Massa atom relatif adalah massa suatu atom yang ditentukan dengan cara membandingkan dengan massa
atom standar. Massa atom relatif, disingkat dengan Ar. Berdasarkan IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry) yang digunakan sebagai standar penentuan massa atom relatif adalah atom C-12.
Kemudian didapatkan rumus penentuan massa arom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata – rata
unsur dengan 1/12 massa 1 atom C-12.
Ar X =
dengan:
Ar X = massa atom relatif X
Massa 1 atom C-12 = 12 sma
Massa rata – rata atom X merupakan massa rata – rata dari semua isotop X yang ada di alam. Massa atom
relatif tidak mempunyai satuan.
Massa atom suatu unsur dapat juga ditentukan dengan mengguunakan massa isotop dan kelimpahan dari
masing-masing isotop yang berada di alam.
Contoh
Massa rata-rata 1 atom unsur X adalah 4,037 x 10⁻²³ gram,sedangkan massa 1 atom C-12 adalah 1,99268
x 10⁻²³ gram.Berapakah massa atom relatif unsur X?
Ar X =
Ar X =
Ar X = 24,319
a. HCl
Mr HCl = 1. Ar H + 1. Ar Cl
Mr HCl = 1. 1 + 1. 35,5
Mr HCl = 36,5
b. NH₃
Mr NH₃ = 1. Ar N + 3. Ar H
Mr NH₃ = 1. 14 + 3. 1
Mr NH₃ = 17
c. CH₃COOH
Mr CH₃COOH = 2. Ar C + 4. Ar H + 2. Ar O
Mr CH₃COOH = 2. 12 + 4. 1 + 2. 16
Mr CH₃COOH = 24 + 4 + 32
Mr CH₃COOH = 60
d. BaSO₄
Mr BaSO₄ = 1. Ar Ba + 1. Ar S + 4. Ar O
Mr BaSO₄ = 1. 137 + 1. 32 + 4. 16
Mr BaSO₄ = 137 + 32 + 64
Mr BaSO₄ = 233
e. Ca(OH)₂
Mr Ca(OH)₂ = 1. Ar Ca + 2. Ar O + 2. Ar H
Mr Ca(OH)₂ = 1. 40 + 2. 16 + 2. 1
Mr Ca(OH)₂ = 40 + 32 + 2
Mr Ca(OH)₂ = 74
Hukum dasar Kimia (Lavoisier, Proust, GayLussac, dan Hipotesis Avogadro)
1. Hukum Lavoisier
Hukum Lavoisier juga dikenal sebagai hukum kekekalan massa. Teori ini dicetuskan oleh ilmuwan asal
Prancis, Antoine Laurent Lavoisier.
Hukum itu ditemukan saat Lavoisier saat membakar merkuri cair putih dengan oksigen hingga berubah
menjadi merkuri oksida berwarna merah. Kemudian, Lavoisier juga memanaskan merkuri oksida merah
itu sampai kembali terbentuk merkuri cari putih dan oksigen.
Dalam penelitian itu Lavoisier lantas menemukan bahwa ada peran dari gas oksigen dalam reaksi
pembakaran. Massa oksigen pada saat proses pembakaran ternyata sama dengan massa oksigen yang
terbentuk setelah merkuri oksida dipanaskan.
Bunyi dari hukum Lavoisier adalah “Massa total zat sebelum reaksi sama dengan massa total setelah zat
reaksi”. Hal tersebut lantas disebut sebagai hukum kekekalan massa karena di dalam reaksi kimia tidak
mengubah massa.
Contoh Soal
1. 5 gram oksigen direaksikan dengan 5 gram logam magnesium sehingga membentuk senyawa oksida.
Dari reaksi tersebut berapa massa magnesium oksida yang dihasilkan?
Jawab:
Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
massa oksigen + massa logam magnesium = massa magnesium oksida
5 gram massa oksigen + 5 gram massa logam magnesium = 10 gram massa magnesium oksida
2. Sebuah oksigen memiliki massa 6 gram kemudian direaksikan dengan logam magnesium sehingga
membentuk 8 gram senyawa oksida. Berapakah massa magnesium yang bereaksi?
Jawab:
Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
Massa oksigen + massa logam magnesium = massa magnesium oksida
6 gram massa oksigen + massa logam magnesium = 8 gram massa magnesium oksida
Massa logam magnesium = 8 gram massa magnesium oksida – 6 gram massa oksigen
Massa logam magnesium = 2 gram
2. Hukum Proust
Hukum Proust juga dikenal sebagai hukum perbandingan tetap, hal itu dikarenakan pada 1799 Joseph
Louis Proust menemukan bahwa setiap senyawa disusun oleh unsur dengan komposisi tertentu dan tetap.
Oleh karena itu, hukum tersebut berbunyi perbandingan massa unsur-unsur setiap senyawa berisi
komposisi tertentu dan tetap.
Salah satu contoh eksperimennya adalah reaksi unsur hidrogen dengan oksigen membentuk senyawa air
dan kemudian hasilnya menunjukkan perbandingan massa hidrogen dengan oksigen beraksi tetap, yakni
1:8.
Contoh Soal
1. Massa karbon (C) dan oksigen (O) memiliki perbandingan 3:8. Jika karbon yang bereaksi 1,5 gram,
berapa massa oksigen bereaksi dan massa karbondioksida yang terbentuk?
Jawaban:
Massa karbon : Massa oksigen : Massa karbon dioksida
3 : 8 : 11
Reaksi:
1,5 : ? : ?
Massa yang diperlukan
8/3×1,5 = 4 gram
Massa karbondioksida yang terbentuk
11/3×1,5= 5,5 gram
Jadi massa oksigen bereaksi dan massa karbondioksida yang terbentuk adalah 4 gram dan 5,5 gram.
2. Perbandingan massa besi dan belerang dalam senyawa besi sulfida adalah 7:4 berapakah massa
massa belerang yang dibutuhkan untuk membentuk senyawa besi sulfida dengan 21 gram besi tanpa sisa
reaksi?
Jawaban:
Perbandingan belerang dan besi x massa besi
=4/7×21 gram
=12 gram
Maka massa belerang yang dibutuhkan adalah 12 gram.
3. Hukum Dalton
Hukum Dalton pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan asal Inggris bernama John Dalton. Dalam
penelitiannya, John Dalton membandingkan unsur-unsur yang terkandung dalam beberapa senyawa.
Hasilnya ditemukanlah hukum perbandingan ganda yang berbunyi, “Jika ada dua unsur bisa membentuk
lebih dari satu senyawa dengan salah satu massa unsur dibuat tetap, maka perbandingan massa yang lain
dalam senyawa itu merupakan bilangan bulat sederhana.
Contohnya adalah belerang dan oksigen yang dapat membentuk dua senyawa.
Contoh Soal Hukum dalton
1. Unsur fosfor dan oksigen yang direaksikan membentuk dua jenis senyawa. Dalam 55 gram senyawa I
terdapat 31 gram fosfor. dan 71 gram senyawa II mengandung 40 gram oksigen.
Apakah senyawa tersebut termasuk ke dalam hukum dalton:
Jawaban:
Massa oksigen pada senyawa I = 55-31 = 24
Massa fosfor pada senyawa II = 71-40 = 31
Dengan demikian massa fosfor antara senyawa I dan II sama, yaitu 1:1. dan massa oksigen dari senyawa I
dan II adalah sebagai berikut:
24/40 = 4:5
Dari hasil 4:5 yang merupakan bilangan bulat sederhana, maka kedua senyawa tersebut masuk ke dalam
kriteria hukum dalton.
2. Unsur besi dan belerang membentuk dua jenis senyawa yaitu Besi Sulfida dan Besi (III) Sulfida. Dalam
besi Sulfida terdapat 56 gram besi dan 32 gram belerang dan dalam Besi (III) terdapat 112 besi dan 96
gram belerang.
Berapa perbandingan belerang dalam senyawa Besi Sulfida dan Besi (III) Sulfida?
Jawaban:
Dilihat dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa massa besi sama, yakni 7 : 7 maka menghasilkan
perbandingan massa belerang sebesar 4:6 atau sama dengan 2:3.
5. Hipotesis Avogadro
Hipotesis Avogadro merupakan teori yang ditemukan oleh Amedeo Avogadro pada tahun 1811. Dalam
penelitiannya, Avogadro menemukan bahwa partikel unsur tidak harus selalu berupa atom tunggal, tetap
dapat juga berupa molekul unsur atau dua atom atau lebih.
Hipotesis dari Avogadro itu lantas mengatakan “Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan gas
yang bervolume sama memiliki jumlah molekul yang sama juga”. Salah satu contoh dari hukum
Avogadro ini terbukti dalam reaksi pembentukan air.
Rumus matematis dari hukum Avogadro sebagai berikut:
N1/v1 = N2/v2
Keterangan:
N: Jumlah molekul gas tertentu
V: Volume ruang gas
Contoh Soal Hukum Avogadro
1. Sebuah tabung 5 liter berisi 2×1022 molekul gas karbon dioksida. Pada suhu dan tekanan yang sama,
berapakah jumlah molekul gas nitrogen dalam tabung bervolume 4 Liter ?
Jawaban:
N1 V1 2× 1022 5N2= N2 V2= N24 = 1,6 × 1022 molekul
Demikian pembahasan mengenai hukum dasar kimia. Pembahasan mengenai hukum dasar kimia ini tentu
akan dibahas lebih dalam di Sampoerna Academy. Ini karena Sampoerna Academy menerapkan
kurikulum berstandar internasional dengan metode STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
Mathematics).
Pengertian Mol
Mol merupakan jumlah tertentu untuk menyatakan banyaknya suatu zat yang berukuran mikroskopis.
Satu mol menunjukkan banyaknya partikel yang terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama
dengan jumlah partikel dalam 12 gram atom C-12. Memang, ada berapa sih partikel dalam 12 gram atom
C-12? Seorang ilmuwan bernama Avogadro berhasil menghitung banyaknya partikel dalam 12 gram atom
C-12, yaitu sebanyak 6,02 × 1023 partikel. Sungguh besaran yang tidak dapat dijangkau dengan indera
manusia. Bilangan tersebut lebih dikenal sebagai bilangan Avogadro. Untuk 1 mol zat mengandung 6,02
× 1023 partikel. Dengan demikian, hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel dirumuskan sebagai
berikut.
Massa Molar
Massa molar adalah massa satu mol zat yang nilainya sama dengan massa atom relatif (Ar) pada atom dan
massa molekul relatif (Mr) pada senyawa. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.
Volume Molar
Volume molar ini biasanya berlaku pada gas. Volume molar menunjukkan volume 1 mol gas pada suhu
dan tekanan tertentu. Pada kondisi standar (suhu 0o C dan tekanan 1 atm), volume molar gas bernilai 22,4
Pembahasan:
Pada kondisi STP (standar), volume molar gas O2 dirumuskan sebagai berikut.
Jadi, volume molar O2 pada kondisi STP adalah 44,8 L.
Quipperian harus ingat, bahwa persamaan di atas hanya berlaku pada kondisi STP (standar). Jika tidak
berada pada kondisi STP, volume molar gas bisa ditentukan dengan rumus berikut.
1) Saat berada pada kondisi To C dan tekanan P atm, gunakan persamaan berikut.
Keterangan:
P = tekanan (atm);
V = volume (liter);
n = jumlah mol;
3) Saat diminta perbandingan antara volume gas satu dan lainnya pada suhu dan tekanan tertentu, gunakan
persamaan berikut.
Keterangan:
Pembahasan:
Sebelum menghitung massa molekul relatif gas A, Quipperian harus mencari dahulu massa molekul
Massa 1 liter gas A seperempat dari massa 1 liter gas SO3, sehingga:
Ternyata, ada SUPER “Solusi Quipper” untuk mengerjakan soal di atas, lho.
Lanjut ke contoh soal selanjutnya!
Contoh soal 2
22 gram C3H8 dibakar menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 dan H2O. Tentukan mol gas CO2 yang
Pembahasan:
Sebelum menentukan jumlah mol gas CO2, Quipperian harus mencari persamaan reaksi yang sudah setara
berdasarkan keterangan pada soal. Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Jadi, jumlah mol gas CO2 yang terbentuk adalah 1,5 mol.
Soal-1.
Tentukan volume dari 0,25 mol gas oksigen pada suhu 27 °C dan tekanan 1 atm!
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-2.
Tentukan volume dari 5 mol gas karbon dioksida pada keadaan standar (STP)!
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-3.
Berapakah volume dari 0,75 mol gas belerang yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama pada saat 3
mol gas nitrogen volumenya 12 liter?
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-4.
Berapakah volume dari 2,5 mol gas nitrogen dioksida pada keadaan kamar (RTP)?
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-5.
Tentukan volume dari 0,6 mol gas hidrogen yang diukur pada:
a. keadaan standar (STP)
b. keadaan kamar (RTP)
c. suhu 28 °C dan tekanan 1 atm
d. suhu dan tekanan yang sama pada saat 2 mol gas karbon monoksida volumenya 25 liter.
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Mengenal Gas Ideal: Sifat, Hukum, dan Persamaannya | Fisika Kelas 11
Teman-teman, pernah nggak mendengar istilah gas sejati dan gas ideal?
Gas sejati adalah gas nyata yang ada di sekitar kita. Contohnya yakni gas yang kita hirup, gas yang keluar
dari kendaraan bermotor, dan sebagainya. Gas sejati memiliki sifat dan interaksi yang sangat kompleks.
Sementara itu, gas ideal adalah gas teoretik yang digunakan untuk mempelajari perilaku gas. Karena gas
sejati bersifat kompleks, maka susah bagi kita untuk mempelajari perilakunya, Oleh karena itu, gas sejati
ini disederhanakan menjadi gas ideal. Karena telah disederhanakan, gas ideal pun memiliki sifat dan
interaksi yang lebih sederhana dibandingkan gas sejati. Jadi, sederhananya, gas ideal ini adalah model
untuk perhitungan perilaku gas sejati atau gas nyata.
1. Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan bahwa tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas, saat temperatur
dan jumlah zat gas dijaga tetap konstan. Secara matematis, hal tersebut dapat dituliskan seperti berikut:
2. Hukum Charles
Hukum Charles, menyatakan bahwa temperatur mutlak dan volume gas akan berbanding
lurus saat tekanan dan jumlah zatnya dijaga tetap. Secara matematis, hal tersebut bisa dituliskan seperti
ini:
V∝T
Dalam bentuk lain, bisa juga dituliskan seperti ini:
Sehingga, hubungan keadaan awal dan keadaan akhirnya, bisa ditulis seperti rumus berikut ini:
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa tekanan pada gas berbanding lurus dengan temperatur
mutlaknya, saat gas dijaga dalam volume dan jumlah zat yang tetap. Secara matematis, hal tersebut dapat
dituliskan seperti ini:
P∝ T
Dalam bentuk lain, bisa dituliskan juga seperti ini:
Kemudian, untuk perbandingan keadaan awal dan keadaan akhirnya, bisa dituliskan seperti pada rumus
berikut:
Nah, hubungan ketiga besaran makroskopik tersebut, yang terdiri atas tekanan (P), volume (V), dan
temperatur (T), bisa dinyatakan dalam hukum gabungan gas ideal, di mana syaratnya adalah jumlah
zat harus dalam keadaan konstan.
Secara matematis, hal tersebut dapat dituliskan seperti rumus berikut:
Untuk persamaan keadaan awal dan akhirnya dapat ditulis dengan rumus seperti berikut:
Konsentrasi Larutan dalam Satuan Kimia
Pendahuluan
Pada umumnya suatu larutan terdiri satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Solvent (pelarut) dan Solut (zat
yang terlarut) biasanya sudah sering didengar dan disebutkan. Solvent merupakan komponen yang dilihat
secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk, sedangkan semua komponen yang ada pada solut akan
larut dalam pelarut.
Meskipun larutan berupa campuran homogen, komposisi yang ada pada setiap larutan bisa berbeda-
beda. Misalnya: ada dua buah larutan yang dimana masing-masing pelarutnya berisi satu liter, tetapi
jumlah garam yang terlarut berbeda. Dari dua larutan garam tadi, orang lain tidak bisa mengetahui berapa
banyak garam yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui informasi mengenai jumlah relatif Solut dan Solvent yang ada
pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan.
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Secara
sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi tentang
perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya.
Konsentrasi larutan dalam satuan kimia, yaitu:
1. Molaritas
2. Molalitas
3. Normalitas
4. Fraksi Mol.
Berikut adalah pembahasan tentang konsentrasi larutan dalam satuan kimia.
A. Molaritas (M)
Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah konsentrasi molar atau molaritas dengan
simbol yang dimiliki yaitu M. Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan secara
kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu Solut dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang
ditentukan dalam liter.
Molaritas menyatakan banyaknya mol solute yang terdapat dalam 1 liter atau 1000 mL larutan
Rumus Molaritas (M)
Dengan demikian:
Dengan demikian:
Dimana: n = valensi ion H+ atau OH−, Mr = massa molar, M = molaritas, mol = jumlah mol, L = volume
larutan
Contoh Soal-1
Berapa Normalitas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 gram air? (Mr Mg(OH)2 = 58)
Penyelesaian
Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH-, jadi jumlah valensi ion OH (n) = 2
N Mg(OH)2 = n x (massa zat terlarut ÷ Mr) x (1000 ÷ volume)
N Mg(OH)2 = 2 x (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250)
N Mg(OH)2 = 1 N
Jadi Normalitas Mg(OH)2 = 1 N
Contoh Soal-2
Berapa Normalitas H2SO4 dengan Molaritas = 0,25 M?
Penyelesaian
H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2
N=Mxn
N = 0,25 x 2
N = 0,50 N
Jadi Normalitas H2SO4 tersebut = 0,50 N
Contoh Soal-3
Carilah nilai massa (gram) larutan 0,25 N H2SO4 (Mr = 98) dalam 500 mL larutan?
Penyelesaian
H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2
Massa zat = (N × Mr × Volume) ÷ (n ×1000)
Massa zat = (0,25 × 98 × 500) ÷ (2 ×1000)
Massa zat = (12250) ÷ (2000)
Massa zat = 6,125 gram
Jadi massa H2SO4 = 6,125 gram
D. Fraksi Mol (X)
Merupakan perbandingan antara jumlah mol (n) suatu komponen dengan jumlah mol semua
komponen dalam larutan tersebut, dilmabngkan dengan X.
Rumus Fraksi Mol (X)
Dimana: n = jumlah mol zat (massa zat ÷ Mr). Nilai X biasa juga dinyatakan dalam bentuk persen (%).
Contoh soal
Tentukan fraksi mol kedua substansi dalam larutan yang mengandung 36 gram air dan 46 gram gliserin
(C3H5(OH)3) jika diketahui Mr air = 18 dan Mr gliserin = 92.
Penyelesaian:
ngliserin = gram ÷ Mr = 46 ÷ 92 = 0,5 mol gliserin
nair = gram ÷ Mr = 36 ÷ 18 = 2,0 mol air
Xgliserin = ngliserin ÷ (ngliserin + nair) = 0,5 ÷ (0,5 + 2,0)= 0,2 → 0,2 × 100% = 20%
Xair = nair ÷ (ngliserin + nair) = 2,0 ÷ (0,5 + 2,0) = 0,8 → 0,8 × 100% = 80%
Jadi fraksi mol gliserin adalah 0,2 (20%) dan faksi mol air adalah 0,8 (80%).