Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Cabang-cabang Ilmu Filsafat

Di Susun Oleh:
Yusmiyanti y hamisi
(03052011009)

UNIVERSITAS KHAIRUN
FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala. Karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “cabang-cabang filsafat”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membentuk khususnya
kepada dosen pembimbing Syarnubi, M.Pd.I karena memberi kesempatan untuk kami dalam
menyajikan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman sekalian dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikumWr.Wb
BAB I

A. Latar belakang

Tujuan studi dari cabang-cabang filsafat adalah mengantar seseorang kedalam dunia filsafat,
sehingga minimal dia dapat mengetahui apa-apa saja bagian dari cabang-cabang filsafat.
Dalam filsafat ini perlu ditegaskan bahwa dalam menguraikan beberapa tema filsafat, seperti
cabang-cabang filsafat. Kajiannya secara ketat bercorak filsafat dan ilmu pengetahuan juga
diberikan fakta-fakta dan kebenaran tentang ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu lainnya.
Yang memfokuskan pembahasan mengenai filsafat disini akan diuraikan pembahasan tentang
sesuatu tertentu karena filsafat bertanya dengan kenyataan. Selain itu, dalam menguraikan
materi cabang-cabang filsafat makalah ini menggunakan bahasa yang sangat sederhana dan
komunikatif sehingga dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Tentu saja ada sejumlah
istilah-istilah teknik filosofis yang tidak bisa dideskripsikan apa adanya yang kadang kala
cukup sulit bagi orang yang baru pertama kali belajar wacana filsafat.
Cabang-cabang filsafat adalah bidang-bidang studi filsafat. Ia merupakan cabang-cabang
penyelidikan yang ada didalam filsafat. Namun pembagian ini adalah skema yang paling
klasik dan paling umum diterima, sasaran cabang-cabang filsafat ini adalah untuk membentuk
sikap dan perilaku yang akan mampu membuat manusia untuk bertindak dalam pengetahuan
dan mempunyai pemikiran yang krisis.
Dalam menganut ilmu-ilmu filsafat itu perlu karena kini kita semakin dewasa. Setiap
ilmuwan mampu menempatkan posisi masing-masing ilmu sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Untuk itu, filsafat pun menjadi pembelajaran yang diperlukan oleh mahasiswa
unuk memperkuat argumen-argumen mereka dalam berfilsafat. Yang bertujuan untuk
menemukan jawaban-jawaban yang masih menjadi permasalahan dibidang mata kuliah
lainnya.

A. Rumusan Masalah
- Apa saja yang terdapat dalam cabang-cabang filsafat ?
- Apa itu Metafisika, Epistomologi, Logika, Aksiologi, Etika, dan Estetika ?

B. Tujuan
- Untuk mengetahui apa yang terdapat dalam cabang-cabang filsafat.
- Untuk menngetahui apa itu Metafisika, Epistomologi, Logika, Aksiologi, Etika, dan
Estetika.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Cabang-Cabang Filsafat

Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil. Pada zaman Yunani
kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti, ilmu pesawat dan ilmu
kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih dipandang sebagai seni atau keahlian. Mulai
dari zaman renaisans (sekitar 1800 dan sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang
kebanyakan sekarang. Seperti sosiologi, psikologi, dan psikoanalisis yang masih muda. Dan
ada yang lebih muda lagi seperti ekologi (ilmu keseimbangan lingkungan hidup).
Ilmu dibagi menjadi tiga kelompok :
1) Ilmu- ilmu formal : Matematika, logika, dan lain-lain
2) Ilmu-ilmu empiris formal : Ilmu alam, ilmu hayati, dan lain-lain
3) Ilmu-ilmu hermeneutis : Sejarah, ekonomi, dan lain-lain.[1]
Beberapa orang perpendapat bahwa ilmu hermeneutis tidak ilmiah karna disini tidak dicapai
kepastian. Misalkan sejarah, disini tidak diterangkan sesuatu melainkan hanya diberikan
fakta-fakta dan tidak pernah dicapai suatu kepastian bahwa fakta ini benar. Orang lain
mengatakan bahwa ilmu-ilmu empiris formal dan ilmu-ilmu hermeneutis tidak begitu penting
pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang termasuk kritik ilmu-ilmu. Teori-teori tentang
pembagian ilmu-ilmu, tentang metode ilmu, tentang dasar kepastian dan tentang jenis-jenis
keterangan yang diberikan, merupakan suatu cabang dari filsafat. Filsafat itu selalu bersifat
“filsafat tentang” sesuatu yang tertentu karena filsafat bertanya tentang seluruh kenyataan.
Tujuannya agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara teknis maupun puitis
dalam terang pengetahuan yang benar. Kritik sastra, dan estetika merupakan bidang-bidang
dalam cabang filsafat ini tetapi, perkembangan peradapan kehidupan manusia menuntut
filsafat untuk lebih memperluas bidang penyelidikan. [2]
Saat ini, cabang-cabang filsafat dapat dibagi menjadi enam cabang pokok metafisika,
epistemologi, logika, aksiologi, etika, estetika. Penjelasannya ialah sebagai berikut:
1. Metafisika
Metafisika istilah ini berasal dari bahasa Yunani meta ta phifisika yang berarti “hal-hal yang
terdapat sesudah fisika”. Sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang ada misalnya dengan
yang ada sebagai yang digerakkan atau sebagai yang dijumlahkan. Metafisika merupakan
cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan yang ada:
a. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal.
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluar biasaan.
c. Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang berada diluar
pengalaman manusia.
d. Berupaya menyajikan suatu pandangnan yang komprehensif tentang segala sesuatu.
e. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda, hakikat
perubahan pengertian tentang kemerdekaan wujud Tuhan, kehidupan, setelah mati dan
lainnya.[3]
Metafisika studi mengenai kategorasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dengan
yang lainnya sebagai contoh, bukankah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih
kepada buku-buku mengenai ilmu gaib atau sihir, pengobatan alternative, dan hal-hal
sejenisnya.[4]
Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling sulit dipelajari, terutama bagi pemuda yang
baru belajar filsafat. Metafisika sering disebut juga sebagai “filsafat pertama” maksudnya
ialah ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata ini, sering juga disebut sebagai
“filsafat tentang hal yang ada” persoalannya adalah menyelidiki hakikat dari segala sesuatu
dari alam nyata dengan tidak terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indra saja.[5

Metafisika dibagi Lagi menjadi dua bagian yaitu: metafisika umum dan metafisika khusus.[6]
1. Metafisika umum (Yang Disebut Ontologi)
Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi dan ragam-ragam
dari suatu kenyataan. Jenis ontologi ini, dari satu pihak menarik. Karena disini ditemukan
kemungkinan untuk menterjemahkan isitilah-istilah falsafi dengan jawaban-jawaban yang
diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan
suatu kepercayaan. Jenis kepercayaan ontologi ada empat:
a. Ateisme (Yunani: a- ‘bukan’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa allah itu tidak ada dan
manusia sendirian dalam kosmos.
b. Agnostitsme (Yunani: a- ‘bukan’, gnosis ‘pengetahuan’) mengajarkan bahwa tidak dapat
diketahui apakah Allah itu tidak ada atau tidak, sehingga pertanyaan tentang Allah selalu
terbuka.
c. Panteisme (Yunani: pan ‘segala sesuatu’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa seluruh
kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan antara pencipta dan ciptaannya.
d. Tisme mengajarkan bhwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan penciptaannya.
[7]
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam
beberapa aliran berpikir, yaitu :
a. Materialisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang itu
adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
b. Idealisme, yaitu aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang mengatakan
bahwa hakikat itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki di
banding materi.
c. Dualisme, yaitu aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat
bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut,
yaitu materi dan rohani.
d. Agnotisisme, yaitu aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap
skeptis, yaitu keraguan atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.
2. Metafisika Khusus (Yang Disebut Kosmologi)
Metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang struktur alam semesta yang
membicarakan tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan
ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas. Karena cabang filsafat ini
menyelidiki apa yang dapat dikatakan tentang adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari
wahyu. Metafisika khusus lainnya adalah filsafat antropologi. Filsafat antropologi merupakan
cabang-cabang filsafat yang berbicara tentang manusia. [8]
Kosmologi juga merupakan cabang dari metafisika khusus. Secara etismologis, istilah
kosmologi yang kita kenal saat ini berasal dari dua kata Yunani kosmos dan logos. Kata
kosmos berarti dunia atau ketertiban, sedangkan kata logos berarti kata, percakapan atau
ilmu. Jadi kosmologi berarti percakapan tentang dunia atau alam dan ketertiban yang paling
fundamental. Cabang filsafat ini memandang alam sebagai suatu totalitas dari fenomena dan
berupaya untuk memadukan spekulasi metafisik dengan evidensi ilmiah di dalam suatu
kerangka yang koheren. Dalam perkembangannya, cabang filsafat ini banyak memberi
bantuan bagi ilmu-ilmu alam. Adapun bagian filsafat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Antropologi, Setiap filsafat mengandung eksplisit ataupun implisit suatu pandangan
tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang hubungannya dengan dunia,
dengan sesama. Manusia adalah sekaligus materi dan hidup, badan dan jiwa mempunyai
kehendak dan pengertian. Sekitar tahun 1500 manusia betul-betul menjadi titik pusat dari
filsafat. Sejak zaman renaisme manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran,
pusat kehendak, kebebasan, dan dunia.
b. Kosmologi, merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu alam dapat
dipasang. Teori-teori umum tentang alam sebagai kesatuan yang berfungsi sebagai rangka
umum. Kosmologi sekarang memandang alam sebagai suatu proses. Kosmologi itu bukan
sistem tetap dan tak terhingga melainkan suatu proses perkembangan.[9]
2. Epistemologi
Epistemogi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai
sumber-sumber, karakter, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan epistemologi sebagai
pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan pengetahuan, tentang batasan-batasan
pengetahuan, tentang asal pengetahuan yang dibicarakan dalam epistomogi.
Kata epistimologi berarti “pengetahuan (Yunani:logia) tentang asal pengetahuan (epiteme)”.
Epistomologi disebut “teori pengetahuan”. Secara etismologis, istilah epistemology berasal
dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata episteme dan logos. Kata episteme berarti
pengetahuan sedangkan kata logos berarti kata, pikiran, percakapan, atau ilmu. Jadi,
epistomologi berarti kata, pikiran, percakapan, ilmu tentang pengetahuan.
Epistomogi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Ia
menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan yang secara umum
membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan.
Dalam epistemologi, pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan
pengetahuan yang dibicarakan. Sehingga dalam epistemologi muncul beberapa aliran
berpikir, yaitu:
a. Empiris, yaitu pengalaman dimana pengetahuan manusia diperoleh dari pengalaman
inderawi.
b. Rasionalisme, yaitu: tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam
kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal.
Jadi akal berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan pada metode deduktif.
c. Positivisme, merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil
titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara
objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.
d. Intuisionisme. Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi
pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat
memahami kebenaran yang utuh, dan tetap unik. [10]
Contoh : “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Teori ini digagas oleh Aristoteles
(384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel (1872-1970). Penganut teori
ini adalah mazhab realisme dan materialisme.

3. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang tidak mengajar apa pun tentang manusia atau dunia.
Ia merupakan suatu teknik atau “seni” yang mementingkan segi formal, bentuk dari
pengetahuan. Logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu. Ia adalah cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir,
aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan yang kita lontarkan
sah.
Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari cina (334-262 SM). Secara etimologis,
istilah logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani logikos. Kata logikos ini berasal
dari kata logos yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata,
percakapan, dan bahasa. Sementara kata logikos sendiri berarti mengenai susuatu yang
diutarakan. Mengenai kata, mengenai percakapan, atau yang berkenaan dengan bahasa.
Logika dapat dibedakan atas dua macam, yakni logika kodratiah dan logika ilmiah. Logikah
kodratiah logika yang bekerja berdasarkan hukum-hukum logika ilmiah. Kedua macam
logika ini tidak dapat dipisahkan. Karena logika ilmiah membantu logika kodratiah. Akal
budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang spontan.

4. Aksiologi
Aksiologi adalah filsafat nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori: (1) baik dan
buruk; (2) indah dan jelek. Kategori nilai yang pertama dibawah kajian filsafat adalah tingkah
laku. Sesuai dengan sifatnya, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal.
Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara
pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Sedangkan, universal
artinya melihat masalah dalam hubungan yang seluas-luasnya.[14]
Aksiologi disamakan dengan value and valuation nilai digunakan sebagai kata benda abstrak,
dalam pengertian yang lebih luas mencangkup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran dan kesucian. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering
dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.[15]

5. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang manusiawi, tentang tindakan. Ia
merupakan cabang filsafat yang bersangkutan dengan tanggapan-tanggapan mengenai
tingkah laku yang betul. Etika juga sering disebut sebagai filsafat moral, karena ia
menyelidiki semua norma moral. Istilah estetika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani
ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, tempat yang biasa. Sementara ethikos
berarti susila, keadaan atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Jadi, etika adalah adalah
cabang filsafat yang membahas mengenai baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan
tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.[16]
Objek material adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah
kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral. Moralitas manusia adalah objek
kajian etika yang berusia sejak lama. Kemudian muncul dua teori yang menjelaskan
bagaimana suatu perilaku dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah Deontologis
dan Teologis.
a. Teori dentologis yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut
tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai
norma-norma yang ada.
b. Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil suatu perilaku baik jika buah dari
perilaku itu lebih banyak untung dari pada ruginya.
6. Estetika
Estetika disebut juga dengan keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata
aisthetis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indera. Estetika membahas
hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah
atau tidak indah.
Estetika merupakan ilmu pengetahuan tentang keindahan. Secara etismologis, kata estetika
berasal dari kata Yunani easthis yang berarti pengamatan, penserapan inderawi atau
pemahaman intelektual. Estetika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan
keindahan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan objek dari
estetika. Sebab dalam estetika definisi, susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam
seni, dibicarakan dalam estetika. Karena objek estetika adalah keindahan, maka estetika tidak
mempersoalkan seorang seniman. Tapi estetika menyelidiki apa-apa saja yang disebut
“indah”, prinsip-prinsip yang mendasari seni dan keindahan, pengalaman yang berkaitan
dengan seni dan keindahan, seperti pencipta seni, penilaian terhadap seni atau perenungan
atas seni dan keindahan. Dengan kata lain, dalam estetika, hakikat keindahan (seperti
keindahan jasmani, keindahan rohani, keindahan seni dan keindahan alam), dan diselidiki
emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, yang agung, yang tragis, yang
bagus, yang mengharukan dsb dibicarakan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Dari pembahasan tentang cabang-cabang filsafat diatas dapat disimpulkan bahwa
cabang-cabang filsafat terdiri dari Metafisika, Epistemologi, Logika, Aksiologi, Etika,
Estetika yang bertanya tentang seluruh kenyataan yang benar dan memberi petunjuk
pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana mestinya.
2. Jadi kesimpulannya : Metafisika adalah ilmu pengetahuan mengenai yang ada.
Epistemologi adalah kata, pikiran, percakapan, ilmu pengetahuan. Logika adalah mengenai
sesuatu yang diutarakan. Aksiologi adalah nilai aspek nilai ini ada kaitannya dengan
kategori : (1) baik dan buruk; (2) indah dan jelek. Etika adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang manusiawi dan tentang tindakan. Dan Estetika adalah keindahan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro, 2012, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada

https//adhychezz.wordpress.com/Berpikir Krisis dan Kreatif

https://alwi-maksufi.blogspot.com/Etika sebagai cabang Filsafat

https://nyimasindakusumawati.blogspot.com/Filsafat Umum

https://rommelpasopati.wordpress.com.metafisika

https//Susanto-edogawa.blogspot.com/Aksiologi

Martini, Eka, 2013, Filsafat Umum, Palembang: Noer Fikri Offset


Zaprulkhan, 2012, Filsafat Umum: sebuah pendekatan tematik, Jakarta:
RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai