Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEBENARAN

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian yang diampu
oleh Dr. Rina Marina M.P.

Oleh:
Julani Juwita (1506374)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan laporan berjudul “Teori
Kebenaran”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitan.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Rina Marina selaku dosen mata kuliah,
2. Rekan-rekan satu kelas yang saling memotivasi untuk menyelesaikan
laporan ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki
banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurrnaan makalah ini.

Bandung, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3. Tujuan....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1. Pengertian Kebenaran Ilmiah ................................................................... 2

2.2. Teori Kebenaran ....................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7

3.1. Kesimpulan............................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia pada hakikatnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hanya
kebenaran yang dapat memuaskan sifat manusia tersebut. Dengan kata lain, tujuan
pengetahuan ialah mengetahui yang benar (kebenaran). Ilmu pengetahuan
merupakan pengetahuan yang sistematis, sehingga pengetahuan yang dituju ialah
pengetahuan ilmiah.
Namun pada kenyataannya, untuk mendapatkan suatu kebenaran tidaklah
mudah. Reuben Abel mengemukakan bahwa, masalahnya adalah mengklarifikasi
hakikat kebenaran, bukan mencari kriteria kebenaran. Dengan kata lain,
menjelaskan bagaimana dan dengan cara apa suatu proporsisi yang benar berbeda
dari proporsi yang tidak benar (palsu), dan bukannya mengidentifikasi kapan
suatu proporsi itu benar.
Oleh karena itu, di dalam tulisan ini akan memaparkan pengertian
kebenaran serta teori tentang kebenaran. Selanjutnya membahas salah satu jenis
kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah, sebagai kebenaran yang memang diusahakan
dan dijadikan tujuan dalam kegiatan ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Apa itu kebenaran ilmiah?
2) Apa saja teori-teori kebenaran ilmiah?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1) Mengetahui pengertian kebenaran ilmiah.
2) Mengetahui teori-teori kebenaran ilmiah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebenaran Ilmiah


Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia atau
martabat manusia selalu berusaha memeluk suatu kebenaran. Berbicara tentang
kebenaran ilmiah, tidak bisa dipisahkan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri,
sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu,
proses untuk mendapatkan haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata : apakah kebenaran itu? lalu
pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab:
“kebenaran itu adalah kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang
seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran
atau keburukan. Jadi ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti
nyata-nyata terjadi disatu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan
atau ketidak benaran.
Dalam bahasan ini, makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna
kebenaran keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun
kekal, melainkan bersifat relatif, sementara, dan hanya merupakan pendekatan.
Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan
ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu
itu sendiri.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan
itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah
pengetahuan obyektif.
Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelakan ilmiah
berasal dari kata ilmu artinya pengetahuan. Namun, dalam kajian filsafat antara
ilmu dan pengetahuan dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu
merupakan akumulasi pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah

2
3

pengetahuan yang didasarkan atas terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama


menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti.
Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara
pengetahuan dengan objek kesesuian ini didukung dengan syarat-syarat tertentu
yang oleh jujun S.Sumantri disebut dengan metode-metode, juga didukung
dengan teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah
divalidasi dengan bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan.
Sifat objektif berlaku umum dapat diulang melalui eksperimen, cenderung amoral
sesuai apa adanya. bukan apa yang seharusnya yang merupakan ciri ilmu
pengetahuan.

2.2. Teori Kebenaran


Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang
dibangunnya. Sebagaimana pengetahuan dilihat tidak secara menyeluruh,
melainkan dari aspek atau bagian tertentu saja, demikian pula kebenaran hanya
diperoleh dari pemahaman terhadap pengetahuan yang tidak menyeluruh tersebut.
Dengan demikian setiap teori kebenaran yang akan dibahas, lebih menekankan
pada salah satu bagian atau aspek dari proses orang mengusahakan kebenaran
pengetahuan. Berikut ini beberapa teori kebenaran yang menekankan salah satu
langkah proses manusia mengusahakan pengetahuan.
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran korespondensi,
yakni kebenaran sebagai persesuaian antara apa yang dikatakan dengan
kenyataan. Pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakan di dalamnya
berhubungan atau punya keterkaitan (correspondence) dengan kenyataan yang
diungkapkan dalam pernyataan itu. (Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM, 2003: hal. 139). Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang
dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Menurut teori ini, kebenaran
terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek. Apa yang diketahui oleh
subyek sebagai benar harus sesuai atau harus cocok dengan obyek, harus ada
kesesuaian dengan realitas. Apa yang diketahui oleh subyek berkaitan dan
berhubungan dengan realitas. Materi pengetahuan yang dikandung dan
4

diungkapkan dalam proposisi atau pernyataan memang sesuai dengan obyek atau
fakta.
Teori korespondensi sangat ditekankan oleh aliran empirisme yang
mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama
pengetahuan manusia. Teori ini sangat menghargai pengamatan, percobaan atau
pengujian empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Teori ini
lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan
yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan percobaan empiris.

2. Teori Kebenaran Koherensi


Teori kebenaran koherensi dianut oleh kaum rasionalis. Menurut teori ini,
kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan,
melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada
sebelumnya dan telah diakui kebenarannya. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan
proposisi, atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori,
proposisi, atau hipotesis lainnya. Artinya proposisi itu konsisten dengan proposisi
sebelumnya yang dianggap benar. Matematika dan ilmu-ilmu pasti sangat
menekankan teori kebenaran koherensi.
Teori kebenaran koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan
juga cara kerja deduktif. Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau
diturunkan sebagai konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah
ada, dan yang sudah dianggap benar. Konsekuensinya, kebenaran suatu
pernyataan atau pengetahuan sudah diandaikan secara apriori tanpa perlu dicek
deng an kenyataan yang ada. Ini berarti pembuktian atau justifikasi sama artinya
dengan validasi, yaitu memperlihatkan apakah kesimpulan yang mengandung
kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi-proposisi
lain yang telah diterima sebagai benar.

3. Teori Pragmatik
Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi
pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori
tergantung pada peran fungsi teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya
5

dalam lingkup ruang waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem
solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek
permasalahan.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang
diartikan salah adalah yang tidak berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian
kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat dikerjakan (Workability) dan akibat
atau pengaruhnya yang memuaskan.

4. Teori Kebenaran Sintaksis


Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal tolak pada keteraturan
sintaksis atau gramatika yang dipakai dalam suatu pernyataan atau tata-bahasa
yang melekat. Kebenaran ini terkait dengan bagaimana suatu hasil pemikiran
diungkapkan dalam suatu pernyataan bahasa (lisan atau tertulis) yang perlu
dirangkai dalam suatu keteraturan sintaksis atau gramatika yang digunakannya.
Teori ini berkembang di antara para filsuf analitika bahasa, terutama yang
berusaha untuk menyusun bahasa dengan tata bahasa dan logika bahasa yang
ketat, misalnya Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein (periode I). Aliran filsafat
analitika bahasa memandang bahwa problema-problema filosofis akan menjadi
terjelaskan apabila menggunakan analisis terminologi gramatika, dan bahkan
kalangan filsuf analitika bahasa menyadari bahwa banyak ungkapan-ungkapan
filsafat yang sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. Sehingga para tokoh filsafat
analitika bahasa menyatakan bahwa tugas utama filsafat adalah menganalisa
konsep-konsep. (Kaelan, 1998: 80).

5. Teori Kebenaran Semantis


Teori kebenaran semantis dianut oleh faham filsafat analitika bahasa yang
dikembangkan oleh paska filsafat Bertrand Russell. Teori kebenaran semantis
sebenarnya berpangkal atau mengacu pada pendapat Aristoteles dengan ungkapan
sebagai berikut: “Mengatakan sesuatu yang ada sebagai yang ada dan sesuatu
yang tidak ada sebagai yang tidak ada, adalah benar”, juga mengacu pada teori
6

korespondensi, yang menyatakan bahwa: “kebenaran terdiri dari hubungan


kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa yang terjadi dalam realitas”.
Menurut teori ini, benar atau tidaknya suatu proposisi didasarkan pada ada
tidaknya arti atau makna dalam proposisi terkait. Apabila proposisi tersebut
memiliki arti atau makna, serta memiliki pengacu (referent) yang jelas, proposisi
dinyatakan benar. Sedangkan apabila sebaliknya dapat dinyatakan salah.

6. Teori kebenaran non-deskripsi


Teori kebenaran non diskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan itu akan
mempunyai nilai benar amat tergantung pada peran dan fungsi daripada
pernyataan itu .

7. Teori kebenaran logic-yang berlebihan( Logical-Superfluity of Truth)


Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistic yang diawali oleh Ayer.
Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa problema kebenaran
hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan
pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya
memiliki derajat logick yang masing-masing saling melingkupinya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Artinya
pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui . jika pengetahuan
benar adalah pengetahuan obyektif. Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah
adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan.
Kebenaran ilmiah menghendaki adanya pengetahuan dapat diterima,
karena kebenaran ilmiah muncul melalui syarat-syarat ilmiah, metode ilmiah,
didukung teori yang menunjang serta didasarkan kepada data empiris dan dapat
dibuktikan. Sangat rasional jika kebenran yang semacam ini menghendaki adanya
objek dikaji apa adanya tanpa campur tangan subjek.
Terdapat beberapa teori kebenaran, diantaranya yaitu teori kebenaran
koherensi, teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran pragmatis, teori
kebenaran sintaksis, teori kebenaran semantic, teori kebenaran non-deskripsi dan
teori kebenaran logic yang berlebihan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. (2011). Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada.

Keraf, Sonny dan Mikael Dua. (2011). Filsafat Ilmu : Ilmu Pengetahuan Sebuah
Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Wahana, Paulus. (2008). Menguak Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan Aplikasinya


Dalam Kegiatan Perkuliahan. Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai