Anda di halaman 1dari 8

RASIONALISME

1. Pendahuluan
Filsafat Rasionalisme merupakan salah satu aliran filsafat. Modern Rene
Descartes adalah seorang tokoh yang memplopori filsafat abad modern. Beliau adalah
oran yang mendirikan aliran rasionalisme. Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Manusia, menurut aliran ini memproleh pengetahuan melalui
kegiatan akal menangkap objek. Beliau menekan kan akal budi (rasio) sebagai sumber
pengetahuan dan terlepas dari pengamatan indrawi. Aliran rasionalisme adalah paham
filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan
bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Kerjasama empirisme inilah yang
melahirkan metode sains, dan dari metode inilah lahirlah pengetahuan sains yang dalam
bahasa Indonesia sering di sebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.

2. Pengertian Rasionalsime
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris, rationalism. Kata
ini berakar dari kata dalam bahasa latin ratio yang berarti “akal”. Menurut A,R, lacey
berdasarkan akar katanya, rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegang bahwa
akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme merupakan
paham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu
tidak ada sumber kebenaran hakiki.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini di pandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus di beri peranan utama dalam penjelasan. Ia
menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului dan bebas
dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang
memenuhi semua syarat pengetahuan ilmiah alat terpenting dalam memproleh
pengetahuan dan megetes pengetahuan. ”pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas
pengetahuan yang di proleh akal”.1
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan
karena rasioanlisme menginggkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman yang paling-

1
Surajiyo, ilmu filsafat suatu pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2005),hlm,66

1
2

paling dipandaang sebagai sejenis prangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme
yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak didalam ide kita, dan bukannya didalam
diri barang sesuatu. Jika kebenaran bermakna sebagai mempunyai ide yang sesuai dengan
atau yang menunjuk kepada pengetahuan, maka kebenaran hanya dapat ada dalam pikiran
kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.

3. Latar Belakang Pemikiran Rasionalisme


Usaha manusia untuk member kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah
dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjur terus sampai abad ke-17. Abad ke-17
adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian sebenarnya.
Semakin lama manusia semakin menaruh keprecayaan yang besar terhadap kemampuan
akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat di
jelaskan, semua permasalahan dapat di pahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah
kemanusian.
Descrates adalah orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun
argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal,
bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya. Hal ini
disaebabkam perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan
banyak memakan korban.ia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama
telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari
dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada filsafat yunani, yaitu filsafat yang
berbasih pada akal.2
Latar belakang munculnya rasionalsime ini adalah keinginan untuk membebaskan diri
dari segala pemikiran tradisoanal (skolastik), yang pernah di terima tapi tidak mampu
menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang di tanam aristoteles
dalam pemikiran saat itu juga masih di pengaruhi oleh khayalan-khayalan.
Descrates menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak
pemikiran yang pasti yang dapat ditemukan dalam keraguan-keraguan, cogito ergo sum
(saya berpikir maka saya ada) jelasnya, bertolak dari keraguan untuk mendapatkan
kepastian.

2
Ahmad Tafsir,Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
hlm,129
3

Visi Descrates telah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang
kepastian pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannya adalah membedakan
kebenaran dan kesalahan dalam semua bidang pembelajaran. Karena menurutnya “semua
ilmu merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas”.
Pada dasarnya, visi dan filsafat Descrates banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan
matematika yang berasas pada kepastian dan kejelasan perbedaan antara yang benar dan
yang salah. Sehingga dia menerima suatu kebenaran sebagai suatu hal yang pasti dan jelas
atau disebut Descrates sebagai kebenaran yang Clear and Distinct.
Dalam usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut descrates menggunakan
metode “deduksi”, yaitu dia mendeduksikan prinsip-prinsip kebenaran yang diperolehnya
kepada prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari definisi dasar yang
jelas. Sebagaimana yang ditulis oleh Robert C. Solomon dan Kathleen M. Higgins dalam
buku sejarah filsafat.

4. Kelebihan Dan Kekurangan Rasionalisme


Kelebihan Rasionalisme adalah dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-
pemahaman yang rumit, kemudian rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka
yang tertarik untuk menggeluti masalah-masalah filosofi. Rasionalisme berpikir,
menjelaskan dan menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki semua
manusia, mampumenyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia.
Sedangkan kelemahan rasionalisme adalah memahami objek diluar cakupan
rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus
memulai permusuhan baru dengan sesame pemikir filsafat yang kurang setuju dengan
sistem-sistem
Filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan
subjek daripada objek, sehingga rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal
budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan objek-objek secara peka.

5. Tokoh-Tokoh Besar Filsafat Rasionalisme

A. Descrates
Descrates lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Bukunya
yang terpenting didalam filsafat murni adalah Discours de la Methode (1673) dan
4

Meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Di dalam kedua
buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode keraguan Descrates
(Cartesian Doubt). Metode ini sering juga disebut Cogito Descrates, atau metode
cogito saja.
Ia mengetahui tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar
filsafat haruslah rasio (akal). Tokoh-tokoh gereja waktu itu tetap yakin bahwa dasar
filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat didalam jargon credo ut intelligam dari
anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat adalah akal, iya
menyusun argumentasi yang sangat terkenal. Argumentasi itu tertuang didalam
metode cogito tersebut.3
Untuk menemukan basis yang kuat untuk filsafat, Deskrates meragukan (lebih
dahulu) segala sesuatu yang dapat di ragukan. Mula-mula ia mencoba melakukan
semua yang dapat diindra, objek yang sebenarnya tidak mungkin di ragukan. Inilah
langkah perrama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri.
Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan
juga pada pengalaman roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat
keadaan itu seseorang dapat mengalami seseuatu seolah-olah dalam keadaan yang
sesungguhnya. Didalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatau yang
sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidaj mimpi. Begitu pula pada pengalaman
halusinasi, ilusi, dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan
jaga.
Dalam karya Deskrates yang menjelaskan pencarian kebenaran melalui
metode keraguan. Karyanya yang berjudul A Discourse On Methode mengemukakan
perlunya memrhatikan empat hal berikut ini:
1. Kebenaran baru dinyatakan shahih jika benar-benar indrawi dan
realitasnya telah jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan sesuatu
apapun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak-banyaknya,
sehinnga tidak ada sesuatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbinglah pikiran dengan teratur dengan memulai dari hal yang
sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada
yang paling sulit dan kompleks.

3
Ibid ,hlm,129
5

4. Dalam peroses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus


dibuat perhitungan-perhitungan sempurna serta pertimbangan-
pertimbangan yang menyeluruh, sehinnga diperoleh keyakinan bahwa tak
ada satupun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.4

B. Spinoza
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677.
Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama yahudi ia
mengubah namanya Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam.
Spinoza adalah pengikut rasionalisme Descrates. Ia memandang sesuatu itu
benar melelui akal. Seperti halnya descrates yang menomor satukan akal dan
menepikan indra yang dianggapnya menyesatkan. Spinoza mencoba menjawab
pertanyan-pertanyan yang berkaitan dengan kebenaran sesuatu, sebagaimana
pertanyaan, apa substansi dari sesuatu, bagaimana kebenaran itu bisa benar-benar
yang terbenar. Spinoza menjawabnya dengan pendekatan yang juga dilakukan
sebelumnya dari Descrates, yakni dengan pendekatan deduksi matematis, yang
dimulai dengan meletakan definisi, aksioma, proposisi, kemudian berubah membuat
pembuktian (penyimpulan) berdasarkan definisi, aksioma, atau proposisi itu.5
Bagi Spinoza hanya ada satu substansi, yaitu tuhan. Tuhan dan alam adalah
satu dan sama. Teori ini dikeanal dengan nama panteisme (semua adalah tuhan). Dan
satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Spinoza juga beranggapaan
bahwa satu substansi itu mempunyai cirri-ciri yang tak terhingga jumlahnya jadi ia
menentang baik yahudi maupun Kristen. Spinoza percaya kepada tuhan, tetapi tuhan
yang dimaksud nya adalah alam semesta ini. Tuhan Spinoza itu tidak berkemauan,
tidak melakukan sesuatu, tidak terbatas. Tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, juga
tidak memperdulikan manusia. Berdasarkan keyakinan ini maka segala sesuatu yang
tak terbatas, di dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
tergantung kepada satu substansi yang satu itu. Substansi yang satu itu berada didalam
segala sesuatu yang beraneka ragam ini. Segala yang beraneka ragam mewujudkan
cara berada substansi yang satu tadi.

4
Praja Juhuya S, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika,(Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.96
5
Ibid,hlm,134
6

C. Leibniz
Gotifried Willheim Von Leibniz (1646-1716) dalam maksud pemikirannya,
bermaksud untuk membuktikan ekstistensi wujud (tuhan). Bagaimana keberadaan
tuhan itu benar-benar ada didalam kehidupan manusia. Ia membuktikan eksistensi
tuhan dengan konsep nya tentang monade-monade.
Leibniz berusaha membuktikan keberadaan tuhan dengan empat argumen.
Pertama, ia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya
tuhan terbukti. Kedua, ia berpendapat adanya alam semesta dan tidak lengkapnya
membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini dan ini disebut dengan
tuhan. Ketiga, ia berpendapat bahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu
tuhan. Keempat, Leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan antara monade-
monade membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu
sama lain, yaitu tuhan.6
Smentara Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu substansi, Leibniz
berpendapat bahwa substansi itu monad, setiap monad berbeda satu dengan yang lain
dan tuhan (sesuatu yang super monad dan satu-satunya monad yang tidak di cipta)
adalah pencipta monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang ini diberi judul
Monadology (studi tentang monad) yang ditulisnya tahun 1714. ini adalah singkatan
metafisika Leibniz.

6
ibid,138-139
7

PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat
penting dalam memproleh pengetahuan. Secara rasionalisme sudah tua sekali. Thales
telah menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Pada zaman modern muculah tokoh-
tokoh filsafat baru yang menganut paham rasionalisme, adapun tokoh pertama
rasionalisme ialah Descartes, selanjutnya Spinoza dan leibnez dari Jerman.
8

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmuru. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Surajiyo. 2015. Filsafat Ilmu: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Syadali, Ahmad. 2004. Filsafat Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umun Akal dan Hati Sajak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai