”KEKERINGAN”
Disusun Oleh :
Tia Putri Amanda
Kelas : X IPS (B)
MADRASAH ALIYAH
YAYASAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN
MATHLAUL HUDA AMBARAWA
TAHUN PELAJARAN
2021/2022
LEMBARA PENGESAHAN
Yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Geografi :
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Pembimbing
ii
KATA PENGATAR
Ambarawa, ……………...2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tatkala musim kemarau, banyak sekali tananaman yang mati
karena kekurangan air. Namun pada saat musim penghujan banyak yang
mati karena kelebihan air/kebanjiran. Hal ini bila di lihat dari suatu
ketinngian tertentu di atas udara akan semakin jelas, tatkala musim hujan
banyak pemandangan yang tampak di bawah berwarna hijau, sedangkan
pada musim kemarau pemandangan akan terjadi hal yang sebaliknya,
akan terlihat pemandangan berwarna cokelat.
Upaya pemerintah daerah yang selama ini di lakukan adalah
menyediakan penampungan berupa waduk-waduk atau bendungan-
bendungan. Upaya lain sebagai teknologi alternatif terakhir adalah
dengan mengupayakan hujan buatan. Teknologi ini sering menemui
kendala yang sangat berarti yaitu saat musim kemarau sering tidak
menghasilkan apa-apa karena di musim ini bahan hujan yang berupa
awan hanya sedikit, sehingga banyak mengalami kegagalan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengatasi kekeringan ketika musim kemarau tiba?
2. Apa dampak dari kekeringan?
3. Apa manfaat dari hujan buatan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi
secara perlahan (slow onset disaster), berlangsung lama sampai hujan
tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sector (ekonomi, sosial,
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain).
Kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit
dicegah dan datang berulang. Secara umum pengertian kekeringan
adalah ketersediaan air yang jauh di bawah dari kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Terjadinya kekeringan di suatu daerah bisa menjadi kendala dalam
peningkatan produksi pangan di daerah tersebut. Di Indonesia pada
setiap musim kemarau hampir selalu terjadi kekeringan pada tanaman
pangan dengan intensitas dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya.
2
1. Cara Mengatasi Dengan Embung
Cara mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan membuat embung alias penampung air hujan. Nantinya,
embung ini dapat digunakan sebagai penyediaan air ketika musim
kemarau panjang tiba. Embung ini dapat membantu untuk mengairi
tanaman-tanaman yang ‘terjebak’ ketika musim kemarau tiba,
sehingga tanaman-tanaman tersebut tidak akan mati karena kekurangan
air. Cara ini cukup efektif dan dapat digunakan oleh para petani,
mengingat seringnya terjadi gagal panen karena kemarau panjang
yang menyebabkan kekeringan. Pertimbangkanlah seberapa banyak air
yang akan dibutuhkan ketika membuat embung. Semakin besar
embung yang dibuat maka akan semakin banyak pula air yang
tertampung, maka akan semakin banyak pula lahan dan tanaman yang
dapat diairi.
2. Cara Mengatasi Kekeringan Dengan Memelihara Waduk
Selanjutnya, ketika musim kemarau banyak sumber air yang
mengalami kekeringan. Misalnya, waduk. Untuk mengatasi hal
tersebut maka cara mengatasi kekeringan yang dapat dilakukan
adalah dengan mencegah waduk mengalami pendangkalan. Pasalnya,
jika terjadi pendangkalan maka kapasitas air dalam waduk akan
berkurang dan menyebabkan waduk menjadi cepat kering ketika
musim kemarau tiba. Penyebab dari pendangkalan ini adalah karena
adanya sedimentasi butiran tanah yang dibawa oleh aliran sungai dari
daerah hulu akibat dari rusaknya ekosistem hulu. Untuk menghindari
pendangkalan waduk ini, maka perlu dilakukan pengerukan agar
waduk menjadi lebih dalam lagi. Dengan begitu, waduk pun mampu
menampung air lebih banyak lagi.
3. Cara Mengatasi Kekeringan Dengan Penghijauan
Jangan lupa juga untuk selalu melakukan penghijauan. Ini
merupakan cara mengatasi kekeringan yang paling klasik tapi tidak
boleh dilewatkan. Penghijauan sebaiknya di lakukan di daerah hulu
disertai dengan pengurangan konversi lahan di daerah hulu. Konversi
3
lahan ini mampu mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap air
hujan. Penghijauan ini nantinya bisa mengurangi terjadinya
sedimentasi sehingga tidak akan terjadi pendangkalan waduk.
Tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong mampu menjaga
butiran tanah ketika hujan tiba. Tanaman yang rapat juga berfungsi
untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan,
mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga akhirnya air
tanah akan tersedia lebih lama.
Terakhir, sebaiknya berikan peringatan kepada masyarakat
bahwa akan terjadi kekeringan. Dengan begitu masyarakat dapat
bersiap-siap untuk mencari cara mengatasi kekeringan yang dapat
membantu mereka. Peringatan ini sangat penting untuk dilakukan.
Terutama bagi para petani. Sehingga mereka dapat
mempertimbangkan kapan saat yang pas untuk menanam, sehingga
tidak akan terjadi gagal panen karena kekeringan.
Selain itu, pemerintah seharusnya bisa membantu masyarakat
dengan memberikan pompa air. Pompa air sangat penting karena
dapat membantu pengadaan air untuk irigasi ketika pasokan air yang
dibutuhkan kurang atau tidak mencukupi. Nantinya dengan pompa air
tersebut, petani dapat mengatasi kelangkaan air dengan memompa air
dari sungai atau sumber-sumber air sekitar.
4
Kekeringan hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya
kekeringan.
Kekeringan Pertanian; berhubungan dengan kekurangan lengas tanah
(kandungan air dalam tanah), sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah
yang luas. Kekeringan pertanian ini terjadi setelah gejala kekeringan
meteorology.
Kekeringan Sosial Ekonomi; berkaitan dengan kekeringan yang
memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi, seperti:
rusaknya tanaman, peternakan, perikanan, berkurangnya tenaga listrik
dari tenaga air, terganggunya kelancaran transportasi air, dan
menurunnya pasokan air baku untuk industri domestic dan perkotaan.
Kekeringan Hidrotopografi; berkaitan dengan perubahan tinggi muka
air sungai antara musim hujan dan musim kering dan topografi
lahan akibat Ulah Manusia.
5
D. Manfaat dari Hujan Buatan
Hujan buatan bermanfaat untuk membantu daerah yang sedang
mengalami kekeringan, pengisian waduk, keperluan air bersih, irigasi,
dan sebagainya. Karena hujan buatan ini merupakan teknologi modifikasi
cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu
musim hujan.
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu
daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan
sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah
kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-
retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain
sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai
kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat
hidup bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan
bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah
salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi
akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata
sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah
semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah
manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat
kesalahan yang kita lakukan saat ini.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu
daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan
sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering,
gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak,
kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya.
Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan
air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup
bahagia dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana
pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah
satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-
akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga
menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah
semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah
manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat
kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Media yang bisa ditempeli uap air contohnya partikel garam di
atas lautan yang bisa menyerap uap air sehingga membentuk kumpulan
yang besar. Asap juga bisa sebagai media untuk berkumpulnya uap air.
Bibit hujan ini akan bergerak sesuai dengan tiupan angin.
7
DAFTAR PUSTAKA