Anda di halaman 1dari 8

Dasar Berpikir Filsafat Secara Rasionalisme dalam Memperoleh

Pengetahuan pada Proses Pembelajaran IPS


Nur Azizah
e-mail: 2010128220004@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Rasionalisme merupakan sebuah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat terpenting
dalam memperoleh suatu pengetahuan. Dalam rasionalisme ini pengetahuan didapat dengan cara
berpikir, yang mana berpikir tersebut merupakan bentuk logis atau aturan yang berasal melalui logika.
Pada rasionalisme bukan berarti tidak menggunakan panca indra dalam mendapatkan pengetahuan
hanya saja panca indra digunakan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
didapatkan melalui panca indra agar akal mampu bekerja. Tokoh-tokoh filsafat yaitu Rene Descartes,
Baruch De Spinoza, dan Leibiniz (1646-1716). Dalam pandangan filsafat ilmu dan pengetahuan itu
berbeda, Dapat kita lihat filsafat disini bias dipahami sebagai filsafat pengetahuan yang mana secara
spesifiknya mnegkaji tentang hakikat ilmu pengetahuan, ilmu merupakan cabang dari pengetahuan dan
filsafat ilmu merupakan bentuk usaha akal manusia yang mengkaji asas pengetahuan berdasarkan
penemuan yang benar. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berdasarkan sebuah
pengalaman seseorang, yang mana pengetahuan dapat dilakukan berdasarkan panca indra manusia,
yakni melihat, merasakan, mencium, mendengar, dan meraba. Dalam suatu kajian pada filsafat masalah
skeptisisme dibagi menjadi dua, ada Rasionalisme dan Empirisme, akan tetapi dalam hal ini kita hanya
merujuk pada rasionalisme saja. rasionalisme berasal dari adaptasi bahasa Inggris dari rasionalisme.
Dalam pembuatan artikel ini metode yang saya gunakan yaitu dengan mengumpulkan dari hasil dari
beberapa jurnal atau dengn studi literatur yang menyangkut tentang Filsafat Ilmu atau yang berkaitan
dengan judul pada artikel saya yaitu Dasar berpikir Filsafat secara Rasionalisme dalam memperoleh
pengetahuan pada proses pembelajaran IPS.
Kata Kunci : Filsafat Ilmu, Pengetahuan, Rasionalisme

Abstract
Rationalism is a philosophical ideology which states that reason is the most important tool in obtaining
knowledge. In this rationalism knowledge is obtained by way of thinking, which thinking is a logical
form or rules that come from logic. In rationalism it does not mean not using the five senses in gaining
knowledge, only the five senses are used to stimulate the mind and provide materials obtained through
the five senses so that the mind is able to work. Philosophy figures are Rene Descartes, Baruch De
Spinoza, and Leibiniz (1646-1716). In view of the philosophy of science and knowledge are different,
we can see that philosophy here can be understood as a philosophy of knowledge which specifically
examines the nature of science, science is a branch of knowledge and philosophy of science is a form
of human reason effort that examines the principles of knowledge based on true discoveries. .
Knowledge is everything that is known based on a person's experience, which knowledge can be done
based on the five human senses, namely seeing, feeling, smelling, hearing, and touching. In a study of
philosophy, the problem of skepticism is divided into two, there are rationalism and empiricism, but in
this case we only refer to rationalism. rationalism comes from the English adaptation of rationalism.
In making this article, the method I use is to collect from the results of several journals or by studying
literature concerning the Philosophy of Science or related to the title of my article, namely Rationalism
in Philosophical Thinking in gaining knowledge in the social studies learning process.
Keywords: Philosophy of Science, Knowledge, Rationalism

204
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nur Azizah

Pendahuluan
Pemikiran Filsafat sudahi mulai berkembang sejak awal abad 6 SM. Yang dimaksud
dengan pemikiran filsafat bukan hanya pemikiran dalam arti sempit akan tetapi merupakan
pemikiran filsafat yang pada umumnya hingga pada masa modern (Syaharuddin et al., 2021).
Rasionalisme Merupakan faham filsafat yang mana menyatakan bahwa akal atau reason
merupakan alat yang penting dalam memperoleh suatu pengetahuan. Rasionalisme percaya
bahwa untuk mencapai suatu pengetahuan yaitu perlu menyakinkan diri pada sumber daya
lofika serta intelektual, hal ini merupakan suatu penalaran yang tidak berdasarkan suatu pada
data pengalaman, melainkan suatu kebenaran dasar yang menuntut untuk menjadi dan
mendasarkan diri pada sebuah pengalaman. Adapun pengalaman indera yang diperlukan untuk
merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal akan bekerja.
Rane Descartes merupakan seorang yang mendirikan aliran rasionalisme, yang mana ia
memiliki pendapat bahwa sumber pengetahuan dapat dipercaya melalui aka menurutnya hanya
pengetahuan yang berdasarkan akal yang mampu memenuhi syarat yang dituntut berdasarkan
pengetahuan ilmiah (Mutiani et al., 2022).
Pengetahuan merupakan suatu hasil rasa keingintahuan yang melalui suatu proses baik
itu secara sensoris, ataupun melalui objek atau panca indra terutama pada mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan sutau yang dominan pentig dalam terbentuknya suatu perilaku, pada
saat pengetahuan melalui panca indra dipengaruhi oleh berbagai perhatian, intensitas dan
persepsi terhadap objek. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal yang
sangat erat kaitannya, dengan adanya pendidikan formal tentunya menambah suatu wawasan
terhadap pengetahuan, akan tetapi bukan karena orang yang memiliki pendidikan formal yang
tinggi maka hanya ia yang memiliki pengetahuan yang tinggi pula, tidak menutup
kemungkinan mereka yang berpendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan yang luas.
Banyak sekarang ini anak-anak yang orang tuanya memiliki ekonomi ke bawah sehingga hal
tersebut menjadikan anak mereka tidak sekolah atau hanya mendapatkan pendidikan formal
yang biasa saja (Abbas, 2021).

Metode
Dalam metode ini saya mengemukakan hasil dari beberapa jurnal atau dengn studi
literatur yang menyangkut tentang Filsafat Ilmu atau yang berkaitan dengan judul pada artikel
saya yaitu Dasar berpikir Filsafat secara Rasionalisme dalam memperoleh pengetahuan pada
proses pembelajaran IPS. dan dari jurnal tersebut mereka melakukan hasil dalam metode
mereka tersebut ada yang menggunakan metode kualitatif dan ada yang menggunakan
kuantitatif, yaitu kualitatif ialah metode yang menggunakan opini sedangkan kuantitatif yaitu
metode yang mengunakan pengumpulan data dari hasil penelitian yang mereka lakukan, saya
hanya mengumpulkan dari beberapa jurnal dengan referensi yang berbeda beda.
Masalah Penelitian merupakan bentuk masalah yang akan diteliti dan dicari ataupun
segala bentuk hambatan, kesulitan ataupun rintangan yang muncul dalam suatu bidang
permasalahan yang diteliti (Mutiani et al., 2021).
Sasaran Penelitian merupakan suatu tujuan penelitian yang dapat mengidentifikasi atau
menggambarkan bentuk sebuah konsep dari situasi permasalahan dan kemudian memberikan
solusi untuk situasi yang terjadi. Sasaran pada penelitian seperti halnya mengapa.

205
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 1 No 1 (2022) : Filsafat Ilmu-AKBK3402

Teknik Pengumpulan Data merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan


data seperti interview, (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan dari ketiganya (Sugiyono, 2013).
Analisis Data memerlukan proses-proses yang berkelanjutan dengan membutuhkan refleksi
terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan analitis, dan menulis catatan disepanjang
penelitian (Creswell & Poth, 2016).

Hasil Dan Pembahasan


a. Pengertian Rasionalisme
Rasionalisme merupakan sebuah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah
alat terpenting dalam memperoleh suatu pengetahuan. Dalam rasionalisme ini pengetahuan
didapat dengan cara berpikir, yang mana berpikir tersebut merupakan bentuk logis atau aturan
yang berasal melalui logika. Pada rasionalisme bukan berarti tidak menggunakan panca indra
dalam mendapatkan pengetahuan hanya saja panca indra digunakan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang didapatkan melalui panca indra agar akal mampu bekerja.
Dalam faham filsafat rasionalisme ini untuk mencapai suatu kebenaran tidak hanya kita ketahui
melalui panca indra akan tetapi juga dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir,
bahan yang didapat melalui panca indra ini diatur oleh akal sehingga dapat terbentuk sebuah
pengetahuan yang benar. Akal dapat bekerja dengan bantuan panca indra akan tetapi akal juga
dapat menghasilkan suatu pengetahuan tanpa panca indra sama sekali, dengan begitu akal yang
dimaksud dalam faham rasionalisme ini dapat menghasilkan suatu pengetahuan tentang sebuah
objek yang betul-betul bastrak (Mutiani et al., 2021).
Adapun pemikiran tokoh-tokoh tentang Rasionalisme yaitu:
1. Rene Descartes (1596-1650)
Rene Descartes lahir pada tanggal 31 maret 1596 iya merupakan anak ke 4 dari Joachim
Descartes, yang mana ayahnya merupakan seorang parlemen. Descartes setelah dibaptis
mendapatkan nama Rene, yang mana ia merupakan anak yang tumbug dan menampakkan
bakatnya dlam bidang filsafat sehingga waktu ia kecil mendapat julukan si filsuf cilik.
Pemikirannya tentang suatu kebenaran yaitu dengan adanya metode kesangsian. Menurut
Dascartes sedikit-sedikitnya ia menyangsikan sesuatu akan tetapi hal tersebut bukanlah berasal
dari hasil tipuan (Mutiani et al., 2022).
2. Baruch De Spinoza (1632-1677)
Spinoza di lahirkan pada tahun 1632 dan wafat pada tahun 1677 M. ia memiliki nama
asli yaitu Baruch Spinoza akan tetapi setelah ia dikucilkan dari agama yahudi ia mengganti
namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Spinoza berpendapat terhadap pengetahuan yaitu
berturut-turut ada taraf persepsi indrawi atau imajinasi, taraf refleksi yang mengarah kepada
prinsip-prinsip dan yang kegita yaitu taraf intuisi. Yang mana menurutnya hanya taraf kedua
dan ketiga yang ia anggap merupakan pengetahuan sejati, dengan adanya hal ini ia
menunjukkan pendiriannya terhadap seorang rasionalis.
3. Leibiniz (1646-1716)

206
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nur Azizah

Memiliki nama lengkap yaitu Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia lahir di jerman, adapun
pemikiran Leibiniz yaitu terkenal dengan manadologinya yang mana ia memiliki pendapat
terhadap subtansi yang ada di dunia ini yang disebut dengan monad yang berarti satu unit.
b. Ilmu dan Pengetahuan
Dalam pandangan filsafat ilmu dan pengetahuan itu berbeda, Dapat kita lihat filsafat
disini bias dipahami sebagai filsafat pengetahuan yang mana secara spesifiknya mnegkaji
tentang hakikat ilmu pengetahuan, ilmu merupakan cabang dari pengetahuan dan filsafat ilmu
merupakan bentuk usaha akal manusia yang mengkaji asas pengetahuan berdasarkan
penemuan yang benar. Ilmu bertumpu pada analisis pada suatu data pengamatan dan percobaan
secara impersonal yang didasari dari hasil observasi dan eksperimen dari analisis objektif. Ilmu
dan pengetahuan secara etimologi, ilmu dalam bahasa inggrisnya disebut science yang berarti
belajar, atau mengetahui, sedangkan pengetahuan dalam bahasa inggrisnya disebut dengan
knowledge yang memiliki arti kenyataan sesuatu yang diperoleh berdasarkan suatu
pengalaman, juga seumlah pengetahuan yang disusun kebenaran serta informasinya (Abbas et
al., 2019).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berdasarkan sebuah pengalaman
seseorang, yang mana pengetahuan dapat dilakukan berdasarkan panca indra manusia, yakni
melihat, merasakan, mencium, mendengar, dan meraba. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan :
o Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha dalam mengembangkan serta meningkatkan kepribadian dan
kemampuan seseorang untuk dapat memahami suatu hal. Adanya pendidikan ini
mempengaruhi sebuah proses belajar serta kualitas seseorang, seperti halnya semakin tinggi
pendidikan seseorang itu maka akan semakin mudah seseorang tersebut dalam mendapatkan
berbagai hal dan informasi. Sebagaimana yang kita ketahui pengetahuan sangat memiliki
keterkaitan dengan pendidikan, sebagaimana seseorang itu mendapatkan pendidikan maka
akan luas pula pengetahuan yang ia dapat (Putro et al., 2022).
o Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidup setiap harinya, adapun dalam lingkungan pekerjaan tentunya kita mampu memperoleh
pengalaman serta pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Semisalnya
seperti pedagang tentunya ia mendapatkan suatu pengalaman serta pelajaran dalam berdagang
seperti melayani pembeli yang baik, menjadi pedagang yang ramah, hal itu tentunya akan
sangat mempengaruhi terhadap pekerjaannya karena orang yang memang memiliki basic
dalam berdagang tidak akan sembarangan dalam memasarkan suatu dagangannya beda halnya
dengan orang yang tidak ada basic dalam berdagang (Muliasari et al., 2022).
o Umur dan minat
Umur dapat mempengaruhi dalam pola piker seseorang dengan bertambahnya umur
seseorang dari tahun ke tahun maka akan semakin pula berkembangnya pola piker individu
sehingga pengetahuan yang ia milikipun akan semakin banyak.

207
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 1 No 1 (2022) : Filsafat Ilmu-AKBK3402

Minat ialah suatu keinginan yang tingi yang ingin diraih oleh seseorang terhadap suatu
hal, minat dapat menjadikan seseorang dalam menekuninya sehingga seseorang tersebut
mendapatkan pengetahuan terhadap apa yang ia pelajari (Syaharuddin & Mutiani, 2020).
c. Keterkaitan berpikir Rasionalisme dalam pembelajaran IPS
Dalam suatu kajian pada filsafat masalah skeptisisme dibagi menjadi dua, ada
Rasionalisme dan Empirisme, akan tetapi dalam hal ini kita hanya merujuk pada rasionalisme
saja. rasionalisme berasal dari adaptasi bahasa Inggris dari rasionalisme.Secara etimologis,
kata ini berasal dari bahasa Latin rasio, yang berarti “alasan”. (Bagus, 2002). Pada sebuah
dalam konteks yang lebih luas, akar makna rasionalisme merujuk pada suatu pandangan, yang
berpandangan “akal adalah .sumber pengetahuan dan pembenaran.” Rasionalisme dipahami
menurut umatnya sebagai pernyataan aksioma dasar yang digunakan untuk membangun system
pemikiran yang berasal dari "ide". Ide dimaksud harus jelas, tegas, dan harus berasal dari
pemikiran manusia (James 2010; Kattsoff,2004), Pikiran manusia dapat mengetahui ide karena
ide berasal dari akal. Akal dapat membawa manusia sampai pada pengetahuan yang benar
(tidak mungkin salah). Jadi, ide sudah "ada" sebagai bagian dari realitas dasar dan pikiran
manusia (Magnis, 2002). Rasionalis tahu bahwa pikiran bisa memahami suatu prinsip, maka
prinsip itu harus ada (Susanto, 2011). Oleh karena itu, jika prinsip tidak ada, maka manusia
(manusia) tidak dapat menggambarkannya. Proposisi ini adalah sesuatu yang apriori. Prinsip
tidak dikembangkan dari pengalaman, dan sebaliknya, pengalaman hanya dapat dipahami jika
dilihat dari prinsipnya. (Tjahjadi, 2004). Berbagai tokoh menyajikan pandangan ini dengan
ajaran yang khas berdasarkan perkembangannya, tapi masih di koridor yang sama. Misalnya,
pada abad ke-17, ada beberapa yang terkenal tokoh rasionalis seperti Plato sebagai pionir yang
juga dikenal dengan “Rasionalisme atau Platonisme René Descartes (1590 - 1650) dengan
motto terkenal "cogito erg sum" (berpikir, jadi saya ada). Tokoh lainnya adalah JJ Roseau
(1712 – 1778) dan Basedow (1723 – 1790), Gottfried Wilhelm von Leibniz, Christian Wolff
dan Baruch Spinoza.
Rasionalisme dalam pendidikan IPS dijelaskan dengan berdasarkan suatu pemahaman
tentang pengertian Pendidikan IPS, yang mana Pendidikan IPS ini lebih dikenal dengan sebutan
Ilmu Sosial (Sapriya, 2017). Adapun IPS pada tingkatan SD yaitu merupakan mata pelajaran
yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari beberapa konsep di ilmu social seperti disiplin ilmu,
ilmu pengetahuan, serta masalah-masalah dalam bentuk kehidupan. Materi pada pembelajaran
IPS di SD tidak memandang pada aspek disiplin melainkan lebih ditekankan pada aspek
psikologi dan pedagigis peserta didik, serta juga meliputi dimensi dan karakteristik
kemampuan berpikir peserta didik secara holistik (Abbas, 2013).
Pengertian IPS dalam tingkatan sekolah memiliki pengertian yang berbeda-beda, yang
pada dasarnya pengertian ini disesuaikan berdasarkan karakteristik serta kebutuhan peserta
didik terutama antara IPS untuk SD sekolah (SD), IPS untuk sekolah menengah pertama
(SMP), dan IPS untuk sekolah menengah (SMA) (Jumriani et al., 2021). Pengertian IPS di
sekolah berarti ada mata pelajaran yang berdiri sendiri, gabungan dari berbagai mata pelajaran,
dan ada pula yang mengartikan studi sosial sebagai program pengajaran (Rachman, 2020). Hal
ini dapat dilihat dari pendekatan setiap tingkat. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” dari transfer konsep. di social mempelajari pembelajaran, siswa diharapkan
memahami beberapa konsep dan mengembangkan serta melatihnya. sikap, nilai, moral, dan

208
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nur Azizah

keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. (Syaharuddin & Mutiani, 2020).
IPS juga membahas tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan. Lingkungan
masyarakat tempat siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan
menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan sekitar (Abbas, 2018).
Tujuan Pendidikan IPS dapat tercapai dengan baik apabila materi pendidikan disusun
dalam berbagai cara, mulai dari pendekatan “mono-terstruktur, antar-terstruktur, dan trans-
terstruktur hingga disiplin ilmu sosial (Sapriya, 2012). Namun, pertama-tama diperlukan
metode. menerapkan pendekatan ini dalam kerangka pembelajaran. Dalam konteks filsafat, ada
tiga pilihan metode pemecahan masalah: deduktif, induktif, dan gabungan. Metode ini
menjelaskan proses berpikir epistemologis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Metode ilmiah adalah suatu prosedur dalam memperoleh pengetahuan yang disebut
sains. Metode ini hasil dari perkawinan pandangan dua sekolah besar di dunia filsafat yang
bertolak belakang, yaitu Rasionalisme dan Empirisme (Pujoalwanto, 2014). Jika metode
induktif mencerminkan pola berpikir kaum rasionalis, metode deduktif mencerminkan cara
berpikir pola kaum empiris.
Adapun dalam kajian IPS setiap objek masalah sosial memerlukan arahan serta analisis
dengan begitu memerlukan strategi dasar sehingga pengetahuan tersebut di yakini yaitu Objek
memiliki kesamaan satu sama lain, Suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu,
dan Setiap gejala bukanlah suatu kebetulan (Bambang Subiyakto & Mutiani, 2019).

Kesimpulan
Pemikiran Filsafat sudahi mulai berkembang sejak awal abad 6 SM. Yang dimaksud
dengan pemikiran filsafat bukan hanya pemikiran dalam arti sempit akan tetapi merupakan
pemikiran filsafat yang pada uumnya hingga pada masa modern. Rasionalisme merupakan
sebuah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam memperoleh
suatu pengetahuan. Dalam rasionalisme ini pengetahuan didapat dengan cara berpikir, yang
mana berpikir tersebut merupakan bentuk logis atau aturan yang berasal melalui logika. Dalam
pandangan filsafat ilmu dan pengetahuan itu berbeda, Dapat kita lihat filsafat disini bias
dipahami sebagai filsafat pengetahuan yang mana secara spesifiknya mnegkaji tentang hakikat
ilmu pengetahuan, ilmu merupakan cabang dari pengetahuan dan filsafat ilmu merupakan
bentuk usaha akal manusia yang mengkaji asas pengetahuan berdasarkan penemuan yang benar
Ilmu bertumpu pada analisis pada suatu data pengamatan dan percobaan. Rasionalisme dalam
pendidikan IPS dijelaskan dengan berdasarkan suatu pemahaman tentang pengertian
Pendidikan IPS, yang mana Pendidikan IPS ini lebih dikenal dengan sebutan Ilmu Sosial
(Sapriya, 2012). Adapun IPS pada tingkatan SD yaitu merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri sebagai integrasi dari beberapa konsep di ilmu social seperti disiplin ilmu, ilmu
pengetahuan, serta masalah-masalah dalam bentuk kehidupan (Abbas, 2013). Materi pada
pembelajaran IPS di SD tidak memandang pada aspek disiplin melainkan lebih ditekankan
pada aspek psikologi dan pedagigis peserta didik, serta juga meliputi dimensi dan karakteristik
kemampuan berpikir peserta didik secara holistic.

209
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Seri Publikasi Pembelajaran
Vol 1 No 1 (2022) : Filsafat Ilmu-AKBK3402

Daftar Pustaka
Abbas, E. W. (2013). Mewacanakan Pendidikan IPS (Cetakan Kedua). WAHANA Jaya Abadi.
http://eprints.ulm.ac.id/5481/
Abbas, E. W. (2018). Penguatan Pendidikan IPS Di Tengah Isu-Isu Global. Program Studi
Pendidikan IPS FKIP ULM. http://eprints.ulm.ac.id/4162/
Abbas, E. W. (2021). Manusia, Berpikir, dan Filsafat. Program Studi Pendidikan IPS FKIP
ULM. https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/24445
Abbas, E. W., Permatasari, M. A., Mutiani, M., Saidinor, S., Budiyanti, A., & Hassanaini, H.
(2019). Implementasi Model Kooperatif dalam Pembelajaran IPS untuk meningkatakan
Pengetahuan Kesadaran Lingkungan Peserta Didik (Studi pada SMP Negeri 6
Banjarmasin). Implementasi Model Kooperatif Dalam Pembelajaran IPS Untuk
Meningkatakan Pengetahuan Kesadaran Lingkungan Peserta Didik (Studi Pada SMP
Negeri 6 Banjarmasin). http://eprints.ulm.ac.id/5127/
Bambang Subiyakto & Mutiani. (2019). Internalisasi nilai pendidikan melalui aktivitas
masyarakat sebagai sumber belajar ilmu pengetahuan sosial. Khazanah: Jurnal Studi
Islam Dan Humaniora, 17(1), 137–166. https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.18592/khazanah.v17i1.2885
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Approaches. SAGE Publications.
Jumriani, J., Rahayu, R., Abbas, E. W., Mutiani, M., Handy, M. R. N., & Subiyakto, B. (2021).
Kontribusi Mata Pelajaran IPS untuk Penguatan Sikap Sosial pada Anak Tunagrahita.
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 4651–4658.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1536
Muliasari, Y., Hasanah, M., Putra, M. A. H., Syaharuddin, S., & Handy, M. R. N. (2022).
Integration of Local Content on Scarcity Materials as Economic Problems and Needs.
The Kalimantan Social Studies Journal, 3(2), 169–174.
https://doi.org/10.20527/kss.v3i2.3715
Mutiani, M., Disman, D., Wiyanarti, E., Abbas, E. W., Hadi, S., & Subiyakto, B. (2022).
Overview of Rationalism and Empiricism Philosophy in Social Studies Education. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(2), 148–156.
https://doi.org/10.20527/iis.v3i2.4671
Mutiani, M., Supriatna, N., Wiyanarti, E., Alfisyah, A., & Abbas, E. W. (2021). Kuhnian’s
Paradigmatic Analysis Method As a Solution of Abstract Thinking Difficulties in
Social Studies. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan, 13(3), 1653–1662.
https://doi.org/10.35445/alishlah.v13i3.1046
Pujoalwanto, B. (2014). Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis, dan Empiris.
Graha Ilmu. https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/30582/perekonomian-
indonesia-tinjauan-historis-teoritis-dan-empiris.html
Putro, H. P. N., Hadi, S., Rajiani, I., Abbas, E. W., & Mutiani. (2022). Adoption of e-Learning
in Indonesian Higher Education: Innovation or Irritation? Educational Sciences:
Theory & Practice, 22(1), 36–45.
Rachman, A. A. (2020). Improving the Quality of Learning Through Academic Supervision
(Study in SMP Negeri 14 Banjarbaru). The Innovation of Social Studies Journal, 2(1),
10–16.
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya.
Sapriya. (2017). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran (Cetakan 8). PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono, S. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

210
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM
Nur Azizah

Syaharuddin, S., Handy, M. R. N., Fahlevi, R., Sriwati, S., Wicaksono, B. A., Nugraheny, A.
R., Septiawan, A., Mardiani, F., Pebrianto, R. N., & Yani, M. (2021). Menulis
Fenomena Sosial Pandemi Covid-19. Program Studi Pendidikan IPS, FKIP Universitas
Lambung Mangkurat.
Syaharuddin, S., & Mutiani, M. (2020). STRATEGI PEMBELAJARAN IPS: Konsep dan
Aplikasi (B. Subiyakto & E. W. ABBAS, Eds.). Program Studi Pendidikan IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
http://eprints.ulm.ac.id/8545/

211
Copyright © 2022, Pusat Publikasi S-1 Pendidikan IPS FKIP ULM

Anda mungkin juga menyukai