Anda di halaman 1dari 8

PENINGGALAN PENINGGALAN JEPANG DARI BERBAGAI

DAERAH
1. Bunker Gunung Padang

Walau hanya sebentar, namun Kekaisaran Jepang sempat membuat sejumlah bangunan
pertahanan untuk mengantisipasi perlawanan Belanda maupun pribumi. Satu dari
sekian banyak benda dan bangunan peninggalan Jepang tersebut adalah bungker yang
berada di kawasan Gunung Padang, yang merupakan kawasan teritorial Jepang di
daerah pesisir bagian barat Pantai Sumatera.
Berada di kawasan perbukitan dengan ketinggian puncak sekitar 80 meter di atas
permukaan laut dan terletak di sisi selatan Kota Padang ini, keberadaan bungker yang
juga bukti eksistensi Jepang pada masa itu, menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan.
Kawasan wisata ini juga menyimpan jejak dari eksistensi pasukan pendudukan Jepang
di bumi Minangkabau pada era Perang Dunia II.
2. Lubang Jepang di Gunung Panggilun

Bungker Jepang Gunung Pangilun atau Lubang Jepang Gunung Pangilun adalah salah


satu kawasan pertahanan Jepang ketika menjajah Indonesia yang berada di
kota Padang, Sumatera Barat pada era Perang Dunia II, khususnya sekitar tahun 1942-
1945. Bangunan pertahanan Jepang ini berada di kawasan perbukitan gunung pangilun.
Kawasan pertahanan Jepang di gunung pangilun ini memiliki dua bungker dan
empat terowongan.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) di daerah Sumatera Barat, khususnya
Padang dan juga Bukittinggi beserta sekitarnya dianggap sebagai daerah yang sangat
strategis.[6] Kota Padang sendiri merupakan pusat ibu kota dan jalur pelabuhan yang
strategis pada waktu itu. Dari Kota Padang dapat dipantau siapa saja musuh yang akan
masuk ke dalam wilayah Sumatera Barat dan dapat dengan siaga menghalaunya. Oleh
karena itu, maka dibangun berbagai jenis bangunan pertahanan dengan memanfaatkan
tenaga kerja pribumi (Romusa).
3. Battery Gunung Pangilun

Battery Jepang gunung pangilun merupakan sebuahstruktur pertahanan tanpa atap atau


bangunan yang terbuka. Bangunan ini berada dibagian paling atas bukit yang berbahan
coran semen. Secara umum, struktur bangunan ini memiliki ketebalan dinding 25 cm.
Pada bagian depan objek berbentuk lingkaran dengan diameter 8 meer dan tinggi dari
tanah 74 cm. Diperkirakan dinding yang menyerupai pagar melingkar ini merupakan
tempat perlindungan bagi serangan musuh. Pada sisi barat dan timur struktur ini
terdapat masing-masing sebuah celah yang diperkirakan sebagai tempat keluar masuk.
Selain itu, struktur ini juga terhubung dengan sebuah bangunan beratap coran semen
pada sisi selatan yang memiliki tinggi 3 meter, dengan posisi bagian atap yang tertimbun
tanah atau bawah tanah.
4. Lubang Jepang di bukittinggi

Lubang Jepang Bukittinggi (juga dieja Lobang Jepang) adalah salah satu objek


wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Indonesia. Lubang Jepang
merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun
tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.
Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan
peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m
dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus
terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan,
penjara, dan gudang senjata.
Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat
pemerintahan Sumatra Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan
jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang
mengguncang Sumatra Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur
terowongan.
5. Bunker jepang taluak
Bunker Jepang Taluak atau Lubang Jepang Taluak adalah salah satu peninggalan Zaman
Pendudukan Jepang berupa bunker atau lubang yang fungsi utamanya adalah sebagai
tempat berlindung ketika dalam situasi berperang. Bunker ini menjadi peninggalan
lainnya setelah Lubang Jepang Bukittinggi yang sudah dikenal secara nasional. Bangunan
ini telah ditetapkan sebagai salah satu situs cagar budaya nasional sejak 22 Juni 2010.
Sesuai namanya, bunker ini terletak di Jorong Taluak, Nagari Taluak IV Suku, Kecamatan
Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Situs ini dikelola oleh BP3 Batusangkar
dengan bantuan masyarakat setempat.
6. bunker jepang padang besi

Bungker Jepang padang besi adalah sebuah komplek pertahanan Jepang pada saat


Jepang menjajah Indonesia yang berada di Kota Padang. Komplek pertahanan ini
tepatnya berlokasi di Kelurahan Padang Besi, Kecamatan Lubuk kilangan, Kota Padang,
Sumatera Barat.[1] Bangunan pertahanan Jepang di kawasan ini di dominasi oleh
bangunan bungker, yaitunya semacam bangunan pertahanan berbentuk boks
atau kotak yang sebagian bangunannya terpendam di dalam tanah.[2] Bangunan ini
menjadi bukti bahwa adanya pendudukan Jepang di wilayah Sumatera Barat yang
berlangsung pada era perang dunia ke dua, tahun 1942 hingga 1945. Saat ini, lahan dari
kawasan pertahanan Jepang di era penjajahan ini menjadi milik dari Sekolah Polisi
Negara (SPN) Padang Besi di bawah naungan Polda Sumatera Barat.[3][4]
7. pillbox jepang pauh di pariaman
Pillbox Jepang Pauh merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan pertahanan
yang dibuat oleh tentara Jepang pada masa pendudukannya (1942-1945) di wilayah
pesisir Barat Sumatera pada era Perang Dunia II.
Pillbox ini diperkirakan dibangun pada masa akhir kekuasaan Jepang 1944-1945, saat
dimana tentara kekaisaran Jepang sudah mulai bersifat defensif (dari sebelumnya
ofensif) guna mempertahankan daerah kekuasaan dari serangan Sekutu.
8. lokomotif sijunjung

 Lokomotif Uap di Silokek, Durian Gadang Kabupaten Sijunjung. Sejarah Lokomotif Uap
berkaitan dengan sejarah pembuatan Jalan Kereta Api dari Muaro ke Logas pada tahun
1943, yang sebagian besar pekerjanya berasal dari Pulau Jawa (pekerja Romusha).
lokomotif  ini direncanakan untuk pengangkutan batubara dari Ombilin Sawahlunto ke
Logas dan terus ke luar negeri atau kedaerah lain pada tahun 1942 sampai tahun 1945
pada saat kedudukan Jepang di Sumatera Barat. Masyarakat pribumi disuruh bekerja
membangun rel kereta api dari arah Timur ke Barat Sumatera. Pembangunan rel kereta
api tersebut banyak memakan korban bukan hanya harta benda, tetapi juga nyawa
karena mereka yang disuruh bekerja paksa hingga meninggal dunia.

9. Bandara Frans Kaisiepo Biak


Bandara ini sedianya dibangun Jepang sebagai batu loncatan untuk menyerang
Australia. Bandara ini kemudian diambil alih oleh pasukan Sekutu pimpinan Letnan
Jenderal L Eichelburger pada Juli 1944 dan sempat dijadikan pangkalan militer Australia.
Hingga beberapa tahun kemudian bandara ini diserahkan kepada Belanda dan
mengganti namanya menjadi Bandara Mokmer. Perusahaan maskapai Belanda KLM,
sempat menjadikan bandara ini sebagai basis operasionalnya di Pasifik. KLM bahkan
sempat membangun hotel di dekat Bandara yang saat ini berganti nama menjadi Hotel
Irian. Saat Papua diserahkan kepada Indonesia, Bandara Mokmer kembali berganti
nama menjadi Bandara Frans Kaisiepo, diambil dari nama pejuang Papua pro-Indonesia.

10. Gua Klungkung, Bali

Goa Jepang di Banjarangkan, Klungkung merupakan salah satu peninggalan


jaman penjajahan Jepang di Bali. Jaman penjajahan Jepang di Indonesia memang
meninggalkan jejak-jejak sejarah berupa goa ataupun bunker yang dibuat oleh
tentara jepang sebagai tempat perlindungan melawan musuh.
Goa Jepang ini dibuat pada awal kekuasaan Jepang sekitar tahun 1941-1942,
dibuat sebuah tebing melengkung yang mengikuti kontur jalan. Lokasinya
sendiri berada di pinggir jalan raya utama yang menghubungkan Kabupaten
Klungkung dan Gianyar, sehingga mudah untuk dijangkau.
11. Selokan mataram
Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. dan menjadi
bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.
Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km dan dibangun pada Masa Pendudukan
Jepang. Kala itu Jepang sedang menggalakkan Romusha untuk mengeksploitasi sumber
daya alam Indonesia ataupun untuk membangun sarana prasarana guna kepentingan
perang Jepang melawan Sekutu di Pasifik. Di tengah gencar-gencarnya Romusha,
Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX berusaha menyelamatkan
warga Yogyakarta dari kekejaman Romusa. Dengan berpikir cerdik, Dia melaporkan
berupa singkong dan gaplek.
12. Tugu perdamian di Balikpapan

Di tugu perdamaian tersebut, terdapat tulisan kanji yang ditulis oleh Bapak Towa Kai
pada 15 Agustus 1990 dan keterangannya yang berbunyi “Monumen Perdamaian dan
Persahabatan Untuk Mengenang Orang Jepang, Indonesia, Australia Yang Gugur di
Daerah Balikpapan Tersebut Semasa Perang Dunia Ke II”. Untuk makamnya sendiri,
diduga kuat berisi seorang tentara Jepang yang gugur dalam Perang Dunia II. Meskipun
begitu, ada pula yang menyebut makam tersebut sifatnya hanya simbolis saja.

13. Benteng jepang batubara


Benteng Jepang Batubara, lokasinya terletak di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh.
Meski hanya memiliki luas 4,8 x 2,6 meter, bangunan tua yang dimakan oleh zaman ini
adalah pertahanan pertama bangsa Jepang ketika melakukan expansi ke wilayah
Sumatera Utara  Hal tersebut tentu menambah nilai sejarah dari keberadaan penjajah
ke Sumatera Utara. Masyarakat di sekitar Pantai Parupuk lebih mengenal objek wisata
ini dengan nama Lubang Jepang, keberadaanya yang terletak di tepi pantai Parupuk
tentu anda sekaligus dapat menikmati panorama bahari kab Batubara yang berhadapan
langsung dengan Selat Melaka ini.

14. Banker charitas Palembang

Terletak Di pusat perkantoran Palembang, tepat di Simpang Charitas,. Pada bagian


dalam bunker ini terdapat ruang tertutup, sedangkan bila ruang terbuka maka tanpa
atap. Ruangan yang luas ini berfungsi untuk menampung militer Jepang, juga ada
ventilasi untuk mengintai, dan di bagian luar ada tempat meriam ukuran besar. Ini
menujukkan bangunan bunker sangat memperhatikan lokasi geografis sebagai lokasi
strategis. Bangunan pertahanan di daerah perbukitan guna untuk mengintai dan
mengawasi musuh di tempat terbuka, sedangkan banguan bunker di daerah tambang
sebagai simbol menduduki daerah tersebut, sekaligus sebagai pertahanan ketika
diserang musuh.

Anda mungkin juga menyukai