Anda di halaman 1dari 21

Massa Atom Relatif (Ar)

Massa atom relatif adalah massa suatu atom yang ditentukan dengan cara membandingkan dengan massa
atom standar. Massa atom relatif, disingkat dengan Ar. Berdasarkan IUPAC (International Union of Pure
and Applied Chemistry) yang digunakan sebagai standar penentuan massa atom relatif adalah atom C-12.
Kemudian didapatkan rumus penentuan massa arom relatif (Ar) adalah perbandingan massa rata – rata
unsur dengan 1/12 massa 1 atom C-12.
Ar X =
dengan:
Ar X = massa atom relatif X
Massa 1 atom C-12 = 12 sma
Massa rata – rata atom X merupakan massa rata – rata dari semua isotop X yang ada di alam. Massa atom
relatif tidak mempunyai satuan.
Massa atom suatu unsur dapat juga ditentukan dengan mengguunakan massa isotop dan kelimpahan dari
masing-masing isotop yang berada di alam.
Contoh
Massa rata-rata 1 atom unsur X adalah 4,037 x 10⁻²³ gram,sedangkan massa 1 atom C-12 adalah 1,99268
x 10⁻²³ gram.Berapakah massa atom relatif unsur X?

Ar X =
Ar X =
Ar X = 24,319

Contoh penentuan massa atom relatif dari persentase/kadar isotop


Unsur klorin terdiri atas 75,53% isotop Cl-35 dan 24,47% isotop Cl-37. Massa Cl-35 adalah 34,969 sma
sedangkan Cl-37 adalah 36,965 sma. Berapakah massa atom relatif Cl?
Jawab :
Jawab :
Ar Cl = x 34,969 + x 36,965
Ar Cl = 26,41 + 9,05
Ar Cl = 35,46

Massa Molekul Relatif (Mr)


Massa molekul relatif (Mr) adalah jumlah total dari massa atom relatif unsur-unsur penyusunnya dalam
suatu senyawa atau molekul. Massa molekul relatif (Mr) digunakan untuk sneyawa atau molekul
sedangkan massa atom relatif digunakan untuk unsur atau atom. Rumus untuk menentukan massa molekul
relatif (Mr) adalah:
Mr AnBm = n. Ar A + m. Ar B
Contoh :
Massa atom relatif setiap unsur penyusun dari senyawa dapat dikat lihat pada tabel sistem periodik unsur.
Ar H = 1
Ar N = 14
Ar O = 16
Ar C = 12
Ar S = 32
Ar Ca = 40
Ar Ba = 137
Ar Cl = 35,5

a. HCl
Mr HCl = 1. Ar H + 1. Ar Cl
Mr HCl = 1. 1 + 1. 35,5
Mr HCl = 36,5

b. NH₃
Mr NH₃ = 1. Ar N + 3. Ar H
Mr NH₃ = 1. 14 + 3. 1
Mr NH₃ = 17

c. CH₃COOH
Mr CH₃COOH = 2. Ar C + 4. Ar H + 2. Ar O
Mr CH₃COOH = 2. 12 + 4. 1 + 2. 16
Mr CH₃COOH = 24 + 4 + 32
Mr CH₃COOH = 60

d. BaSO₄
Mr BaSO₄ = 1. Ar Ba + 1. Ar S + 4. Ar O
Mr BaSO₄ = 1. 137 + 1. 32 + 4. 16
Mr BaSO₄ = 137 + 32 + 64
Mr BaSO₄ = 233

e. Ca(OH)₂
Mr Ca(OH)₂ = 1. Ar Ca + 2. Ar O + 2. Ar H
Mr Ca(OH)₂ = 1. 40 + 2. 16 + 2. 1
Mr Ca(OH)₂ = 40 + 32 + 2
Mr Ca(OH)₂ = 74
Hukum dasar Kimia (Lavoisier, Proust, GayLussac, dan Hipotesis Avogadro)

1. Hukum Lavoisier
Hukum Lavoisier juga dikenal sebagai hukum kekekalan massa. Teori ini dicetuskan oleh ilmuwan asal
Prancis, Antoine Laurent Lavoisier.
Hukum itu ditemukan saat Lavoisier saat membakar merkuri cair putih dengan oksigen hingga berubah
menjadi merkuri oksida berwarna merah. Kemudian, Lavoisier juga memanaskan merkuri oksida merah
itu sampai kembali terbentuk merkuri cari putih dan oksigen.
Dalam penelitian itu Lavoisier lantas menemukan bahwa ada peran dari gas oksigen dalam reaksi
pembakaran. Massa oksigen pada saat proses pembakaran ternyata sama dengan massa oksigen yang
terbentuk setelah merkuri oksida dipanaskan.
Bunyi dari hukum Lavoisier adalah “Massa total zat sebelum reaksi sama dengan massa total setelah zat
reaksi”. Hal tersebut lantas disebut sebagai hukum kekekalan massa karena di dalam reaksi kimia tidak
mengubah massa.
Contoh Soal
1. 5 gram oksigen direaksikan dengan 5 gram logam magnesium sehingga membentuk senyawa oksida.
Dari reaksi tersebut berapa massa magnesium oksida yang dihasilkan?
Jawab:
Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
massa oksigen + massa logam magnesium = massa magnesium oksida
5 gram massa oksigen + 5 gram massa logam magnesium = 10 gram massa magnesium oksida
2. Sebuah oksigen memiliki massa 6 gram kemudian direaksikan dengan logam magnesium sehingga
membentuk 8 gram senyawa oksida. Berapakah massa magnesium yang bereaksi?
Jawab:
Massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi
Massa oksigen + massa logam magnesium = massa magnesium oksida
6 gram massa oksigen + massa logam magnesium = 8 gram massa magnesium oksida
Massa logam magnesium = 8 gram massa magnesium oksida – 6 gram massa oksigen
Massa logam magnesium = 2 gram

2. Hukum Proust
Hukum Proust juga dikenal sebagai hukum perbandingan tetap, hal itu dikarenakan pada 1799 Joseph
Louis Proust menemukan bahwa setiap senyawa disusun oleh unsur dengan komposisi tertentu dan tetap.
Oleh karena itu, hukum tersebut berbunyi perbandingan massa unsur-unsur setiap senyawa berisi
komposisi tertentu dan tetap.
Salah satu contoh eksperimennya adalah reaksi unsur hidrogen dengan oksigen membentuk senyawa air
dan kemudian hasilnya menunjukkan perbandingan massa hidrogen dengan oksigen beraksi tetap, yakni
1:8.
Contoh Soal
1. Massa karbon (C) dan oksigen (O) memiliki perbandingan 3:8. Jika karbon yang bereaksi 1,5 gram,
berapa massa oksigen bereaksi dan massa karbondioksida yang terbentuk?
Jawaban:
Massa karbon : Massa oksigen : Massa karbon dioksida
3 : 8 : 11
Reaksi:
1,5 : ? : ?
Massa yang diperlukan
8/3×1,5 = 4 gram
Massa karbondioksida yang terbentuk
11/3×1,5= 5,5 gram
Jadi massa oksigen bereaksi dan massa karbondioksida yang terbentuk adalah 4 gram dan 5,5 gram.
2. Perbandingan massa besi dan belerang dalam senyawa besi sulfida adalah 7:4 berapakah massa
massa belerang yang dibutuhkan untuk membentuk senyawa besi sulfida dengan 21 gram besi tanpa sisa
reaksi?
Jawaban:
Perbandingan belerang dan besi x massa besi
=4/7×21 gram
=12 gram
Maka massa belerang yang dibutuhkan adalah 12 gram.

3. Hukum Dalton
Hukum Dalton pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan asal Inggris bernama John Dalton. Dalam
penelitiannya, John Dalton membandingkan unsur-unsur yang terkandung dalam beberapa senyawa.
Hasilnya ditemukanlah hukum perbandingan ganda yang berbunyi, “Jika ada dua unsur bisa membentuk
lebih dari satu senyawa dengan salah satu massa unsur dibuat tetap, maka perbandingan massa yang lain
dalam senyawa itu merupakan bilangan bulat sederhana.
Contohnya adalah belerang dan oksigen yang dapat membentuk dua senyawa.
Contoh Soal Hukum dalton
1. Unsur fosfor dan oksigen yang direaksikan membentuk dua jenis senyawa. Dalam 55 gram senyawa I
terdapat 31 gram fosfor. dan 71 gram senyawa II mengandung 40 gram oksigen.
Apakah senyawa tersebut termasuk ke dalam hukum dalton:
Jawaban:
Massa oksigen pada senyawa I = 55-31 = 24
Massa fosfor pada senyawa II = 71-40 = 31
Dengan demikian massa fosfor antara senyawa I dan II sama, yaitu 1:1. dan massa oksigen dari senyawa I
dan II adalah sebagai berikut:
24/40 = 4:5
Dari hasil 4:5 yang merupakan bilangan bulat sederhana, maka kedua senyawa tersebut masuk ke dalam
kriteria hukum dalton.
2. Unsur besi dan belerang membentuk dua jenis senyawa yaitu Besi Sulfida dan Besi (III) Sulfida. Dalam
besi Sulfida terdapat 56 gram besi dan 32 gram belerang dan dalam Besi (III) terdapat 112 besi dan 96
gram belerang.
Berapa perbandingan belerang dalam senyawa Besi Sulfida dan Besi (III) Sulfida?
Jawaban:
Dilihat dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa massa besi sama, yakni 7 : 7 maka menghasilkan
perbandingan massa belerang sebesar 4:6 atau sama dengan 2:3.

4. Hukum Gay Lussac


Hukum yang juga dikenal sebagai hukum perbandingan volume ini ditemukan oleh ilmuwan asal Prancis,
yaitu Joseph Gay Lussac. Dalam penelitiannya, ia ingin membuktikan tentang volume gas dalam suatu
reaksi kimia. Hasil dari penelitian itu mendapat kesimpulan bahwa suhu dan tekanan
mempengaruhi perubahan gas.
Gay Lussac menemukan bahwa jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, setiap dua satuan volume
gas hidrogen yang bereaksi dengan satu volume gas oksigen menghasilkan dua volume uap air. Atau bisa
dibilang perbandingan volum gas hidrogen ” oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2.
Penelitian dari Gay Lussac lantas dapat digambarkan sebagai berikut:
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen – 2 volume uap air
Namun, yang membatasi adalah hukum perbandingan volume ini hanya berlaku pada reaksi yang
berwujud gas saja.
Contoh Soal
1. 2 Liter gas hidrogen bereaksi dengan 2 liter gas klorin sehingga menghasilkan 4 gas hidrogen klorida.
Apabila gas hidrogen yang telah direaksikan sebesar 10 liter , berapakah gas hidrogen klorida yang
dihasilkan?
Jawaban:
Volume Hidrogen : Volume Klorin : Volume Hidrogen Klorida
2:2:4
10 : 10 : 20
Maka hidrogen klorida yang dihasilkan dari reaksi 10 liter air adalah 20 liter.
2. 10 liter gas nitrogen direaksikan dengan gas hidrogen menghasilkan amonia. Berapa volume gas
hidrogen yang dibutuhkan dan amonia yang dihasilkan bila reaksi konstan?
Jawaban:
Hukum Gay Lussac: Perbandingan koefisien reaksi = perbandingan volume gas
Reaksi yang terjadi: Nitrogen + 3 Hidrogen = 2 Amonia
Hidrogen = 3/2×12 Liter
Hidrogen = 18 Liter
Jumlah Amonia
Amonia = 2 Nitrogen
Amnonia = 2 x 12 Liter
Amonia = 24 Liter

5. Hipotesis Avogadro
Hipotesis Avogadro merupakan teori yang ditemukan oleh Amedeo Avogadro pada tahun 1811. Dalam
penelitiannya, Avogadro menemukan bahwa partikel unsur tidak harus selalu berupa atom tunggal, tetap
dapat juga berupa molekul unsur atau dua atom atau lebih.
Hipotesis dari Avogadro itu lantas mengatakan “Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan gas
yang bervolume sama memiliki jumlah molekul yang sama juga”. Salah satu contoh dari hukum
Avogadro ini terbukti dalam reaksi pembentukan air.
Rumus matematis dari hukum Avogadro sebagai berikut:
N1/v1 = N2/v2
Keterangan:
N: Jumlah molekul gas tertentu
V: Volume ruang gas
Contoh Soal Hukum Avogadro
1. Sebuah tabung 5 liter berisi 2×1022 molekul gas karbon dioksida. Pada suhu dan tekanan yang sama,
berapakah jumlah molekul gas nitrogen dalam tabung bervolume 4 Liter ?

Jawaban:
N1 V1 2× 1022 5N2= N2 V2= N24 = 1,6 × 1022 molekul
Demikian pembahasan mengenai hukum dasar kimia. Pembahasan mengenai hukum dasar kimia ini tentu
akan dibahas lebih dalam di Sampoerna Academy. Ini karena Sampoerna Academy menerapkan
kurikulum berstandar internasional dengan metode STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
Mathematics).
Pengertian Mol

Mol merupakan jumlah tertentu untuk menyatakan banyaknya suatu zat yang berukuran mikroskopis.

Satu mol menunjukkan banyaknya partikel yang terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama

dengan jumlah partikel dalam 12 gram atom C-12. Memang, ada berapa sih partikel dalam 12 gram atom

C-12? Seorang ilmuwan bernama Avogadro berhasil menghitung banyaknya partikel dalam 12 gram atom

C-12, yaitu sebanyak 6,02 × 1023 partikel. Sungguh besaran yang tidak dapat dijangkau dengan indera

manusia. Bilangan tersebut lebih dikenal sebagai bilangan Avogadro. Untuk 1 mol zat mengandung 6,02

× 1023 partikel. Dengan demikian, hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel dirumuskan sebagai

berikut.

Massa Molar
Massa molar adalah massa satu mol zat yang nilainya sama dengan massa atom relatif (Ar) pada atom dan

massa molekul relatif (Mr) pada senyawa. Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Volume Molar
Volume molar ini biasanya berlaku pada gas. Volume molar menunjukkan volume 1 mol gas pada suhu

dan tekanan tertentu. Pada kondisi standar (suhu 0o C dan tekanan 1 atm), volume molar gas bernilai 22,4

L. secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Perhatikan contoh soal berikut.

Tentukan volume dari 2 mol O2 pada kondisi STP!

Pembahasan:

Pada kondisi STP (standar), volume molar gas O2 dirumuskan sebagai berikut.
Jadi, volume molar O2 pada kondisi STP adalah 44,8 L.

Quipperian harus ingat, bahwa persamaan di atas hanya berlaku pada kondisi STP (standar). Jika tidak

berada pada kondisi STP, volume molar gas bisa ditentukan dengan rumus berikut.

1) Saat berada pada kondisi To C dan tekanan P atm, gunakan persamaan berikut.

Keterangan:

P = tekanan (atm);

V = volume (liter);

n = jumlah mol;

R = konstanta gas ideal (0,082 L.atm/mol.K);

T = suhu gas (K); dan

1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg.

2) Saat berada di suhu ruang (room temperature), gunakan persamaan berikut.

3) Saat diminta perbandingan antara volume gas satu dan lainnya pada suhu dan tekanan tertentu, gunakan

persamaan berikut.

Keterangan:

n1 = jumlah mol gas ke-1;

n2 = jumlah mol gas ke-2;

V1 = volume gas ke-1; dan

V2 = volume gas ke-2.


Contoh soal 1
Pada suhu dan tekanan massa dari 1 liter gas A adalah seperempat dari massa 1 liter gas SO3. Tentukan

massa molekul relatif gas A tersebut! (Ar O = 16, S = 32)

Pembahasan:

Sebelum menghitung massa molekul relatif gas A, Quipperian harus mencari dahulu massa molekul

relatif gas SO3.

Massa 1 liter gas A seperempat dari massa 1 liter gas SO3, sehingga:

Jadi, massa molekul relatif gas A adalah 80.

Ternyata, ada SUPER “Solusi Quipper” untuk mengerjakan soal di atas, lho.
Lanjut ke contoh soal selanjutnya!

Contoh soal 2
22 gram C3H8 dibakar menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 dan H2O. Tentukan mol gas CO2 yang

terbentuk! (Ar C = 12, O = 16, H = 1, dan N = 14)

Pembahasan:

Sebelum menentukan jumlah mol gas CO2, Quipperian harus mencari persamaan reaksi yang sudah setara

berdasarkan keterangan pada soal. Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.

Selanjutnya, tentukan massa molekul relatif C3H8.

Lalu, tentukan jumlah mol C3H8.


Menentukan jumlah mol gas CO2 yang terbentuk.

Jadi, jumlah mol gas CO2 yang terbentuk adalah 1,5 mol.

Soal Konsep Mol (Volume Molar gas)


Berikut ini pembahasan soal konsep mol tentang volume molar gas. Volume molar gas maksudnya
volume gas setiap 1 mol pada keadaan tertentu. Soal dalam tulisan ini bersumber dari Buku Sekolah
Elektronik (BSE) Kimia 1 Untuk SMA/MA Kelas X oleh Budi Utami dkk, diterbitkan oleh Pusat
Perbukuan Depdiknas 2009 pada halaman 105, Latihan 3.15.
Bahasan volume molar gas ini mengacu pada Hipotesis Avogadro yang menyebutkan bahwa pada suhu
dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan mengandung jumlah partikel yang
sama pula.
Selanjutnya dikaitkan dengan persamaan gas ideal
P.V = n.R.T.
P = pressure (tekanan) dengan satuan atmosfer (atm)
V = volume dengan satuan liter (L)
n = jumlah zat dengan satuan mol
R = tetapan gas (0,082 L·atm·K−1·mol−1)
T = temperatur/suhu dengan satuan Kelvin (K)
Dari rumus inilah kemudian muncul istilah STP, RTP.
STP (Standard Temperature and Pressure) keadaan sistem yang diukur pada suhu 0 °C (273 K) dan
tekanan 1 atm (atmosfer).
RTP (Room Temperature and Pressure) keadaan sistem yang diukur pada suhu 25°C (298 K) dan tekanan
1 atm (atmosfer).
Selain itu ada keadaan tertentu yang diukur bukan pada keadaan STP atau RTP untuk gas-gas. Misalnya
suatu keadaan yang mengacu pada keadaan gas lain yang diketahui. Ini biasanya cukup dengan
membandingkan antara volume dengan jumlah zat dari gas-gas seperti ungkapan hipotesis Avogadro.
V1/V2 = n1/n2 atau V1/n1 = V2/n2

Soal-1.
Tentukan volume dari 0,25 mol gas oksigen pada suhu 27 °C dan tekanan 1 atm!
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-2.
Tentukan volume dari 5 mol gas karbon dioksida pada keadaan standar (STP)!
Klik untuk melihat bahasan soal ini

Soal-3.
Berapakah volume dari 0,75 mol gas belerang yang diukur pada suhu dan tekanan yang sama pada saat 3
mol gas nitrogen volumenya 12 liter?
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Soal-4.
Berapakah volume dari 2,5 mol gas nitrogen dioksida pada keadaan kamar (RTP)?
Klik untuk melihat bahasan soal ini

Soal-5.
Tentukan volume dari 0,6 mol gas hidrogen yang diukur pada:
a. keadaan standar (STP)
b. keadaan kamar (RTP)
c. suhu 28 °C dan tekanan 1 atm
d. suhu dan tekanan yang sama pada saat 2 mol gas karbon monoksida volumenya 25 liter.
Klik untuk melihat bahasan soal ini
Mengenal Gas Ideal: Sifat, Hukum, dan Persamaannya | Fisika Kelas 11

Teman-teman, pernah nggak mendengar istilah gas sejati dan gas ideal?
Gas sejati adalah gas nyata yang ada di sekitar kita. Contohnya yakni gas yang kita hirup, gas yang keluar
dari kendaraan bermotor, dan sebagainya. Gas sejati memiliki sifat dan interaksi yang sangat kompleks.
Sementara itu, gas ideal adalah gas teoretik yang digunakan untuk mempelajari perilaku gas. Karena gas
sejati bersifat kompleks, maka susah bagi kita untuk mempelajari perilakunya, Oleh karena itu, gas sejati
ini disederhanakan menjadi gas ideal. Karena telah disederhanakan, gas ideal pun memiliki sifat dan
interaksi yang lebih sederhana dibandingkan gas sejati. Jadi, sederhananya, gas ideal ini adalah model
untuk perhitungan perilaku gas sejati atau gas nyata.

Sifat-Sifat Gas Ideal


Salah satu sifat pada gas ideal adalah partikel-partikelnya tidak memiliki volume dan gaya antar
partikelnya diabaikan, kecuali tumbukan. Gas-gas nyata seperti gas O2, H2, CO2, dan gas lainnya,
dapat mendekati sifat gas ideal ketika berada pada temperatur tinggi dan bertekanan rendah.
Sifat lain yang dimiliki gas ideal yakni jarak antarmolekulnya sangat jauh jika dibandingkan dengan
ukuran molekulnya sendiri. Selain itu, partikel gas ideal bergerak dengan acak dan bertumbukan lenting
sempurna, baik dengan dinding wadah gas atau dengan partikel gas lainnya.

Konsep Mol pada Gas Ideal


Untuk menyatakan banyaknya zat pada gas ini, digunakan sebuah besaran yang kita sebut sebagai jumlah
zat dengan satuan standar internasionalnya adalah mol. Dalam 1 mol zat sendiri terdapat 6,022 x
1023 partikel yang terkandung di dalamnya.
Hukum dan Persamaan Gas Ideal
Pada teori kinetik gas, keadaan gas diuji oleh beberapa ilmuwan dan menghasilkan beberapa temuan sebagai
berikut:

1. Hukum Boyle
Hukum Boyle menyatakan bahwa tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas, saat temperatur
dan jumlah zat gas dijaga tetap konstan. Secara matematis, hal tersebut dapat dituliskan seperti berikut:

Atau dalam bentuk lain, bisa dituliskan seperti berikut:


PV = konstan
Sehingga, untuk persamaan perbandingan keadaan gas sesuai hukum Boyle, bisa dituliskan seperti berikut:

2. Hukum Charles
Hukum Charles, menyatakan bahwa temperatur mutlak dan volume gas akan berbanding
lurus saat tekanan dan jumlah zatnya dijaga tetap. Secara matematis, hal tersebut bisa dituliskan seperti
ini:
V∝T
Dalam bentuk lain, bisa juga dituliskan seperti ini:

Sehingga, hubungan keadaan awal dan keadaan akhirnya, bisa ditulis seperti rumus berikut ini:
3. Hukum Gay-Lussac
Hukum Gay-Lussac menyatakan bahwa tekanan pada gas berbanding lurus dengan temperatur
mutlaknya, saat gas dijaga dalam volume dan jumlah zat yang tetap. Secara matematis, hal tersebut dapat
dituliskan seperti ini:
P∝ T
Dalam bentuk lain, bisa dituliskan juga seperti ini:

Kemudian, untuk perbandingan keadaan awal dan keadaan akhirnya, bisa dituliskan seperti pada rumus
berikut:
Nah, hubungan ketiga besaran makroskopik tersebut, yang terdiri atas tekanan (P), volume (V), dan
temperatur (T), bisa dinyatakan dalam hukum gabungan gas ideal, di mana syaratnya adalah jumlah
zat harus dalam keadaan konstan.
Secara matematis, hal tersebut dapat dituliskan seperti rumus berikut:

Untuk persamaan keadaan awal dan akhirnya dapat ditulis dengan rumus seperti berikut:
Konsentrasi Larutan dalam Satuan Kimia

Pendahuluan
Pada umumnya suatu larutan terdiri satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Solvent (pelarut) dan Solut (zat
yang terlarut) biasanya sudah sering didengar dan disebutkan. Solvent merupakan komponen yang dilihat
secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk, sedangkan semua komponen yang ada pada solut akan
larut dalam pelarut.
Meskipun larutan berupa campuran homogen, komposisi yang ada pada setiap larutan bisa berbeda-
beda. Misalnya: ada dua buah larutan yang dimana masing-masing pelarutnya berisi satu liter, tetapi
jumlah garam yang terlarut berbeda. Dari dua larutan garam tadi, orang lain tidak bisa mengetahui berapa
banyak garam yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui informasi mengenai jumlah relatif Solut dan Solvent yang ada
pada larutan digunakan istilah konsentrasi larutan.
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat yang terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Secara
sederhana, konsentrasi larutan dapat memberikan gambaran atau sebuah informasi tentang
perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya.
Konsentrasi larutan dalam satuan kimia, yaitu:
1. Molaritas
2. Molalitas
3. Normalitas
4. Fraksi Mol.
Berikut adalah pembahasan tentang konsentrasi larutan dalam satuan kimia.
A. Molaritas (M)
Molaritas dalam konsentrasi larutan dikenal dengan istilah konsentrasi molar atau molaritas dengan
simbol yang dimiliki yaitu M. Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan secara
kuantitatif. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu Solut dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang
ditentukan dalam liter.
Molaritas menyatakan banyaknya mol solute yang terdapat dalam 1 liter atau 1000 mL larutan
Rumus Molaritas (M)

Dengan demikian:

Dari rumus diatas, didapatkan rumus-rumus sebagai berikut


Massa zat = (M × Mr × Volume) ÷ 1000
Volume = (massa zat × 1000) ÷ (M × Mr)
Mr = (massa zat × 1000) ÷ (M × Volume)
Dimana: Mr = massa molekul relatif
Contoh Soal-1
Berapa molaritas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 mL air? (Mr Mg(OH)2 = 58)
Penyelesaian
M Mg(OH)2 = (massa zat ÷ Mr) x (1000 ÷ Volume)
M Mg(OH)2 = (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250)
M Mg(OH)2 = 0,50 M
Jadi Molaritas Mg(OH)2 = 0,50 M
Contoh Soal-2
Berapakah massa NaOH yang harus dilarutkan untuk membuat larutan NaOH 250 mL dengan konsentrasi
1 M? (Mr NaOH = 40).
Penyelesaian
Massa NaOH = (M x Mr x Volume) ÷ (1000)
Massa NaOH = (1 x 40 x 250) ÷ (1000)
Massa NaOH = 10 gram
Jadi massa NaOH yang dilarutkan = 10 gram
Contoh Soal-3
Berapa volume air pelarut yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,5 M dari kristal NaOH yang
massanya 10 gram? (Mr NaOH = 40)
Penyelesaian
Volume = (massa zat x 1000) ÷ (M x Mr)
Volume = (10 x 1000) ÷ (0,5 x 40)
Volume = 500 mL
Jadi volume air pelarut = 500 mL
Contoh Soal-4
Berapa massa molekul relatif (Mr) HCl jika sebanyak 2,28 gram HCl dilarutkan dalam 250 mL air dengan
konsentrasi 0,25 M?
Penyelesaian
Mr = (massa zat x 1000) ÷ (M x V)
Mr = (2,28 x 1000) ÷ (0,25 x 250)
Mr = 36,48 ≈ 38,50
Jadi Mr (massa molar) HCl = 38,50
Contoh Soal-5
Berapakah jumlah mol zat dan massa zat yang terlarut dalam larutan NaCl 0,5 M sebanyak 1000 mL? (Mr
NaOH = 40)
Penyelesaian
Jumlah mol = M x L
Jumlah mol = 0,1 x (250 ÷ 1000)
Jumlah mol = 0,5 mol
Massa zat = (jumlah mol x Mr)
Massa zat = 0,5 x 40 = 20 gram
Massa zat = 20 gram
Jadi jumlah mol NaOH = 0,5 dan massa NaOH = 20 gram
B. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol senyawa atau zat yang terlarut dalam setiap kilogram
pelarut. Molalitas dapat dihitung dari nilai molaritas (M) jikalau kerapatan jenis diketahui. Bila diketahui
HCl bermolalitas 1 m, artinya terdapat 1 mol HCl anhidrat dalam 1 kg atau 1000 gram pelarut.
Rumus Molalitas (m)

Dengan demikian:

Dari rumus diatas, didapatkan rumus-rumus sebagai berikut


Massa zat terlarut = (m × Mr × massa pelarut) ÷ 1000
Massa pelarut = (massa zat terlarut × 1000) ÷ (m × Mr)
Mr = (massa zat × 1000) ÷ (m × Volume)
Dimana: Mr = massa molekul relatif
Contoh Soal-1
Berapa molalitas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 gram air? (Mr Mg(OH)2 = 58)
Penyelesaian
m Mg(OH)2 = (massa zat terlarut ÷ Mr) x (1000 ÷ massa pelarut)
m Mg(OH)2 = (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250)
m Mg(OH)2 = 0,50
Jadi Molalitas Mg(OH)2 = 0,50 m
Contoh Soal-2
Berapakah massa NaOH yang terlarut dalam 250 gram air untuk membuat larutan NaOH dengan
konsentrasi 1 m? (Mr NaOH = 40).
Penyelesaian
Massa NaOH = (m x Mr x massa pelarut) ÷ (1000)
Massa NaOH = (1 x 40 x 250) ÷ (1000)
Massa NaOH = 10 gram
Jadi massa NaOH yang dilarutkan = 10 gram
Contoh Soal-3
Berapa gram air pelarut yang diperlukan untuk membuat larutan NaOH 0,5 m dari kristal NaOH yang
massanya 10 gram? (Mr NaOH = 40)
Penyelesaian
Massa pelarut = (massa zat terlarut x 1000) ÷ (m x Mr)
Massa pelarut = (10 x 1000) ÷ (0,5 x 40)
Massa pelarut = 500 gram
Jadi massa air pelarut = 500 gram
Contoh Soal-4
Berapa massa molekul relatif (Mr) HCl jika sebanyak 2,28 gram HCl dilarutkan dalam 250 gram air
dengan konsentrasi 0,25 m?
Penyelesaian
Mr = (massa zat terlarut x 1000) ÷ (m × massa pelarut)
Mr = (2,28 x 1000) ÷ (0,25 x 250)
Mr = 36,48 ≈ 38,50
Jadi Mr (massa molar) HCl = 38,50
Contoh Soal-5
Berapakah jumlah mol dan massa zat yang terlarut dalam larutan NaCl 0,5 m sebanyak 1000 mL? (Mr
NaOH = 40)
Penyelesaian
Jumlah mol = m × kg
Jumlah mol = 0,1 x (250 ÷ 1000)
Jumlah mol = 0,5 mol
Massa zat = (jumlah mol x Mr)
Massa zat = 0,5 x 40
Massa zat = 20 gram
Jadi jumlah mol NaOH = 0,5 dan massa NaOH = 20 gram
C. Normalitas (N)
Normalitas dapat diartikan sebagai jumlah mol ekuivalen dari suatu zat per liter larutan.
Normalitas adalah ukuran yang menunjukkan konsentrasi pada berat setara dalam gram per liter larutan.
Berat ekivalen itu sendiri adalah ukuran kapasitas reaktif molekul yang dilarutkan dalam larutan. Dalam
suatu reaksi, tugas zat terlarut adalah menentukan normalitas suatu larutan. Normalitas juga
disebut satuan konsentrasi larutan ekivalen.
Normalitas dapat disingkat dengan huruf “N”, yang merupakan salah satu opsi paling efektif dan berguna
dalam proses laboratorium. Normalitas umumnya hampir sama dengan molaritas atau M. Ketika molaritas
adalah unit konsentrasi yang mewakili konsentrasi ion terlarut atau senyawa terlarut dalam suatu larutan,
normalitas memiliki fungsi yang lebih lengkap, dengan normalitas mewakili konsentrasi molar hanya dari
komponen asam atau komponen dasar.
Komponen asam umumnya jumlah ion H+ yang ada dalam larutan asam, sedangkan komponen basa
adalah ion yang larut dalam OH– dalam larutan basa.
Rumus Normalitas (N)
Menurut pengertian diatas, normalitas dapat dirumuskan sebagai berat setara zat terlarut dalam satu liter
larutan. Normalitas suatu larutan dapat dihitung dengan mengetahui massa dan volume larutan.
N = (n × Ek) ÷ L → Ek = jumlah mol ekivalen = n × jumlah mol
Jika Molaritas (M) zat diketahui, maka:
Jika jumlah mol zat diketahui, maka:

Jika massa zat diketahui, maka:

Dimana: n = valensi ion H+ atau OH−, Mr = massa molar, M = molaritas, mol = jumlah mol, L = volume
larutan
Contoh Soal-1
Berapa Normalitas 7,25 gram Mg(OH)2 yang dilarutkan dalam 250 gram air? (Mr Mg(OH)2 = 58)
Penyelesaian
Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH-, jadi jumlah valensi ion OH (n) = 2
N Mg(OH)2 = n x (massa zat terlarut ÷ Mr) x (1000 ÷ volume)
N Mg(OH)2 = 2 x (7,25 ÷ 58) x (1000 ÷ 250)
N Mg(OH)2 = 1 N
Jadi Normalitas Mg(OH)2 = 1 N
Contoh Soal-2
Berapa Normalitas H2SO4 dengan Molaritas = 0,25 M?
Penyelesaian
H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2
N=Mxn
N = 0,25 x 2
N = 0,50 N
Jadi Normalitas H2SO4 tersebut = 0,50 N
Contoh Soal-3
Carilah nilai massa (gram) larutan 0,25 N H2SO4 (Mr = 98) dalam 500 mL larutan?
Penyelesaian
H2SO4 → 2H+ + SO42-, jadi jumlah valensi ion H (n) = 2
Massa zat = (N × Mr × Volume) ÷ (n ×1000)
Massa zat = (0,25 × 98 × 500) ÷ (2 ×1000)
Massa zat = (12250) ÷ (2000)
Massa zat = 6,125 gram
Jadi massa H2SO4 = 6,125 gram
D. Fraksi Mol (X)
Merupakan perbandingan antara jumlah mol (n) suatu komponen dengan jumlah mol semua
komponen dalam larutan tersebut, dilmabngkan dengan X.
Rumus Fraksi Mol (X)

Dimana: n = jumlah mol zat (massa zat ÷ Mr). Nilai X biasa juga dinyatakan dalam bentuk persen (%).
Contoh soal
Tentukan fraksi mol kedua substansi dalam larutan yang mengandung 36 gram air dan 46 gram gliserin
(C3H5(OH)3) jika diketahui Mr air = 18 dan Mr gliserin = 92.
Penyelesaian:
ngliserin = gram ÷ Mr = 46 ÷ 92 = 0,5 mol gliserin
nair = gram ÷ Mr = 36 ÷ 18 = 2,0 mol air
Xgliserin = ngliserin ÷ (ngliserin + nair) = 0,5 ÷ (0,5 + 2,0)= 0,2 → 0,2 × 100% = 20%
Xair = nair ÷ (ngliserin + nair) = 2,0 ÷ (0,5 + 2,0) = 0,8 → 0,8 × 100% = 80%
Jadi fraksi mol gliserin adalah 0,2 (20%) dan faksi mol air adalah 0,8 (80%).

Anda mungkin juga menyukai