Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk tuhan (allah) adalah makhluk individu.
Selain itu, manusia juga merupakan makhluk sosial, etis, berbudaya dan
religius. Sifat kodrati manusia sebagai kelima makhluk tersebut, harus
dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi.
Perlu disadari bahwa manusia akan mempunyai arti jika ia berada
diantara manusia lainnya. Tanpa adanya manusia lain atau tanpa hidup
bermasyarakat, manusia tidak akan bisa melanngsungkan hidupnya dengan
baik. Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia juga membutuhkan
pendidikan. Baik pendidikan formal, informal maupun nonformal.Inilah yang
akan mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangannya kelak dalam
menjalani kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya pengembangan manusia ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Pengembangan Manusia


Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna, karena
manusia memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dalam
pengembangannya, manusia tidak hanya menjadi makhluk individu tetapi
juga makhluk social, karena manusia akan lebih mempunyai arti setelah ia
berada diantara manusia lainnya. Sehingga kebutuhan hidupnya bisa
berlangsung dengan baik.
Adapun upaya pengembangan manusia, diantaranya sebagai berikut :
1. Pertama, Manusia sebagai Makhluk Individu
Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda walaupun
manusia tersebut dilahirkan secara kembar. Karenanya setiap manusia
yang dilahirkan di dunia ini memiliki sifat atau karakter, keinginan,
kebutuhan dan cita-cita yang berbeda dengan manusia lainnya, sehingga
dapat dibedakan dengan manusia lainnya (Fandy, 2012).
Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai
perseorangan atau pribadi yang terpisah dari pribadi lain. Manusia secara
individu adalah bebas, ia bisa menetukan sendiri apa yang dilakukan
berdasarkan kehendaknya.
Paham yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada
dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham
individualisme. Paham individulaisme menekankan pada kekhususan,
martabat, hak, dan kebebasan orang perorang.
Paham individualisme tumbuh dan berkembang di dunia Barat oleh
beberapa filsuf, diantaranya Jean Jaques Rousseau. Dasar semangat
individualisme adalah lahir secara bebas dan merdeka, manusia boleh
berbuat apa saja asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain.
Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kesadaran diri yang
dimulai dari kesadaran pribadi diantara kesadaran terhadap sesuatu.
Adapun ciri manusia sebagai makhluk individu adalah memiliki berbagai

2
potensi, unik dan mandiri. Namun, semua itu perlu dikembangan dengan
pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya.
Pengembangan manusia sebagai makhluk individu mempunyai
tujuan mengaktualisai semua potensi positif dengan memperhatikan
berbagai keunikan yang ada pada dirinya. Dan agar menjadi insan-insan
yang mandiri. Dengan melakukan pendekatan untuk menjadikan manusia
memiliki perbedaan yang positif dalam beberapa hal dengan manusia
lainnya.

2. Kedua, Manusia sebagai Makhluk Sosial.


Dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.
Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya,
karena ini merupakan salah satu kodrat manusia. Manusia selalu
membutuhkan manusia lain untuk melangsungkan hidupnya. Karena
manusia sebagai makhluk sosial sehingga manusia terikat oleh norma-
norma sosial.
Dengan berada di lingkungan sosial manusia akan lebih memahami
lingkungan sosial (social understanding), juga memiliki pemahaman
tentang tingkah laku atau cara bersosialisasi dengan sesamanya (social
attitude), sehingga memunculkan kemampuan bersosialisasi dengan baik
(social skill) dan bisa merespon keadaan sekitar sesuai dengan norma-
norma yang berlakuk di lingkungan tersebut (social responsibility).
Pendekatan manusia sebagai makhluk sosial dilakukan dengan cara
bersosialisasi langsung dengan masyarakat di lingkungan tersebut.
Sederhananya, menurut Fandy (2012), manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu: Manusia tunduk pada
aturan dan norma social; Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain
dari orang lain; Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain; Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia.

3
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi
antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses
di mana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi daya
pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi jika dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial. Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Imitasi, yaitu suatu proses peniruan atau meniru.
Sugesti, yaitu suatu poroses dimana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain
tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang
lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik.
Identifikasi. Dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Simpati, yaitu perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan
berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Setiap manusia mempunyai hakikatnya dalam hidup.

3. Ketiga, Manusia sebagai Makhluk Etis


Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu
dan sosial. Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang
memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapat memahami norma-
norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika
yang diyakininya.
Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat
manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of

4
beauty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sosok manusia yang
memiliki cita, rasa, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
Manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan yang buruk
karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam
kehidupannya. Sebagai makhluk etis, manusia mampu memahami
berbagai norma susila, bertindak sesuai dengan norma susila dan
memiliki hati nurani.
Dengan adanya pengembangan manusia sebagai makhluk etis
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang selalu bertindak sesuai
dengan norma-norma susila sehingga bisa mewujudkan manusia yang
memiliki hati nurani. Dengan melalui pendekatan pendidikan moral atau
budi pekerti.

4. Keempat, Manusia sebagai Makhluk Berbudaya


Manusia sebagai makhluk berbudaya berarti manusia adalah
makhluk yang memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lain yang
diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia memiliki akal yang dapat
dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang selalu
berkembang seiring dengan berjalannya waktu (Edho Pratama, 2012).
Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping
tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai
kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi
kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi
untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka
bumi ini.
Manusia disebut sebagai makhluk berbudaya karena manusia
memiliki akal dan budi atau pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi
manusia berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi
tuntutan jasmani dan rohani yang akhirnya menimbulkan kebahagiaan.
Karena manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki potensi, maka

5
manusia menggunakannya untuk menghasilkan kebudayaan sehingga
perilakunya dipengaruhi oleh kebudayaan.
Di samping mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dan
melestarikan kebudayaan, manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
budaya nasional. Melalui pendekatan enkulturasi atau proses
pembudayaan, manusia bisa disebut sebagai makhluk berbudaya.

5. Kelima, Manusia sebagai Makhluk Religius


Manusia diciptakan Allah di muka bumi ini sebagai makhluk yang
sempurna diantara makhluk lain. Namun di sisi lain manusia memiliki
keterbatasan dan kekurangan. Berdasarkan konsep keyakinan, terutama
Agama yang dianutnya manusia yakin ada kekuasaan lain yaitu Allah,
Tuhan Sang Pencipta Alam.
Dalam kehidupannya manusia tidak bisa meninggalkan unsur
Ketuhanan. Manusia juga menyadari dan mengakui adanya Kuasa adalah
kodrati yang bersifat suprarasional. Manusia juga memiliki kebutuhan
untuk berhubungan, menyembah dan berserah diri pada Kuasa adalah
kodrati.
Tujuan dari pengembangan ini adalah terwujudnya manusia yang
beriman dan terwujudnya manusia yang berprilaku sesuai dengan norma-
norma agama. Upaya pengembangannya adalah melalui Pendidikan
Agama, diantaranya Islam.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengembangannya manusia terbagi menjadi lima peran dan
dalam setiap perannya memiliki cara pengembangan yang berbeda. Pertama,
manusia sebagai makhluk individu memiliki pendekatan melalui
individualisasi. Kedua, manusia sebagai makhluk sosial memiliki pendekatan
melalui sosialisasi. Ketiga, manusia sebagai makhluk etis memiliki
pendekatan melalui pendidikan moral atau budi pekerti. Keempat, manusia
sebagai makhluk yang berbudaya memiliki pendekatan melalui proses
inkulturasi atau proses pembudayaan. Dan kelima, manusia sebagai makhluk
religius memiliki pendekatan melalui pendidikan agama.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanidependidikan.blogspot.com/2016/12/upaya-
pengembangan-manusia-sebagai.html (Diakses 2 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai