Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT UMUM

PENGERTIAN OBJEK-OBJEK FILSAFAT DAN ILMU


FILSAFAT

Dosen Pembimbing : Wilia Novi Aryani, MH.

Nama : ISA ANSORI


NIM : 170201004

Jurusan : Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(STAI NU) 2017 / 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan
berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT.
kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-nya merupakan suatu pembeda
antara kita dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih
kebenaran yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan
pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apakah Pengertian Filsafat?
2.      Apakah Objek Filsafat?
3.      Apakah Metode Filsafat?
4.      Apakah Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat?
5. Apakah Pengertian Ilmu Filsafat ?

1.3  Tujuan Penulisan


1.      Memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum
2.      Mempelajari dan Mengetahui apa itu Filsafat
3.      Menambah pengetahuan baru tentang Filsafat
4.      Mengetahui apa objek, tujuan, dan manfaat dari Filsafat
5. Mengetahui Ilmu dalam filsafat

1.4  Pembatasan Masalah


Dalam hal ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi objek filsafat.
Kami akan memfokuskan pembahasan tentang pengertian filsafat, objek
material dan formal filsafat, dan metode filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
            Secara Etimologis, filsafat merupakan terjemahan dari Philolophy (Bahasa
Inggris) atau Philosophia dari bahasa Yunani. Kata tersebut terdiri dari dua suku
kata yaitu Philo dan Shopia. Philo yang berarti suka atau cinta, dan Shopia berarti
kebijaksanaan. Jadi, Philoshopia berarti suka atau cinta pada kebijaksanaan.
            Apabila diperhatikan bahwa nama Filosof (philosophos) pertama kali
dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (570-500 SM). Menurutnya, Filosof
adalah seorang yang ingin untuk mengetahui  segala sesuatu menurut keadaan
yang sebenarnya, keinginan tersebut semata-mata untuk mengetahui dan juga
mengatakan bahwa dalam masa Socrates dan Plato (abad ke-5 SM), nama filsafat
dan filosuf sudah lazim dipakai untuk dalam dialog plato yang berjudul Phaidros.
            Mengenai Pengertian (Definisi)  filsafat tersebut, perlu dipahami bahwa
filsafat memandang alam ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dipecah-pecah,
sehingga ia membahasnya secara keseluruhan, antara yang satu sama lainnya
sehingga berkaitan.
            Pertama, menurut Plato. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
            Kedua, menurut Aristoteles “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika”.
            Ketiga, menurut golongan Stoa “filsafat ialah usaha untuk mencari
kesempurnaan yang bersifat teori dan amalan dalam bidang logika, fisika, dan
etika.
            Keempat, menurut al-Farabi filasafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud sebagaimana hakikat yang sebenarnya.
            Kelima, menurut Descartes filsafat merupakan sekumpulan segala
pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
            Banyak yang berkesimpulan tentang filsafat, seperti yang dikemukakan
oleh oleh DR. Yahya Huaidi, dosen filsafat pada Universitas Cairo bahwa “filsafat
itu tidak lebih dari suatu pemikiran, dimana orang harus berpandangan biasa dan
tidak terikat pada lapangan penyelidikan tertentu, seperti halnya para ilmuan dan
bukan pula bertolak dari suatu paham yang sudah diterima kebenarannya lebih
dahulu, seperti sikaf orang  agama.
            Selanjutnya, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat
mengemukakan bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berfikir secara
radikal, sistematis dan universal (Sidi Gazalba:40).
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengartikan filsafat sebagai:
a) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, dan hukumnya.
b) Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan\
c) Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Propessional
(2001), menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut :
a) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
b) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
c) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
d) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
e) Filsafat bersifat komprehensif

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga dimensi yaitu :


a) Logika ; apa yang dimaksud benar dan apa yang dimaksud salah.
b) Etika ; mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.
c) Estetika ; apa yang termasuk jelek dan apa yang termasuk indah.

Ketiga cabang utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:


a) Metafisika ; teori tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat
serta pemikiran serta kaitan antara zat dan pikiran).
b) Politik ; kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.

Akhirnya berkembang lagi menjadi banyak cabang yang meliputi:


a) Epistimologi (filsafat pengetahuan)
b) Etika (filsafat moral)
c) Estetika (filsafat seni)
d) Metafisika
e) Politik (filsafat pemerintahan)
f) Filsafat matematika
g) Filsafat sejarah
h) Filsafat hukum
i) Filsafat pendidikan
j) Filsafat agama

B. Objek Filsafat
            Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat
dikatagorikan kepada dua:
1. Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau
penelitian keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar
umum.
2. Objek formal
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya
(Poedjawijatna, 1994: 8). Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.
Objek formal ini dapat dipahami melalui dua kegiatan:
a. Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia
dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara
mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau
penyelidikan dalam wujud ilmu atau ideologi.
Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan
metafisika, yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi
dan substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari
bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau
nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran yang
jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra seperti
Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato (+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-
sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara
bagi Aritoteles (+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari “peri ada selaku ada”(being as being) atau “peri ada sebagaimana
adanya”(being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa
“ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat berusaha memberikan
penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya, maka “ada”
disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau
seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik
atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau
bagian-bagian.
          Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat. Perbedaanya
terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah
sebagai berikut:
1. Bersifat Umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan
objek-objek khusus dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan
berkaitan dengan ide-ide besar.
2. Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
menyangkut fakta.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (Values), artinya persoalan-persoalan
kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik nilai moral-etika, estetika, agama,
dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada
pada suatu hal.
4. Bersifat kritis, filsafat merupakan analisi secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima begitu saja.
5. Oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
6. Bersifat sinoptis, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan
secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan
kenyataan sebagai keseluruhan.
7. Bersifat implikatif, artinyakalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab,
maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling
berhubungan.

C. Metode Filsafat
            Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari
kenyataan. Untuk mendapatkan hal tersebut, filsafat memiliki beberapa metode
penalaran.
1. Deduksi
Secara sederhana, metode ini dapat dikatakan satu metode penalaran yang
bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Contohnya:
Semua manusia akan mati
Presiden adalah manusia
Presiden akan mati
2. Induksi
Dikatakan satu metode penalaran yang bergerak dari sesuatu yang bersifat
khusus ke umum.
Ryan adalah seorang mahasiswa Aqidah Filsafat
Ryan adalah manusia
Semua mahasiswa Aqidah Filsafat adalah manusia
3. Dialektika
Secara umum, metode ini dapat dipahami sebagai cara berfikir yang dalam
usahanya memperoleh kesimpulan berstandar pada tiga hal, yakni: tesis,
antitesis dan sintesis yang merupakan gabungan dari tesis dan antitesis.
Contoh sederhana untuk metode penalaran ini adalah keluarga. Dalam satu
keluarga biasanya terdapat ayah, ibu, dan anak. Jika ayah adalah tesis, maka
ibu adalah antitesis lantas anak merupakan sintesis karena keberadaanya
ditentukan ayah dan ibu.

D. Peranan, Tujuan, dan Manfaat Filsafat


          Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, upaya ini menghasilkan beberapa peranan bagi manusia.
Filsafat berperan sebagai pendobrak. Artinya bahwa filsafat mendobrak
keterjungkungan pikiran manusia. Dengan memahami, dan mempelajari filsafat
manusia dapat menghancurkan kebekuan, kabakuan, bahkan keterkungkungan
pikirannya dengan kembali mempertanyakan segala. Pendobrakan ini bisa
membuat manusia terbebas dari kebekuan, dan keterkungkungan.
Jadi, bagi manusia filsafat berperan sebagai pembebas pikiran manusia.
Pembebasan ini membimbing manusia untuk berpikir lebih jauh, lebih mendalam,
lebih kritis terhadap segala hal sehingga manusia bisa mendapatkan kejelasan dan
keterangan atas seluruh kenyataan.
Jadi peranan ketiga yang dimiliki filsafat bagi manusia adalah sebagai
pembimbing. Selain memiliki peran bagi manusia, filsafat juga berperan bagi ilmu
pengetahuan umumnya. Menurut Descartes, filsafat adalah himpunan dari segala
pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan
manusia.
Filsafat sebagai penghimpun ilmu pengetahuan. Memahami peranannya
sebagai penghimpun, maka filsafat dapat dikatakan merupakan induk segala ilmu
pengetahuan atau mater scientiarum. Bagi Bacon, filsafat adalah induk agung dari
ilmu-ilmu. Ia menangani semua pengetahuan, selain sebagai induk yang
menghimpun semua pengetahuan, bagi ilmu pengetahuan filsafat juga mempunyai
peranan lain, yakni sebagai pembantu ilmu pengetahuan.
Dalam menjalan peranannya filsafat memiliki tujuan. Menurut Plato,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan
murni. Jadi, secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran. Tidak sepetri
agama yang menyandarkan diri dan mengajarkan kepatuhan, filsafat
menyandarkan diri dan mengandalkan kemampuan berfikir kritis.

Secara konkret  manfaat mempelajari filsafat adalah:


a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran
lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.
b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
c. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dari
akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan si aku).
d. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-
ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap
semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan
cita-cita mencari kebenaran.
e. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri(terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi,
ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

E. PENGERTIAN DAN HAKEKAT ILMU


Menurut Burhanudin Salam (2005:10) Ilmu dapat merupakan suatu metode
berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense.  Sehingga definisi ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk
mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi
kebenarannya. Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan
analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah
epistemology atau teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie).
Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan
dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah episteme berarti pengetahuan
sebagai upaya untuk “menempatkan sesuatu tepat pada kedudukannya”.
The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) memberikan pengertian ilmu
adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode
untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam
berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan
berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Secara filosofis, semua kajian yang menelaah secara kritis dan analitis
tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan secara menyeluruh adalah epistemology
atau teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie). Istilah ini berasal
dari bahasa yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang
berarti ilmu. Secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya untuk
“menempatkan sesuatu tepat pada kedudukannya”.
Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi pada hakikatnya merupakan
suatu kajian Filosofis yang bermaksud mengkaji masalah umum secara
menyeluruh dan mendasar untuk menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari
pengetahuan manusia. Membahas Bagaimana pengetahuan itu pada dasarnya
diperoleh dan dapat diuji kebenarannya?, manakah ruang lingkup dan batasan-
batasan kemampuan manusia untuk mengetahui?, serta membahas pengandaian-
pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari adanya pengetahuan dan
memberi pertanggung jawaban secara rasional terhadap klaim kebenaran dan
objektivitasnya. Sehingga epistemologi merupakan disiplin ilmu yang bersifat :
a) Evaluative, yaitu menilai apakah teori yang digunakan dapat dipertanggung
jawabkan secara nalar atau tidak.
b) Normative, yaitu menentukan tolok ukur kebenaran atau norma dalam
bernalar.
c) Kritis, yaitu menguji penalaran cara dan hasil dari pelbagai akal (kognitif)
manusia untuk dapat ditarik kesimpulan.
Adapun cara kerja metode pendekatan epistemologi adalah dengan cara
bagaimana objek kajian itu didekati atau dipelajari. Cirinya adalah dengan adanya
berbagai macam pertanyaan yang diajukan secara umum dan mendasar dan upaya
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan mengusik pandangan dan pendapat
umum yang sudah mapan. Dengan tujuan agar manusia bisa lebih bertanggung
jawab terhadap jawaban dan pandangan atau pendapatnya dan tidak menerima
begitu saja pandangan dan pendapat secara umum yang diberikan.
Berdasarkan cara kerja atau metode yang digunakan, maka epistemologi
dibagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan titik tolak pendekatannya secara
umum, epistemologi dibagi menjadi 3, yaitu:
1)    Epistemologi metafisis
Epistemologi metafisis adalah pemikiran atau pengandaian yang berasal dari
paham tertentu dari suatu kenyataan lalu berusaha bagaimana cara mengetahui
kenyataan itu. Kelemahan dari pendekatan ini adalah hanya menyibukkan diri
dalam mendapatkan uraian dari masalah yang dihadapi tanpa adanya
pertanyaan dan tindakan untuk menguji kebenarannya.
2)    Epistemologi skeptis
Epistemologi skeptis lebih menekankan pada pembuktian terlebih dahulu dari
apa yang kita ketahui sampai tidak adanya keraguan lagi sebelum
menerimanya sebagai pengetahuan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah
sulitnya mencari jalan keluar atau keputusan.
3)    Epistemologi kritis
Pada Epistemologi ini tidak memperioritaskan Epistemologi manapun, hanya
saja mencoba menanggapi permasalahan secara kritis dari asumsi, prosedur
dan pemikiran, baik pemikiran secara akal maupun pemikiran secara ilmiah,
dengan tujuan untuk menemukan alasan yang rasional untuk memutuskan
apakah permasalahan itu bisa diterima atau ditolak.
BAB III
 PENUTUP

A. Kesimpulan
          Filsafat yaitu cinta atau suka kepada suatu kebijaksanaan atau kebajikan.
Filosof atau orang yang berfilsafat adalah orang yang suka akan kebijaksanaan
dan senantiasa akan berusaha untuk berbuat bijaksana. Filsafat mempunyai
banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan pikiran
manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu
pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan.
           Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat
membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.

B. Saran
           Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri, ada
baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari ilmu
filsafat.
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

 Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto
Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandhi, Teguh Wangsa. 2011. Filsafat Pendidikan: Madzab-Madzab Filsafat


Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Jalaluddin & Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).


Yogyakarta: Gama Media.

Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. 

Muslih, Muhammad. 2005. Filsafat Umum: Dalam Pemahaman Praktis.


Yogyakarta: Belukar.

Salam, Burhanuddin . 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media


Group.

Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


Masyarakat.  Universitas Airlangga. Surabaya.

Surajiyo . 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:


Bumi     Aksara.

Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan (Terjemahan oleh: Mahmud Arif).


Yogyakarta: Gama Media.

Zulhelmi.2004.Filsafat Ilmu.Palembang:IAIN Raden Fatah Press


Martini,Eka.2012.Filsafat Umum.Palembang:Noer Fikri Offset
www.saifudin9.blogspot.com/2009/05/artikel-filsafat-islam-pengetahuan
Ihsan,Fuad.2010.Filsafat Ilmu.Jakarta:PT. Rineka Cipta

http://pohanrangga.blogspot.com/2012/11/hakekat-manusia-dari-segi-
sosiologi.html diunduh  tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.30

http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/ diunduh  tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.00

http://uphilunyue.blogspot.com/2013/01/manusia-dalam-pandangan-filsafat-
teori.html diunduh  tanggal 03 Nopember 2013 pkl 22.00

Anda mungkin juga menyukai