Bissmilahirrahmanirrahim Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,… Alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kamaa yuhibbu Robbuna wa yardho, wa asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarika lah wa asy-hadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluh. Allahumma sholli ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Menikmati dakwah bagaikan menikmati secangkir susu coklat panas di
tengah gerimis hujan yang menggigilkan tubuh. Dalam menikmatinyapun kita juga memiliki pilihan. Apakah kita menikmatinya dengan seni ataukah hanya sekadar menikmatinya dengan dorongan nafsu, atau bahkan menikmatinya sambil lalu saja? Ketika kita menikmatinya dengan semangat menggebu akibat dorongan nafsu maka kenikmatan segelas susu coklat hangat tersebut tidak akan terasa, hanya mampu mencium aroma yang terasa nikmat setelah itu susu tersebut hanya akan membakar lidah kita dan habislah kenikmatan tersebut sebelum kita mampu meneguknya. Namun jika kita memilih seni dalam menikmatinya, dengan kita syukuri, memenuhi adab minum lantas meneguknya perlahan hingga tandas, pastilah kenikmatan tercicipi dan kehangatannya mampu mengahangatkan tubuh kita. Sama halnya dengan dakwah. Kuncinya Bersabar dan Ikhlas! Sayangnya sedikit kader yang mau belajar seni dakwah. Banyak kader militan yang Allah hadirkan di tengah-tengah. Semangat mereka di awal begitu luar biasa, penuh inovasi, berani mengambil resiko, menginginkan suatu perubahan yang cepat. Namun sayangnya semangat tersebut tidak dibarengi dengan kematangan berfikir, kematangan emosi, dan bekal ruhiyah yang cukup. Akibatnya mereka banyak yang dilanda virus futur. Dalam bahasa Ustadz Fathi Yakan, mereka adalah kader “Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah”. Belum sampai melihat hasil kerjanya, mereka telah pergi dari medan Afghan ini. Maka aku katakan, hanya orang-orang tangguh saja yang mampu bertahan di medan ini. Sampai saat ini aku juga belum tahu kenapa belum banyak mahasiswa yang bersedia Sepotong Hati untukmu. Menginfakkan dirinya untuk dakwah kampus. Namun keyakinanku satu, Allah Subhana Wata’ala telah menyiapkan skenario terindah untuk dakwah di kampus kita. Bagiku, kampus ini bagai sebuah kanvas putih yang masih bersih belum ternoda tinta hingga menarik setiap diri yang memiliki semangat juang tinggi untuk menggoreskan warna diatasnya. Mewarnainya dengan goresan warna terindah agar ia menjadi bermakna. Banyak mimpi yang terangkaikan untuk dakwah di kampus tercinta. Memang misteri dakwah kampus ini tidak akan pernah dapat terungkap. Namun kami mampu merasakannya, karena kami masih bertahan disini bersamanya, bersama dalam keseharian kami, tertawa karenanya, menangis karenanya, semua aktivitas kami bersenyawa dengannya. Maka hidup inipun makin semarak dengan rentetan cerita perjuangan yang berpeluh, ukhuwah yang menawan, dan sederet realita yang tersaji apik. Keyakinan akan kemenangan dakwah kampus semakin mengokohkan semangat juang kami meski kami tak tahu kapan waktu itu akan datang. Mungkin kami tak akan mengecap indahnya kemenangan tersebut, namun biarlah kami menjadi batu bata terbaik pada zaman kami. Karena setiap zaman memiliki tokohnya masing-masing. Tokoh yang menjadikan zaman itu tercatat dengan tinta emas sejarah peradaban. Dan kami pun yakin Allah akan menakdirkan satu persatu doa kami terijabah. Kelak dakwah kampus ini berdiri dengan gagahnya menggenggam erat Islam hingga menjadi salah satu madrasah peradaban yang akan mencerahkan negeri ini. Saat itu kami akan tersenyum melihat indahnya Islam merasuk relung qalbu setiap mahasiswa, dosen dan karyawan yang menjadikan setiap kata yang terucap dari lisan penuh barokah, setiap laku dalam sikap penuh cahaya dan kehangatan ukhuwah makin rekat terasa. Ya Allah, kami sangat rindu masa-masa itu, pengharapan yang kami gantungkan pada perjuangan para generasi penerus dakwah di kampus ini. Hingga masa itu tiba, pada akhirnya kami hanya mampu bersyukur dan terus berharap. Beginilah cara Allah mengajari kami untuk semakin dewasa memaknai hidup. Beginilah jalan dakwah mentarbiyah kami menjadi tangguh membuat para sahabat iri karena cerita cinta, dakwah dan ukhuwah kita berlandas aqidah.