3.1 Pengertian
Aktivitas gunungapi di permukaan ditandai oleh kemunculan fenomena
magmatik, yaitu kemunculan gas fumarol dan sulfatar, mata air panas, kolam
lumpur mendidih dan erupsi gunungapi. Aktivitas ini sering diikuti pembentukan
rekahan-rekahan sesar dan kekar dibentuk oleh gaya-gaya vulkanik dan tektonik.
Sesar-sesar tersebut jika menghubungkan tubuh dapur magma dan permukaan
bumi, dapat berkembang menjadi bukaan pipa kepundan dan dialiri magma
membentuk gunungapi. Namun, jika tidak menjangkau hingga permukaan maka
membentuk tubuh intrusi dangkal dan batolith. Pada wilayah dekat dangan zona
tektonik aktif, rekahan tersebut membentuk pipa kepundan baru di samping pipa
kepundan lama. Kekar-kekarnya sendiri yang suatu saat dapat dialiri magma.
Sesar-sesar yang telah terbentuk dapat mengalami reaktifasi kembali menjadi pipa
kepundan yang dapat dialui magma secara berulang-ulang dan dapat mangalterasi
batuan-batuan di sampingnya. Aktivitas gunungapi dapat berlangsung apabila
magma dari dapur magma atau reservoir magma, memiliki kesempatan untuk
bergerak melalui rekahan yang membuka hingga menjangkau permukaan bumi.
Tipe dan mekanisme aktivitas gunungapi menentukan tipe dan tubuh
gunungapinya. Pada tubuh gunungapi bertipe strato (komposit), aktivitas vulkanik
diawali dengan pembangunan tubuh kerucutnya dengan geomorfologi berbentuk
kerucut dan memiliki pola aliran radial atau konsentris. Tubuh gunungapi tersebut
dibangun oleh material hasil aktivitasnya. Pada tipe gunungapi MORB (tengah
samudera), aktivitasnya membentuk lempeng baru, yang bersifat menutup rekahan
yang ada. Aktivitas gunungapi dapat berlangsung secara ekstrusif dan intrusif,
yang trediri dari:
1. Aktivitas Intrusi
Pergerakan magma yang tidak sampai ke permukaan bumi dan langsung
membeku di dalam bumi sebagai aktivitas intrusi. Batuan plutonik (intrusi)
tidak selalu berkonotasi dengan aktivitas gunungapi, hanya intrusi dangkal
dapat berasosiasi dengan aktivitas gunungapi, seperti intrusi retas, lakolit,
17
18
lapolit, sill dan stock (gang). Intrusi dangkal ini umum dijumpai pada tipe
gunungapi komposit, baik pada busur magmatik, busur vulkanik dan gugusan
gunungapi belakang busur, MORB dan seamount. Intrusi batolit diorit dan
mikrodiorit tidak berimplikasi dengan aktivitas gunungapi tipe komposit.
Intrusi gabro pada lempeng samudera dapat berimplikasi pada aktivitas
gunungapi tipe perisai.
2. Aktivitas Ekstrusi
Aktivitas ekstrusi gunungapi terjadi jika aliran magma mencapai ke
permukaan bumi, yaitu secara efusif (meleleh, termasuk pembangunan kubah
lava) dan ekslposif (meledak). Suatu wlayah atau lingkungan geologi dapat
disebut gunungapi jika telah ada fenomena magmatisme atau volcanic fields
yang dihasilkan oleh aktivitas ekstrusi dan dapat diamati di permukaan bumi.
Fenomena magmatisme tersebut dapat berupa munculnya mata air panas
gunungapi gas sulfatar dan fumarol, lumpur panas, lava dan tefra.
terbentuk dekat atau di tengah lempeng tektonik, seperti Island Arcs and Hotspot.
Beberapa lainnya terbentuk di benua, seperti di Continental Rifts.
Cinder cone gunung berapi adalah jenis gunung berapi terkecil. Mereka
terbentuk dari fragmen lava kecil (tefra). Saat lava meletus ke udara, benda itu
hancur menjadi elemen penyusunnya yang jatuh seperti lapilli dan abu, yang
mengeras di sekitar ventilasi membentuk kerucut melingkar. Cinder cones
biasanya memiliki kawah berbentuk mangkuk di bagian atas dan jarang naik di
atas 300 meter (985 kaki).
Kubah lava terbentuk dari lava basal viskositas tinggi yang nyaris tidak
mengalir. Jenis lahar ini sering menciptakan kubah vulkanik di atas dan di sekitar
lubangnya. Saat kubah mengeras, bisa menjebak gas dan menciptakan tekanan.
Bila tekanannya cukup besar, kubah itu tertiup serentak dalam letusan
dahsyat. Sebuah kubah lava mulai berkembang di Mt. St. Helens tak lama setelah
letusan 1980.
bangkit kembali. Danau Kawah di Oregon, yang tingginya 8 km (5 mil) dan 600
meter (1970 kaki), dibentuk dengan cara ini.
2. Tipe Stromboli
4. Tipe Perret
5. Tipe Merapi
juga yang berlangsung dalam orde tahunan. Beberapa tipe erupsi yang dikenal
dibahas secara singkat di bawah ini.
1. Tipe Merapi
Tipe erupsi ini didasarkan pada sifat erupsi dari Gunung Merapi yang
terletak di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gunungapi dengan tipe erupsi
Merapi ini memiliki kawah yang tersumbat oleh kubah lava yang dihasilkan
oleh erupsi efusif. Sedangkan awan panas berasal dari lava pijar yang longsor
atau langsung dari pusat erupsi. Sifat khusus yang dimiliki oleh tipe Merapi
bersifat periodik dan mempunyai siklus tertentu. Gunungapi dengan tipe erupsi
ini biasanya aktif dalam jangka waktu 2 sampai 3 tahun sekali dan dapat
berlangsung sampai dengan 7 tahun untuk kemudian istirahat selama 6 sampai
dengan 12 tahun. Terdapat 4 macam tipe fase erupsi pada tipe erupsi Merapi
ini, yaitu:
a. Tipe A, magma naik melalui pipa kepundan dan memecahkan kubah yang
lama untuk kemudian membentuk kubah baru atau lidah lava. Pada fase ini,
mulai ada letusan kecil yang tidak terlalu berbahaya yang menghasilkan
awan panas atau nue ardentes (istilah penduduk sekitar Gunung Merapi
sebagai wedus gembel).
b. Tipe B, sangat umum dan dimulai dengan naiknya magma melalui pipa
kepundan dan memecahkan penutup di atasnya dengan letusan-letusan kecil
serta mengeluarkan lava. Pada fase utama sebagian puncak gunungapi
dihancurkan. Pada fase akhir, lava membentuk kubah atau lidah yang
berasal dari lava dengan viskositas tinggi. Awan panas yang dihasilkan
dapat mencapai jarak yang jauh dari pusat erupsi, yaitu sekitar 12-14 km.
c. Tipe C, erupsi dimulai dengan naiknya magma dengan kandungan gas yang
cukup tinggi. Letusan yang terjadi memecahkan penutup di atasnya dan
melepaskan gas yang terkandung di dalamnya. Tidak ada aliran lava yang
terbentuk. Biasanya erupsi berlangsung singkat, setelah tekanan gas
berkurang, kubah atau lidah lava terbentuk.
27
d. Tipe D, merupakan erupsi yang paling berbahaya, tanpa aliran lava. Puncak
gunungapi dihancurkan sehingga terbentuk kaldera dan menghasilkan
banyak sekali awan panas atau wedus gembel.
2. Tipe Pelee
Tipe ini didasarkan pada kelakuan erupsi dari Gunung Pelee yang terletak
di antara Amerika Tengah dan Samudera Hindia Barat, tepatnya di kota St.
Piere, Karibia. Letusan gunungapinya sangat ekstrim. Gunungapi ini pertama
kali dikenal setelah pada erupsi tahun 1902 menewaskan 29.000 orang. Erupsi
diawali oleh adanya penguapan fumarola dan jatuhan debu dengan bau sulfur
yang menyengat. Secara bertahap erupsi yang terjadi adalah:
a. Awan panas erupsi berarah mendatar yang disebabkan oleh penghancuran
sumbat kawah bagian bawah.
b. Kubah lava tidak longsor, sehingga menjadi beban yang menahan tekanan
gas.
3. Tipe St. Vincent
Tipe ini didasarkan pada erupsi dari Gunung St. Vincent di Samudera
Hindia Barat yang mempunyai ciri khas berupa awan panas yang menyebar ke
semua arah akibat erupsi letusan. Pada umumnya gunungapi dengan tipe
erupsi St. Vincent memiliki danau kawah. Nama lain dari tipe ini adalah
Surtseyan, istilah yang diambil dari Gunung Surtsey.
Gunung ini memiliki kegiatan preatomagmatik yang menghasilkan jatuhan
piroklastik yang penyebarannya tidak begitu luas, seperti halnya dengan tipe
erupsi Preatoplinian. Pada tipe ini, erupsi bisa terjadi di danau ataupun di laut.
Di Indonesia gunungapi yang memiliki tipe erupsi St. Vincent seperti Gunung
Kelut di Jawa Timur, Gunung Awu di Pulau Sangir Besar, dan Gunung Kie
Besi di Pulau Makian, Maluku Utara.
4. Tipe Freatoplinian
Tipe ini merupakan erupsi yang terjadi oleh proses freatomagmatik yang
diikuti oleh erupsi lebih besar yang berasal dari magma dengan komposisi
riolit. Endapan hasil erupsi berupa endapan lapili berbutir halus yang
28
b. Erupsi magmatik
Magma basalt yang bersifat encer mengalir melalui rekahan (kawah
gunungapi) tanpa sumbatan. Magma mengalir ke permukaan dengan
tekanan rendah, biasanya terjadi pada gunungapi tipe perisai pada gugusan
punggungan tengah samudera dan tipe strato. Material yang dierupsikan
adalah lava.
c. Erupsi freato-magmatik
Terjadi pada gunungapi yang memiliki tekanan erupsi sangat besar dan
viskositas magma tinggi. Saat letusan berlangsung, gunung api
memuntahkan material fragmental yang berasal dari fragmentasi
magmanya sendiri dan material runtuhan batuan dinding saat deflasi
letusan. Campuran fragmental membentuk awan padat berdensitas tinggi.
Fragmen-fragmen yang lebih besar, seperti bom dan blok gunung api jatuh
kembali ke dalam kawah dan sekitarnya. Kumpulan material jatuhan
tersebut bergerak secara cepat menuruni lereng sebagai aliran debris awan
panas di bawah pengaruh gravitasi bumi. Beberapa material berukuran
lebih kecil membentuk kolom letusan dan terbawa angin, lalu terendapkan
di suatu tempat sebagai material jatuhan piroklastika.
Untuk gunungapi yang sangat eksplosif, hanya abu, batuapung, dan
material fragmen batuan saja yang dikeluarkan (tanpa lava). Hal ini
disebabkan karena gas yang berada di dalam magma menekan kepundan
atau kubah lava yang ada di atasnya, sehingga menyebabkan terjadinya
letusan.
Gunungapi yang sedang meletus melontarkan bahan hamburan dari
dalam bumi ke permukaan bumi. Dengan demikian endapan yang
dihasilkan selalu bertekstur klastika. Apabila bahan hamburan itu
dihasilkan oleh letusan non-magmatik maka endapannya disebut endapan
hidroklastika. Bahan hamburan yang langsung berasal dari magma
(primary magmatic materials) disebut piroklas (pyroclasts): onggokan
piroklas disebut endapan piroklastika (pyroclastic deposits) dan setelah
mengalami litifikasi menjadi batuan piroklastika (pyroclastic rocks).
31
Istilah pyroclast berasal dari kata pyro (bahasaYunani) yang berarti api
dan clast yang berarti bahan hamburan, butiran, fragmen, kepingan atau
pecahan. Oleh sebab itu piroklas adalah fragmen pijar atau butiran yang
mengeluarkan api (berpendar atau membara) pada saat dilontarkan dari
dalam bumi ke permukaan melalui kawah gunungapi. Terbentuknya api
tersebut dikarenakan magma yang mempunyai temperatur tinggi (900–
1200oC) tiba-tiba dilontarkan ke permukaan bumi dimana temperatur rata-
ratanya kurang dari 35oC.