Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya kepada Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat
rahmat, karunia dan kuasa-Nya, penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini merupakan hasil dari usaha untuk mendalami materi-materi


yang telah diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Meski memang baik dalam
hal tersebut terdapat beberapa kekurangan atau hambatan yang penulis alami.
Namun hal itu merupakan sesuatu yang lumrah saat proses pembelajaran.

Laporan ini berisikan mengenai teori _, di mana hal ini berhubungan


dengan kondisi client yang penulis hadapi. Selain itu laporan ini pun membahas
bagaimana penulis melakukan intervensi dini terhadap client yang didapat.

Semoga dengan terselesaikannya laporan ini dapat menjadi motivasi


bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya untuk melakukan suatu
pekerjaan lebih baik lagi, terutama dalam intervensi dini. Berdasarkan hal ini
pun, penulis mengharap saran atau masukan demi kebaikan kedepannya.

Bangkinang, 08 Mei 2023

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Tujuan masalah

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Filsafat

2.2 Ruang Lingkup Filsafat

2.3 Cabang-cabang Filsafat

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya
lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan. Dengan filsafat, pola pikir
yang selalu tergantung kepada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung
pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mite-mite ke rasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati
dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.
Manusia dikenal sebagai makhluk berpikir. Hal inilah yang menjadikan
manusia istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya
nalar manusialah yang mneyebabkannya mampu mengembangkan pengetahuan.
Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana
yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus manusia diberikan
berbagai pilihan. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpegang pada
pengetahuan.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama,
yaitu: pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
kemampuan berpikir menurut suatu kerangka berpikir tertentu. Kedua faktor
diatas
sangat berkaitan erat. Terkadang sebagian manusia begitu sulit untuk
mengkomunikasikan informasi, pengetahuan dan segala yang ingin
dikomunikasikannya. Hal ini salah satunya dikarenakan oleh tidak terstrukturnya
kerangka pikir. Kerangka pikir akan terstruktur ketika objek dari apa yang ingin
dikomunikasikan jelas. Begitu pula ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
a. Adanya aktifitas berpikir, meneliti dan menganalisa
b. Adanya metode tertentu dan sistematika tertentu
c. Adanya objek tertentu
Berpikir, meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh
ilmu pengetahuan. Dengan berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu
langkah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Aktifitas berpikir akan
membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa secara
kritis terhadap suatu objek. Objek tertentu merupakan syarat mutlak dari suatu
ilmu. Karena objek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam
pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya objek tertentu maka
dapat dipastikan tidak akan adanya pembahasan yang mapan.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral
mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan
penerusan
dalam pengembangan filsafat pengetahuan (epistemologi), sebab ‘pengetahuan
ilmiah’ tidak lagi adalah a higher level dalam perangkat pengetahuan manusia
dalam arti umum sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat ?


2. Apa itu ruang lingkup filsafat ?
3. Apa saja cabang-cabang filsafat ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.


2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup filsafat.
3. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat berasal dari serapan bahasa Arab, yaitu falsafa. Kat filsafat
ini sering juga disebut dengan filosofi, yang merupakan serapan dari bahasa
Belanda filosofie. Kata ini berakar dari bahasa Yunani, philosophia. Istilah
Yunani ini terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sophia
yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi, menurut asal usul
katanya, pengertian filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran yang dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan. Secara umum,
pengertian filsafat adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan
seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Dalam arti luas,
pengertian filsafat adalah kegiatan yang dilakukan orang ketika mereka berusaha
memahami kebenaran mendasar tentang diri mereka sendiri, dunia tempat mereka
tinggal, dan hubungan mereka dengan dunia dan satu sama lain.

Filsafat adalah cara berpikir tentang subjek tertentu seperti etika, pemikiran,
keberadaan, waktu, makna dan nilai. Cara berpikir filsafat melibatkan 4 Rs:
responsiveness (daya tanggap), reflection (refleksi), reason (alasan), dan re-
evaluation (re-evaluasi). Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pengertian filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat juga
dimaknai sebagai n teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan, dan n
ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.

Menurut Britannica, pengertian filosofi adalah pertimbangan rasional,


abstrak, dan metodis realitas sebagai keseluruhan atau dimensi fundamental dari
keberadaan dan pengalaman manusia. Penyelidikan filosofis adalah elemen sentral
dalam sejarah intelektual banyak peradaban.

2.2 Ruang Lingkup Filsafat

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang mencakup ilmu-ilmu khusus.
Dalam perkembangannya ilmu-ilmu khusus itu memisahkan diri dari induknya
yakni filsafat.

Dalam sejarah ilmu, ilmu khusus yang pertama kali memisahkan diri dari
filsafat adalah matematika yaitu pada zaman Renaissance (abad XVI.M) yang
kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya.
Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya masih terasa pengaruhnya. Setelah
ilmu filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi
hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah
yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Ruang lingkup fisafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia
yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar
ada (nyata), baik material konkrit maupun material abstrak (tidak terlihat). Jadi
obyek filsafat itu tidak terbatas. (Noor Syam,1988:22).SS
Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat :

1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.


2. Tentang ada dan tidak ada.
3. Tentang alam, dunia dan seisinya.
4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk
lainnya.
6. Tuhan tidak dikecualikan.

2.3 Cabang-Cabang Filsafat


Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322
SM) dan Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus
kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga
tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat.
Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik
objeknya. Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1. filsafat umum/murni
a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
b  Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan
c.  Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan
kesimpulan yang valid. Namun ada juga yang  memasukkan Logika ke dalam
kajian epistimologi.
d. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.
2  Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan.
Seperti misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain
sebagainya.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang
mengklaim bahwa pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula
membahas masalah-masalah eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat,
bahkan etika. Ini misalnya tampak dari filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang
terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan
untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia mengakui bahwa “ada”
hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan,
kecemasan, dan pengalamn-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari.
1. Metafisika
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai
karakteristik-karakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan
yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan
seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi,
perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan
(appearance) dan kenyataan (reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba
mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan tersebut. Misalnya aliran
naturalism dan materialism percaya bahwa kenyataan paling dasar pada
prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural.
Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-
pemikiran metafisik, kendati cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan
menolak metafisika. Para filsuf yang menolak metafisika beralasan bahwa
metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk
membuktikan kebenaran-kebenarannya. Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan
oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat dibuktikan dan
diukur kebenarannya. Dalam perkembangannya, metafisika kemudian dibagi lagi
menjadi tiga sub cabanga, yaitu :
1. Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada (dan tiada)
2. Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan
unsur-unsur yang membentuk alam semesta
3. Humanologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan
antara jiwa dan tubuh, kebebasan dan keterbatasan manusia
4. Teologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama

2. Epistemologi dan Logika


Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori.dengan
demikian epistemology adalah suatu kajian atau teori filsafat mengenai esensi
pengetahuan.
Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk
mencari jawaban atas pertanyaan “apakah pengetahuan?”. Tetapi secara spesifik
epistemology berusaha menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti
hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang
melampaui panca indera, status ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan antara
konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan objek-objek yang
ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas tindakan
mengetahui itu sendiri.
Menurut J.F. Ferrier, epistemology pada dasarnya berkenaan dengan
pengujian filsafati terhadap batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur,
metode-metode dan validitas pengetahuan.
Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk
menarik kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai
pengkajian untuk berfikir  secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan.
Namun secara garis besar, semua itu didigolongkan menjadi dua cara yaitu logika
induktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan
logika deduktif berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang
umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus atau individual. Baik logika
induktif maupun logika deduktif, dalam proses penalarannya mempergunakan
premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan
penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan keputusan. Sekiranya salah
satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya
akan salah.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah
suatu kualitas yang kita berikan kepada sesuatu objek sehingga sesuatu itu
dianggap bernilai atau tidak bernilai. Pada masa kini objeknya lebih banyak
berupa sains dan teknologi.  Peradaban manusia masa kini sangat bergantung pada
ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Berkat kemajuan pada kedua bidang ini
pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Banyak
sekali penemuan-penemuan baru yang amat membantu kehidupan manusia,
seperti misalnya penemuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Namun di pihak lain, perkembangan-perkembangan tersebut
mengesampingkan factor manusia. Di mana bukan lagi teknologi yang
berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia, namun sering kali
kini yang terjadi adalah sebaliknya. Manusialah yang akhirnya harus
menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai
sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia ada bertujuan
untuk eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang
kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang ada. Masalah nilai moral tidak bisa terlepas dari tekat manusia
untuk menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudian
terutama untuk mempertahankannya, diperlukan keberanian moral.
Dihadapkan dengan  masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan
teknologi yang bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan
pendapat.
Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersikap netral terhadap
nilai-nilai, bik itu secara ontologis, mau pun aksiologis. Dalam hal ini tugas
ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain dalam
mempergunakannya, apakah untuk kebaikan atau untuk keburukan.
Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap
nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan. Sedangkan dalam
penggunaannya bahkan pemilihan obyek penelitian, kegiatan keilmuan harus
berlandaskan asas-asas moral.
Nilai yang menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi
menjadi dua sub cabang yaitu :
1. Etika. Kajian filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana
seharusnya manusia bersikap dan bertingkah laku, apa makna etika atau
moralitas dalam kehidupan manusia.

2.  Estetika. Nilai yang berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk).


Mengkaji mengenai keindahan, kesenian, kesenangan yang disebabkan oleh
keindahan.
A. Filsafat Hukum

Filsafat hukum merupakan obyek materi filsafat. Filsafat hukum senantiasa


ada kaitannya dengan filsafat moral dan sistem nilai. Filsafat hukum dalam
perkembangannya senantiasa berhubungan dengan masalah kekuasaan negara dan
kaitan dengan ilmu hukum, tidak lepas dari persoalan hubungan teori hukum dan
dogmatika hukum. Berfikir secara filsafat, berarti kita berupaya untuk
merenungkan segala sesuatu sebagai suatu utopia terhadap sesuatu hal disekitar
dunia kita, untuk mencari suatu kebenaran, dan keajegan di alam semesta ini, yang
penuh dengan misteri dan penuh mitos untuk dapat terkuak segala rahasia yang
tersembunyi. Oleh sebab itu, berfikir secara filsafat berarti kita berada pada hal-
hal yang bertautan dengan titian seni berfikir secara mendalam, atau dapat
dikatakan sebagai kebiasaan untuk berfikir secara mendalam. Oleh sebab itu,
keseluruhan kesatuan pengetahuan; hasrat-hasrat kearah kearifan dan
kebijaksanaan, atau mencintai kearifan dan kebijaksanaan, merupakan siklus
filsafat dalam arti kata jalan fikiran.
Hubungan etika dengan profesi hukum, bahwa: etika profesi adalah sikap hidup,
berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum
penuh dengan keahlian berupa kewajiban terhadap masyarakat yang
membutuhkan pelayanan hukum, berupa etika profesi. Hukum pada dasarnya
merupakan peta jalan (road map) menuju kebahagiaan. Hukum merancang atau
memetakan arah yang harus diambil manusia dalam perbuatan, jika manusia ingin
mencapai tujuan akhir, sebagai hasil karya akal budi manusia. Konsep hukum
yang adil, menaruh perhatian besar pada hubungan antara hukum dengan
moralitas. Hal ini disebabkan bahwa hukum sebagai aturan dan ukuran perbuatan
yang mengarahkan atau melarang manusia berbuat. Perbuatan manusia itu berupa
nilai-nilai yang lebih tinggi, antara lain: nilai religius, nilai moral atau etika, nilai
estetis atau estetika. yang mempelajari tingkah laku manusia secara perorangan
dan kelompok.

Secara filsafat, maka hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan


manusia. Manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya dalam suatu
pergaulan hidup. Tanpa pergaulan hidup tidak akan ada hukum (ibi societies ibi
ius, zoon politicon). Hukum berfungsi mengatur hubungan pergaulan
antarmanusia. Masalah-masalah hukum seperti: Hubungan hukum dengan
kekuasaan, Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya, apa sebabnya
Negara berhak menghukum orang, apa sebabnya orang menaati hokum, Masalah
peranan hukum sebagai sarana pembangunan Teori hukum mengambil kategori-
kategori intelektualnya dari filsafat dan cita-cita keadilannya dari teori politik.
Kontribusi khas dari teori hukum adalah dalam merumuskan cita-cita politik yang
berkenaan dengan prinsip-prinsip hukum. Terminologi hukum yang khas kadang-
kadang mengaburkan kedudukan teori hukum. Dogmatika hukum sebagai ajaran
hukum juga sering disebut ilmu hukum dalam arti sempit, bertujuan untuk
memaparkan dan mensistematisasi dan dalam arti tertentu juga menjelaskan
hukum positif yang berlaku. Hukum merupakan salah satu sumber dari kekuasaan,
di samping

B. Filsafat Khusus

Filsafat khusus terbagi menjadi 2 cabang penting yaitu Keilmuan dan


Kehidupan. masing – masing cabang memiliki anak cabang yang kerap kali kita
temui di kehidupan sehari – hari , berikut adalah penjelasannya ;

 Keilmuan

Filsafat keilmuan merupakan ilmu yang berpikir mendalam tanpa melihat dogma
dan agama dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Filsafat keilmuan terbagi lagi menjadi 2 bagian yaitu :

◊ Filsafat Ilmu Umum

Mengkaji lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan umum.


◊ Filsafat Ilmu Khusus

Δ Interdisipliner

Ilmu yang mengkaji hubungan atau interaksi intensif antara satu atau lebih
disiplin.

Δ Fisika

Bertujuan untuk mencari tahu serta mengembangkan ilmu fisik atau fisika.

Δ Matematika

Filsafat matematika adalah ilmu yang bertujuan untuk merefleksikan serta


menjelaskan hakikat matematika.

Δ Biologi

Para filsuf pertama seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes menyebutkan


bahwa filsafat adalah ilmu yang menaruh perhatian pada alam dan perubahan
alam. Sehingga dapat disimpulkan filsafat biologi merupakan ilmu yang mengkaji
tentang alam mencakup manusia, hewan, dan tumbuh serta interaksi dan
perubahannya dalam setiap aspek.

Δ Psikologi

Hubungan antara filsfat dengan psikologi adalah filsafat mempertanyakan


jawaban sedangkan psikologi menjawab pertanyaan. Dapat disimpulkan filsafat
psikologi mempunyai tujuan untuk membantu berpola pikir kritis dalam menilai
sifat manusia.

Δ Sosial

Mempelajari hakikat sosial kemasyarakatan atau hubungan interaksi manusia


antara satu  individu dengan individu lainnya.

Δ Linguistik

Filsafat Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa, tutur, serta komunikasi
yang dilakukan manusia sebagai bentuk ekspresi.

 Kehidupan

Filsafat yang mengkaji segala hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia
sehari – harinya.
⇒ Ekonomi

Mencakup aspek metodologi dan epistemologi yang meliputi metode, konsep, dan


teori yang dibangun oleh para pakar ekonomi. Filsafat ekonomi juga
menggabungkan nilai – nilai etika menjadi bagian argumentasi dalam ilmu
ekonomi seperti tingkat kesejahteraan, keadilan, dan lain – lain.

⇒ Hukum

Ilmu yang mencari akar atau hakikat hukum tujuan dari hukum dengan maksud
untuk menegakkan kaidah – kaidah hukum serta sebagai pertimbangan nilai.

⇒ Politik

Mempelajari tema – tema seperti politik, kebebasan, keadilan, hak milik, hak
umum, pemerintahan, dan penegakan hukum. Dapat disimpulkan filsafat politik
dan hukum berhubungan dalam dunia nyata.

⇒ Budaya

Mempelejari tentang asal muasal  atau hakikat dari kebudayaan yang muncul
ditengah – tengah masyarakat. Bagaimana setiap kelompok – kelompok
masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda.

⇒ Agama

Mendalami tentang asal muasal atau hakikat darimana datangnya agama dalam
diri manusia, karena pada dasarnya filsafat agama termasuk dalam filsafat
ketuhanan (Menurut C.D Mulder)

⇒ Sejarah

Filsafat sejarah berfokus pada kejadian – kejadian yang terjadi pada masa lampau
atau sejarah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Kesimpulan

1. Perbedaan mendasar antara filsafat dengan filsafat ilmu yang dikemukakan


oleh Erliana (2011:09) adalah filsafat diartikan sebagai proses berpikir
dalam melakukan penyelidikan tentang ciri-ciri untuk memperolehnya
secara benar sampai pada hakikatnya. Sedangkan filsafat ilmu diartikan
bukan hanya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang
dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.

Being (ada) Knowing (tahu) Aksiologi (nilai)


Ontologi Epistimologi Etika
Metafisika Logika dan Metodologi Estetika
Filsafat ilmu

2. Ruang lingkup filsafat pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian pokok,
berikut penjelasannya:

TAHAPAN
Tahapan 1.      Obyek apa yang telah ditelaah
ilmu?
Ontologi
2.      Bagaimana wujud yang hakiki dari
(Hakikat
obyek tersebut?
3.      Bagaimana hubungan antara obyek
tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan
mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
Ilmu)
4.      Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu?

5.      Bagaimana prosedurnya?


1.      Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu?

2.      Bagaimana prosedurnya?

Epistimologi 3.      Hal-hal apa yang harus diperhatikan


agar kita mendapatkan pengetahuan
(Cara
dengan benar?

Mendapatkan
4.      Apa yang disebut dengan kebenaran

Pengetahuan) itu sendiri?

5.      Apa kriterianya?

6.      Sarana/cara/teknik apa yang


membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?
Aksiologi 1.      Untuk apa pengetahuan tersebut
digunakan?
(Guna
2.      Bagaiman kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-
kaidah moral?

3.      Bagaimana penetuan obyek yang


ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
Pengetahuan) moral?

4.      Bagaimana kaitan antara teknik


prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral/profesional?

5. Pengetahuan menurut Idzam (2012:51) adalah bagian yang esensial-


aksiden manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir”. The
Liang Gie (dalam Surjiyo 2007:56) memberikan pengertian ilmu adalah
rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode
untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenal dumia
ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
6. Sumber-sumber ilmu pengetahuan Menurut John Hopers dalam bukunya
An introduction to philosophical Analisys dlam Muslim (2005:29-30)
mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
Pengalaman indra, Nalar, Intuisi, dan Wahyu.
7. Sifat ilmu yang lazim disebut metode ilmiah, menurut Teguh (2011)
meliputi langkah-langkah pokok dan urutannya, termasuk proses logika
berpikir yang berlangsung di dalamnya dan sarana berpikir ilmiah yang
digunakannya. Berikut ciri-ciri ilmu: Logis, Obyektif, Sistematis, Andal,
Dirancang, dan Akumulatif.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu Edisi Revisi. Jakarta:Grafindo Persada.

Djamaris, Martini. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta:Kencana.

Fautanu, Idzam. 2012. Filsafat Ilmu Teori dan Aplikasi. Jakarta:Referensi

Hasan, Erliana. 2011. Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian ilmu pemerintahan.
Bogor:Ghalia Indonesia.

Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan Islam untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKK. Bandung:Pustaka Setia.

Muslim, Muhammad. 2005. Filsafat Ilmu Dalam Pemahaman Praktis.


Jakarta:Belukar.

Nasiwan. 2010. Kuliah Filsafat Ilmu. DIKTAT Universitas Negeri Jogjakarta.

Nessa, Natsir dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Filsafat. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikan Universitas Hasanuddin.

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:Sinar


Grafika Offset.

Wangsa, Teguh. 2011. Filsafat pendidikan. Malang:Ar-Ruzz Media.

Wiharto, Mulyo. 2005. Kebenaran Ilmu, Filsafat, dan Agama. Forum Ilmiah
Indonusa. Vol 2 No 3 September.

Anda mungkin juga menyukai