menghayatinya.
2. Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau
progam yang belum ada.

4
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, 47-49.
W.E. Hocking seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata “idea-ism” lebih
tepat daripada kata idealism. Secara ringkas paham idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide, pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves), bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme menekankan akal sebagai hal yang lebih dahulu
(primer) daripada materi. Sebaliknya Materialisme mengatakan bahwa materi
itulah yang real (nyata) dan akal hanyalah fenomena yang menyertainya,
idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan
produk sampingan.
4. Jenis-Jenis Idealisme
a. Idealisme Subjektif- Immaterialisme
Idealisme jenis ini kadang-kadang dinamakan mentalisme
atau fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa
dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. “Objek”
pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh
karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, akana tetapi
hanya ada dalam akan mempersepsikannya.
b. Idealisme Objektif
Plato adalah seorang filosof yang pertama kali memperkenalkan faham
idealisme. Plato membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia
penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia yang kongkret ini adalah
temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan sebagai
bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam diatas alam benda yaitu
alam konsep, ide, universal, atau esensi yang abadi.
c. Personalisme atau Idealisme Personal
Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik, bagi
seorang personalis realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau protes
pemikiran yang khusus, akan tetapi jiwa seseorang pemikir.5
C.    Idealisme Plato
Seluruh filsafat Plato bertumpu pada ajarannya tentang ide. Plato percaya
bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada yang
5
Juhaya S. Pradja, Aliran-aliran Filsafat dari Rasionalisme hingga Sekulerisme, (Bandung: CV Alva Gracia,
1987), 36-38.
dapat dikenal lewat panca indera. Pohon, bunga, manusia, hewan, dan lain-
lain, sebagaimana akan mati dan berubah, tetapi ide pohon, bunga, manusia, dan
hewan, tidak akan pernah berubah. Karena ide adalah realitas yang sebenarnya
atau keberadaan ada yang sesungguhnya, maka bagi Plato ide bukanlah sekedar
gagasan atau gambaran yang hanya berada di dalam pemikiran manusia.
Ide bukanlah sesuatu yang subjektif yang tercipta oleh daya pikir manusia
dan oleh sebab itu keberadaan ide itu lalu bergantung pada daya pikir manusia.
Sebagai realitas yang sebenarnya, bagi Plato, ide bersifat objektif. Keberadaan ide
tidak bergantung pada daya fikir manusia. Ide itu mandiri, sempurna, abadi, dan
tidak berubah-rubah.
Bagi Plato, kenyataan yang demikian itu membuktiakan bahwa dunia
indrawi bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia indrawi itu hanyalah bayangan
atau gambaran yang tidak lengkap dan tidak sempurna dari dunia ide. Contonya
seperti kursi, ini beraneka ragam kursi di dunia indrawi hanyalah bayangan yang
tidak lengkap dari yang sempurna yang ada di dunia ide. Kursi yang sempurna
yang ada di dunia ide itu hanya satu, sedangkan kursi yang ada di dunia indrawi
bermacam-macam karena sebagai bayangan atau gambaran yang tidak sempurna
ia justru menggambarkan yang sempurna itu lewat aneka bentuk dan berbagai
rupa.
Plato mengakui bahwa dunia indrawi yang serba majemuk dan adalah juga
suatu realitas, namun bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia indrawi hanyalah
tiruan sementara dari dunia ide. Oleh sebab itu yang paling utama bagi Plato ialah
dunia ide. Tetapi itu tidak berarti dunia indrawi harus disangkal keberadaannya.
Kedua dunia itu tetap merupakan realitas sendiri-sendiri, meskipunyang indrawi
hanyalah merupakan tiruan dari dunia ide. Dari uraian yang telah dipaparkan di
atas, jelas terlihat bahwa idealisme Plato berbeda dengan idealisme modern.
Dunia ide bagi Plato merupakan suatu realitas yang objektif, karena itu idealism
Plato sering disebut sebagai idealism realitas, sedangkan idealisme modern
bersifat subjektif oleh sebab itu sering disebut idealisme subjektif.6

6
Jan Hendrik Rapar, Filsafat Politik Plato, 51-53.
BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan

Terjadi perbedaan dikalangan para filsuf tentang tempat dan tahun


kelahiran Plato yang sesungguhnya, akan tetapi dari sekian banyak buku filsafat
yang diterbitkan diperoleh data bahwa Plato lahir di Athena pada tahun 427-347
SM, dan yang pasti ialah, Plato lahir dalam suatu keluarga Aristokrat Athena yang
turun-temurun memiliki peranan yang amat penting dalam kehidupan politik di
Athena.
Banyak sekali definisi-definisi yang dikemukakan tentang filsafat, akan
tetapi Plato mempunyai definisi tersendiri mengenai filsafat yaitu pengetahuan
tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli.
Dalam hampir semua dialog Plato, peran Socrates senantiasa
ditempatkannya sebagai pelaku utama. Lewat seluruh karya filsafatnya, Plato
seolah-seolah hendak mengabdikan nama gurunya yang amat dikagumi, dihormati
dan dicintainya itu.
Filsafat Plato tidak hanya dipengaruhi oleh faham Socrates tetapi juga
dipengaruhi oleh filusuf sebelumnya yang dikenal sebagaifilusuf pra-sokratik
seperti Kratylos, Herakleitos, Parmenides, dan ajaran Orphisme.
Secara ringkas paham idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide,
pikiran, akal (mind) atau jiwa (selves), bukan benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan akal sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada
materi.
Plato mengatakan bahwa ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala
sesuatu yang ada, yang dapat dikenal lewat panca indera. Bagi Plato, dunia
indrawi bukanlah realitas yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.


Antasari, Ariezt Pasther. “Filsafat Plato”.
Hendrik, Rapar, Jan. 1991. Filsafat Politik Plato. Jakarta: CV. Rajawali.
S. Pradja, Juhaya. 1987. Aliran-aliran Filsafat Dari Rasionalisme Hingga
Sekularisme. Bandung: CV Alva Gracia.
Yakub, Hamzah. 1984. Filsafat Ketuhanan. Bandung: PT. Al Ma’arif.

Anda mungkin juga menyukai