Disusun oleh:
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
melimpahkan segenap Rahmat dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam kita panjatkan
kejunjungan kita Nabi Muhammad SAW, Rasul pemberi syafaat kita di Yaumul Akhir.
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Problematika Filsafat Ilmu ”.
Penyusunan Tugas ini merupakan salah satu satu pemenuhan tugas pada mata kuliah
Filsafat Ilmu Pendidikan Yang Diampuh oleh Ibu Dr .Hj. Ida Nuryana, SE,MM
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa
mendatang akan kami terima dengan senang hati beserta ucapan terimakasih.
Kelompok 4
PENDAHULUAN
Metafisika merupakan bagian dari aspek ontology dalam kajian filsafat. Konsepsi metafisika
berasal dari kata methaphysics, latin:methaphsyca(sesudah fisika). Adalah bagian filsafat
ilmu yang mempelajari dibalik realitas. Tegasnya tentang realitas kehidupan di alam ini
sungguh ajaib, tidak terduga, dan banyak mengundang pertanyaan. Realitas di balik realitas
dapat diraba dengan mempertanyakan yang ada (being), alam ini wujud atau tidak? Siapakah
kita? Apakah peranan kita dalam kehidupan ini? Metafisika secara prinsip menganndung
konsep kajian tentang suatu yang bersifat rohani dan yang tidak dapat diterangkan dengan
kaidah penjelasan yang ditemukan dalam ilmu lain. Metafisika belakangan ini dianggap
sebagai teori mengenai apa yang ada. Perkembangan suatu ilmu sesungguhnya bertumpu
pada suatu landasan ontologis tertentu. Segi filsafat ilmu ini mempersoalkan misalnya
eksistensi dari entitas-entitas dalam suatu ilmu khusus atau status dari kebenaran ilmu.
Metodologi ilmu merupakan penelahaan terhadap metode terhadap metode yang khusus
dipergunakan dalam suatu ilmu. Kokohnya metode menentukan validitas dan reliabilitas dari
hasil ilmu. Struktur logis dari sesuatu ilmu mensyaratkan agar suatu ilmu dalam
penyimpulannya tunduk pada kaidah-kaidah logika dengan standar ketelitian yang tinggi.
Logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan,kata,akal budi, dan ilmu. Dalam
filsafat ilmu, jelas tidak mungkin tanpa menggunakan logika. Logika menjadi wahana pokok
keilmuan. Hadiatmaja dan kuswa endah (2011:9) menyatakan bahwa logika adalah cabang
filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir yang tepat, yaitu mengikuti kaidah-
kaidah berpikir yang logis.
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata
aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau
cerapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-
nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah. Problem estetis yang menyangkut ilmu
pada dasawarsa terakhir ini mulai menjadi topic perbincangan oleh sebgaian filsuf dan
ilmuwan. Dalam tahun 1980 didakan sebuah konferensi para ahli yang membahas dimensi
estetis dari ilmu. Antara lain dalam pertemuan itu disajikanuraian yang berjudul “science the
search for the hidden beauty of the world” (ilmu sebagai pencarian terhadap keindahan yang
tersembunyi dari dunia) oleh seorang filsuf terkemuka Charles Hartshorne.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah
merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup besar
dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan
bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos
maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus
semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun
kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan
axiologi.
1. Filsafat ilmu pengetahuan adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang
beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu
2. Titik Pandang Filsafat Ilmu Pengetahuan
Dasar memahami filsafat ilmu adalah bila mengatahui empat titik pandang (view
points) dalam filsafat ilmu.
Empat titik pandang filsafat ilmu, yaitu:
Pertama, apakah para ilmuwan mengerti suatu konsep yang digunakannya, sehingga dalam
hal ini tidak memerlukan klasifikasi.
Kedua, para ilmuwan tidak tahu makna konsep tersebut, sehingga mereka
harus inquiry hubungan konsep itu dengan konsep-konsep lain.
Jadi, bila seorang ilmiawan melakukan inquiry, berarti ia sedang mempraktekkan filsafat
ilmu.
1. Filsafat ilmu merupakansecond-order criteriology.
2. Filsafat Ilmu mempunyai beberapa criteria yang harus dipahami bagi para ahlinya. Artinya:
bahwa filsuf ilmu menuntut jawaban jawaban atas pertanyaan: 1. Karakteristik apa yang
membedakan penyelidikan ilmiah dengan tipe penyelidikan lain.
3. Prosedur yang bagaimana yang harus diikuti oleh para ilmuwan dalam menyelidiki alam.
4. Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai dalam penyelidikan ilmiah agar jadi benar.
5. Status yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hukum ilmiah.
Jadi pertanyaan itu ada perbedaan yang dapat dirumuskan antara doing
science dan thingking tentang ilmu.
Kesimpulan:
1. Pengertian Filsafat secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love
of wisdom)
2. Pengertian ilmu dan science secara etimologis adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
dan syarat syarat khusus.
3. Ilmu pengetahuan adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian bagian dan hukum hukum tentang hal yang
diselidiki (alam, agama, dan manusia) sejauh yang dapat dijangkau daya pikir yang dibantu
indra manusia, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.
4. Pengertian filsafat ilmu pengetahuan adalah kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
ilmu pengetahuan.
5. Problematika filsafat ilmu pengetahuan secara umum
Problem-problem epitesmologis tentang ilmu
Problem-problem metafisis tentang ilmu
Problem-problem metodologis tentang ilmu
Problem-problem logis tentang ilmu
Problem-problem etis tentang ilmu
Problem-problem estetis tentang ilmu
6. Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta
kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang
karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat dan
agama.
7. Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat luat. Segala
sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik material konkrit maupuan
nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas. Objek pemikiran
filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalhan kehidupan mausia, alam
semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat pendidikan.
STRUKTUR FUNDAMENTAL ILMU.
Berikut ini akan membahas struktur fundamental ilmu yang mencakup ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Dalam ontology kita akan membahas monisme, dualisme,
pluralisme, materialisme, idealisme, nihilisme, agnotisisme, dan mistisisme. Sedangkan
epistomologi memaparkan metode-metode untuk memperoleh pengetahuan yang mencakup
ampirisme, rasionalisme, kritisme, intuisionisme, dan metode ilmiah. Sementara aksiologi
menguraikan toeri-teori tentang nilai, wacana, etika, serta sekilas wacana mengenai estetika.
Sementara itu, secara terminologis dalam kajian filsafat, terdapat sejumlah pengertian umum
tentang ontology, yakni:
1. studi tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri yang berada dari studi
tentang hal-hal yang ada secara khusus.
2.Kedua,cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin,
yang menggunakan kategori-kategori seperti: ada/menjadi, aktualitas/potensialitas,
nyata/tampak, perubahan, waktu, eksistensi/noneksistensi, esensi,keniscayaan, yang-ada
sebagai yang ada, ketergantungan pada diri sendiri, hal mencakup diri sendiri, hal-hal
terakhir, dasar.
3.cabang filsafat yang mencoba :
a) melukiskan hakikat ada yang terakhir (Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi
Sempurna)
b) menunjukkan bahwa segala hal tergantung padanya bagi eksistensinya,
c) menghubungkan pikiran dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam
sejarang dengan realitas tertentu.
4.Cabang filsafat,
a) yang melontarkan pertanyaan ”apa arti Ada, BERADA?”,
b) yang menganalisis bermacam-macam makna yang memungkinkan hal-hal dapat
dikatakan ada, Berada.
5.cabang filsafat yang
a) menyelidiki status realitas suatu hal (misalnya, “Apakah objek pencerapan atau persepsi
kita nyata atau bersifat ilusif (menipu)?”. “Apakah bilangan itu nyata?”,
b) menyelidiki jenis realitas yang dimiliki hal-hal (misalnya, “Apa jebis realitas yang
dimiliki bilangan? presepsi? pikiran?”),
c) yang menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut realitas dan/ilusi
(misalnya, “Apakah
realitas—suatu pikiran atau objek tergantung pada pikiran kita, atau pada suatu sumber
eksternal yang independen?”).Jadi sebenarnya, ontology merupakan sebuah studi yang
mempelajari hakikat keberadaansesuatu, dari yang berbentuk onkret sampai yang berbentuk
abstrak, tentang sesuatu yang tampak sampai sesuatu yang tidak tampak, mengenai eksistensi
dunia nyata maupun eksistensi dunia dan kasat mata, eksistensi gaib. Ini salah satu makna
ontology yang ditekankan oleh Sidi Gazalba.
HEURISTIC ILMU
Metode heuristik Adalah sub bidang dari kecerdasan buatan yang digunakan untuk
melakukan pencarian dan penentuan rite terpendek. Ada beberapa algoritma pada metode
heuristik yang biasa digunakan dalam pencarian minimum spanning tree. Heuristik
Heuristik adalah langkah awal yang dikerjakan dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini
peneliti memiliki peran penting dalam mencari sumber sejarah yang akan dibutuhkan
nantinya dalam melakukan penelitian. ... Adapun contoh dari sumber sekunder yaitu
ensiklopedia, buku sejarah, dan lain sebagainya. Model heuristik ini merupakan perincian
dari heuristik Polya yang terdiri dari 4 langkah pemecahan masalah, yaitu
Pendidikan Islam berperan penting pada pembangunan bangsa. Tetapi kualitas banyak
pendidikan Islam yang mengalami permasalahan, dan pada pelaksanaannya semata-mata
usaha untuk menularkan pengetahuan para tokoh sebelumnya terhadap masa kini
sebagaimana seperti yang dikatakan oleh Samuel Bowles dan Habbert Gintis tentang materi
perulangan.
1. Dalam praktiknya, pendidikan Islam tak akan pernah maju apabila hanya mengulang
dan menghafal ilmu yang ada. Masalahnya terletak pada praktik pendidikan Islam yang
akan mengarah pada perkembangan ilmu keislaman akan terwujud. Lembaga pendidikan
harus menciptakan kesempatan bagi masyarakat.
2. Bila tidak ada metode pendidikan yang jelas dan tepat sasaran untuk praktik pendidikan,
maka akan sia-sia, karena hanya akan mengulang dan menghafal ilmu, dan hampir dapat
dipastikan bahwa pendidikan semacam ini tidak akan berkontribusi pada rekonstruksi
tatanan sosial. Kontribusi yang luar biasa. Penyelenggaraan pendidikan Islam tidak
dirancang (tidak dilaksanakan secara terencana), tetapi hanya berdasarkan adat atau
tradisi yang ada (hanya kebetulan dan tradisi). Di zaman globalisasi saat ini, status quo
praktik pendidikan Islam tidak bisa dipertahankan, dan wajib direaktualisasi dan perbarui
atas dasar materi dan rancangan yang pasti.
3. Produk pemikiran Islam dahulu, rumusan teoritis tertingginya terjadi pada masa
keemasan abad ke-3 atau ke-5 M, dan masih dianggap sangat ampuh dalam menguasai
pemikiran dan sejarah umat Islam saat ini.
4. Inilah salah satu alasan mengapa masih sulit untuk menghilangkan bayang-bayang
pemikiran ulama abad pertengahan dalam praktik pendidikan Islam. Tujuan pendidikan
adalah inti dari pendidikan. Karena jika tujuan pendidikan tidak ditetapkan dengan jelas,
maka pendidikan menjadi tidak berarah, keliru, serta tak sesuai dengan yang diinginkan.
Begitu pula pendidikan Islam bertujuan untuk pembentukan generasi dengan perjalanan
yang cukup lama dan menentukan tujuan pendidikan yang pasti serta terencana.
5. Dalam hal ini tujuan yang sudah ditentukan tidak semua bisa berlangsung dengan lancar.
tujuan pendidikan Islam, yakni saat output pendidikan yang dikeluarkan tak cocok untuk
tujuan itu. Faktanya, banyak situasi yang dilakukan oleh orang orang terpelajar,
contohnya korupsi, pelecehan seksual, KDRT, dll. Peristiwa ini bisa ditentukan sebagai
kesadaran seseorang mengenai sifat kurangnya tujuan pendidikan Islam. George R.
Knight menjelaskan misi filsafat pendidikan. Ia meyakini bahwa misi filosofi pendidikan
adalah menjadikan calon pendidik, kepala sekolah, direktur pendidikan, konsultan
pendidikan, dan pakar kurikulum secara langsung berhubungan langsung dengan isu-isu
utama di balik makna dan tujuan hidup dan perilaku. Oleh karena itu, falsafah
pendidikan bisa menolong pendidik berfikir secara mendalam mengenai pendidikan
dalam seluruh perjalanan kehidupan hingga memperoleh derajat pendidikn yang lebih
baik. Selain itu, falsafah pendidikan merupakan falsafah umum yang menerapkan
aplikasi pendidikan, menunjukkan bahwa aktifitas pendidikan merupakan penyebab yang
kritis bagi manusia.
6. Selain itu, pada kegiatan belajar mengajar di Universitas tak lepas oleh referensi dan
bahan bacaan/teks. Membaca buku adalah acuan belajar yang didalamnya tersedia materi
penunjang belajar serta menjadi titik pemula untuk siswa dalam menumbuh kembangkan
mata pelajaran keilmuannya, khususnya FPI. Metode untuk mempelajari filsafat sebagai
suatu ilmu yang berdiri sendiri, maka cenderung digunakan langkah historis yakni tata
cara memahami filsafat dengan melihat secara kronologis riwayat perkembangannya dari
dulu hingga saat ini.
Sedangkan dalam metode FPI menggunakan 4 metode yaitu:
1. Spekulatif dan kontemplatif yakni pemikiran dalam memahami hakekat dari sesuatu.
2. Metode analisis konsep yakni pendapat orang mengenai suatu objek.
3. Pendekatan normatif yakni menunjukan terstrukturnya sistem, serta menunjukan nilai
baik buruknya, berguna atau tidaknya sesuatu.
4. Metode ilmiah masalah praktis pada dasarnya adalah pengembangan dan peningkatan
rasionalitas, pengalaman dan pemikiran eksperimental.
Selama ini pendidikan Islam dianggap sebagai pendidikan terbesar kedua dalam
pendidikan umum. Dari kualitas pendidikan hingga pembiayaan pendidikan itu sendiri.
Dalam artikel ini, penulis menganalisis secara kritis buku filsafat pendidikan Islam karangan
Muhammad As Said. Hasil analisis menunjukkan bahwa buku filsafat pendidikan Islam
karangan Muhammad As Said tidak menjelaskan secara gamblang tentang asal muasal
filsafat pendidikan Islam. Dalam bukunya lebih banyak mengutip dan membahas tentang
filosofi pendidikan Barat. Buku ini juga menjelaskan bahwa filosofi umum dan filosofi
pendidikan sangat erat kaitannya, karena pendidikan adalah pelaksana dari sudut pandang
filosofis dan kaidah-kaidahnya dalam bidang pengalaman manusia, dan disebut pendidikan.
Akan tetapi, hubungan antara filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam belum dapat
dijelaskan, dan kerangka dasar pembentukan filsafat pendidikan Islam masih belum jelas. Isi
buku ini juga membahas masalah filosofis yang lebih umum seperti idealisme, realisme Nova
Scotia, pragmatisme dan eksistensialisme.
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Bakhtiar Amsal, 2012, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Bebbington, David, 1979, Patterns in history, , England, Inter-Varsity Press.
Caputo, John D. 1987, Radical Hermeneutics, Bloomington and Indianapolis, Indiana
University Press.
Pustaka.
Robert N. Beck, 1967, Perspectives in Social Philosophy, New York, Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Sullivan, John Edward, 1970, Prophets of the West, New York, Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Suriasumantri Jujun S., 2010, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan).