Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TERJADINYA TANAH LONGSOR


DI KABUPATEN TRENGGALEK

Disusun Oleh:
Fika Auliya Fauziyah (07)
Khulia Nur Utami (15)

MAN 1 KEBUMEN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Penyusun laporan hasil penelitian dengan tema “Terjadinya Tanah Longsor di Kabupaten
Trenggalek”

Disusun oleh :

1. Allien Agatha Inari (04)


2. Nisrina Fauziyah Fahrudin (23)

Kelas: X-IPS 1

Mengetahui,

Kepala Sekolah Pembimbing

Drs. Sugeng Riyono, M. Pd. Suprapto, S. Pd.


NIP. 19630507 198702 1 005 NIP.

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan restu-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul
“Terjadinya Tanah Longsor di Kabupaten Trenggalek” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Sugeng Riyono selaku Kepala SMAN 1 Trenggalek.


2. Kedua orang tua kami.
3. Teman-teman kelas X-IPS 1.

Pada laporan hasil penelitian ini, kami diharuskan untuk mengetahui dan
memahami penyebab tanah longsor yang kerap terjadi di Kabupaten
Trenggalek.

Laporan ini kami kerjakan untuk memenuhi nilai mata pelajaran geografi
yang diberikan beberapa waktu yang lalu. Selain itu, dengan adanya tugas ini
kami dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian geografi.

Kami berharap laporan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan


mengenai penyebab, akibat, dan solusi dari terjadinya tanah longsor dan untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk dari isi yang salah agar menjadi lebih
baik lagi.

Trenggalek, 02 November 2016

Penyusun

2
ABSTRAK

Tanah Longsor merupakan gerakan massa tanah pembentuk lereng.


Penyebab dan sifat dari gerakan massa tanah atau longsor umumnya tidak bisa
terlihat, karena penyebabnya tertutup oleh endapan geologi dan sistem air tanah.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor utama penyebab longsor dan
mengetahui nilai faktor aman stabilitas lereng tanpa pengaruh muka air tanah
dan dengan pengaruh muka air tanah di Desa Pucanganak Kecamatan Tugu
Kabupaten Trenggalek.

Variabel yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan peta meliputi


curah hujan, kemiringan lereng, geologi, jenis tanah dan penggunaan lahan.
Penyelidikan tanah dilakukan dengan pengujian hand boring di lapangan dan uji
karakteristik material di laboratorium. Analisis numeris stabilitas lereng
dilakukan dengan menggunakan aplikasi Geo Slope/W pada lereng tanpa
pengaruh muka air tanah dan dengan pengaruh muka air tanah. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa faktor curah hujan berada pada 1108,5-2855,5
mm/tahun. Faktor kemiringan lereng berada di kemiringan 0-15%. Faktor
geologi berada di formasi (Tmb), yaitu jenis batuan diorit, diorit kuarsa,
granodiorit, dan adamelit. Faktor jenis tanah berada pada jenis tanah brown
forest soil, alluvial serta alluvial hidromorf. Faktor penggunaan lahan berupa
lahan pertanian kering campur semak. Berdasarkan hasil analisis numeris,
faktor keamanan tanpa pengaruh muka air pada lima lokasi pengujian yaitu FK
= 1,012-1,869. Faktor keamanan dengan pengaruh muka air pada lima lokasi
pengujian yaitu FK = 0,865-1,627

3
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan........................................................................... 01
Kata Pengantar ................................................................................... 02
Abstrak................................................................................................ 03
Daftar Isi ............................................................................................. 04
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang..................................................................... 06
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 08
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 08
D. Manfaat Penelitian............................................................... 08

Bab II Metodologi Penelitian

A. Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian.......................... 09


B. Metode Pengumpulan Data.................................................. 09
C. Model Analisis..................................................................... 10

Bab III Pembahasan

A. Lokasi sebaran area kejadian longsor.................................. 11


B. Karakter dan pola tanah atau area yang terjadi.................... 11
C. Penyebab-penyebab terjadinya longsor................................ 11
D. Fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor............... 13

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan........................................................................... 15
B. Saran .................................................................................... 15

Daftar Pustaka..................................................................................... 17

Lampiran............................................................................................. 18

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung
api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat
subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim
hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman
keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke
dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

Daerah Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur khususnya Desa Pucanganak


Kecamatan Tugu merupakan contoh dari banyak daerah di Indonesia yang rawan terhadap
proses longsor. Desakan akan kebutuhan lahan baik untuk penggunaan pertanian dan non
pertanian telah memaksa penduduk yang tinggal di wilayah tersebut untuk memanfaatkan
lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap tanah longsor. Kurangnya
pemahaman atas perilaku proses longsor telah mengakibatkan kegiatan konservasi yang
dilakukan tidak sesuai dengan proses ataupun tingkat bahaya longsor yang terjadi. Maka

5
untuk itulah diperlukan identifikasi penyebab longsor agar dapat diketahui penyebab utama
longsor dan mengetahui berapa besar faktor keamanan pada lereng tersebut.

6
B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian?


2. Bagaimana karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor di daerah
penelitian?
3. Apa penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah penelitian?
4. Apa fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor di daerah penelitian?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian.


2. Mengetahui karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor yang
terjadi di daerah penelitian.
3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya longsor di
daerah penelitian.
4. Menentukan fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor di daerah penelitian.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang
gambaran penyebab-penyebab longsor berdasarkan kejadian longsor yang telah terjadi
sehingga mampu menjadi rujukan dalam pencegahan dan mitigasi bencana tanah longsor

7
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN

Di antara kecamatan-kecamatan di Trenggalek yang rentan gerakan tanah tingkat


menengah hingga tinggi, yakni Kecamatan Bendungan, Kecamatan Trenggalek, Tugu,
Durenan, Karangan, Pule, Punggul, Kambak, Watulimo dan Munjungan.

Jalur jalan yang berada pada Kecamatan Sawoo sampai dengan Kecamatan Tugu
merupakan satu-satunya jalur penghubung antara Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten
Trenggalek. Panjang jalur tersebut ± 16 Km, serta  merupakan jalur provinsi penghubung
kedua kabupaten tersebut. Pada musim hujan, jalur ini rawan terhadap bencana longsor.
Melihat kondisi wilayah tersebut ada  beberapa tempat yang mempunyai potensi rawan
longsor. Namun permasalahannya lokasi rawan longsor pada jalur tersebut hingga saat ini
belum teridentifikasikan dan belum terpetakan. Akibatnya belum ada penanganan yang
tepat untuk mengatasi bahaya longsor tanah karena penanganan setiap tipe longsor
berbeda satu dengan dengan yang lainnya.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik medan daerah penelitian,


lokasi-lokasi yang berpotensi terjadinya longsor tanah, serta kemungkinan tipe longsor
tanah yang berkembang di sepanjang jalur Ponorogo–Trenggalek.

B. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Berdasarkan jenisnya penelitian


ini bersifat deskriptif. Subjek penelitian dispesifikan pada daerah rawan longsor di
sepanjang jalur jalan Ponorogo–Trenggalek yang melintasi Desa Sawoo Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo sampai Desa Pucanganak Kecamatan Tugu Kabupaten
Trenggalek. Identifikasi daerah rawan longsor diamati berdasarkan beberapa variabel
yaitu kemiringan lereng, pemusatan mata air, tingkat pelapukan tanah, kerapatan kekar,
kedalaman pelapukan, struktur lapisan batuan, permebilitas tanah, indeks plastisitas,
tekstur tanah, penggalian tebing dan vegetasi penutup.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang


menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi tiga kelompok rentang faktor
keamanan (SF) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989 dalam Suludani,
2011), seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

8
Tabel. 1 Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor (Bowles, 1989
dalam Suludani, 2011).

Nilai Faktor Keamanan Kejadian/Intensitas Longsor


F < 1,07 Longsor sering terjadi (lereng labil)
F = 1,07-1,25 Longsor pernah terjadi (lereng kritis)
F > 1,25 Longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil)

Faktor penyebab longsor dideskripsi berdasarkan pengamatan dan peta-peta


seperti peta curah hujan, kemiringan lereng, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan.
Dan pada penelitian stabilitas lereng digunakan juga jenis penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka
yang didapatkan dari hasil uji tanah di lapangan dan di laboratorium, serta menganalisis
faktor keamanan lereng dengan menggunakan software Geo Slope/W.

C. MODEL ANALISIS

Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan peta, tabel dan literatur-
literatur selanjutnya dikombinasikan dengan kondisi langsung di lapangan sehingga dapat
diketahui penyebab kejadian longsor.

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. LOKASI SEBARAN AREA KEJADIAN LONGSOR


Enam kecamatan di Kabupaten Trenggalek terjadi longsor yang disebabkan curah
hujan diatas batas normal. Kecamatan itu antara lain, Bendungan, Pogalan, Trenggalek,
Karangan, Tugu dan Gandusari. Banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten
Trenggalek terjadi karena di daerah tersebut banyak daerah perbukitan yang sedang dan
terjal, sedangkan daerah datar sedikit sekali, sehingga secara otomatis bila diguyur hujan
deras, maka terjadi tanah longsor. Daerah-daerah tersebut kondisi tanahnya sangat rentan,
sehingga terjadi gerakan tanah, dan juga kemiringan lerengnya akan semakin membuat
daerah tersebut menjadi labil, terutama jika dipicu oleh hujan lebat.

B. KARAKTER DAN POLA AREA YANG MENGALAMI LONGSOR

Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai karakteristik lahan


kemiringan lereng terjal, terdapat 1 pusat mata air, tingkat pelapukan batuan lapuk
sedang, kerapatan kekar rapat, kedalaman pelapukan agak dangkal, struktur perlapisan
batuan sedang, permeabilitas tanah tinggi, indeks plastisitas tanah sedang, terkstur tanah
lempung berpasir, penggalian tebing dangkal di kaki lereng serta penutup lahan berupa
kebun. Tingkat kerentanan bahaya longsor tanah tanah terbagi menjadi 3 kriteria yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Hasil pengolahan serta analisis data menunjukkan bahwa pada
daerah penelitian didominasi krtiteria tingkat kerentanan bahaya longsor sedang dengan
luas 24,99 km² pada satuan medan V6.III.Sh, V3.II.P, V3.III.P, V3.III.Kb, A2.II.Ps,
A2.II.Pk, A2.II. Ptks, tinggi dengan luas 6,569 km² pada satuan medan V3.III.Tl,
V3.III.BS , V3.III.Ptks, serta rendah dengan luas 1,928 km² pada satuan medan V6.II.Sh
dan V3.II.Tl. Tipe longsor yang berkembang pada daerah penelitian adalah Jatuhan,
robohan, longsoran, dan rayapan tanah. Sedang kriteria longsor terbagi menjadi amblesan
jalan dan longsoran tebing.

C. PENYEBAB - PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR

1. Curah Hujan Tinggi


Data curah hujan bulanan pada daerah penelitian berdasarkan data pencatatan
hujan tahun 2013-2016 seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

10
2. Hancurnya Bebatuan

Batu yang rentan longsor adalah bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis
batu yaitu sedimen kecil dan batuan endapan yang berasal dari gunung berapi.
Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki kekuatan dan mudah
hancur menjadi tanah, inilah pemicu terjadinya tanah longsor.

3. Penggunaan Lahan Yang Berlebihan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar, pertanian lahan kering,


pertanian lahan kering campur semak, dan pemukiman. Daerah hutan sebagai penahan
air sangat kurang pada daerah yang mengalami longsor.

4. Getaran

Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar lereng
perbukitan, tidak secara langsung mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi berproses,
pertama jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan perlahan akan
mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan longsor. Sementara getaran
besar yang langsung menyebabkan tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan
peledak atau gempa bumi.

5. Lereng dan Tebing yang Terjal

Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di
sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut. Waspada jika di
sekitar tempat tinggal terdapat tebing atau lereng terjal, karena rawan tanah longsor.

11
6. Menumpuknya Material

Banyak warga yang ingin melakukan perluasan pemukiman dengan cara


menimbun lembah atau memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk menimbun
lembah, belum benar-benar padat, jadi tatkala proses terjadinya hujan tiba-tiba
mengguyur dapat menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang turun.

7. Longsoran Lama

Dalam memilih daerah tempat tinggal, hindari daerah yang pernah mengalami
tanah longsor karena daerah tersebut rawan longsor kembali. Tanahnya rentan gugur
apalagi bila ada tekanan dari angin, air, dan lainnya.

8. Kelebihan Beban

Adanya beban yang terlampau berat akan memberi tekanan pada tanah,
sehingga tanah mudah longsor. Contohnya adalah adanya rumah, pemukiman di
lereng, kendaraan yang lalu lalang di tikungan lembah.

9. Tanah Tak Padat

Tanah yang tidak padat contohnya adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah
ketika pada pembagian musim seperti musim kemarau atau kering melanda dan
lembek saat terkena curah hujan tinggi menyebabkan rawan mengalami longsor.
Tanah yang kurang lebih ketebalannya 2,5 meter akan longsor jika terdapat pada
kemiringan atau sudut lereng 220°.

D. FAKTOR - FAKTOR UTAMA PENYEBAB LONGSOR

1. Curah Hujan

Faktor curah hujan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor. Hal ini
berdasarkan data curah hujan terendah 1108,5 mm/tahun dan yang tertinggi yaitu 2855,5
mm/tahun.

2. Kemiringan Lereng

Faktor kemiringan lereng yang berada pada lokasi penelitian terletak di kemiringan 0-
15%, memiliki tingkat kerawanan rendah terhadap longsor.

3. Geologi

12
Berdasarkan peta geologi formasi geologi Desa Pucanganak dikelompokkan
menjadi dua formasi yaitu: (Tmb) tersusun dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan
adamelit serta (Qpl) tersusun dari batu lempung kelabu, batu pasir berbutir halus
hingga kasar serta kerikil.

4. Jenis Tanah

Desa Pucanganak memiliki dua jenis tanah, dimana jenis tanah brown forest
soil, aluvial, aluvial hidromorf mendominasi daerah penelitian dengan luas 131,796 ha
(86,42%) sedangkan jenis tanah mediteran merah kuning, dan latosol memiliki luas
20,715 ha (13,58%).

5. Penggunaan Lahan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar dengan luas 69,81 ha (45,77%),
pertanian lahan kering dengan luas 51,82 ha (33,98%), pertanian lahan kering campur
semak dengan luas 23,55 ha (15,44%), dan pemukiman 7,33 ha (4,8%).

6. Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor

Pemetaan tingkat kerawanan longsor diperoleh melalui overlay dari beberapa


peta yang digunakan sebagai parameter fisik faktor penyebab terjadinya longsor. Peta-
peta yang digunakan dalam parameter tersebut meliputi peta curah hujan, peta kelas
lereng, peta jenis tanah, peta geologi, dan peta penggunaan lahan. Penetapan tingkat
kerawanan longsor dilakukan dengan cara memberikan bobot atau nilai pada setiap
parameter penyebab terjadinya longsor.

Tabel 2 Hasil Analisis Sebaran Luas Tingkat Kerawanan Longsor

No Tingkat Kerawanan Luas (Ha) Persentase (%)


1 Tidak Rawan 55,062 36,10
2 Rawan 50,051 32,82
3 Sangat Rawan 47,399 31,08

Jumlah 152,511 100

13
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari laporan yang kami buat dapat menarik kesimpulan, diantaranya: tanah
longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai factor alami dan manusia.

Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan


memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor,
gejala awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga
pengembangan dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam
skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan
masyarakat.

B. SARAN
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui
jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya.

Kami sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan


bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan
kerugian harta benda yang besar.

1. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian


lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
2. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak
terjadi korban dan kerugian yang besar.

14
3. Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik
(radio, TV dan internet) maupun Media Cetak (buku literature, surat kabar,
majalah) tentang bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi
atau menyelamatkan diri.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tanah-longsor.html

http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/19264

http://sendiculun.blogspot.co.id/2011/07/abstrak-tanah-longsor-adalah.html

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11607/
E08ade.pdf;jsessionid=73358E58597C9CB7FF0305D3CB9FC8B6?sequence=2

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/23151

http://tatangismail.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tanah-longsor.html

Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor,
Jakarta.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai