Filsafat umum
Disusun Oleh:
Kelompok 5
KELAS PBA 02
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Ruang Lingkup Filsafat”
ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas.
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup filsafat?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam filsafat?
3. Apa saja objek filsafat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami ruang lingkup filsafat
2. Mengetahui dan memahami metode yang digunakan dalam filsafat
3. Mengetahui dan memahami objek filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
C. Cabang Filsafat
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322
SM) dan Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus
kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga
tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat.
Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik
objeknya. Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1. filsafat umum/murni
a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
b Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan
c. Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan
kesimpulan yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke dalam
kajian epistimologi.
d. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.
2 Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan.
Seperti misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain
sebagainya.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang
mengklaim bahwa pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula
membahas masalah-masalah eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat,
bahkan etika. Ini misalnya tampak dari filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang
terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan
untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia mengakui bahwa “ada”
hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan,
kecemasan, dan pengalamn-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
1. Metafisika
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai
karakteristik-karakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan
yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan
seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi,
perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan
(appearance) dan kenyataan (reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba
mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan tersebut. Misalnya aliran
naturalism dan materialism percaya bahwa kenyataan paling dasar pada
prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural.
Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-
pemikiran metafisik, kendati cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan
menolak metafisika. Para filsuf yang menolak metafisika beralasan bahwa
metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk
membuktikan kebenaran-kebenarannya. Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan
oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat dibuktikan dan
diukur kebenarannya. Dalam perkembangannya, metafisika kemudian dibagi lagi
menjadi tiga sub cabanga, yaitu :
1. Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada (dan tiada)
2. Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan
unsur-unsur yang membentuk alam semesta
3. Humanologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan
antara jiwa dan tubuh, kebebasan dan keterbatasan manusia
4. Teologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama
D. OBJEK FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek apa yang
dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat diantaranya:
1. Objek Material
Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi luas
sekali dan tidak terbatas.
Objek materia antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan) sama, yaitu
sama-sama menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal yang
membedakan diantaranya:
a. Sains menyelidiki objek material yang empiris. Sedangkan filsafat
menyelidiki bagian yang abstraknya.
b. Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti
tuhan, hari akhir (hal-hal yang tidak empiris). Jadi objek material filsafat
lebih luas daripada sains.
2. Objek Formal (sikap penyelidikan)
Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin
mengetahui bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek
yang tidak empiris.
Objek ini hanya dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek
forma. Karena objek sains hanya terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara
ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka akan terhenti sampai disitu.
Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga
permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya.