Jurusan : Syari’ah
A. Pengertian Filsafat
Secara Etimologis, filsafat merupakan terjemahan dari Philolophy (Bahasa
Inggris) atau Philosophia dari bahasa Yunani. Kata tersebut terdiri dari dua suku
kata yaitu Philo dan Shopia. Philo yang berarti suka atau cinta, dan Shopia berarti
kebijaksanaan. Jadi, Philoshopia berarti suka atau cinta pada kebijaksanaan.
Apabila diperhatikan bahwa nama Filosof (philosophos) pertama kali
dalam sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (570-500 SM). Menurutnya, Filosof
adalah seorang yang ingin untuk mengetahui segala sesuatu menurut keadaan
yang sebenarnya, keinginan tersebut semata-mata untuk mengetahui dan juga
mengatakan bahwa dalam masa Socrates dan Plato (abad ke-5 SM), nama filsafat
dan filosuf sudah lazim dipakai untuk dalam dialog plato yang berjudul Phaidros.
Mengenai Pengertian (Definisi) filsafat tersebut, perlu dipahami bahwa
filsafat memandang alam ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dipecah-pecah,
sehingga ia membahasnya secara keseluruhan, antara yang satu sama lainnya
sehingga berkaitan.
Pertama, menurut Plato. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
Kedua, menurut Aristoteles “filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika”.
Ketiga, menurut golongan Stoa “filsafat ialah usaha untuk mencari
kesempurnaan yang bersifat teori dan amalan dalam bidang logika, fisika, dan
etika.
Keempat, menurut al-Farabi filasafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud sebagaimana hakikat yang sebenarnya.
Kelima, menurut Descartes filsafat merupakan sekumpulan segala
pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Banyak yang berkesimpulan tentang filsafat, seperti yang dikemukakan
oleh oleh DR. Yahya Huaidi, dosen filsafat pada Universitas Cairo bahwa “filsafat
itu tidak lebih dari suatu pemikiran, dimana orang harus berpandangan biasa dan
tidak terikat pada lapangan penyelidikan tertentu, seperti halnya para ilmuan dan
bukan pula bertolak dari suatu paham yang sudah diterima kebenarannya lebih
dahulu, seperti sikaf orang agama.
Selanjutnya, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat
mengemukakan bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berfikir secara
radikal, sistematis dan universal (Sidi Gazalba:40).
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengartikan filsafat sebagai:
a) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, dan hukumnya.
b) Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan\
c) Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Propessional
(2001), menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut :
a) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
b) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
c) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
d) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
e) Filsafat bersifat komprehensif
B. Objek Filsafat
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat
dikatagorikan kepada dua:
1. Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau
penelitian keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode
ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar
umum.
2. Objek formal
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya
(Poedjawijatna, 1994: 8). Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.
Objek formal ini dapat dipahami melalui dua kegiatan:
a. Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia
dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara
mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b. Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau
penyelidikan dalam wujud ilmu atau ideologi.
Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan
metafisika, yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi
dan substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari
bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau
nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran yang
jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra seperti
Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato (+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-
sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara
bagi Aritoteles (+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari “peri ada selaku ada”(being as being) atau “peri ada sebagaimana
adanya”(being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa
“ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat berusaha memberikan
penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya, maka “ada”
disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau
seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik
atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau
bagian-bagian.
Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat. Perbedaanya
terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah
sebagai berikut:
1. Bersifat Umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan
objek-objek khusus dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan
berkaitan dengan ide-ide besar.
2. Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
menyangkut fakta.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (Values), artinya persoalan-persoalan
kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik nilai moral-etika, estetika, agama,
dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada
pada suatu hal.
4. Bersifat kritis, filsafat merupakan analisi secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima begitu saja.
5. Oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
6. Bersifat sinoptis, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan
secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan
kenyataan sebagai keseluruhan.
7. Bersifat implikatif, artinyakalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab,
maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling
berhubungan.
C. Metode Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari
kenyataan. Untuk mendapatkan hal tersebut, filsafat memiliki beberapa metode
penalaran.
1. Deduksi
Secara sederhana, metode ini dapat dikatakan satu metode penalaran yang
bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Contohnya:
Semua manusia akan mati
Presiden adalah manusia
Presiden akan mati
2. Induksi
Dikatakan satu metode penalaran yang bergerak dari sesuatu yang bersifat
khusus ke umum.
Ryan adalah seorang mahasiswa Aqidah Filsafat
Ryan adalah manusia
Semua mahasiswa Aqidah Filsafat adalah manusia
3. Dialektika
Secara umum, metode ini dapat dipahami sebagai cara berfikir yang dalam
usahanya memperoleh kesimpulan berstandar pada tiga hal, yakni: tesis,
antitesis dan sintesis yang merupakan gabungan dari tesis dan antitesis.
Contoh sederhana untuk metode penalaran ini adalah keluarga. Dalam satu
keluarga biasanya terdapat ayah, ibu, dan anak. Jika ayah adalah tesis, maka
ibu adalah antitesis lantas anak merupakan sintesis karena keberadaanya
ditentukan ayah dan ibu.
A. Kesimpulan
Filsafat yaitu cinta atau suka kepada suatu kebijaksanaan atau kebajikan.
Filosof atau orang yang berfilsafat adalah orang yang suka akan kebijaksanaan
dan senantiasa akan berusaha untuk berbuat bijaksana. Filsafat mempunyai
banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan pikiran
manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu
pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan.
Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat
membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
B. Saran
Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri, ada
baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari ilmu
filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Frondizi, Resieri. 2001. Pengantar Filsafat Nilai (Terjemahan oleh: Cuk Ananto
Wijaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin & Idi, Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
http://pohanrangga.blogspot.com/2012/11/hakekat-manusia-dari-segi-
sosiologi.html diunduh tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.30
http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-
antropologi-dan-agama-islam/ diunduh tanggal 03 Nopember 2013 pkl 21.00
http://uphilunyue.blogspot.com/2013/01/manusia-dalam-pandangan-filsafat-
teori.html diunduh tanggal 03 Nopember 2013 pkl 22.00