Anda di halaman 1dari 15

BAB 3

AKTIVITAS DAN MEKANISME ERUPSI GUNUNGAPI

3.1 Pengertian
Aktivitas gunungapi di permukaan ditandai oleh kemunculan fenomena
magmatik, yaitu kemunculan gas fumarol dan sulfatar, mata air panas, kolam
lumpur mendidih dan erupsi gunungapi. Aktivitas ini sering diikuti pembentukan
rekahan-rekahan sesar dan kekar dibentuk oleh gaya-gaya vulkanik dan tektonik.
Sesar-sesar tersebut jika menghubungkan tubuh dapur magma dan permukaan
bumi, dapat berkembang menjadi bukaan pipa kepundan dan dialiri magma
membentuk gunungapi. Namun, jika tidak menjangkau hingga permukaan maka
membentuk tubuh intrusi dangkal dan batolith. Pada wilayah dekat dangan zona
tektonik aktif, rekahan tersebut membentuk pipa kepundan baru di samping pipa
kepundan lama. Kekar-kekarnya sendiri yang suatu saat dapat dialiri magma.
Sesar-sesar yang telah terbentuk dapat mengalami reaktifasi kembali menjadi pipa
kepundan yang dapat dialui magma secara berulang-ulang dan dapat mangalterasi
batuan-batuan di sampingnya. Aktivitas gunungapi dapat berlangsung apabila
magma dari dapur magma atau reservoir magma, memiliki kesempatan untuk
bergerak melalui rekahan yang membuka hingga menjangkau permukaan bumi.
Tipe dan mekanisme aktivitas gunungapi menentukan tipe dan tubuh
gunungapinya. Pada tubuh gunungapi bertipe strato (komposit), aktivitas vulkanik
diawali dengan pembangunan tubuh kerucutnya dengan geomorfologi berbentuk
kerucut dan memiliki pola aliran radial atau konsentris. Tubuh gunungapi tersebut
dibangun oleh material hasil aktivitasnya. Pada tipe gunungapi MORB (tengah
samudera), aktivitasnya membentuk lempeng baru, yang bersifat menutup rekahan
yang ada. Aktivitas gunungapi dapat berlangsung secara ekstrusif dan intrusif,
yang trediri dari:
1. Aktivitas Intrusi
Pergerakan magma yang tidak sampai ke permukaan bumi dan langsung
membeku di dalam bumi sebagai aktivitas intrusi. Batuan plutonik (intrusi)
tidak selalu berkonotasi dengan aktivitas gunungapi, hanya intrusi dangkal
dapat berasosiasi dengan aktivitas gunungapi, seperti intrusi retas, lakolit,

17
18

lapolit, sill dan stock (gang). Intrusi dangkal ini umum dijumpai pada tipe
gunungapi komposit, baik pada busur magmatik, busur vulkanik dan gugusan
gunungapi belakang busur, MORB dan seamount. Intrusi batolit diorit dan
mikrodiorit tidak berimplikasi dengan aktivitas gunungapi tipe komposit.
Intrusi gabro pada lempeng samudera dapat berimplikasi pada aktivitas
gunungapi tipe perisai.
2. Aktivitas Ekstrusi
Aktivitas ekstrusi gunungapi terjadi jika aliran magma mencapai ke
permukaan bumi, yaitu secara efusif (meleleh, termasuk pembangunan kubah
lava) dan ekslposif (meledak). Suatu wlayah atau lingkungan geologi dapat
disebut gunungapi jika telah ada fenomena magmatisme atau volcanic fields
yang dihasilkan oleh aktivitas ekstrusi dan dapat diamati di permukaan bumi.
Fenomena magmatisme tersebut dapat berupa munculnya mata air panas
gunungapi gas sulfatar dan fumarol, lumpur panas, lava dan tefra.

3.2 Jenis-jenis Mekanisme Erupsi Gunungapi


Gunung berapi adalah pecahnya geologi di kerak bumi yang dipicu oleh
kekuatan alam, seperti tekanan dan suhu di pedalaman bumi. Kekuatan ini
mendorong gas dan cairan panas yang dikenal sebagai magma keluar melalui
lubang gunung berapi yang dikenal sebagai ventilasi. Begitu keluar dari lubang
angin, bahan-bahan yang meletus ini pecah, mengeras atau mengembun di sekitar
lubang gunung berapi.
Selama ribuan atau jutaan tahun, akumulasi magma membentuk kerucut
curam yang dikenal sebagai gunung berapi. Gunung berapi telah meletus material
cair, setelah terbentuknya bumi, akibat tekanan yang terkumpul di pedalaman
planet ini. Pembentukan gunung berapi telah berkontribusi pada pembentukan dan
konfigurasi yang bervariasi yang membentuk planet ini.
Gunung berapi paling sering terbentuk pada konvergensi atau divergensi
pelat tektonik. Misalnya di Mid-Ocean Ridges, dimana lempeng tektonik
menyebar terpisah dan zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik tenggelam
ke dalam mantel bumi di bawah lempeng tektonik lain. Yang lain mungkin
19

terbentuk dekat atau di tengah lempeng tektonik, seperti Island Arcs and Hotspot.
Beberapa lainnya terbentuk di benua, seperti di Continental Rifts.

A. Jenis Gunung Berapi berdasarkan Bentuk


Gunung berapi perisai adalah beberapa gunung berapi terbesar di Bumi
dengan lereng beberapa derajat di ujung bawah yang lebih rendah dan lereng
tinggi sedangnya sekitar 10 derajat, yang rata di puncak gunung berapi.
Kemiringan lembut di gunung berapi perisai dihasilkan oleh aliran lava basaltik
dengan viskositas rendah. Jenis lahar ini bisa mengalir dalam jarak jauh sebelum
mendingin dan membeku. Mauna Loa di Hawaii, yang memiliki tinggi 17 km
(10,5 mil) adalah gunung berapi perisai dengan kemiringan lembut dari pangkal
ke atas.
Gunung berapi komposit, juga dikenal sebagai stratovolcanoes, terbentuk
dari lava viskositas tinggi. Jenis lava ini mengalir perlahan karena komposisi
kerapatannya yang tinggi. Seiring waktu, lava viskositas tinggi membangun
gunung berbentuk kerucut yang curam.
Selama proses pembentukan jenis gunung berapi ini, letusan lahar lava
mengalir perlahan dan mengeras lebih cepat daripada lava viskositas rendah,
memberikan di setiap letusan lapisan basal yang tebal dimana lapisan lava basaltik
berturut-turut terbentuk. Gunung berapi komposit kebanyakan ditemukan di
lempeng benua. Gunung Rainier dengan ketinggian 4,4 km (2,7 mil) di
Washington dan Gunung Fuji, 3,7 km (2,3 mil) di Jepang merupakan gunung
berapi komposit.
Hotspot adalah gunung berapi yang dihasilkan dari pergerakan lempeng
tektonik di bawahnya. Dipercaya bahwa selama pembuatan gunung berapi jenis
ini, lapisan dasarnya sangat panas dibandingkan dengan lapisan di wilayah bawah
tanah lainnya.
Jenis gunung berapi ini terbentuk dari ventilasi yang menemukan jalan ke
permukaan karena suhu dan tekanan panas di ruang magma. Sebagai lapisan atas
kerak bumi bergerak karena tektonik, gunung berapi asli bergerak juga. Dengan
gerakan lempeng tektonik berturut-turut, lebih banyak gunung berapi diciptakan
dalam sebuah rantai. Kepulauan Hawaii terbentuk dari lapisan hotspot.
20

Cinder cone gunung berapi adalah jenis gunung berapi terkecil. Mereka
terbentuk dari fragmen lava kecil (tefra). Saat lava meletus ke udara, benda itu
hancur menjadi elemen penyusunnya yang jatuh seperti lapilli dan abu, yang
mengeras di sekitar ventilasi membentuk kerucut melingkar. Cinder cones
biasanya memiliki kawah berbentuk mangkuk di bagian atas dan jarang naik di
atas 300 meter (985 kaki).
Kubah lava terbentuk dari lava basal viskositas tinggi yang nyaris tidak
mengalir. Jenis lahar ini sering menciptakan kubah vulkanik di atas dan di sekitar
lubangnya. Saat kubah mengeras, bisa menjebak gas dan menciptakan tekanan.
Bila tekanannya cukup besar, kubah itu tertiup serentak dalam letusan
dahsyat. Sebuah kubah lava mulai berkembang di Mt. St. Helens tak lama setelah
letusan 1980.

B. Gunung Berapi Bawah Laut


Gunung berapi bawah laut sangat umum di dasar laut. Banyak yang
terbentang di kedalaman laut yang besar, tidak dapat mengungkapkan kehadiran
ledakan mereka karena efek berat dan pendinginan yang ekstrem dari air laut di
atas mereka. Yang lainnya, yang terbentang di perairan yang lebih dangkal, dapat
mengungkapkan kehadiran mereka dengan meniup uap dan puing-puing berbatu
di atas permukaan laut.
Terkadang gunung berapi bawah laut bisa membentuk pilar yang curam di
atas ventilasi vulkanik mereka. Beberapa mungkin tumbuh begitu besar hingga
mencapai permukaan laut, membentuk pulau baru. Kepulauan San Juan di negara
bagian Washington mungkin telah terbentuk dari jenis letusan ini.
Calderas adalah depresi topografi melingkar besar yang terbentuk saat
letusan gunung berapi mengosongkan ruang magma yang dalam, menyebabkan
keruntuhan tanah yang di atasnya. Calderas dapat berkisar dari 4-6 km (2,5-3,7
mil) hingga lebar 50 km (31 mil). Seiring waktu, ruang magma tua bisa diisi lagi
dengan magma, memaksa lantai kaldera naik.
Ini mungkin tetap seperti ini atau letusan berulang kali dapat membentuk
kembali kaldera berkali-kali dalam proses yang dikenal sebagai kaldera yang
21

bangkit kembali. Danau Kawah di Oregon, yang tingginya 8 km (5 mil) dan 600
meter (1970 kaki), dibentuk dengan cara ini.

3.3 Tipe Gunungapi


Berdasarkan karakter yang dimiliki gunungapi, ada 7 tipe gunungapi di
dunia yang meliputi:
1. Tipe Hawaian

Gambar 3.1 Gunungapi tipe Hawaiian


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)

Gunungapi tipe Hawaiian memiliki ciri:


1) magma/lava yang sangat cair.
2) dapur magma sangat dangkal.
3) tekanan gas (viskositas) rendah.
Contoh gunungapi tipe Hawaiian seperti: gunung Maona Loa,
Maona Kea dan Kilauea yang semua berada di Kepulauan Hawaii
Amerika Serikat.
22

2. Tipe Stromboli

Gambar 3.2 Gunungapi tipe Stromboli


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)

Gunungapi tipe Stromboli memiliki ciri:


1) Lava/magma sangat encer.
2) kedalaman dapur magma dangkal.
3) tekanan gas (viskositas) sedang.
Contoh gunungapi yang memiliki tipe stromboli seperti gunug
Visuvius (Itali, Eropa) dan gunung Raung (Jawa Timur)
3. Tipe vulkano/vulkanian

Gambar 3.3 Gunungapi tipe vulkanian


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)

Ciri-ciri gunungapi vulkano/vulkanian adalah:


1) Lava encer
2) Tekanan gas/viskositasnya sedang
23

3) Kedalaman dapur magma dangkal


4) Memiliki 2 tipe yaitu vulkano lemah dengan tekanan gasnya
sedang dan dapur magma yang tidak terlalu dalam.
Contoh gunungapi ini adalah gunung Bromo dan gunung Semeru
di Jawa Timur. Sedangkan tipe vulkano kuat memiliki ciri tekanan
gas tinggi dengan dapur magma lebih dalam. Contohnya gunung
Etna di Italy.

4. Tipe Perret

Gambar 3.4 Gunungapi tipe Perret


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)

Gunungapi tipe perret atau plinian dikenal sebagai tipe gunungapi


dengan letusan yang paling berbahaya. Tipe gunungapi ini
memiliki ciri:
1) Lava encer
2) Tekanan gas/viskositasnya sangat tinggi
3) Kedalaman dapur magma sangat dalam
Gunungapi yang memiliki ciri-ciri tersebut adalah gunung
Krakatau (Indonesia) dan St. Helens (Amerika Serikat)
24

5. Tipe Merapi

Gambar 3.5 Gunungapi tipe Merapi


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)
Gunungapi tipe Merapi, memiliki keunikan dengan awan panas
yang sering dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan wedus
gembel. Awan panas ini keluar saat erupsi dan meluncur menuruni
lereng sangat cepat mencapai lebih dari 200km/jam. Warna yang
abu-abu bergumpal terlihat dari kejauhan seperti kambing biri-biri
(wedus gembel) yang berlarian menuruni lereng.
Tipe gunungapi memiliki ciri:
1) Keadaan lava kurang encer
2) Tekanan gas atau viskositasnya rendah
3) Memiliki dapur magma yang sangat dangkal
6. Tipe Pelle

Gambar 3.6 Gunungapi tipe Pelle


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)
25

Gunungapi tipe pelle memiliki ciri:


1) Magma atau lava kurang encer
2) Tekanan gas/viskositas sangat tinggi
3) Dapur magma dangkal
Contoh gunungapi tipe ini adalah gunung Pelle di Amerika
Tengah.
7. Tipe St. Vincent

Gambar 3.7 Gunungapi tipe St. Vincent


(Sumber: https://m-edukasi.kemdikbud.go.id)

St Vincent merupakan tipe gunungapi dengan ciri-ciri:


1) Lava atau magma kurang encer
2) Tekanan gas / viskositas sedang
3) Dapur magma dangkal
Gunung St Vincent di Kepulauan Antiles di laut Karibia Amerika
dan gunung Kelud di Jawa Timur merupakan contoh dari tipe
gunungapi ini.

3.4 Aktifitas Erupsi Gunungapi


Tipe erupsi suatu gunungapi dapat terdiri lebih dari satu macam, karena
erupsi magmatik bisa berlangsung dalam beberapa jam, hari, minggu, bahkan ada
26

juga yang berlangsung dalam orde tahunan. Beberapa tipe erupsi yang dikenal
dibahas secara singkat di bawah ini.
1. Tipe Merapi
Tipe erupsi ini didasarkan pada sifat erupsi dari Gunung Merapi yang
terletak di Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gunungapi dengan tipe erupsi
Merapi ini memiliki kawah yang tersumbat oleh kubah lava yang dihasilkan
oleh erupsi efusif. Sedangkan awan panas berasal dari lava pijar yang longsor
atau langsung dari pusat erupsi. Sifat khusus yang dimiliki oleh tipe Merapi
bersifat periodik dan mempunyai siklus tertentu. Gunungapi dengan tipe erupsi
ini biasanya aktif dalam jangka waktu 2 sampai 3 tahun sekali dan dapat
berlangsung sampai dengan 7 tahun untuk kemudian istirahat selama 6 sampai
dengan 12 tahun. Terdapat 4 macam tipe fase erupsi pada tipe erupsi Merapi
ini, yaitu:
a. Tipe A, magma naik melalui pipa kepundan dan memecahkan kubah yang
lama untuk kemudian membentuk kubah baru atau lidah lava. Pada fase ini,
mulai ada letusan kecil yang tidak terlalu berbahaya yang menghasilkan
awan panas atau nue ardentes (istilah penduduk sekitar Gunung Merapi
sebagai wedus gembel).
b. Tipe B, sangat umum dan dimulai dengan naiknya magma melalui pipa
kepundan dan memecahkan penutup di atasnya dengan letusan-letusan kecil
serta mengeluarkan lava. Pada fase utama sebagian puncak gunungapi
dihancurkan. Pada fase akhir, lava membentuk kubah atau lidah yang
berasal dari lava dengan viskositas tinggi. Awan panas yang dihasilkan
dapat mencapai jarak yang jauh dari pusat erupsi, yaitu sekitar 12-14 km.
c. Tipe C, erupsi dimulai dengan naiknya magma dengan kandungan gas yang
cukup tinggi. Letusan yang terjadi memecahkan penutup di atasnya dan
melepaskan gas yang terkandung di dalamnya. Tidak ada aliran lava yang
terbentuk. Biasanya erupsi berlangsung singkat, setelah tekanan gas
berkurang, kubah atau lidah lava terbentuk.
27

d. Tipe D, merupakan erupsi yang paling berbahaya, tanpa aliran lava. Puncak
gunungapi dihancurkan sehingga terbentuk kaldera dan menghasilkan
banyak sekali awan panas atau wedus gembel.

2. Tipe Pelee
Tipe ini didasarkan pada kelakuan erupsi dari Gunung Pelee yang terletak
di antara Amerika Tengah dan Samudera Hindia Barat, tepatnya di kota St.
Piere, Karibia. Letusan gunungapinya sangat ekstrim. Gunungapi ini pertama
kali dikenal setelah pada erupsi tahun 1902 menewaskan 29.000 orang. Erupsi
diawali oleh adanya penguapan fumarola dan jatuhan debu dengan bau sulfur
yang menyengat. Secara bertahap erupsi yang terjadi adalah:
a. Awan panas erupsi berarah mendatar yang disebabkan oleh penghancuran
sumbat kawah bagian bawah.
b. Kubah lava tidak longsor, sehingga menjadi beban yang menahan tekanan
gas.
3. Tipe St. Vincent
Tipe ini didasarkan pada erupsi dari Gunung St. Vincent di Samudera
Hindia Barat yang mempunyai ciri khas berupa awan panas yang menyebar ke
semua arah akibat erupsi letusan. Pada umumnya gunungapi dengan tipe
erupsi St. Vincent memiliki danau kawah. Nama lain dari tipe ini adalah
Surtseyan, istilah yang diambil dari Gunung Surtsey.
Gunung ini memiliki kegiatan preatomagmatik yang menghasilkan jatuhan
piroklastik yang penyebarannya tidak begitu luas, seperti halnya dengan tipe
erupsi Preatoplinian. Pada tipe ini, erupsi bisa terjadi di danau ataupun di laut.
Di Indonesia gunungapi yang memiliki tipe erupsi St. Vincent seperti Gunung
Kelut di Jawa Timur, Gunung Awu di Pulau Sangir Besar, dan Gunung Kie
Besi di Pulau Makian, Maluku Utara.
4. Tipe Freatoplinian
Tipe ini merupakan erupsi yang terjadi oleh proses freatomagmatik yang
diikuti oleh erupsi lebih besar yang berasal dari magma dengan komposisi
riolit. Endapan hasil erupsi berupa endapan lapili berbutir halus yang
28

diendapkan di dekat kepundan dan memiliki struktur perlapisan, dan endapan


jatuhan piroklastik yang relatif terpilah buruk. Gunungapi dengan tipe erupsi
ini yang terkenal adalah Gunung Vesuvius.
5. Tipe Plini atau Peret
Pada tipe erupsi ini awan panas yang dihasilkan sangat berbahaya karena
menuju ke arah tertentu. Erupsi menghancurkan sebagian puncak kerucut
gunungapi, mirip dengan tipe volkano tetapi letusannya lebih dahsyat. Di
Indonesia contohnya adalah Gunung Krakatau (pada tahun 1983, menewaskan
36.000 orang) dan Gunung Tambora (pada tahun 1815, menewaskan 92.000
orang).
6. Tipe Vulkano
Tipe erupsi Vulkano didasarkan pada erupsi dari Gunung Vulkano yang
terletak di Italia Tengah. Tipe Vulkano merupakan yang terbanyak di dunia
dengan ciri khas berupa hembusan awan panas yang bentuknya menyerupai
jamur. Gunungapi dengan tipe erupsi ini memiliki pipa kawah terbuka.
Intensitas erupsi bisa lemah, kuat, maupun sangat kuat. Pada fase awalnya
mirip dengan tipe Pelee tetapi dengan ciri khas awan panas berwarna gelap
atau hitam akibat kandungan debu yang tinggi. Di Indonesia gunungapi yang
memiliki tipe erupsi Vulkano yaitu Gunung Raung.
7. Tipe Stromboli
Tipe erupsi Stromboli didasarkan pada erupsi dari Gunung Stromboli yang
terletak di Laut Tengah, Italia. Semburan lava pijar pada tipe ini berlangsung
dalam selang waktu 2-10 detik dan letusannya berkekuatan sedang. Fragmen
lava dilemparkan bersamaan dengan awan erupsi.
Ciri khas lainnya adalah awan berwarna putih karena sedikit mengandung
debu yang berbeda dengan tipe Vulkano yang gelap atau hitam. Di Indonesia
gunungapi yang memiliki tipe erupsi Stromboli adalah Gunung Batur di
Pulau Bali, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
8. Tipe Kombinasi
Pada tipe ini erupsi yang terjadi terdiri lebih dari satu tipe, misalnya
Vulkano-Stromboli atau Vulkano-Merapi. Di Indonesia contohnya Gunung
29

Semeru yang pada periode tahun 1958-1968 bertipe erupsi Vulkano-Merapi


tetapi pada periode setelah 1968 sampai saat ini tipe erupsinya adalah
Vulkano-Stromboli.
9. Tipe Hawaii
Tipe erupsi Hawaii didasarkan pada erupsi yang terjadi pada gunungapi-
gunungapi di sekitar Kepulauan Hawaii. Pada tipe ini erupsi membentuk
danau lava pijar yang kadang-kadang seperti air mancur (lava fountain).
Kepulauan Hawaii adalah rangkaian gunungapi yang dibangun oleh ribuan
aliran lava yang berasal dari dasar samudra dan muncul di permukaan dengan
ketinggian rata-rata sekitar 5 km dari dasar laut.
Daerah yang tertinggi naik sekitar 10 km dari dasarnya. Jarak antara pusat
erupsi sekitar 40 km. Gunungapi di daerah ini terus tumbuh bersamaan
dengan erupsi lava yang terjadi.
Mekanisme erupsi berdasarkan ukuran butir dan penyebaran endapan
jatuhannya, maka mekanisme erupsi sebagai penciri suatu gunungapi terbagi
atas: Hawaiian, Strombolian, Surtseyan, Vulkanian, Phreatoplinian,
Subplinian, Plinian, dan Ultra-Plinian (Wohletz dan Heiken, 1992).

Erupsi magma yang membentuk gunungapi jika terpusat dinamakan erupsi


sentral, jika terjadi di sepanjang rekahan disebut erupsi linier, dan apabila
meliputi daerah yang cukup luas Erupsi magmatik disebut erupsi areal. Jika
lokasi erupsi berpindah, maka disebut sebagai erupsi erupsi samping. Erupsi
berdasarkan sumber kejadiannya dapat dikelompokan menjadi:
a. Erupsi freatik
Tekanan erupsi dibentuk oleh tekanan gas yang terkandung di dalam pipa
kepundan dan bagian atas dapur magma. Tubuh gunung api tersusun atas
batuan sarang yang banyak mengandung air, yang berdekatan dengan
sumber magma panas, sehingga terjadi pendidihan air tanah membentuk
uap. Uap air terakumulasi dan menekan sumbat gunung api ke atasnya.
Ketika sumbat gunung api tidak mampu menahan tekanan tersebut,
terjadilah letusan freatik.
30

b. Erupsi magmatik
Magma basalt yang bersifat encer mengalir melalui rekahan (kawah
gunungapi) tanpa sumbatan. Magma mengalir ke permukaan dengan
tekanan rendah, biasanya terjadi pada gunungapi tipe perisai pada gugusan
punggungan tengah samudera dan tipe strato. Material yang dierupsikan
adalah lava.
c. Erupsi freato-magmatik
Terjadi pada gunungapi yang memiliki tekanan erupsi sangat besar dan
viskositas magma tinggi. Saat letusan berlangsung, gunung api
memuntahkan material fragmental yang berasal dari fragmentasi
magmanya sendiri dan material runtuhan batuan dinding saat deflasi
letusan. Campuran fragmental membentuk awan padat berdensitas tinggi.
Fragmen-fragmen yang lebih besar, seperti bom dan blok gunung api jatuh
kembali ke dalam kawah dan sekitarnya. Kumpulan material jatuhan
tersebut bergerak secara cepat menuruni lereng sebagai aliran debris awan
panas di bawah pengaruh gravitasi bumi. Beberapa material berukuran
lebih kecil membentuk kolom letusan dan terbawa angin, lalu terendapkan
di suatu tempat sebagai material jatuhan piroklastika.
Untuk gunungapi yang sangat eksplosif, hanya abu, batuapung, dan
material fragmen batuan saja yang dikeluarkan (tanpa lava). Hal ini
disebabkan karena gas yang berada di dalam magma menekan kepundan
atau kubah lava yang ada di atasnya, sehingga menyebabkan terjadinya
letusan.
Gunungapi yang sedang meletus melontarkan bahan hamburan dari
dalam bumi ke permukaan bumi. Dengan demikian endapan yang
dihasilkan selalu bertekstur klastika. Apabila bahan hamburan itu
dihasilkan oleh letusan non-magmatik maka endapannya disebut endapan
hidroklastika. Bahan hamburan yang langsung berasal dari magma
(primary magmatic materials) disebut piroklas (pyroclasts): onggokan
piroklas disebut endapan piroklastika (pyroclastic deposits) dan setelah
mengalami litifikasi menjadi batuan piroklastika (pyroclastic rocks).
31

Istilah pyroclast berasal dari kata pyro (bahasaYunani) yang berarti api
dan clast yang berarti bahan hamburan, butiran, fragmen, kepingan atau
pecahan. Oleh sebab itu piroklas adalah fragmen pijar atau butiran yang
mengeluarkan api (berpendar atau membara) pada saat dilontarkan dari
dalam bumi ke permukaan melalui kawah gunungapi. Terbentuknya api
tersebut dikarenakan magma yang mempunyai temperatur tinggi (900–
1200oC) tiba-tiba dilontarkan ke permukaan bumi dimana temperatur rata-
ratanya kurang dari 35oC.

Anda mungkin juga menyukai